Diabetes Mellitus Irwadi
Diabetes Mellitus Irwadi
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh peningkatankadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe
diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara
faktorgenetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes
tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia
dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun
komplikasi
vaskuler
jangka
panjang,
baik
mikroangiopati
maupun
makroangiopati(Gustaviani, 2007).
Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi
DM
tipe
di
berbagai
penjuru
dunia.
World
Health
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
American Diabetes Association (ADA) 2006, mendefinisikan DM sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Pada
kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110 mg/dl, oleh
pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Setiap sehabis
makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan (karbohidrat) di usus dan kadar
gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon
insulin oleh kelenjar pankreas. Berkat pengaruh hormon insulin ini, gula dalam darah
sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan akan
digunakan sebagai bahan energi dalam sel tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula
untuk beberapa
keperluan yakni sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada
sisa, sisa sebagian tersebut diubah menjadi lemak dan protein (Aulia, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)baca selengkapnya...
C. Etiologi
Penyebab diabetes umumnya berawal dari konsumsi makanan yang tidak terkendali, terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung rasa manis atau gula tinggi.Penyakit
diabetes atau yang lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai penyakit gula ini adalah sebuah
penyakit yang mempengaruhi orang dari segala usia, kelas atau bangsa. Insidensi diabetes telah
menunjukkan rasio peningkatan yang mencemaskan pada saat ini.
Gaya hidup yang berkecepatan tinggi dan penuh stress, nutrisi yang tidak tepat dan tidak
cukupnya olahraga mempercepat perkembangan diabetes pada usia yang cukup dini. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui penyebab diabetes dan mengetahui cara mengendalikan
diabetes.
Diabetes atau gula darah yang tinggi adalah sebuah penyakit yang timbul jika terjadi
kelainan pada fungsi-fungsi tubuh tertentu yang memanfaatkan karbohidrat, lemak dan
protein dalam darah untuk memproduksi energi. Kekurangan suatu hormon yang disebut
insulin atau kurangnya produksi insulin oleh pankreas menyebabkan penyakit diabetes
muncul. Insulin mengatur kadar gula di dalam darah. Ketidak seimbangan pada jumlah
insulin yang diproduksi dapat menyebabkan timbulnya diabetes.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Riwayat keluarga
c. Penyebab diabetes yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang menyebabkan gula darah tinggi
(hiperglikemia) dapat disebabkan oleh :
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula sederhana yang mudah diserap tubuh,
misalnya permen, es krim dan kue kering.
2. Mengkonsumsi minuman yang menggunakan pemanis buatan seperti minuman bersoda dan
jus.
3. Sering makan-makanan yang di goreng atau gorengan.Makanan yang digoreng atau gorengan
yang kita makan merupakan salah satu penyebab dari timbulnya diabetes. Ditambah apabila
memiliki riwayat diabetes. Gula di dalam darah akan semakin terikat dengan minyak
makanan. Minyak yang berubah menjadi lemak ini akan menghambat jalannya darah dan
tentunya akan semakin meningkatkan laju gula darah terus meningkat.
4. Sering ngemil makanan manis.Saat ini banyak sekali produk-produk makanan yang dijual
dengan menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Ketika seseorang memiliki hobi
ngemil makan-makanan yang bersifat manis. Tak menutup kemungkinan memiliki risiko
terhadap penyakit diabetes. Di samping itu juga kadar lemak dalam darah pun meningkat.
3. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada kegemukan
atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak
gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini, 2009).
TABLE
KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN IMT
No
Klasifikasi Status Gizi
Indeks Masa Tubuh (IMT)
1
Kurus (Underweight)
< 18,5
2
Normal
18,5 22,9
3
Gemuk (Overweight)
23
4
At Risk
23 24,9
5
Obesitas I
25 29,9
6
Obesitas II
30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia, 2004
D. Anatomi
Gambar anatomi pankreas
E. Patofisiologi/Pathways
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2007 :
80 ) yaitu :
a. Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya
air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit : gatal gatal , bisul Kelaianan kulit berupa gatal gatal, biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
g. Kelaianan ginekologis Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.Pada penderita diabetes melitus
regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perfifer
mengalami kerusakan.
i. Kelemahan tubuh Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik
yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
j. Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuhProses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus
bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang
cepat pada penderita diabetes melitus.
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensiPenderita diabetes melitus mengalami
penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang
berperan.
l. Mata kabur Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin
yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis
dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,
dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi
vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan
gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
G. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau
insulin relatif.
b. Hipoglikemi Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah. Biasanya disebabkan
peningkatan kadar insulin yang kurang tepat atau asupan karbohidrat kurang.
c. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik Adalah suatu dekompensasi metabolik
pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis
2. Komplikasi kronis
Mikroangiopati
a. Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina.
Faktor terjadinya retinopati diabetikum :lamanya menderita diabetes, umur
penderita, kontrol gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan).
b. Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang
tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus.
Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
c. Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain itu juga
bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang
ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf dan dapat disertai
dengan kelemahan motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
Makroangiopati
a. Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk dislipidemia,
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat
bersifat atherogeni karena mudah mengalami glikalisasi dan oksidasi.
b. Kaki DiabetikTerdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki
diabetes melitus :
1. Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
2. Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
3. Infeksi
4. Perubahan biomekanika kaki
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 100
100-200
>200
Darah kapiler
<80
80-200
>200
<110
110-120
>126
<90
90-110
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
I. Penatalaksanaan
Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadarglukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.Menurut Brunner danSuddart (2002 : 1227 ), ada empatkomponen dalam
pelaksanaan diabetes.
mendapat berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hr. jumlah
kandungan serat 25g/hr, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila
terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya. Cara menghitung kalori pada
pasien DM adalah tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah
kalori basal pasien DM. Cara yang mudah yaitu perhitungan menurut Bocca :
BB ideal = (TB dalam cm 100) 10% kg
Kemudian hitung jumlah kalori yang didiperlukan. Beberapa cara untuk
menetapkan total kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
a. Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan
30 untuk laki-laki dan 25 untuk perempuan. Kebutuhan kalori sebenarnya harus
ditambahkan lagi sesuai dengan kegiatan sehari-hari.
b.
Ringan
100 200 kkal/jam
Mengendarai mobil
Memancing
Kerja laboratorium
Kerja sekretaris
Mengajar kerja
Sedang
Berat
200 350 kkal/jam 400 900 kkal/jam
Rumah tangga
Aerobic
Bersepeda
Bersepeda
Bowling
Memanjat
Jalan cepat
Menari
Berkebun
Lari
Golf
Sepak bola
Sepatu roda
Tenis
Tabel 1 : Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai kegiatan
c. Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambahkan kalori berdasarkan
persentase kalori basal
1)
2)
3)
4)
Badan kurus, terdapat infeksi, masih tumbuh kembang, sedang hamil atau
menyusui, ditambah 20 30% dari kalori basal.
Dewasa kkal / kg
BB ideal
Gemuk
Kerja santai
25
Kerja sedang
30
Kerja berat
35
Normal
30
35
40
Kurus
35
40
40 50
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3 4 kali tiap minggu selama 30 menit yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmica, interval, progressive, Endurance
training).
3. Edukasi
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien
dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien
dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup. Keberhasilan
dalam
mencapai
perubahan
perilaku,
membutuhkan
edukasi,pengembangan
J. Pengkajian
Anamnesa
1.
Identitas
Nama Lengkap
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 47 tahun
Suku Bangsa
: Jawa
Aga ma
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Tanggal masuk
: 25 Januari 2011
Pukul
: 09.00 wib
Riwayat Penyakit
Keluhan utama
: Badan lemas
Keluhan tambahan
yang
dirasakan
hilang
timbul.
Pasien
mengaku
jarang
sebulan
Keadaan umum
Kesadaran
compos mentis
Tekanan Darah
120/80 mmHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
Suhu
36,5 C
Berat Badan
68 kg
Tinggi badan
164 cm
Status gizi
20x/menit
Over weight
Status Generalis
KEPALA
Bentuk
Rambut
Mata
t.a.k
t.a.k
- Telinga
t.a.k
Hidung
t.a.k
Mulut
t.a.k
LEHER
Bentuk
Simetris
Trakhea
KGB
JVP
Tidak meningkat
Di tengah
THORAK
Paru
Inpeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
wheezing (-)
ronki (-)
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
- Auskultasi
perempuan, t.a.k
GENITALIA EXTERNA
Kelamin
EKSTREMITAS
Superior
Inferior
SENSIBILITAS
t.a.k
t.a.k
Rasa raba
: (N/N)
Rasa nyeri
: (N/N)
: (N/N)
: (N/N)
LABORATORIUM
1.
Darah Rutin
Hb
12,5 gr/dl
Ht
31,8 grdl
LED
50 mm/Jam
2.
Leukosit
5,1 /mm
Trombosit
137 ribu/uL
MCV
83 fL
MCH
26,8 pg
MCHC
32,3 g/dl
MPV
7,4 fL
Fungsi ginjal
- Ureum
- Creatinin
3.
Kadar Gula
: 50 mg/dl
(18 55)
- GDS
: 250 mg/ dl
RESUME
Pasien sejak 2 hari yang lalu mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti
biasa.
Disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Riwayat DM 1 tahun yang lalu. Pasien sering
kontrol satu bulan sekali, tetapi sering makan makanan pantangan.
Diagnosis kerja
Laboratorium
GDS
: 250 mg/ dl
Penatalaksanaan
1.
Bed rest
2.
Diet DM
TB
: 164 cm
BMI = BB/TB2
= 68 kg / (1,64 m)2
BB aktual : 68 kg
= 25, 28
Perhitungan kalori
3.
Medikamentosa
Infus RL 20 tts/mnt
Glibenklamid 2xI
Neurosanbe 1 amp/hari
Prognosa
Qua ad vitam
Dubia ad bonam
Qua ad fungsionam
Dubia ad bonam
Qua ad sanationam
Dubia ad bonam
Pemeriksaan Anjuran
Lipid profile
GDS rutin
Follow Up
TANGGAL
29 / 12 /
2010
30 / 12 /
2010
Keadaan umum
Kesadaran
Compos mentis
31/ 12 / 2010
Vital sign
120/80
mmHg
-
120/80mmHg
120/80
mmHg
TD
36,70 C
36,50 C
36,30 C
Suhu
20 x / menit
20 x / menit
22 x / menit
Pernafasan
82 x / menit
80x / menit
Nadi
80x / menit
Keluhan
(+)
-
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
CA -/-, SI -/-
CA -/-, SI -/-
CA -/-, SI -/-
250 mg/dl
230 mg/dl
Badan lemas
mual
sulit tidur
Pf
(+)
mata
Lab
GDS
Penatalaksanaan
diet DM
180 mg/dl
-Infus RL
-Infus RL
20 tts/mnt
20 tts/mnt
-Inj Ranitidin
-Inj Ranitidin
1amp/12
jam/iv
1amp/12
jam/iv
-Glibenklamid Glibenklamid
2xI
-Neurosanbe
1amp/hari
-Antasid
syrup3xC I
L. Intervensi
2xI
-Neurosanbe
1 amp/hari
-Antasid
syrup 3xC I
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
2.
3.
Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
5.
6.