Anda di halaman 1dari 2

Journal Reading 1

Sri Wahyuni/2015-130/Kelompok L25

Prevalensi dan Faktor Resiko Retinopati pada Pasien Dengan atau Tanpa
Metabolik Sindrom: Populasi Berdasarkan Penelitian di Senyang
Latar Belakang
Metabolik sindrom (MS) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan obesitas, hiperglikemia, hiperlipidemia dan hipertensi. Resistensi
insulin telah diusulkan menjadi patogenesis pentingnya. Prevalensi MS meningkat
di negara-negara Asia Timur termasuk China yang mengarah pada peningkatan
morbiditas dan mortalitas karena diabetes mellitus (DM) tipe 2 dan penyakit
kardiovaskular. MS semakin diakui sebagai entitas yang berbeda yang
mempengaruhi sebagian besar dari populasi.
Resistensi insulin merupakan faktor risiko untuk retinopathy diabetik (DR). Tidak
jelas apakah MS terkait dengan retinopati pada populasi Cina utara. Retinopati
sekunder untuk MS dan retinopati sekunder DM dibedakan dalam penelitian ini.
Tujuan
Untuk menyelidiki hubungan antara sindrom metabolik (MS) dan prevalensi
retinopathy.
Metodologi
Desain penelitian menggunakan stratified random sampling. Penelitian ini
dilakukan pada masyarakat di Fengyutan, Kecamatan Kota Shenyang di Cina
Utara. Kriteria eksklusi anatara lain; pasien dengan kanker, gagal hati, gagal
ginjal, gangguan kejiwaan berat atau kondisi medis sistemik lainnya (misalnya,
penyakit jantung yang parah atau gangguan pernapasan).
Informasi tentang nama, jenis kelamin, usia, merokok dan minum kebiasaan, dan
status kesehatan (misalnya; lama diabetes, lama hipertensi, riwayat kesehatan dan
metode pengobatan) diperoleh dengan menggunakan kuesioner standar.
Semua peserta diminta untuk berpuasa malam sebelumnya (> 8 jam) sebelum
dilakukan pemeriksaan fisik. Diukur lingkar pinggang pada tingkat umbilikus
dalam posisi berdiri, tinggi dan berat badan diukur tanpa topi atau mantel berat.
Tekanan darah (BP) diukur dalam posisi duduk (Pertama) dan telentang posisi
(kedua), dengan interval waktu 5 menit, menggunakan standar
sphygmomanometer tegak. Subjek diminta untuk menghindari aktivitas fisik yang
kuat dan merokok selama setidaknya 30 menit sebelum pengukuran BP.
Pengukuran BP kedua dengan kelima fase diastolik tekanan digunakan untuk
analisis. Semua peserta mengalami stereo fundus fotografi untuk mendeteksi

retinopati 45 melalui pupil undilated (non-mydriatic kamera fundus; CR645NM; Canon, Tokyo, Jepang).
Untuk masing-masing subjek, dua gambar untuk setiap mata berpusat pada fovea
dan disc optik diambil di ruangan gelap. Setiap gambar yang dinilai secara acak
oleh dua dokter mata secara terpisah untuk adanya lesi retinopathy. Jika nilai tidak
konsisten, dokter mata lainnya akan memberikan diagnosis akhir.
Hasil
Prevalensi retinopati 9,64% (n=48) pada pasien dengan metabolik sindrom dan
3,91 (n=26) pada pasien tanpa metabolik sindrom, jadi secara signifikan lebih
tinggi pada pasien dengan metabolik sindrom. Pasien dengan NPDR
prevalensinya lebih tinggi secara signifikan pada deteksi dini diabetes miletus.
Kesimpulan
Terdapatnya komponen metabolik sindrom secara signifikan berhubungan dengan
prevalensi retinopathy. Dalam hal untuk mencegah perkembangan retinopati,
faktor risiko harus dikontrol pada pasien dengan atau tanpa metabolik sindrom.
Rangkuman dan hasil pembelajaran
Data memberikan informasi berdasarkan populasi mengenai prevalensi metabolik
sindrom dan hubungannya dengan retinopati. Prevalensi keseluruhan metabolik
sindrom adalah 42,82%. Jelas bahwa prevalensi metabolik sindrom adalah tinggi.
Prevalensi keseluruhan retinopati adalah 6.36% di semua penelitian.
Walaupun para peneliti pada penelitian ini tidak mengungkapkan metabolik
sindrom dan retinopati pada populasi non diabetik, ini mungkin disebabkan
karena masalah metodologi cross sectional pada penelitian ini.
Oleh karena itu, kita dapat berhipotesis bahwa metabolik sindrom adalah faktor
risiko untuk retinopati dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
signifikansi dari metabolik sindrom untuk memprediksi risiko retinopati. Selain
itu, tidak peduli apakah metabolik sindrom itu ada atau tidak (seperti yang
didefinisikan oleh pedoman IDF), durasi diabetes lebih lama, SBP tinggi, glukosa
plasma puasa yang lebih tinggi, GDPP lebih tinggi, dan haemoglobin A1c tinggi
adalah faktor resiko independen untuk retinopathy. DBP lebih tinggi adalah faktor
risiko independen retinopati pada pasien dengan MS. Level HDL kolesterol tidak
dikaitkan dengan kehadiran lesi retinopathy, seperti yang ditemukan di beberapa
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai