Jika kita mengacu dan taat kepada Kitab suci,kita pasti sepakat untuk tidak memilih
ahok.Bagaimana dengan konteks DKI? Ekspektasi Ahok untuk menjadi pemimpin
DKI sah-sah saja sesuai dengan Undang-undang.
Banyak hal positif yang bisa dipetik dari kasus ini,karena statemen Kontroversial
Ahok -sebagian muslim yang jarang membuka Kitab suci,sekarang membukanya.
-sebagian muslim yang kurang tahu tentang doktrin kitab suci terkait
pemimpin,sekarang menjadi tahu
-keberanian Ahok bertindak seperti itu seharusnya menjadi evaluasi kolektif
kalangan cendekiawan muslim untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan ayatayat Al Qur'an dalam kehidupan sehari-sehari apalagi dalam ranah kepemimpinan.
lagi2, indonesia adlh negara yg mengakui adanya 6 agama.. dan 6 agama itu
asalkan warga negara indonesia mereka akan tetap mendapat hak untuk terjun ke
dunia politik skalipun itu pemilihan gubernur.. islam sbagai agama mayoritas juga
tidak pernah sama skali menyulitkan agama minoritas bukan? apalagi memaksakan
kehendak kita untuk tidak dipimpin oleh nasrani..sesuai materi yg telah
disampaikan saat mapaba, bahwasannya ada 2 pilihan pemimpin yg satu muslim tp
suka korupsi, atau yg satu nasrani tp jujur..ingat kan sahabat? yaaa fenomena ahok
ini semoga dpt menjadi pelajaran dan pandangan baru untuk kaum muslim tentang
bagaimana jika kita memilih pemimpin nonmuslim..terutama warga jakarta itu
sendiri..
Secara agama kita memang benar tidak bisa memilih pemimpin non
muslim,ketentuannya jelas di dalam Al-Qur'an.Bagaimana secara negara,jika kita
kaji lebih dalam UUD 1945 dan pancasila disana jelas tak ada muatan SARA terkait
pemilihan pemimpin.Kedua hal ini seharusnya menjadi dasar perspektif untuk
kemudian bertindak dalam konteks pemilihan pemimpin.Perlu diingat juga,surplus
intelektual yang dimiliki seharusnya digunakan untuk sasaran yang tepat.Dewasa
ini Indonesia dihadapkan dengan defisit kesejahteraan sosial dan saya pikir itu yang
harus diteKankan
KAJI KALIMAT AHOK
JANGAN MAU DIBODOHI OLEH AL MAIDAH AYAT 51