Anda di halaman 1dari 33

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh peningkatankadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe
diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara
faktorgenetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes
tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia
dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun

komplikasi

vaskuler

jangka

panjang,

baik

mikroangiopati

maupun

makroangiopati(Gustaviani, 2007).
Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi

DM

tipe

di

berbagai

penjuru

dunia.

World

Health

Organization(WHO)memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang


cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009,
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta
pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya
menunjukkan adanya jumlah peningkatan penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada
tahun 2030 (American Diabetes Association, 2013).
Komplikasi menahun Diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,
penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati
7,1%.Kira-kira lima belas persen pasien dengan diabetes mellitus mempunyai tanda dan
gejala neuropati, hampir 50% juga mempunyai gejala nyeri neuropatik dan gangguan
hantaran saraf. Neuropati paling sering dijumpai pada

DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
American Diabetes Association (ADA) 2006, mendefinisikan DM sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Pada
kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110 mg/dl, oleh
pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Setiap sehabis
makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan (karbohidrat) di usus dan kadar
gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon
insulin oleh kelenjar pankreas. Berkat pengaruh hormon insulin ini, gula dalam darah
sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan akan
digunakan sebagai bahan energi dalam sel tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula
untuk beberapa
keperluan yakni sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada
sisa, sisa sebagian tersebut diubah menjadi lemak dan protein (Aulia, 2009).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)baca selengkapnya...

C. Etiologi
Penyebab diabetes umumnya berawal dari konsumsi makanan yang tidak terkendali, terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung rasa manis atau gula tinggi.Penyakit
diabetes atau yang lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai penyakit gula ini adalah sebuah
penyakit yang mempengaruhi orang dari segala usia, kelas atau bangsa. Insidensi diabetes telah
menunjukkan rasio peningkatan yang mencemaskan pada saat ini.

Gaya hidup yang berkecepatan tinggi dan penuh stress, nutrisi yang tidak tepat dan tidak
cukupnya olahraga mempercepat perkembangan diabetes pada usia yang cukup dini. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui penyebab diabetes dan mengetahui cara mengendalikan
diabetes.
Diabetes atau gula darah yang tinggi adalah sebuah penyakit yang timbul jika terjadi
kelainan pada fungsi-fungsi tubuh tertentu yang memanfaatkan karbohidrat, lemak dan
protein dalam darah untuk memproduksi energi. Kekurangan suatu hormon yang disebut
insulin atau kurangnya produksi insulin oleh pankreas menyebabkan penyakit diabetes
muncul. Insulin mengatur kadar gula di dalam darah. Ketidak seimbangan pada jumlah
insulin yang diproduksi dapat menyebabkan timbulnya diabetes.

1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Riwayat keluarga
c. Penyebab diabetes yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang menyebabkan gula darah tinggi
(hiperglikemia) dapat disebabkan oleh :
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula sederhana yang mudah diserap tubuh,
misalnya permen, es krim dan kue kering.

2. Mengkonsumsi minuman yang menggunakan pemanis buatan seperti minuman bersoda dan
jus.

3. Sering makan-makanan yang di goreng atau gorengan.Makanan yang digoreng atau gorengan
yang kita makan merupakan salah satu penyebab dari timbulnya diabetes. Ditambah apabila
memiliki riwayat diabetes. Gula di dalam darah akan semakin terikat dengan minyak
makanan. Minyak yang berubah menjadi lemak ini akan menghambat jalannya darah dan
tentunya akan semakin meningkatkan laju gula darah terus meningkat.
4. Sering ngemil makanan manis.Saat ini banyak sekali produk-produk makanan yang dijual
dengan menggunakan bahan pengawet dan pemanis buatan. Ketika seseorang memiliki hobi

ngemil makan-makanan yang bersifat manis. Tak menutup kemungkinan memiliki risiko
terhadap penyakit diabetes. Di samping itu juga kadar lemak dalam darah pun meningkat.

5. Malasnya melakukan aktivitas fisik.Melakukan aktivitas disamping bekerja di kantor atau


melakoni pekerjaan sehari-hari ternyata tidak selalu membuahkan hasil atau membantu
mengurangi kadar gula darah. Aktivitas pendukung lainnya juga diperlukan untuk membantu
mengendalikan kadar gula darah misalnya dengan olahraga ringan yang dapat dilakukan
setidaknya 1 minggu sekali. Dengan melakukan olahraga kita dapat mengurangi risiko
penyebab diabetes

3. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada kegemukan
atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang
digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak
gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini, 2009).

TABLE
KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN IMT
No
Klasifikasi Status Gizi
Indeks Masa Tubuh (IMT)
1
Kurus (Underweight)
< 18,5
2
Normal
18,5 22,9
3
Gemuk (Overweight)
23
4
At Risk
23 24,9
5
Obesitas I
25 29,9
6
Obesitas II
30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia, 2004

D. Anatomi
Gambar anatomi pankreas

Gambar peroses perubahan gulukosa pada DM tipe Idan II

E. Patofisiologi/Pathways

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2007 :
80 ) yaitu :
a. Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya
air menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi.
d. Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
f. Kelainan kulit : gatal gatal , bisul Kelaianan kulit berupa gatal gatal, biasanya terjadi
didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
g. Kelaianan ginekologis Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
candida.
h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.Pada penderita diabetes melitus
regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perfifer
mengalami kerusakan.
i. Kelemahan tubuh Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik
yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
j. Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuhProses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus
bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang
cepat pada penderita diabetes melitus.
k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensiPenderita diabetes melitus mengalami
penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang
berperan.

l. Mata kabur Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM
usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin
yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis
dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,
dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi
vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan
gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

G. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau
insulin relatif.
b. Hipoglikemi Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah. Biasanya disebabkan
peningkatan kadar insulin yang kurang tepat atau asupan karbohidrat kurang.
c. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik Adalah suatu dekompensasi metabolik
pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis
2. Komplikasi kronis
Mikroangiopati
a. Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina.
Faktor terjadinya retinopati diabetikum :lamanya menderita diabetes, umur
penderita, kontrol gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan).
b. Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang
tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus.
Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
c. Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain itu juga
bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang
ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf dan dapat disertai
dengan kelemahan motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
Makroangiopati
a. Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk dislipidemia,
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat
bersifat atherogeni karena mudah mengalami glikalisasi dan oksidasi.
b. Kaki DiabetikTerdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki
diabetes melitus :
1. Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
2. Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
3. Infeksi
4. Perubahan biomekanika kaki
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Plasma vena

< 100

100-200

>200

Darah kapiler

<80

80-200

>200

<110

110-120

>126

<90

90-110

>110

Kadar glukosa darah sewaktu

Kadar glukosa darah puasa


Plasma vena
Darah kapiler

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
I. Penatalaksanaan
Tujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadarglukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.Menurut Brunner danSuddart (2002 : 1227 ), ada empatkomponen dalam
pelaksanaan diabetes.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :


1. Diet
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang
berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Apabila
diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memperoleh
hasil yang bagus, terutama bagi golongan berekonomi rendah. Total kalori disesuaikan
dengan per tumbuhan, umur, status gizi, stress akut, dan aktifitas jasmani untuk

mendapat berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hr. jumlah
kandungan serat 25g/hr, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila
terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya. Cara menghitung kalori pada
pasien DM adalah tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah
kalori basal pasien DM. Cara yang mudah yaitu perhitungan menurut Bocca :
BB ideal = (TB dalam cm 100) 10% kg
Kemudian hitung jumlah kalori yang didiperlukan. Beberapa cara untuk
menetapkan total kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
a. Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan
30 untuk laki-laki dan 25 untuk perempuan. Kebutuhan kalori sebenarnya harus
ditambahkan lagi sesuai dengan kegiatan sehari-hari.
b.
Ringan
100 200 kkal/jam
Mengendarai mobil
Memancing
Kerja laboratorium
Kerja sekretaris
Mengajar kerja

Sedang
Berat
200 350 kkal/jam 400 900 kkal/jam
Rumah tangga
Aerobic
Bersepeda
Bersepeda
Bowling
Memanjat
Jalan cepat
Menari
Berkebun
Lari
Golf
Sepak bola
Sepatu roda
Tenis
Tabel 1 : Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai kegiatan
c. Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambahkan kalori berdasarkan
persentase kalori basal
1)

Kerja ringan, ditambah 10 % dari kalori basal.

2)

Kerja sedang, ditambah 20 % dari kalori basal.

3)

Kerja berat, ditambah 40 100% dari kalori basal.

4)

Badan kurus, terdapat infeksi, masih tumbuh kembang, sedang hamil atau
menyusui, ditambah 20 30% dari kalori basal.

d. Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut :


1) Pasien kurus

= 2.300 2.500 kkal

2) Pasien normal = 1.700 2.100 kkal


3) Pasien gemuk

= 1.300 1.500 kkal

e. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel 1 :

Dewasa kkal / kg

BB ideal

Gemuk

Kerja santai
25

Kerja sedang
30

Kerja berat
35

Normal

30

35

40

Kurus

35

40

40 50

2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3 4 kali tiap minggu selama 30 menit yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmica, interval, progressive, Endurance
training).
3. Edukasi
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien
dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien
dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup. Keberhasilan
dalam

mencapai

perubahan

perilaku,

membutuhkan

edukasi,pengembangan

keterampilan (skill), dan motivasi yang berkenaan dengan :


1. Makan makanan sehat
2. Kegiatan jasmani secara teratur
3. Menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang
spesifik
4. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai
5.
6.
7.
8.
9.

informasi yang ada


Melakukan perawatan kaki secara berkala
Mengelola diabetes dengan tepat
Mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan
Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian
masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku
hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,

implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.


4. Terapi Farmakologis (jika diperlukan)
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak
berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet/ dengan diet dan obat kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan
pembedahan atau beberapa kejadian stres lainnya.

J. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

Anamnesa

1.

Identitas
Nama Lengkap

: Ny. S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 47 tahun

Suku Bangsa

: Jawa

Aga ma

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Tanggal masuk

: 25 Januari 2011

Pukul

: 09.00 wib

Riwayat Penyakit

Keluhan utama

: Badan lemas

Keluhan tambahan

: Mual, kepala pusing,DAN SULIT TIDUR

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUAY tanggal 25 Januari 2011 melalui UGD


dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur.
Keluhan adanya penglihatan kabur disangkal. Dilakukan pemeriksaan gula
darah pada pasien, yang ternyata didapatkan hasil GDS = 540 g/dl. Oleh
dokter yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat.
Dua tahun yang lalu, pasien banyak makan dan minum namun tidak
disertai dengan peningkatan berat badan yang sesuai. Buang air kecil
sering terutama pada malam hari 5 kali. Buang air besar tidak ada
keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua
kakinya,

yang

dirasakan

hilang

timbul.

Pasien

mengaku

jarang

berolahraga. Satu tahun yang lalu pasien berobat ke RS dan dinyatakan


kencing manis dengan gula darah 300 g/dl. Oleh karena itu,

sebulan

sekali pasien sering kontrol ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan gula


darah. Walaupun demikian pasien sering mencuri makan makanan yang di
pantang tanpa sepengetahuan keluarga.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi dan gastritis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang serupa.

Pemeriksaan Fisik (25-1-2011)


Status Present
-

Keadaan umum

Tampak sakit sedang

Kesadaran

compos mentis

Tekanan Darah

120/80 mmHg

Nadi

80 x/menit

Pernafasan

Suhu

36,5 C

Berat Badan

68 kg

Tinggi badan

164 cm

Status gizi

20x/menit

Over weight

Status Generalis
KEPALA

Bentuk

Rambut

Mata

t.a.k

t.a.k

Palpebra oedem -/-,

konjungtiva ananemis, sklera anikterik, lensa


keruh, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

- Telinga

t.a.k

Hidung

t.a.k

Mulut

t.a.k

LEHER

Bentuk

Simetris

Trakhea

KGB

Tidak teraba pembesaran

JVP

Tidak meningkat

Di tengah

THORAK

Paru

Inpeksi

Palpasi

Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris

Fremitus taktil simetris kanan kiri

Perkusi

Auskultasi

Sonor pada kedua lapang paru

Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru,

wheezing (-)

ronki (-)

JANTUNG

Inspeksi

Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

Batas atas

: sela iga II linea parasternal kiri

Batas kanan : sela iga V linea parasternal kanan

Batas kiri : sela iga VI linea midklavikula kiri

Auskultasi

ABDOMEN

BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi

Palpasi

Perut datar, simetris

Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

Ballotement (-), Shifting Dulness (-)

Perkusi

Timpani,shifting dulness (-)

- Auskultasi

Bising usus (+) normal

perempuan, t.a.k

GENITALIA EXTERNA

Kelamin

EKSTREMITAS

Superior

Inferior

SENSIBILITAS

t.a.k

t.a.k

l Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior )

Rasa raba

: (N/N)

Rasa nyeri

: (N/N)

Rasa suhu panas

: (N/N)

Rasa suhu dingin

: (N/N)

LABORATORIUM

1.

Darah Rutin

Hb

12,5 gr/dl

Ht

31,8 grdl

LED

50 mm/Jam

2.

Leukosit

5,1 /mm

Trombosit

137 ribu/uL

MCV

83 fL

MCH

26,8 pg

MCHC

32,3 g/dl

MPV

7,4 fL

Fungsi ginjal

- Ureum

- Creatinin

3.

Kadar Gula

: 50 mg/dl

(18 55)

: 1,1 mg/dl (0,9 1,30)

- GDS

: 250 mg/ dl

RESUME

Pasien sejak 2 hari yang lalu mengeluh badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti
biasa.

Disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Riwayat DM 1 tahun yang lalu. Pasien sering
kontrol satu bulan sekali, tetapi sering makan makanan pantangan.

GDS = 540 mg/dl.

Diagnosis kerja

Diabetes Melitus tipe II

Laboratorium

GDS

: 250 mg/ dl

Penatalaksanaan

1.

Bed rest

2.

Diet DM

TB

: 164 cm

BMI = BB/TB2

BB ideal : 90%x( 164cm-100) x 1 kg = 57,6 kg

= 68 kg / (1,64 m)2

BB aktual : 68 kg

= 25, 28

Status gizi : (68/57,6) x 100%= 118 % (over weight)

Kalori basal : 30 kalori/kg BB

Perhitungan kalori

Kalori basal = 30 x 57,6 = 1728 kalori

Kerja ringan di tambah 10% dari kalori basal

= 10% x 1728 kal= 172,8 kalori

Diet total = 1728 + 172,8

= 1900,8 kalori 1900 kalori

3.

Medikamentosa

Infus RL 20 tts/mnt

Inj Ranitidin 1 amp/12 jam/iv

Glibenklamid 2xI

Neurosanbe 1 amp/hari

Antasid syrup 3xC I

Prognosa

Qua ad vitam

Dubia ad bonam

Qua ad fungsionam

Dubia ad bonam

Qua ad sanationam

Dubia ad bonam

Pemeriksaan Anjuran

Lipid profile

GDS rutin

Follow Up

TANGGAL

29 / 12 /
2010

30 / 12 /
2010

Keadaan umum

Tampak sakit sedang

Kesadaran

Compos mentis

31/ 12 / 2010

Vital sign
120/80
mmHg
-

120/80mmHg

120/80
mmHg

TD
36,70 C
36,50 C

36,30 C

Suhu
20 x / menit
20 x / menit

22 x / menit

Pernafasan
82 x / menit
80x / menit

Nadi

80x / menit

Keluhan
(+)
-

(+)

(+)

(-)

(-)

(+)

(-)

(-)

CA -/-, SI -/-

CA -/-, SI -/-

CA -/-, SI -/-

250 mg/dl

230 mg/dl

-Bed rest dan

-Bed rest dan


diet DM

Badan lemas

mual

sulit tidur

Pf

(+)

mata

Lab
GDS

Penatalaksanaan

diet DM

180 mg/dl

-Infus RL
-Infus RL

20 tts/mnt
20 tts/mnt

-Inj Ranitidin
-Inj Ranitidin

1amp/12
jam/iv

1amp/12
jam/iv

-Glibenklamid Glibenklamid

2xI

-Neurosanbe

1amp/hari

-Antasid

syrup3xC I

L. Intervensi

2xI

-Neurosanbe

1 amp/hari

-Antasid

syrup 3xC I

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai
dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik


Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas

yang dapat ditoleransi jantung


Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur

Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan

penyembuhan.

Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi

ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan


Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :

Hindarkan lantai yang licin.


Gunakan bed yang rendah.
Orientasikan klien dengan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

DAFTAR PUSTAKA
2.

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,

3.

Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made

Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.


4.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

5.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica

6.

Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.


Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut

jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.


7.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2002

Anda mungkin juga menyukai