Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam
hal jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir,
dan kesejahteraan tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang
muncul

dalam

tataran

mikro

operasional

memunculkan

persepsi

rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara


aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan yang tidak
dapat menerapkannya. Pemahaman terhadap kedaaan nyata yang
dihadapi di lapangan sangat penting untuk menelaah kembali landasan
kebijakan, aturan, dan standar untuk meningkatkjan kualitas pelayanan.
Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, sudah pada
tempatnya

bila

melihat

ketenagaan

pelayanan

dalam

kerangka

keterkaitan sistem kesehatan nasional, sistem pendidikan nasional dan


sistem lainnya. Pengelolaan ketenagaan kesehatan harus dilakukan
dengan mempertimbangkan kaitannya dengan sistem pendidikan dan
ketenagakerjaan secara menyeluruh, terutama melalui telaahan di bidang
ketenagakerjaan dan pendidikan.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat

kesehatan

masyarakat

yang

optimal

yang

ditandai

oleh

penduduknya berperilaku sehat dan dalam lingkungan sehat, memiliki


kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia (Indonesia Sehat 2010).
Berbagai

faktor

atau

determinan

yang

mempengaruhi

derajat

kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial),


perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam
system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional
(Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut
1

menentukan kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya


kesehatan,

pembiayaan

kesehatan,

sumber

daya

manusia

(SDM)

kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat,


dan manajemen kesehatan.
Dalam subsistem SDM kesehatan, tenaga kesehatan merupakan
unsure utama yang mendukung subsistem kesehatan lainnya. Yang
dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja
secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Subsistem SDM kesehatan bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan
yang

bermutu

secara

mencukupi,

terdistribusi

secara

adil,

serta

termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdayaguna, untuk menjamin


terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes, 2004).

Upaya peningkatan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan selama


beberapa dekade terakhir, namun masih terdapat kendala dalam pemerataan kesehatan.
Terdapat tantangan yang cukup besar untuk membuat kemajuan dibidang kesehatan.
Dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana membuat suatu program atau intervensi,
informasi tentang banyaknya biaya yang dibutuhkan, dan pengelolaan sumber daya
secara efektif.
Pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada tantangan dalam mengelola
sumber daya yang ada. Sumber daya adalah barang yang terbatas, oleh karena itu mereka
harus dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana. Alokasi sumber daya
khususnya di bidang kesehatan harus memenuhi dua kriteria etika utama. Etika pertama
yaitu dengan biaya yang terbatas dapat memaksimalkan manfaat kesehatan bagi
masyarakat. Etika kedua adalah alokasi dan distribusi sumber daya harus adil pada setiap
individu atau kelompok.
Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat adalah biaya. Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian bidang
keekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan merupakan
masalah moral. Alokasi sumber daya yang tidak efektif menghasilkan manfaat yang lebih
sedikit daripada yang mungkin terjadi dengan alokasi yang berbeda
2

1.2

Tujuan

Untuk mengetahui :

1. Perencanaan Kesehatan
2. Perencanaan Fasilitas dan Personel Kesehatan
1. Perencanaan Fasilitas Kesehatan
2. Personel Kesehatan
3. Analisis Manfaat Biaya dan Efektivitas Biaya Program-Program Kesehatan
1. Analisis Manfaat Biaya Kesehatan
2. Efektivitas Biaya Program-Program Kesehatan
BAB II
PERENCANAAN FASILITAS DAN PERSONIL KESEHATAN
DAN ANALISIS MANFAAT DAN EFEKTIFITAS BIAYA PROGRAM
KESEHATAN
2.1 PERENCANAAN KESEHATAN
1. Pengertian
Perencanaan adalah Upaya untuk menetapkan kegiatan dan upaya untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien. Perencanaan atau planning adalah proses
pengambilan keputusan yang menyang kut apa yang akan dilakukan di masa mendatang,
kapan, bagaimana dan siapa yang akan melakukannya.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta
diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan masalah. Perencanaan
juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai
tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa
akan datang, yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah
satu tugas manajer yang terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan
jangka panjang dan pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan
di dalam (internal) organisasi.
2. Manfaat Perencanaan
3

Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah manajer dan staf organisasi
kesehatan tersebut dapat mengetahui :
a. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara mencapainya
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.
d. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
e. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat dilaksanakan secara teratur.
f. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif.
g. Mengukur hasil kegiatan.
h. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.
3. Unsur Unsur Perencanaan
Menurut Manullang (2009:41), rencana yang baik pada umumnya memuat enam
unsur yaitu what, why, where, when, who, how. Selanjutnya menurut Hasibuan (2008 :
112), pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab secara ilmiah, artinya atas hasil analisis
data, informasi, dan fakta, supaya rencana yang dibuat itu relatif baik, pelaksanaannya
mudah dan tujuan yang diinginkan akan tercapai. Pertanyaan itu secara rinci berupa:
1. What (apa)
Apa yang akan dicapai, tindakan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai
sasaran, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, harus ada penjelasan dan
rinciannya
2. Why (mengapa)
Mengapa itu menjadi sasaran, mengapa ia harus dilakukan dengan memberikan
penjelasan, mengapa ia harus dikerjakan dan mengapa tujuan itu harus dicapai.
3. Where (di mana)
Di mana tempat setiap kegiatan harus dikerjakan. Perlu dijelaskan dan diberikan
alasanalasannya berdasarkan pertimbangan ekonomis.
4. When (kapan)
Kapan rencana akan dilakukan. Penjelasan waktu dimulainya pekerjaan baik
untuk tiap-tiap bagian maupun untuk seluruh pekerjaan harus ditetapkan standar
waktu untuk memilih pekerjaan-pekerjaan itu. Alasan-alasan memilih waktu itu
harus diberikan sejelas- jelasnya.
5. Who (siapa)
Siapa yang akan melakukannya, jadi pemilihan dan penempatan karyawan,
menetapkan persyaratan dan jumlah karyawan yang akan melakukan pekerjaan,
luasnya wewenang dari masingmasing pekerja.
6. How (bagaimana)
Bagaimana mengerjakannya, perlu diberi penjelasan mengenai teknik-teknik
pengerjaannya.
4. Jenis-Jenis Perencanaan Kesehatan
4

Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain :


1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana :
a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10-25
b.

tahun.
Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7

c.

tahun.
Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku
untuk 1 tahun.

2. Dilihat dari tingkatannya :


a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan
organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai
ruang lingkup yang luas.
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada
pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat
rutin.
3. Ditinjau dari ruang lingkupnya :
a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan
tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini
sulit untuk diubah.
b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang
bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan
tujuan tidak berubah.
c. Rencana menyeluruh

(comprehensive planning) ialah rencana yang

mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.


d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung
uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain
diluar kesehatan.

5. Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi
masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahaan masalah, implementasi
(pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi.

Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini umumnya menggunakan


pendekatan pemecahan masalah (problem solving), secara terinci langkah-langkah
perencanaan kesehatan adalah sbb:
b) Identifikasi Masalah
Perencanaan adalah suatu bentuk rancangan masalah. Sumber masalah kesehatan
masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain:
a.
b.
c.

Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.


Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan

perencanaan kesehatan.
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.
c) Menetapkan prioritas Masalah
Untuk menentukan Prioritas masalah harus dipilih masalah yang Feasible untuk
dipecahkan. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni :
d. Melalui teknik scoring, yakni dengan menggunakan ukuran (parameter) antara
lain :
- Prevalensi penyakit ( Prevalence) atau besarnya masalah
- Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (Severity).
- Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
-

ummet need)
Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social

benefit)
Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
(resources availability)

Masalah yang memperoleh nilai tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan.


b. Melalui teknik non-scoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok,
disebut Nominal Group Technique (NGT). Ada 2 NGT, yakni:
- Delphi technique : yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok
orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan
-

menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.


Delbeq technique : menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini
adalah juga melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para
peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu
6

sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah


yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati
bersama.
d) Menetapkan Tujuan
Pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh
perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara konkret dan
dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
a.

Tujuan umum
Bersifat umum dan masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus, dan

b.

pada umumnya masih abstrak.


Contoh : Meningkatkan status gizi anak balita di kecamatan Cibadak
Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan-tujuan
khususnya tercapai.
Contoh : apabila tujuan umum seperti diatas dijabarkan kedalam tujuan khusus
menjadi sbb:
- Meningkatkan perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi kepada anak
-

balita.
Meningkatkan jumlah anak balita yang ditimbang di Posyandu.
Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik dan sebagainya.

e) Menetapkan Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan mencakup 3 tahap pokok,
yakni :
-

Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan


sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-rapat koordinasi,

perizinan dan sebagainya.


Kegiatan pada tahap pelaksanaannya, yakni kegiatan pokok program yang

bersangkutan
Kegiatan pada tahap penilaian , yakni kegiatan untuk mengevaluasi seluruh
kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.

f) Menetapkan Sasaran (Target Group)

Sasaran adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap oleh program yang
direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan dibagi dua, yakni :
a.

Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program.


Misalnya kalau tujuan umumnya : Meningkatkan status gizi anak balita seperti

b.

di atas maka sasaran langsungnya adalah anak balita.


Sasaran tidak langsung, adalah kelompok yang menjadi sasaran antara program
tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung.
Misalnya : seperti contoh di atas, anak balita sebagai sasaran langsung
sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung. Ibu anak balita,
khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi kepada anak sangat
menentukan status gizi anak balita tersebut.

g) Waktu
Waktu yang ditetapkan sangat tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta
kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan.
h) Organisasi dan Staf
Dalam bagian ini di gambarkan atau diuraikan organisasi dan sekaligus staf atau
personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program tersebut.

i) Rencana Anggaran
Uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari
persiapan sampai Evaluasi. Yang meliputi :
- Biaya personalia
- Biaya operasional
- Biaya sarana dan fasilitas
- Biaya penilaian
j) Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi adalah Suatu uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk
menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai.
2.2 PERENCANAAN FASILITAS DAN PERSONIL KESEHATAN
2.2.1 PERENCANAAN FASILITAS KESEHATAN
Setelah aktivitas perencanaan produk dan pengembangan produk
baru selesai dilakukan, maka aktivitas berikutnya adalah perencanaan
8

fasilitas yang akan digunakan untuk melaksanakan proses produksi


atau transformasi.
Perencanaan fasilitas kesehatan merupakan penentuan dukungan untuk kegiatan
medis yang dapat mendukung pencapaian tujuan aktivitas kesehatan.
Secara umum tujuan dari perencanaan fasilitas sebagai berikut:
-

Menunjang tujuan organisasi melalui peningkatan penanganan material dan

penyimpanan.
Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang, dan energi secara efektif
Meminimalkan investasi modal
Mempermudah pemeliharaan
Meningkatkan keselamatan dan kepuasan kerja

Proses perencanaan fasilitas


Perencanaan fasilitas memerlukan suatu prises yang dilakukan secara sistematis
untuk mempetoleh hasil yang baik. Berdasarkan klasifikasimya perencanaan fasilitas
dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Perencanaan Lokasi
Perencanaan lokasi adalah proses menentukan daerah atau tempat untuk sebuah
aktivitas atau fasilitas. Perencanaan lokasi merupakan suatu kegiatan straregis yang
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan sehingga
perusahaan atau pabrik dapat beroperasi dengan lancar, dengan biaya rendah, dan
memungkinkan perusahaan dimasa datang.
Penentuan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam :
-

Melayani konsumen dengan baik


Mendapatkan bahan-bahan yang cukup dan continue dengan harga yang

layak atau memuaskan


Mendapatkan tenaga kerja yang cukup
Memungkinkan perluasan perusahaan dikemudian hari

Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalan penentuan lokasi, antara lain :

Dalam mendapatkan lokasi suatu perusahaan atau pabrik yang tepat, perlu untuk
memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan. Faktorfaktor itu antara lain :
Letak pasar
Letak sumber bahan baku
Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan tenaga listrik
Ketersediaan air
Fasilitas pengangkutan
Fasilitas perumahan, pendidikan, pembelajaran, dan telekomunikasi
Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran
Peraturan pemerintah setempat
Sikap masyarakat
Biaya dari tanah dan bangungan
Luas tempat patkir
Saluran pembuangan
Kemungkinan perluasan
Lebar jalan
2. Perancangan Fasilitas
Perancangan Fasilitas adalah proses membangun fasilitas sesuai dengan tujuan
aktivitas. Perancangan Fasilitas terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a.

Perancangan (sistem) fasilitas,


Perancangan (sistem) fasilitas adalah kegiatan yang menghasilkan fasilitas yang

terdiri atas penataan unsur fisiknya, pengaturan aliran bahan, dan penjaminan keamanan
para pekerja. Secara factual keluaran dari perancangan fasilitas hanya berupa luas
ruangan yang dihasilkan dari pengaturan berbagai komponen-komponen yang terlibat
dalam organisasi. Kegiatan perancangan fasilitas adalah menganalisis, membentuk
konsep, merancang, dan mewujudkan system bagi pembuatan barang atau jasa.
b.

Perancangan tata letak fasilitas (Lay Out)

Beberapa hal yang dapat membantu dalam perencanaan Lay Out:

Atap cukup tinggi, hal ini akan memudahkan perusahaan di dalam mengatur

penerangan dan sirkulasi udara.


Gang-gang cukup lebar, akan meudahkan arus barang dan manusia, dan juga
memudahkan perawatan fasilitas perusahaan

10

Daya tahan lantai & bangunan, sangat berguna apabila perusahaan memilih
bangunan berlantai lebih dari satu (bangunan bertingkat).Penting juga bila

perusahaan menggunakan mesin atau fasilitas lain yang berat


Dudukan mesin yang fleksibel, penting untuk memudahkan perawatan dan

pergantian mesin misalnya


Fleksibel untuk kondisi Emergency, Dll

Tujuan Perencanaan Tata Letak :


a) Pemanfaatan fasilitas & peralatan dengan optimal, terutama bagi perusahaan
yang tidak memiliki lahan atau bangunan yang luas
b) Aliran manusia & material menjadi lancer
c) Pemakaian ruang dengan efisien, dalam arti memudahkan pergerakan bahan
dan manusia
d) Memberi ruang gerak yang cukup, untuk kelancaran dan kenyamanan

c.

operasional perusahaan
e) Biaya investasi & produksi yang rendah,
f) Fleksibilitas untuk perubahan
g) Keselamatan kerja
h) Suasana kerja yang baik
i) Penggunaan tenaga kerja & persediaan yang efisien
Perancangan dan system pemindahan bahan
Fasilitas

produksi

yang

direncanakan

dengan

baik,

akan

memudahkan arus lalu lintas material dari gudang ke tempat produksi,


dari satu departemen ke departemen lainnya.
2.2.2 PERSONIL KESEHATAN
1. Definisi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di
bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok dari subsistem
SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Unsur utama dari subsistem ini adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan,
dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

11

Perencanaan berlangsung pada dua tingkat. Pada tingkat mikro perlu direncanakan
jumlah pekerja yang memadai untuk memenuhi, tetapi tidak melebihi permintaan efektif
di masa mendatang serta yaitu yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang didukung oleh
kemauan kemampuan. Pada tingkat mikro fungsi dan penugasan para pekerja harus
ditetapkan. Dalam praktek kedua aspek ini harus dicapai secara stimulant, misalnya sulit
untuk megatakan dengan tepat berapa perawat yang harus dilatih sebelum peran dan
beban kerja mereka dijelaskan dan dihitung.
Sifat perencanaan personil kesehatan memiliki banyak aspek, dibutuhkan kerangka
kerja untuk analisis, diantaranya :
1. Analisis dan proyeksi penawaran
Mengukur penawaran semua jenis tenaga kesehatan yang ada secara terinci dan
memproyeksikan penawaran-penawaran pada 10 hingga 20 tahun kemudian, dengan
penambahan yang sudah diperhitungkan dari lulusan baru pengurangan yang
diperkirakan akibat kematian, migrasi, pensiun, dan perubahan profesi.
2. Analisis permintaan dan proyeksi permintaan
Mengevaluasi permintaan ekonomi secara efektif terhadap pelayanan kesehatan baik
maupun disector swasta maupun sector pemerintah dan memproyeksikan permintaan
ekonomi yang efektif untuk waktu 10 sampai 20 tahun kemudian.
3. Analisis dan proyeksi produktifitas
Memperkirakan jumlah rata-rata pelayanan tiap pekerja kesehatan per-unit waktu
dan memproyeksikan perubahan-perubahan
4. Menyesuaikan permintaan dan penawaran dimasa mendatang
Membandingkan

proyeksi

penawaran

dengan

proyeksi

permintaan

merekomendasikan penyesuaian seperlunya sehingga tercapai suatu keseimbangan bila


terdapat kendala yang tak terhindarkan.

12

Penawaran dapat diseimbangkan dengan permintaan melalui : (1) menaikkan


penawaran (S) atau (2) menaikkan produktifitas (lihat Gambar 1) Kenaikan dalam
produktifitas dapat dibatasi oleh standart mutu yang dapat diterima. Secara ekonomis
pelayanan total dapat ditingkatkan dengan biaya yang sama dengan menaikkan satuan
pelayanan tiap tenaga kesehatan atau dengan cara mensubstitusikan tenaga kesehatan
yang lebih murah. Ini kedengarannya agak sederhana, dan memang sebagai konsep,
mudah. Walau demikian, kerumitan akan muncul dalam praktek.
2. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan
Yang dimaksud dengan perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis,
jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan.(Depkes, 2004).
Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antar lain bahwa pengadaan dan
penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
yang merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan
memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan
jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda
penyusunan yang dapat digunakan yaitu;
1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.
2. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.
13

3. Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan


yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya
Puskesmas, dan Rumah Sakit.
4. Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan
pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.
Strategi Perencanaan SDM Kesehatan

Penyusunan

rencana

kebutuhan,

memperhatikan

kebutuhan

SDMK

yangdiutamakan untuk upaya kesehatan


Penguatan para Perencana SDM
Perencanaan melalui peningkatan dan pemantapan keterkaitannya dengan

pengadaan, pendayagunaan, serta binawas


Peningkatan sistem informasi

3. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan


Pendidikan

dan

pelatihan

tenaga

kesehatan

adalah

upaya

pengadaan tenaga kesehatan sesuai jenis, jumlah dan kualifikasi yang


telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan (Depkes, 2004).
Berdasarkan PP No.32 Tahun 1996 dan Kepmenkes No.1192 Tahun
2004 (Depkes, 2004) terdapat enam kelompok pendidikan tenaga
kesehatan yaitu:
1. Keperawatan yang meliputi Sekolah Perawat Kesehatan, Sekolah
Pengatur Rawat Gigi, Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan
Gigi
2. Kefarmasiaan,

meliputi

Sekolah

Menengah

Farmasi,

Analis

Farmasi
3. Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan)
4. Gizi
5. Keterapian Fisik meliputi Fisioterapi, Okupasi Terapi, Terapi
Wicara, Akupuntur
6. Keteknisan Medis meliputi SMAK, Analis Kesehatan, Teknik Gigi,
Ortotik

Prostetik,

Teknik

Elektro

Medik,

Teknik

Radiologi,

Pendidikan Teknologi Transfusi Darah, Perekam dan Informatika


Kesehatan, dan Kardiovaksuler.
14

4. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan


Pendayagunaan

tenaga

kesehatan

adalah

upaya

pemerataan,

pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan.

Strategi Pendayagunaan SDM Kesehatan

Kerjasama dgn Pemerintah Daerah dalam penempatan


Pengaturan dan pemberian imbalan untuk kepentingan pelayanan publik di DTPK
Swasta dapat merekrut dan menempatkan SDMK sesuai kebutuhannya
Pendayagunaan tenaga masyarakat untuk UKBM (Pemda, UPTD dan

masyarakat)
Penerapan pola karir di pemerintah & swasta.
CPD
Pendayagunaan nakes untuk LN & nakes asing Per-UU
Pendayagunaan nakes WNI lulusan LN
Diklat

2.3 ANALISIS MANFAAT BIAYA DAN EFEKTIFITAS BIAYA PROGRAM PROGRAM KESEHATAN
2.3.1

ANALISIS MANFAAT BIAYA KESEHATAN

1. Pengertian Biaya
Biaya adalah Seluruh pengorbanan sumber daya yang dikeluarkan oleh seseorang/
badan usaha dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya adalah nilai dari
sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk (output).
Dalam bidang kesehatan produk yang dihasilkan adalah jasa pelayanan kesehatan, misal
di rumah sakit produk outputnya adalah pelayanan rawat jalan, rawat inap, laboratorium,
radiologi, kamar bedah dan lain-lain
2. Analisis Biaya
Prasarat melakukan analisis biaya:
1. Struktur organisasi rumah sakit yang baik
2. Sistem akuntansi yang tepat
3. Adanya informasi statistik yang cukup baik
Kegunaan Analisis Biaya
1. Mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya ditempatkan, sbg
bahan pertimbangan dalam pengendalian biaya yang dikeluarkan.
15

Unit yg mengeluarkan banyak biaya


2. Mengetahui biaya satuan
Besarnya Tarif Pelayanan Yg Diberikan
Tarif Rasional Atau Tidak
Profit, rugi atau BEP
Cost Recovery
3. Bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran
4. Mendapatkan informasi tentang biaya total rumah sakit dan sumber pembiayaan
serta komponennya.
5. Menilai performance keuangan rumah sakit secara keseluruhan, sekaligus sebagai
bahan pertanggungjawaban
6. Menentukan tarif dari berbagai jenis pelayanan rumah sakit tergantung dari tujuan
dan jenisnya
7. Peningkatan efesiensi
8. Secara mikro, Analisis biaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan
atau negosiasi dengan pembayaran pihak ketiga
Pusat biaya dalam analisis dan penetapan biaya rumah sakit:
1. Instalasi dan bagian-bagian RS, misal: Bangsal-bangsal, instalasi radiologi,
laboratorium, bagian rumah tangga, pemeliharaan, dll
2. Unit pelayanan yang merupakan sumber biaya produksi rumah sakit yang dapat
diidentifikasi, misalnya Biaya kamar, biaya rata-rata setiap pemeriksaan darah
rutin, biaya rata-rata per pasien per kunjungan poliklinik, biaya rata-rata obat per
pasien per hari rawat
3. Pusat biaya berbasis pada diagnosis penyakit, yang terkenal dengan sistem DRGs
Penyebab Meningkatnya Biaya Kesehatan

16

Pola penyakit degeneratif

Orientasi pada pembiayaan kuratif

Pembayaran out of pocket secara individual

Service yang ditentukan oleh provider

Teknologi canggih

Perkembangan spesialisasi ilmu kedokteran

Tingkat Inflasi

Inflasi Sektor Kesehatan dipengaruhi:


1. Indemnity Health Insurance
2. Medical Technology
3. Demand
4. Komponen non medis untuk kebutuhan convenience & amenities
5. Defensive Medicine
6. Meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut Meningkatnya penyakit kronis
Dengan adanya biaya kesehatan yang tinggi kesulitan kemampuan masyarakat
memanfaatkan pelayanan kesehatan tingkat / derajat kesehatan rendah.
Pengendalian Biaya Pelayanan RS
1. Meningkatkan Efisiensi
Economic Efficiency
Technical in Efficiency
Scale Efficiency
2. Sistem Pembayaran adalah Sistem pembayaran prospektif kepada PPK,
mengendalikan supply induced demand
3. Standarisasi Pelayanan, Tanpa standar yang jelas, akan sulit memprediksi dan
mengendalikan biaya, artinya ketidak pastian dapat menimbulkan biaya yang
semakin besar
4. Pembinaan promosi dan Penyuluhan kesehatan, upaya sistematis dan terencana
untuk mengarahkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif, preventif dan
edukatif.
5. Intervensi Teknis
Analisis Biaya Penghitungan Unit Cost
17

6. Hospital Investment Control, Menghindari investasi yang tidak optimal dengan


melakukan studi kelayakan terlebih dahulu antara lain dengan Cost Effectiveness
Analysis dan Cost Benefit Analysis.
7. Penggunaan

Sistem

Casemix,

sistem

pengklasifikasian

penyakit

yang

menggabungkan jenis penyakit yang dirawat di RS dengan biaya keseluruhan


pelayanan yang terkait menggunakan DRG (Diagnostic Related Group)
3. Analisis Manfaat Biaya Kesehatan
Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik
dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Analisis manfaat dan biaya
digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang
langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Menurut Mulyadi (1990), Analisis biaya merupakan suatu upaya mencapai
penggunaan sumberdaya ekonomi yang optimal sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, khususnya yang menyangkut berbagai macam alternatif untuk masa
mendatang. Sedangkan menurut Berman (1996), Analisis biaya adalah proses menata
kembali data atau informasi yang ada dalam laporan keuangan untuk memperoleh usulan
biaya pelayanan rumah sakit. Dengan kata lain, analisis biaya merupakan pendistribusian
biaya dari unit pemeliharaan, unit operasional, dan unit pelayanan umum lainnya ke
bagian perawatan, gawat darurat, atau pendapatan rumah sakit dari layanan yang
diberikan kepada pasien.
4.
Identifikasi Manfaat dan Biaya
a. Klasifikasi Manfaat dan Biaya
Dalam menentukan manfaat dan biaya suatu program atau proyek harus dilihat
secara luas pada manfaat dan biaya sosial dan tidak hanya pada individu saja. Oleh
karena menyangkut kepentingan masyarakat luas maka manfaat dan biaya dapat
dikelompokkan dengan berbagai cara (Mangkoesoebroto, 1998; Musgrave and
Musgrave, 1989):

Real (Riil)
Primer-Sekunder
Tangible-Intangible
Internal-Eksternal
Semu (Pecuniary)
18

Primer

Salah satunya yaitu mengelompokkan manfaat dan biaya suatu proyek secara riil
(real) dan semu (pecuniary). Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang
yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi pihak lain. Manfaat semu adalah yang
hanya diterima oleh sekelompok tertentu, tetapi sekelompok lainnya menderita karena
proyek tersebut.
Pada analisis manfaat dan biaya pada proyek swasta, manfaat pada umumnya diukur
dengan cara mengalikan jumlah barang yang dihasilkan dengan perkiraan harga barang.
Biaya yang diperhitungkan adalah semua biaya yang langsung digunakan proyek tersebut
berdasarkan harga pembeliannya. Ini berbeda dengan proyek pemerintah, sebab pada
umumnya manfaat penggunaan sumber ekonomi diukur dengan harga pasar oleh karena
harga pada pasar persaingan sempurna mencerminkan nilai sesungguhnya dari sumber
ekonomi yang digunakan. Pada keadaan yang tidak ada persaingan sempurna maka harga
pasar tidak menunjukkan nilai sumber ekonomi yang sesungguhnya. Dalam hal ini harus
dilakukan penyesuaian dengan menggunakan harga bayangan (shadow price). Beberapa
faktor yang menyebabkan tidak adanya harga yang terjadi pada persaingan sempurna
adalah adanya: unsur monopoli, pajak, pengangguran, dan surplus konsumen.
b. Memperkirakan Nilai yang Tidak Berwujud (Intangible)
Seperti sudah disinggung di atas bahwa manfaat dan biaya tidak berwujud yang tidak
dapat dipasarkan sulit dihitung. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan manfaat dan
biaya yang tidak berwujud. Manfaat tidak berwujud dapat ditentukan berdasarkan
pengukuran

langsung.

Misalnya

untuk

menentukan

manfaat

dari

program

penanggulangan pencemaran SO2 maka dapat digunakan langkah-langkah berikut ini :


mengukur emisi SO2, mengukur kualitas udara ambient, memperkirakan dampaknya
terhadap manusia baik bagi kesehatan, maupun dari segi keindahan, dan yang terakhir
adalah memperkirakan nilai dari dampak tersebut. Penentuan manfaat secara langsung ini
secara konsep dapat diterapkan, tetapi banyak kendala dalam melakukan pengukuran
sebenarnya. Untuk mengatasi kendala ini maka nilai manfaat diperkirakan berdasarkan
willingness to pay atau kesediaan orang untuk membayar. Beberapa pendekatan dari
konsep willingness to pay yang penting adalah:
Nilai Kesehatan
19

Pencemaran udara, misalnya karena emisi SO2, dapat menyebabkan kondisi


kesehatan orang yang terkena pencemaran akan memburuk, dapat menyebabkan sakit
kepala, sesak nafas, dan sebagainya. Kesediaan orang untuk mengeluarkan biaya
pengobatan atau untuk menghindari sakit akibat pencemaran udara tersebut dapat dipakai
sebagai ukuran manfaat dari program penanggulangan pencemaran.

2.3.2 EFEKTIFITAS BIAYA PROGRAM PROGRAM KESEHATAN


1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait
dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.
Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk
membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan
outcome yang sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan dalam
terminologi yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan
tekanan darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan dalam terminologi
moneter (Vogenbeg, 2001).
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Program atau kegiatan yang dinilai efektif
apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Secara umum
telah dikemukakan bahwa konsep efektivitas itu sendiri paling baik jika dilihat dari sudut
sejauh mana organisasi berhasil mendapatkan sumber daya dalam usahanya mengejar
tujuan strategi dan operasional (Steers (1985) dalam Ridha (2008).
Muennig (2008) memberikan penjelasan mengenai definisi efektivitas sebagai
berikut: Effectiveness is the performance of health interventions in the real world
Efektivitas adalah kinerja dari intervensi kesehatan di dunia nyata Lebih lanjut
Muennig menjelaskan bahwa efektivitas menunjukkan bagaimana bagusnya kinerja dari
tes, pengobatan atau program kesehatan di dunia nyata.
20

Cost Effectiveness Analysis (CEA) digunakan apabila benefit sulit ditransformasikan


dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang sosial,
khususnya bidang kesehatan yang bersifat program atau intervensi pada tingkat daerah.
Sesungguhnya untuk bidang kesehatan memberikan nilai rupiah bagi setiap hasil yang
diperoleh tidaklah mudah. Sekalipun misalnya dua

program

sama-sama

berhasil

memperpendek atau mempersingkat lama perawatan, misalnya dari lima menjadi


dua hari, namun nilai tiga hari yang berhasil ditekan tersebut tidak sama antara
satu program dengan program yang lain.
mempunyai

pekerjaan,

tentu

nilai

Untuk orang yang kebetulan tidak

rupiahnya

akan

jauh

lebih

kecil

jika

dibandingkan dengan seseorang yang kebetulan menjabat menjadi seorang manajer.


Karena kesulitan mengubah hasil program kesehatan ke dalam bentuk nilai uang,
maka tidak mengherankan kalau bidang kesehatan banyak menggunakan teknik
analisis efektifitas biaya atau CEA.
Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak dan sering
dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit cost) dihitung
dari biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.
Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang digunakan
adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam perhitungannya tanpa
mempertimbangkan biaya depresiasi.
2. Kegunaan Cost Effectiveness Analysis
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan biaya
intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan yang diharapkan. Intervensi dapat
dipahami sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan berbagai input, yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan. CEA sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari
macam-macam program dengan tujuan yang sama.

21

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(1) Perencanaan kesehatan merupakan Usaha untuk merinci kegiatan pelayanan
kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada dan menetapkan alokasi
sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai status kesehatan masyarakat
yang dikehendaki dalam periode tertentu pada masa yang akan dating
(2) Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja.
Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk menunjang perumusan
masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan alternative tindakan yang
terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga merupakan suatu keputusan
untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu suatu tindakan yang
diproyeksikan di masa yang akan datang. Salah satu tugas manajer yang
terpenting di bidang perencanaan adalah menetapkan tujuan jangka panjang dan
pendek organisasi berdasarkan analisis situasi di luar (eksternal) dan di dalam
(internal) organisasi.
(3) Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat adalah biaya. Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian
bidang preekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan merupakan masalah moral. Alokasi sumber daya yang tidak efektif
menghasilkan manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin terjadi dengan
alokasi yang berbeda.
(4) CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang dapat

memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan pilihan


22

dengan tujuan yang sama. Dalam analisis keefektifan biaya dilakukan dengan
membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur dalam satuan
moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam peningkatan kesehatan.
Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang dapat memperoleh rasio
keefefektifan biaya untuk setiap intervensi. Intervensi yang efektif dapat
memberikan lebih banyak manfaat pada lebih banyak orang sehingga menjadi
pertimbangan penting dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan sosial.

23

Anda mungkin juga menyukai