Anda di halaman 1dari 18

BAB I: PENDAHULUAN

Agama merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang, bahkan bisa
dikatakan jikalau semua orang butuh agama. Seseorang yang tidak memiliki
agama seakan hidup tanpa tujuan dan tidak tahu untuk apa ia ada di dunia ini.
Mungkin agama di dunia ada banyak sekali, mulai dari agama Islam, Kristen,
Budha, dan sebagainya. Dalam memilih suatu agama tentunya seseorang akan
memilih agama yang sesuai dengan apa yang ia yakini dan ia percayai. Selain itu,
ada juga faktor lain yang membuat seseorang memilih suatu agama, seperti faktor
keturunan. Misalnya saja ada seseorang yang terlahir dalam keluarga yang
beragama Islam, maka kemungkinan besar orang tersebut juga akan beragama
Islam seperti keluarganya. Di dalam beragama tentunya kita harus mengetahui apa
saja yang terkandung dalam agama yang kita pilih, seperti apa saja yang diajarkan
dalam agama tersebut, bagaimana cara peribadatannya, hingga sejarah dari agama
tersebut.
Dari sekian banyak agama yang ada di dunia sekarang, hanya terdapat satu
agama yang diridhoi oleh Allah yaitu Islam.
Sesungguhnya agama ( yang diridhoi ) di sisi Allah hanyalah Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran : 19)
Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karekteristik yang khas
dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai
literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian
agama Islam, sumber, dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk
memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang
berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan
pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas
pemahaman keIslaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan

tindakan keIslaman yang bersangkutan. Kita barangkali sepakat terhadap kualitas


keIslaman seseorang yang benar-benar komprehensif dan berkualitas.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam. Mempelajari agama Islam
merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah,
sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Jadi, siapapun, dimanapun, ras apapun, serta bahasa apapun yang kita
gunakan dalam komunikasi, fitrah kita jelas sekali terpampang yaitu sebagai
seorang manusia yang beragama Islam. Secara langsung maupun tidak langsung,
di dalam masing-masing jiwa manusia itu sendiri pada dasarnya telah tertanam
rasa ketauhidan, yaitu keesaan terhadap Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus
lebih memperdalam ilmu kita tentang agama Islam.

BAB II: PEMBAHASAN


Pengertian Islam Menurut Ajaran
Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan dan disyariatkan Allah SWT
kepada umat manusia secara estafet melalui para Nabi dan Rasul-Nya sehingga
sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW sebagai penyempurna ajaran
Islam sebelumnya.

Sesungguhnya Agama ( yang diridhai ) di sisi Allah hanyalah Islam..(QS.AliImran :19)


Islam berarti penyerahan diri kepada Allah dengan beriman dan bertauhid kepadaNya serta mengikuti syariat-Nya yang dibawa oleh para Rasul-Nya.
Syaikh Muhammad al-Tammiy menambahkan asas makna Islam ini menjadi 3
hal, yang diistilahkannya dengan tawhd, ta`at dan bar`ah dari syirik, dimana dia
berkata:

( )
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk dan
patuh kepadaNya dengan keta`atan serta membebaskan diri (bara`ah) dari
syirik

Untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk mencapai keridhoan-Nya, Allah
SWT hanya menurunkan satu agama kepada hamba-hamba-Nya, sejak awal
penciptaan manusia hingga hari kiamat kelak, yaitu agama Islam. Seluruh nabi,
dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad SAW, hanya membawa dan
mendakwahkan agama Islam. Itulah sirotulmustaqim.

Inti agama Islam adalah berserah diri secara total kepada Allah SWT,
mengesakan-Nya, mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya dengan mengikuti
wahyu dan syariat-Nya. Hakikat sesuatu yang diajarkan oleh Islam tidak akan
pernah berubah, sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad SAW dan hingga
hari kiamat. Adapun syariat yang diturunkan Allah SAW, yaitu cara beribadah,
tempat dan kadar peribadatan serta peraturan kemasyarakatan, bahkan hukum
halal dan haram, masih bisa berbeda antara satu rasul dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, walaupun berbeda dalam syariat di beberapa bagian detail atau
rinciannya (mayoritas syariat global sama saja), namun aqidah para nabi dan
ajaran mereka adalah sama, yaitu Islam.

Nabi Musa a.s. adalah nabi Islam, beragama Islam dan mendakwahkan Islam serta
para pengikutnya adalah orang-orang Islam, bukan agama Yahudi. Sedangkan
agama Yahudi adalah agama batil yang dianut oleh orang-orang yang menyelisihi
ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa a.s.


Musa Berkata: Wahai kaum, jika kalian beriman kepada Allah, maka
bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang-orang Islam
(muslimin). (QS. Yunus [10]: 84)

Demikian pula halnya dengan Nabi Isa a.s. dan para pengikutnya yang setia,
mereka adalah kaum muslimin sedangkan para penyelisihnya yang dinamakan
umat Kristiani dengan agama mereka (Kristen), mereka adalah kaum musyrikin.


Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail), ia berkata:


Siapakah yang siap menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Allah?, para hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolongpenolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam. (QS. ali Imron [3]: 52)

Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia:
Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada rasul-Ku. Mereka menjawab: Kami
telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang Islam (muslimun). (QS. al-Maidah [5]: 111)
Pada waktu yang sama, Allah SWT menolak semua agama selain Islam, walaupun
bertujuan atau ditujukan untuk mendapatkan keridhoan-Nya.

Barangsiapa menganut agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (QS. ali-Imran [3]: 85)


Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku ridoi Islam itu jadi agama
kalian. (QS. al-Maidah [5]: 3)

Karakteristik Ajaran Islam


Istilah karakteristik ajaran Islam terdiri dari dua kata: karakteristik dan ajaran
Islam. Kata karakteristik dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan sesuatu yang
mempunyai karakter atau sifat yang khas. Islam dapat diartikan agama yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an dan
diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah SWT, berarti karakteristik ajaran
Islam dapat diartikan sebagai ciri khas yang mempelajari tentang berbagai ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, muamalah
(kemanusiaan), yang didalamnya temasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, dan disiplin ilmu yang baik dan benar. Konsepsi Islam
dalam berbagai bidang yang menjadi karakteristiknya itu dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT
karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid.1 Ibadah adalah sebagai
upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibadah ada yang umum ada yang khusus.
Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, sedangkan yang
khusus adalah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT akan perincian-perinciannya,
tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.2
Ibadah yang akan kita bahas saat ini ialah ibadah yang khusus.
Dalam Islam diterangkan bahwa dalam beribadah dilarang yang namanya
"kreatifitas", sebab meng-create atau membentuk suatu ibadah dalam agama Islam
dinilai sebagai bid'ah yang dikutuk nabi sebagai kesesatan. Bilangan shalat lima
waktu beserta tata cara menggerjakannya ataupun ketentuan ibadah haji dan tata
cara mengerjakannya misalkan, adalah ibadah yang sudah ditetapkan oleh Allah
1 QS. Adz-Dzariyat:56
2 Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: al-ma'arif, 1977) cet. II hlm
44 dan 47.

ketentuan-ketentuan dan segalanya. Maka sebagai manusia atau penganutnya kita


tidak boleh ikut campur bahkan mengubahnya
Ketentuan ajaran Islam yang begitulah yang membuat akal tidak
boleh ikut campur tangan, bahkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya, juga
membuat atau membentuk manusia atau penganut berserah diri, patuh dan tunduk
guna mendapatkan kedamaian dan kesalamatan, dan itulah yang membawa
seorang hamba menjadi hamba yang sholeh, mempunyai jiwa yang tenang, rendah
hati, menyandarkan diri kepada amal sholeh dan ibadah, dan tidak kepada nasab
keturunan. Semuanya itu adalah gejala kedamain dan keamanan sebagai
pengalaman dari ibadah.3
2. Dalam Bidang Akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui bidang akidah
ialah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
Yang diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanyalah Allah SWT.4 Murni
dalam isinya artinya bahwa keyakinan tersebut sedikit pun tidak boleh melenceng
atau diberikan kepada yang lain selain Allah SWT. Murni dalam prosesnya artinya
adalah bahwa dalam prosesnya harus langsung, tidak boleh diwakilkan atau
melalui perantara. Akidah yang seperti itulah yang akan melahirkan bentuk
pengabdian hanya kepada Allah SWT, yang selanjutnya akan berdampak kepada
cara bertingkah laku, dan pada akhirnya berbuat dan menimbulkan amal sholeh.
3. Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan
bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Dari satu segi Islam terbuka dan
sangat akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan
dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima selurh jenis ilmu
dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.
3 Ahmad Amin, Fajar Islam, (Cirebon: 1967), hlm. 94
4 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodologi Studi Islam, cetakan kesembilan,
(Jakarta, PT RajaGrafindo, 2004), p.84.

Bagaimanapun Islam adalah mata rantai peradaban dunia. Dalam sejarah kita
melihat Islam mewariskan peradaban Yunani-Roma di Barat, dan peradabanperadaban Persia, India, dan China di Timur. Islam bertindak sebagai pewaris
utama yang kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui
Renaissans. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Islam menjadi mata
rantai yang penting dalam sejarah peradaban dunia.
Karakteristik Islam dalam bidang

ilmu

pengetahuan

dan

kebudayaan tersebut dapat dilihat dari 5 ayat pertama surat Al-Alaq. Pada ayat
tersebut terdapat kata iqra' yang diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut tidak
hannya berarti membaca dalamm arti bahasa, tetapi berarti menelaah,
mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisis, dan
penyimpulan secara induktif. Semua cara tersebut dapat digunakan dalam proses
mempelajari sesuatu. Hal itu dapat digunakan untuk menngembangkan ilmu
pengetahuan. Artinnya

Islam mendorong

manusia

agar memiliki ilmu

pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk merenung, berpikir dan


sebagainya.
4. Dalam Bidang Pendidikan
Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut
di atas, Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam pendidikan. Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki maupun
perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat. Seperti yang terkutip di hadist
Rasulullah SAW. "Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi orang Islam laki-laki dan
perempuan. Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat". Di dalam
Islam banyak diketahui metode-metode pembelajaran seperti: ceramah, tanya
jawab, diskusi, demontrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman, nasihat, dan sebagainya.
5. Dalam Bidang Sosial
Ajaran Islam dalam bidang sosial adalah yang paling menonjol
karena seluruh bidang ajaran Islam adalah untuk kesejahteraan manusia. Islam

menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan


kesabaran, kesetiakawanan, kerukunan antar tetangga, tenggang rasa dan
kebersamaan. Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam
ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah.5 Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari aspek
kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid,
tempat mengabdi pada Allah SWT. Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah
(dalam arti khusus).
Dalam hadistnya, Rasulullah SAW mengingatkan imam supaya
memperpendek shalatnya bila di tengah jamaah ada yang sakit, orang lemah,
orang tua, atau orang yang mempunyai keperluan. Istri Rasulullah SAW Siti
Aisyah, mengisahkan: Rasulullah SAW shalat di rumah dan pintu terkunci. Lalu
aku datang (dalam rijwayat lain aku minta dibukakan pintu), maka Rasulullah
SAW berjalan membuka pintu, kemudian kembali ke tempat shalatnya. Hadist ini
diriwayatkan oleh lima orang perawi, kecuali Ibn Majah. Lalu Islam sangat
menilai bahwa ibadah berjamaah atau bersama-bersama dengan orang lain lebih
tinggi daripada yang dilakukan secara perorangan, dengan perbandingan 27
derajat. Dari sini kita mengetahui betapa Islam dan ajarannya menjunjung tinggi
nilai-nilai sosial.
6. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dijalani seorang
manusia adalah kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Urusan dunia
dikejar untuk mencapai kehidupan akhirat, dan kehidupan akhirat dicapai dengan
dunia. Seperti hadist nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Mubarak yang artinya:
Bukanlah termasuk orang yang baik diantara kamu adalah orang yang
meninggalkan dunia untuk mengejar kehidupan akhirat, dan orang yang
meninggalkan akhirat untuk mengejar kehidupan dunia.6 Orang yang baik adalah
5 Ibid p.89.
6 Ibid p.90.

orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat untuk
menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia.
Dari sini dapat kita lihat bahwa Islam sangat memperhatikan
kehidupan dunia, dan kehidupan dunia tidak akan lepas dengan yang namanya
ekonomi. Alam raya ini adalah sesuatu yang diciptakan manusia untuk
dimanfaatkan manusia bukan malah menjadi obyek sesembahan. Maka cara
terbaik untuk mensyukurinya adalah dengan menggunakan dan memanfaatkannya
dengan baik dan benar untuk keperluan ekonomi yang menopang kehidupan
dunia. Dengan demikian, bukan hanya semakin mantap iman tetapi kita juga akan
merasakan manfaat atas segala ciptaan Tuhan. Dari keadaan demikian, maka kita
akan memanfaatkan kehidupan dunia untuk beribadah kepada Allah SWT yang
akan berimbas kepada hasil ekonomi yang kita dapat halal dan berbuah barakah.
7. Dalam Bidang Kesehatan
Ciri khas Islam selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai
kesehatan. Ajaran Islam memegang prinsip pencegahan lebih baik daripada
penyembuhan. Yang dalam bahasa Arab, prinsip ini berbunyi, al-wiqayah khair
min al-'laj.7 Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan
segi kebersihan lahir dan batin. Kabersihan lahir dapat mengambil bentuk
kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan,
minuman, dan lain sebagainya. Dalam hubbungan ini kita dapat menelaah ayat AlQuran yang artinya: Seesungguhnya Allah menyukai orang-oang yang bertaubat
dan senang kepada orang-orang yang membersihkan diri. 8 Bertaubat yang
dikemukakan di atas akan menghasilkan keseehatan mental, dan kebersihan
lahiriah akan menghasilkan kesehatan fisik. Selanjutnya kita baca lagi ayat AlQuran yang artinya: Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala
macam kotoran.9
7 Ibid p.91.
8 QS. Al-Baqarah : 222.
9 QS. Al-Mudatsir : 4-5.

10

8. Dalam Bidang Politik


Ciri ajaran Islam selanjutnya dapat dijketahui melalui konsepsinya
dalam bidang politik. Dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah
menaati ulil amri yang terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik,
pemerintah dan negara. Dalam hal ini Islam tidak menerangkan atau menyuruh
ketaatan yang buta. Tetapi menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan selektif,
maksudnya adalah jika pemimpin tersebut berpegang teguh kepada tuntunan Allaj
SWT dan RasulNya maka kita patut mentaatinya, tetapi jika pemimpin tersebut
bersebalahan dan bertentangan dengan kehendak Allas SWT dan RasulNya maka
boleh dikritik atau diberi saran agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara
yang persuasif. Dan jika pemimpin tersebut juga tidak menghiraukan, boleh saja
untuk tidak dipatuhi.10
Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk
pemerintahan. Dalam sejarah kita mengetahui berbagai bentuk pemerintahan,
seperti republik yang dipimpi presiden, kerajaan yang dipimppin raja,

dan

sebagainya. Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu. Oleh karena


itu setiap bangsa boleh menentukan bentuk pemerintahannya masing-masing.
Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut digunakan sebagai alat
untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian,
dan ketentraman masyarakat.
9. Dalam Bidang Pekerjaan
Karakteristik Islam selanjutnya dapat dilihat

dari ajarannya

mengenai kerja. Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah
SWT. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang
bermutu, terarah kepada pengabdian kepada Allah SWT, dan kerja yang
bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu Islam tidak menekankan pada banyaknya
pekerjaan, tetapi pada kualias manfaat kerja. Seperti pada ayat Al-Quran yang
artinya adalah Dialah yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu
10 Ibid p.92.

11

siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.

11

Ayat tersebut dengan tegas

menerangkan bahwa siapa yang paling baik amalnya, bukan yang paling banyak
amalnya. Selain itu amal tersebut juga harus bermanfaat bagi orang lain. Seperti di
hadist Rasul bahwa orang yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi
yang lainnya. 12
Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, Islam
memandang kerja yang dilakukan haruslah profesional, yaitu kerja yang didukung
pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.

13

Suatu

pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya.14


10. Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Selain sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang
kehidupan dengan ciri-cirinya yang khas tersebut, Islam juga hadir sebagai sebuah
disiplin ilmu, yaitu ilmu keIslaman. Menurut Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keIslaman adalah AlQuran/Tafsir, Hadist/Ilmu Hadist, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam
(Fiqh), Sejarah dan Kebudayaan Islam serta Pendidikan Agama Islam. Inilah yang
selanjutnya membawa kepada timbulnya berbagai jurusan dan fakultas di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) yang tersebar di Indonesia, serta berbagai Perguruan
Tinggi Islam swasta lainnya di tanah air.
Sumber Ajaran Agama Islam
Nabi Muhammad SAW dalam suatu hadistnya mengatakan: Saya tinggalkan
kepadamu dua hal yang kamu tidak akan tersesat selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya (AlSunnah). (H.R. Malik). Dengan berpedoman kepada hadits ini, ulama

11 QS. Al-Mulk: 2.
12 Hadist kelas 1 KMI.
13 Ibid p. 93.
14 Hadist kelas 5 KMI.

12

berpendapat bahwa sumber ajaran Islam ada dua, yaitu Al-Quran dan Al-Sunnah.
Selain itu juga ada ijtihad.
1.

AL-QURAN
Secara

etimologi

Alquran

qiraaatan, atauquranan yang

berasal
berarti

dari

kata qaraa,

mengumpulkan

yaqrau,

(al-jamu)

dan

menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran


adalah Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul Muhammad. Dan
menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama
dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah
sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari Mekah ke Medinah.
1.1.Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari
seluruh isi al-Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat
Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi
al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas sedang ayat
ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu.
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid, hari Kiamat, akhlak
dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat-ayat Madaniya
memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.
1.2. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.
2. Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam
3.
4.
5.
6.
7.

berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insane


Petunjuk tentang akhlak
Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau
Berita tentang zaman yang akan dating
Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Hukum yang berlaku bagi alam semesta.

1.3. Keutamaan Al-Quran ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:

13

1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Quran


dan mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Quran (HR.
Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir Al-Quran adalah beserta malaikat-malaikat yang
suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Quran dan kurang fasih
lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR.
Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah
hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Quran sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Quran sebagai
penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
1.4. Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum Itiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia
dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta
manusia dengan lingkungan sekitar.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal
manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau sosial.
1.5. Fungsi Al-Quran antara lain adalah:
1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
2. Al-Quran kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5:
48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
6. Sebagai pemberi kabar gembira
7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
8. Sebagai peringatan
9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
11. Sebagai pelajaran
2. HADIST

14

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama
dan ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. AlQuran sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada
umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar
dapat dipahami dan diamalkan.
Ada 3 peranan al-Hadis terhadap al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, yakni sebagai berikut:
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samarsamar ketentuannya di dalam Al-Quran.
2.1.Macam-macam As-Sunnah:
a) Ditinjau dari bentuknya
1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
2. Sunnah filiyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan
tapi tidak sampai dikerjakan
b) ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1. Mutawatir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya)
kepada derajat mutawatir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
c) Ditinjau dari kualitasnya
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi
hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu, yaitu hadits yang palsu.
d) Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
1. Maqbul, yang diterima.
2. Mardud, yang ditolak.
3. IJTIHAD
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan

15

segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil


syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum
ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu
masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist,
3.1.Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ijma
Qiyas
Istihsan
Mushalat Murshalah
Sududz Dzariah
Istishab.
Urf
BAB III: PENUTUP

Dari uraian mengenai sumber, karakteristik, serta sumber ajaran Islam terlihat
bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri secara keseluruhan amat ideal. Karakteristik
Islam yang sedemikian idealnya itu tampak masih belum seluruhnya dijumpai
dalam kenyataan umatnya. Antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan umatnya
yang demikian itu, masih ada kesenjangan. Hal ini memerlukan pemecahan,
antara lain dengan merumuskan kembali metode dan pendekatan dalam
memahami agama Islam. Di lain pihak, kita juga harus mengamalkan isi AlQuran dalam kehidupan sehari-hari karena Al-Quran merupakan petunjuk untuk
manusia ke jalan yang benar.

16

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Kaelany HD., Dr., MA, Islam Agama Universal, (Jakarta, Midada Rahma Press,
2010), cetakan III.
Nata, Abuddin, Metodologi

Studi

Islam, (Jakarta, PT RajaGrafindo, 2004),

cetakan IX.
Razak , Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung: al-ma'arif, 1977), cetakan II.
Almusawa , Nabiel Fuad, Pendidikan Agama Islam, (Bandung, Syaamil Cipta
Media, 2005), cetakan I.
Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.
Al-Sibai, Musthafa, Sunnah dan Peranannya Dalam Penetapan Hukum Islam,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.
Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006.

17

18

Anda mungkin juga menyukai