Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dimana dua pertiga bagiannya
terdiri dari lautan. Hal tersebut menyebabkan Indonesia terkenal dengan wisata
baharinya, tetapi wisata bahari ini masih banyak yang belum dikembangkan
secara optimal. Wisata bahari dapat dikelompokkan dalam jenis wisata minat
khusus, bagian dari ecotourism, yang aktivitasnya berkaitan dengan kelautan, baik
yang dilakukan di atas permukaan laut (marine) maupun di bawah permukaan laut
(submarine). Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah upaya
mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari di
kawasan pesisir dan laut Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah, keragaman
flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias. Beberapa
jenis kegiatan wisata bahari pada saat ini sudah dikembangkan oleh pemerintah
dan swasta, diantaranya wisata alam, pemancingan, berenang, selancar, berlayar,
rekreasi pantai dan wisata pesiar (Mahadi dan Indrawati, 2010).
Indonesia terdiri dari 17.504 pulau baik itu pulau yang besar maupun
pulau yang kecil. Pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara
ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland) dan memiliki batas yang pasti,
terisolasi dari habitat lain, sehingga mempunyai sifat insuler. Potensi sumberdaya
alam dan jasa lingkungan di kawasan pulau-pulau kecil sangat besar dan
produktif. Satu atau lebih ekosistem pesisir dan sumberdaya pesisir dapat
ditemukan di wilayah ini, Ekosistm yang bersifat alami seperti terumbu karang
dan pantai berpasir, yang bersifat buatan seperti kawasan pariwisata, serta
sumberdaya yang dapat pulih seperti ikan dan lamun sedangkan sumberdaya yang
tidak dapat pulih seperti minyak dan gas (Ngabito dkk., 2012).
Sumber daya alam dan jasa lingkungan Indonesia sangat potensial baik di
darat maupun laut terutama untuk tujuan wisata. Pengembangan kawasan wisata
harus mengarah pada pengembangan yang terencana secara menyeluruh sehingga
dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat. Salah satu sektor wisata
berasal dari wisata pesisir. Wisata ini sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan
sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, snorkeling,
TINJAUAN PUSTAKA
Ekowisata
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasaan manusia. Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari
suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati
perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan
yang beraneka ragam (Jayanti, 2009).
Ekowisata merupakan perpaduan antara wisata alam, budaya dan
pendidikan dengan karakteriktik yang spesifik, yaitu kepeduliannya pada kegiatan
konservasi alam dan kepentingan ekonomi serta keberlangsungan budaya
masyarakat setempat. Secara umum dapat dikatakan bahwa manifestasi dari
ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang sebenarnya sudah dikenal dunia
kepariwisataan sejak lama sekali. Pada daerah-daerah dimana kegiatan ekowisata
berlokasi, banyak dilihat bentuk status perlindungan resmi atau semi-resmi
meskipun dapat dikatakan bahwa definisi ekowisata bukan merupakan pelarangan
kegiatan pada suatu area. Akan sangat tidak masuk akal memasukkan area yang
tidak memiliki status perlindungan dari skup ekowisata. Hal tersebut memberi
gambaran betapa sulitnya mengidentifikasi perbedaan kualitatif pada aktivitas
wisata berbasis lingkungan yang berlokasi didalam ataupun diluar area
perlindungan. Ekowisata murni dapat, dan seringkali dapat berlangsung pada
daerah yang sudah mengalami banyak perubahan lingkungan, yaitu lingkungan
pemukiman (Ermawan, 2008).
Konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan
konservasi yang mempunyai tujuan: (1) Menjaga tetap berlangsungnya proses
ekologis
yang
tetap
mendukung
sistem
kehidupan,
(2)
Melindungi
Daya Dukung
Daya dukung (carrying capacity) yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan
intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung
secara terus menerus tanpa merusak lingkungan. Daya dukung alam perlu
diketahui
secara
fisik,
lingkungan,
dan
sosial,
namun
dalam
studi
DDK =
Keterangan :
Lp Wt
DDK
Lp
Lt
Wt
= Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari
Wp
Ni
No
Parameter
1.
Ketebalan
Mangrove
(m)
Kerapatan
Mangrove
(100m2)
Jenis
Mangrove
Pasang
Surut
Objek
Biota
2.
3.
4.
5.
Bobot
Kategori
S1
Skor
Kategori
S2
Skor
Kategori
S3
Skor
Kategori
N
Skor
>500
>200-500
50-200
<50
>15-25
>10-15
5-10
<5
>5
3-5
1-2
0-1
>1-2
>2-5
>5
Ikan,
Udang,
Kepiting,
Moluska,
Reptil,
Burung
Ikan, Udang,
Kepiting,
Moluska
Ikan, Moluska
Bobot
S1
r
Kecerahan
5
>80
(%)
Tutupan
Karang
5
>75
(%)
Jenis Life
3
>12
Form
Jenis Ikan
3
>100
Karang
Kec. Arus
1
0-15
(cm/det)
Kedalama
n Terumbu
1
6-15
Karang
Sumber : Purnomo dkk. (2013)
Skor
S2
Skor
S3
Skor
Skor
50-80
20-<50
<20
>50-75
25-50
<25
<7-12
4-7
<4
50-100
20-<50
<20
>15-30
>30-50
<50
>15-20
>20-30
<30
Keterangan :
Nilai Maksimum
= 54
Kategori S1
Kategori S2
10
Kategori S3
Kriteria /
.
1
Parameter
Kecerahan (%)
Tutupan Karang
4
5
6
Bobot
(%)
Bentuk
Pertumbuhan
Karang (Life
Form)
Jenis Ikan
Karang
Kecepatan Arus
(cm/det)
Kedalaman (m)
Lebar
Hamparan
Datar Karang
Kategori
S1
100
Skor
Kategori
S2
80 - <100
>75
>12
Skor
Kategori
S3
20 - <80
>50 - 75
>7 12
>50
0-15
Skor
Kategori
Skor
N
<20
25-50
<25
4-7
<4
30-50
10 - <30
<10
>15 30
>30-50
>50
1-3
>3 - 6
>6-10
>10, <1
>500
20-100
<20
>100 500
(m)
Sumber : Yulianda (2007)
Tabel 4. Matriks Kesesuaian Wisata Kategori Rekreasi Pantai (Modifikasi dari Yulianda, 2007)
11
No.
Parameter
Bobot
Kategori
S1
Skor
Tipe Pantai
1
2
3
4
Lebar Pantai
(m)
Material Dasar
Perairan
Kemiringan
Pantai
Penutupan
Lahan Pantai
Ketersediaan
Pasir
putih
Pasir
<10
terbuka
Air Tawar
Sumber : Ramadhan dkk. (2014)
<0,5
(km)
10-15
Karang
berpasir
10-25
Kategori
S3
Pasir
hitam,
karang
Skor
berbatu,
3
3
3-<10
Pasir
lumpur
>25-45
belukar,
rendah,
Belukar
tinggi
>0,5-1
>1-2
<3
Lumpur
>45
Bakau,
2
pemukiman
, pelabuhan
savanna
4
Skor
terjal
terjal
3
Kategori N
Lumpur,
Semak,
Kelapa,
putih,
karang
>15
lahan
S2
Skor
Pasir
Kategori
>2
Tabel 5. Matriks Kesesuaian Wisata Kategori Berenang (Modifikasi dari Yulianda, 2007)
No
.
1
Parameter
Kedalaman
Bobot
5
Kategori
S1
0-3
Skor
4
Kategori
S2
>3-6
Skor
3
Kategori
S3
>6-10
Skor
2
Kategori
N
>10
Skor
1
12
2
3
4
6
7
8
perairan (m)
Material dasar
perairan
Kec. Arus
(m/det)
Tinggi
gelombang (m)
Tipe pantai
Lebar pantai
(m)
Kecerahan
perairan (m)
Biota berbahaya
Pasir
Karang
berpasir
Pasir
lumpur
Lumpur
0-0,17
0,17-0,34
0,34-0,51
>0,51
0-0,5
0,5-1
1-1,5
>1,5
Pasir
putih
Pasir
putih,
karang
Pasir
hitam,
karang
terjal
Lumpur,
berbatu,
terjal
>!5
10-15
3-<10
<3
>10
>5-10
3-5
<2
Tidak ada
Uburubur
Bulu
babi,
ubur-ubur
Ular air,
bulu babi,
ubur-ubur
<0,5 (km)
>0,5-1
>1-2
>2
Ketersediaan air
3
tawar
Sumber : Ramadhan dkk. (2014)
9
Parameter
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S2
Skor
Kategori S3
Skor
13
.
1 Kedalaman (m)
2 Kecepatan arus
Sumber: Ramadhan dkk. (2014)
5
3
>8
0-0,15
3
3
>4-8
>0,15-0,40
2
2
<4
>0,40
1
1
Tabel 7. Matriks Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Perairan Tawar Kategori Wisata Danau
Parameter
Berkemah
Lebar tepi danau
(m)
Pemandangan
(Object View)
Vegetasi yang
hidup di tepi danau
Hamparan dataran
Kecepatan arus
(m/s)
Perahu
Warna perairan
Bau
Kedalaman
Perairan (m)
Vegetasi yang
hidup di tepi danau
Kecepatan arus
(m/s)
Bobot
Kategori Baik
Skor
Kategori Cukup
Baik
Skor
Kategori Buruk
Skor
x8
4x<8
1x<4
Kelapa
3
3
Tanah Liat
0,15<x0,45
2
2
Semak belukar
rendah
Lumpur
x<1; x>5
5
1
Danau, hutan,
pegunungan,
sungai
Kelapa, cemara,
akasia
Rumput
0<x0,15
1
3
5
Hijau jernih
Tidak berbau
1x<3
3
3
3
Hijau kecoklatan
Sedikit bau
3x<5
2
2
2
Cokelat kehitaman
Berbau
3<x4
1
1
1
Kelapa, cemara,
akasia
0<x0,15
Kelapa
0,15<x0,30
Semak belukar
rendah
0,30<x0,50
1
1
14
Memancing
Kelimpahan ikan
Jenis ikan
Kedalaman
perairan (m)
Duduk Santai
Lebar tepi danau
(m)
Pemandangan
(Object View)
Vegetasi yang
hidup di tepi danau
Hamparan dataran
Biota berbahaya
Outbond
Lebar tepi danau
(m)
Hamparan dataran
Vegetasi yang
hidup di tepi danau
Biota berbahaya
Sumber : Jayanti (2009)
5
4
3
Sangat banyak
Lebih dari 4
1x<3
3
3
3
Banyak
2-3
3x<5
2
2
2
Sedikit
<2
x<1; x>5
1
1
1
x8
1x<8
1x<4
2-3 dari 4
pemandangan
1 dari 3
Belukar tinggi
3
3
Danau, hutan,
pegunungan,
sungai
Kelapa, cemara,
akasia
Rumput/pasir
Tidak ada
3
3
Tanah liat
1 Jenis
2
2
Lumpur/batu
>1 jenis
1
1
x8
4x<8
1x<4
1
3
Rumput/pasir
Kelapa, cemara,
akasia
Tidak ada
3
3
Tanah liat
Kelapa
2
2
1
1
1 jenis
Lumpur
Semak belukar
rendah
>1 jenis
15
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Daya dukung (carrying capacity) adalah kemampuan kawasan untuk
menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan maksimum
terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa
merusak lingkungan.
2. Kesesuaian lahan dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat kecocokan
suatu lahan untuk kepentingan tertentu. Analisis kesesuaian lahan salah
satunya
dilakukan
untuk
mengetahui
kesesuaian
kawasan
bagi
pengembangan wisata.
3. Matriks kesesuaian setiap wisata bahari berbeda-beda parameternya
tergantung pada wisata yang akan dituju atau dijadikan objek wisata.
Saran
Saran penulis yaitu agar masyarakat yang mengunjungi suatu objek wisata
harus
mempertimbangkan
keadaan
alam
sekitar
dan
memperhatikan
keseimbangan alam, agar daerah wisata tetap lestari dan ekosistemnya tidak
terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
16
Bahar, A. dan R. Tambaru. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan
Wisata Bahari di Kabupaten Polewali Mandar. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Ermawan, R. W. 2008. Kajian Sumberdaya Pantai untuk Kesesuaian Ekowisata di
Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Faudila, W. R. Melani, A. Zulfikar. 2014. Analisis Kesesuaian Kawasan Terumbu
Karang untuk Pemanfaatan Ekowisata Snorkling di Kampung Teluk
Dalam Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Riau.
Jayanti, I. K. 2009. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk
Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mahadi, K. dan F. Indrawati. 2010. Arahan Pengembangan Wisata Pantai Tanjung
Pasir Kabupaten Tangerang. Jurnal PLANESA. 1 (1).
Muflih, A., A. Fahruddin, Y. Wardiatno. 2015. Kesesuaian dan Daya Dukung
Wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (2) : 141-149. ISSN : 0853-4217.
Ngabito, M., A. Tuwo, A. Achmad. 2012. Kesesuaian dan Daya Dukung
Ekowisata Pulau Saronde Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi
Gorontalo. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Noviasri, A. D. 2015. Analisis Stakeholder dalam Pengembangan Wisata Bahari
Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung (Studi Kasus Pulau Sebesi
Provinsi Lampung). Universitas Brawijaya, Malang.
Purnomo, T., S. Hariyadi, dan Yonvitner. 2013. Kajian Potensi Perairan Dangkal
untuk Pengembangan Wisata Bahari dan Dampak Pemanfaatannya Bagi
Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Pulau Semak Daun Sebagai Daerah
Penunjang Kegiatan Wisata Pulau Pramuka Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu). Jurnal Depik. 2 (3) : 172-183. ISSN : 2089-7790.
Ramadhan, S., P. Patana, Z. A. Harahap. 2014. Analisis Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasan Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Instut Pertanian Bogor, Bogor.
Yulius, H. L. Salim.M. Ramdhan, T. Arifin, dan D. Purbani. 2013. Penentuan
Kawasan Wisata Bahari di P.Wangi-Wangi dengan Sistem Informasi
17