Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nabila Auva A.

B
NPM: 230110150079
Perikanan B
a. Komoditas Hasil Hibrid dengan Aplikasi Teknologi dan Cara Menghasilkannya
Jika pada program seleksi, nilai koefisien variasinya kecil atau varian genetik aditif yang
dapat dieksploitasi kecil, maka tidak memungkinkan untuk memperbaiki suatu fenotif kuantitatif
dengan seleksi. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki produktivitas
tersebut adalah program hibridisasi (crossbreeding). Hibridisasi memperbaiki produktivitas
dengan cara mengeksploitasi varian genetik dominan (V D). Prinsip dasar hibridisasi adalah
menimbulkan kembali kombinasi-kombinasi baru pasangan alel-alel yang berinteraksi. Bilamana
dalam pasangan alel-alel yang berinteraksi terdapat alel dominan yang besifat superior maka
akan memperbaiki produktivitas. Kombinasi persilangan induk ikan harus diperbanyak untuk
memperoleh keturunan hibrid superior.
Beberapa hasil kombinasi persilangan dalam program hibridisasi dapat memproduksi
keturunan hibrid superior yang memperbaiki produktivitas. Sebagai contoh beberapa
hibrid Channel catfish memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 10-18% dibanding dengan
populasi tanpa hibridisasi (Dunham dan Smitherman, 1985; Chappel, 1979). Hibridisasi akan
lebih memberikan pengaruh perbaikan dan nilai tambah genetik, apabila dilakukan dalam famili,
atau lebih menguntungkan lagi dilakukan antar strain yang hidup pada lokasi yang berbeda.
Kenyataan tersebut terbukti dari keturunan hasil persilangan strain-strain hibrid pada Cyprinus
carpio yang hidup pada daerah yang berbeda menunjukkan kecepatan pertumbuhan lebih baik
(peningkatan berat tubuh sebesar 29%) dibandingkan hasil persilangan secara normal (Komen et
al., 1993).
Superioritas keturunan hibrid dapat diukur sebagai nilai heterosis (hybrid vigour) yang dapat
mengevaluasi prosentase peningkatan pertumbuhan relatif keturunan hibrid tersebut. Efek
heterosis (H) dapat ditampakkan pada persilangan crossbreeding antarachannel catfish (berat
rata-rata 460 g) dan blue catfish (berat rata-rata 440 g), memberikan nilai heterosis sebesar 18%
pada berat rata-rata hibrid (Chappel, 1979; Tave 1986).
Apabila dalam program seleksi telah ditentukan galur populasi kontrol dan galur populasi
terseleksi, maka pada akhir seleksi dapat dimasukkan program hibridisasi antara galur kontrol
dan terseleksi untuk mendapatkan keturunan hibrid yang terbaik. Hibridisasi juga digunakan

untuk memperoleh strain baru yang unggul ataupun untuk menghasilkan keturunan yang
memiliki ukuran fenotif kuantitatif seragam karena metodanya yang efisien. Penggunaan
hibridisasi juga dimaksudkan untuk menghasilkan populasi ikan yang monoseks dan digunakan
untuk mempertahankan populasi yang tidak mampu bereproduksi kembali. Hibridisasi akan lebih
memberikan pengaruh perbaikan genetik apabila dilakukan di dalam famili. Hibridisasi
antara Channel catfish x blue catfish akan lebih menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup dari pada hibridisasi antara kedua spesies itu dengan white catfish yang
dikarenakan adanya perbedaan jumlah kromosom. Jumlah kromosom Channel catfish dan blue
catfish 58 kromosom, sedangkan jumlah kromosom white catfish 48 kromosom. Tidak
selamanya hibridisasi antar spesies (interspecific) lebih baik dari pada hibridisasi antar strain
(intraspecific).
Salah satu cara memperbaiki produksi hibrid-hibrid F1 intraspesifik adalah melihat nilai
heterosis positifnya (hybrid vigour) pada budidaya ikan dengan membandingkan hibridisasi
antara strain-strain hatchery (panti benih ikan) dan strain-strain alami. Lalu ada Inbreeding yang
merupakan program pemuliaan yang berpengaruh terdahap produktivitas. Persilangan antara
ikan-ikan yang

memiliki

hubungan kekeluargaan

dikenal

sebagai inbreeding. Secara

genetik, inbreeding dilakukan untuk menciptakan keturunan homosigot. Individu-individu yang


kekerabatannya dekat akan mewarisi sifat yang sama dari induknya karena alel-alel terbagi
dengan jumlah yang sama seperti pasangan alel-alel semula (dari induknya).
Seleksi, migrasi, mutasi dan penyimpangan genetik mengubah frekuensi gen, akan
tetapi inbreeding tidak mengubah frekuensi gen. Persilangan yang dekat kekerabatannya akan
menambah kehomosigotan, karena mengubah frekuensi genotif dengan penambahan alel yang
homosigot dan pengurangan alel yang heterosigot. Hal ini menyebabkan variasi genotif
bertambah sehingga variasi fenotif juga bertambah.
b. Komoditas Hasil Sex Reversal dengan Aplikasi Teknologi dan Cara Menghasilkannya
Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya
berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini
dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina
pada waktu menetas. Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya teknik
sex reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya

di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata).
Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan
medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui
berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan pada berbagai
jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah
beberapa hari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan).Penerapan sex reversal dapat
menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex
(monoculture) akan bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan ikan hal ini dikarenakan
adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan
yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina .Sex reversal juga dapat
dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan
dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi gonad
sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa
metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan
saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni.
Metode Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui
rekayasa kromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen
mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan
pada semua jenis ikan apapun sek kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah
kematian ikan kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan
perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias nisbah kelamin
anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan : 50% betina pada pemijahan pertama dan 30% jantan :
50% betina pada pemijahan berikutnya. Sex Reversal/teknologi sex reversal merupakan teknik
pengubahan kelamin dari betina menjadi jantan atau sebaliknya melalui pemberian hormon dan
teknik perendaman. Kalau yang diberikan hormon androgen ikan diarahkan untuk berkelamin
jantan. Tetapi jika yang diberikan hormon estrogen jenis kelamin diarahkan menjadi betina. Jadi
jika pembudidaya ingin menghasilkan ikan-ikan jantan maka proses sex reversal yang diterapkan
di sini menggunakan hormon androgen.
Daftar Pustaka:
https://nurhasanblogger.wordpress.com/2015/04/30/sex-reversal-pada-ikan/

http://sharing-is-so-fun.blogspot.co.id/2014/01/diktat-kuliah-genetika-ikan_5256.html

Anda mungkin juga menyukai