Skizofrenia Paranoid
Oleh:
Abqariyatuzzahra Munasib
1112103000090
Penguji:
dr. Asmarahadi, SpKJ
dr. Ayesha Devina, SpKJ
STATUS UJIAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
Nama
: Abqariyatuzzahra Munasib
NIM
: 112103000090
Universitas
Dokter Penguji :
Tanda tangan
Tanda tangan
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Umur
: 46 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Islam
Bangsa/ Suku
Status Pernikahan
: Belum menikah
Pendidikan Terakhir
: S1
Pekerjaan
Ruang perawatan
: Nuri
: 3 Oktober 2016
bicara meracau, bicara tidak jelas seperti donal bebek. Saat akan dibawa ke
RS pasien berteriak teriak minta tolong dan menyebut pemuda pancasila.
sendiri, terkadang marah-marah, jalan-jalan keliling komplek dan dudukduduk di tengah jalan.
Pasien kembali dirawat 4 tahun yang lalu (tahun 2012). Kemudian
selanjutnya berulang seperti itu, hampir setiap tahun pasien dirawat sejak
tahun 2011 yaitu tahun 2012, 2013, dan 2014 dengan keluhan yang sama
yaitu berbicara sendiri, tertawa dan berteriak sendiri. Saat ini merupakan
ke enam kalinya pasien dirawat di RSJ. Keluarga mengatakan bahwa
selama ini keluarga tidak bisa memantau keteraturan pasien dalam minum
obat, saat kontrol juga pasien selalu pergi sendiri dan tidak pernah ada
yang mengantar karena masing-masing keluarga sibuk bekerja.
5 th yll, pasien
berbicara
sendiri, teriak,
tertawa, berlari
lari seperti ada
yang mengejar
2012
2011
2013
2014
2
hari
yll,
berbicara
sendiri, tertawa,
mengetok ketok
pintu
rumah
orang di tengah
malam
2015
2.
2016
d. Masa Dewasa
Setelah lulus kuliah sebagai sarjana tekhnik mesin
perkapalan, pasien bekerja di beberapa perusahaan perkapalan.
Pasien tidak pernah bermasalah dengan rekan-rekan kerjanya,
hanya saat di Jambi pasien dinilai sebagai individu yang jujur
sehingga rekan-rekan kerja dan atasannya merasa tidak dapat
bermain curang dan mendapat keuntungan lebih. Keluarga
memaksa pasien untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut
walaupun sebenarnya pssien tetap ingin bertahan.
3.
Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD sampai SMA di Jakarta dan
meneruskan ke Institut Tekhnologi Ambon jurusan Tekhnik Mesin
Perkapalan. Pendidikan S1 pasien ditempuh selama 10 tahun yang
menurut
pasien
cukup
panjang
dikarenakan
kampus
lebih
4. Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus kuliah tekhnik mesin, pasien bekerja di Jayapura
Irian Jaya di sebuah perusahaan perkapalan selama beberapa tahun,
kemudian pasien di tempatkan di Jambi sebagai seorang Manager
selama beberapa bulan. Sikap pasien yang jujur membuat rekan-rekan
pasien tidak menyukai pasien sehingga keluarga meminta pasien
untuk mengundurkan diri. Kemudian pasien bekerja di suatu
perusahaan Pelabuhan Jakarta Utara yang memang lebih kecil
dibandingkan perusahaan sebelumnya. Beberapa bulan kemudian
setelah orang tua pasien meninggal dan mulai muncul gejala penyakit,
pasien diberhentikan karena dianggap kinerja nya menurun.
Setelah keluar masuk RSJ pasien bekerja di Bengkel teman
dari kakak pasien dan sesekali menjadi ojek di sekitar lingkungan
pasien.
.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, namun jarang menjalankan sholat,
mengaji, dan puasa. Padahal keluarga pasien yang lain selalu
mengingatkan dan menjalankan perintah agama.
Laki-laki
Perempuan
meninggal
pasien
tinggal bersama
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 84x/ menit
Suhu
: 36,5oC
Pernafasan
: 19x/ menit
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Lidah
Uvula
Tonsil
Tenggorokan
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis,
efloresensiprimer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-),
gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-)
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
(-)
Ekstremitas
Atas
Bawah
Genitalia
: Tidak diperiksa
Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII)
: Baik
: (+) normal
4. Refleks patologis
: Tidak ada
5. Motorik
: Baik
6. Sensorik
: Baik
7. Fungsi luhur
: Baik
8. Gangguan khusus
: Tidak ada
9. Gejala EPS
V. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki, berusia 46 tahun, berpenampilan fisik
sesuai usianya. Pada saat wawancara pasien mengenankan baju seragam
RSJSH, terlihat tidak rapi dan tidak terawat, rambut sedikit panjang dan
berantakan.
2. Kesadaran
Compos mentis, tidak tampak kebingungan saat dilakukan wawancara.
Sesudah Wawancara
4.
5.
Pembicaraan
Tidak spontan, perlu diberikan stimulus agar berbicara, beberapa pertanyaan
tidak dijawab ataupun dijawab tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan, artikulasi jelas, nada suara cukup
: Hipotim
2.
: Terbatas
3.
Keserasian
: Serasi
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi
halusinasi
auditorik
commanding
: Tidak ada
c) Depersonalisasi
: Tidak ada
d) Derealisasi
: Tidak ada
D. FUNGSI INTELEKTUAL
1.
Taraf Pendidikan
2.
Pengetahuan Umum
3.
Kecerdasan
Rata-rata
4.
Konsentrasi dan
Perhatian
pertanyaan
yang diajukan
pewawancara
dan
dapat
Orientasi
-
Waktu
Tempat
Orang
6.
Daya Ingat
-
Jangka Panjang
Jangka Pendek
Segera
7.
Pikiran Abstrak
8.
Visuospasial
9.
Kemampuan Menolong
Diri
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas
: Cukup ide
b. Kontinuitas
: Asosiasi longgar
c. Hendaya Berbahasa
: Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Waham
teknik
c. Obsesi
: Tidak ada
d. Fobia
: Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
G. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (pasien tahu mencuri adalah perbuatan yang tidak baik)
Uji Daya Nilai
Baik (pasien tahu apabila melihat dompet jatuh di jalan harus
dikembalikan ke pemiliknya)
Daya Nilai Realita
Terganggu (adanya perilaku kacau yang tidak disadari pasien,
halusinasi auditorik dan waham)
H. Tilikan
Derajat 1 (Pasien tidak mengetahui dirinya sakit)
I. Reliabilitas
Taraf dapat dipercaya
malam dan duduk duduk di jalan depan rumah tetangga pasien. 1 hari yang
lalu pasien marah-marah dan menurut keluarga mengatakan akan membunuh
adiknya karena ada yang menyuruh-nyuruh. Saat akan dibawa ke RS pasien
berteriak minta tolong dan menyebut Pemuda Pancasila. Terdapat waham
nihilistik pada serangan pertama pasien.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan penampilan tidak rapi dan
tidak terawatt, sikap kontak mata kurang, cukup koperatif, bicara tidak
spontan, tidak selalu menjawab semua pertanyaan pemeriksa, mood hipotim
dengan afek terbatas, adanya halusinasi auditorik commanding yang
menyuruh pasien menjaga diri, penurunan daya ingat segera, penurunan
kemampuan menilai abstrak, kontinuitas arus piker asosiasi longgar, adanya
pre okupasi tentang pekerjaan, waham sistematis tentang pekerjaan, daya nilai
realitas terganggu, tilikan derajat 1 dan realibilitas dapat dipercaya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan visus kurang dari 6/6 ODS
VII.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis Aksis 1
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat
digolongkan kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
Gejala klinis yang bermakna berupa perubahan perilaku (suka
bicara sendiri, menarik diri dari sosial, mengganggu tetangga saat
malam hari), pikiran (halusinasi)
Disabilitas: hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi
sehari-hari. Pasien tidak bergaul hanya berdiam diri di rumah.
Tidak mencari pekerjaan.
Distress/penderitaan: distress bagi tetangga pasien yang merasa
terganggu oleh perilaku pasien
2. Termasuk F20 karena:
F0 tersingkir karena berdasarkan anamnesis tidak ada gangguan
medik umum (Riwayat trauma kepala, demam, nyeri kepala,
Pasien
memiliki
gangguan
penglihatan
jauh
dan
menggunakan kaca mata mins 2,5. Dari hasil pemeriksaan fisik visus
pasien kurang dari 6/6 ODS.
Diagnosis Aksis IV
Masalah dengan keluarga
pengobatan pasien
Masalah dengan lingkungan sosial
pasien tidak dapat bekerja, saat ini juga tidak mampu bekerja seperti
sebelum pasien sakit 5 tahun yang lalu)
Diagnosis Aksis V
-
Aksis II
: Myopia ODS
Psikologik
adanya tetangga yang merasa terganggu terhadap perilaku pasien, pasien tidak
dapat bekerja apabila gejala muncul
X. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a.
b.
memberat
berpotensi
melukai
orang
lain
yang
Quo ad functionam
: Dubia
ad
bonam
(dari
penilaian
Global
kali
disebabkan
kurangnya
XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Untuk observasi lebih lanjut perilaku gaduh gelisah
Observasi respon terapi
2. Konsultasi spesialis mata mengenai gangguan penglihatan pasien
3. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg
Sebelumnya pasien mendapatkan pengobatan anti psikosis Risperidone
2x2 mg dan berespon baik dilihat dari menurunnya gejala positif serta
pasien dapat kembali beraktivitas sampai bekerja. Tidak ada efek samping
yang
dikeluhkan
pasien
akibat
penggunaan
obat
Risperidone.
pasien
mengidentifikasi
masalah
nya,
dan
mengekspresikan emosinya
Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
dapat dikendalikan dan diajarkan cara untuk mendistraksi
halusinasi
Memotivasi pasien untuk selalu kontrol rutin ke Psikiater dan rutin
minum obat karena dapat mempercepat kesembuhan dan hilangnya
halusinasi pasien.