Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MULSA DAN PEMULSAAN

Oleh :

Nama
NIM
Kelas
Asisten
Prodi

: Ahmad Fillah Ghifari


: 155040200111058
:P
: Akbar Saitama
: Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang selalu mendapat lama penyinaran
matahari kurang lebih 12 jam, berbeda dengan di musim subtropis yang ketika
memasuki musim panas, lama penyinaran bisa melebihi 14 jam. Lama penyinaran
yang berbeda ini dapat menyebabkan berbedanya produksi tanaman budidayanya,
mengingat jika proses fotosintesis membutuhkan sinar matahari jadi semakin lama
penyinaran yang didapat suatu tanaman maka hasil fotosintesis juga semakin
banyak. Hal ini bisa kita lihat dalam berbagai komoditas subtropis yang
dibudidayakan di Indonesia sering kali perbedaan produksinya jauh sekali.
Untuk menggantikan lama penyinaran itu, petani kita sudah lama mengenal
adanya Mulsa plastik yang selain memiliki fungsi mulsa pada umumnya, mulsa
tersebut juga dapat memantulkan sinar matahari yang datang sehingga dapat
mengoptimalkan lama penyinaran yang ada. Cara ini sangat efektif untuk negara
tropis untuk mendapatkan hasil yang tidak kalah tinggi dengan negara subtropis.
Jika kita menengok pada manfaat yang bisa kita dapat dari pemulsaan tersebut,
pemberian mulsa pada tanaman budidaya memang agaknya perlu karena manfaat
yang didapatkannya sangat banyak. Tapi seperti yang kita lihat di lapang, petani
biasanya masih urung untuk menggunakan mulsa karena berbagai alasan.
Padahal dengan melakukan pengoptimalan pada segala sumberdaya yang
ada, sinar matahari misalnya, kita dapat mencapai hasil yang juga lebih optimal.
Kedaulatan pangan yang di gadang-gadangkan pemerintah akan sulit tercapai jika
kita hanya terfokus pada pupuk dan pestisida kimia saja tanpa melihat celah atau
peluang lain yang juga memungkinkan kita untuk mengoptimalkan peluang yang
ada.
Praktikum mulsa dan pemulsaan ini menjadi penting untuk dilakukan karena
dalam budidaya tanaman, mahasiswa dapat melihat langsung mannfaat mulsa
yang terdapat dalam literatur yang ada apakah sesuai ataukah tidak dalam
kenyataannya di lapangan. Sehingga melalui praktikum mulsa dan pemulsaan ini
selain bisa menambah pengetahuan mahasiswa juga dapat menambah pikiran
kritis sebagai seorang mahasiswa.

1.2 Tujuan
Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara aplikasi dan manfaat dari penggunaan mulsa.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mulsa (minimal 3)
Mulsa adalah suatu banda yang difungsikankan sebagai penutup tanah pada
suatu lahan budidaya. Berikut adalah definisi mulsa menurut berbagai sumber:
a) Mulsa adalah material penutup tanah pada tanaman budidaya yang bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma
dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dan berproduksi
dengan baik (Lamont, 1993).
b) Mulsa adalah penutup tanah yang dapat melindungi tanah dari pengaruh iklim
yang berbeda-beda (Paiman, 1993).
c) Mulch is any material applied to the soil surface for protection or improvement of the area covered, mulsa adalah suatu bahan yang yang digunakan
untuk melindungi permukan tanahatau memperbaiki area yang tertutupi
(Kluepfel, 2008).
2.2 Fungsi Pemulsaan (minimal 3)
Fungsi dari pemulsaan adalah:
a) Mengurangi kehilangan air.
b) Menghambat dan mengendalikan pertumbuhan gulma
c) Menjaga tanah tetap dingin saat musim panas dan tetap hangat ketika musim
dingin.
d) Mulsa mengurangi erosi.
e) Mulsa organik dapat memperbaiki struktur tanah.
f) Mulsa mengurangi pengerasan tanah dan memperbaiki penyerapan dan
pergerakan air ke dalam tanah.
g) Mulsa membantu mencegah penekanan tanah.
h) Tanaman yang diberi mulsa memiliki lebih banyak akar dari pada tanaman
tanpa mulsa.
(Kluepfel, 2008)
2.3 Macam-Macam Mulsa
Pada dasarnya ada dua jenis mulsa yang bisa dijadikan sebagai penutup permukaan tanah, yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa Organik adalah
mulsa yang terbuat dari substansi organik, contohnya adalah seperti tanaman

legum, daun tanaman, dan sisa-sisa tanaman (jerami, serbuk kayu, jerami,
potongan rumput, dll). Sedangkan mulsa anorganik adalah mulsa yang terbuat dari
bahan-bahan permanen yang sulit terdekomposisi seperti batu kerikil, plastik,
gravel, dll. (Kluepfel, 2008).
Mulsa organik memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan. Keunggulan
dari penggunaan mulsa organik diantaranya adalah a) dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan cadangan air tanah, b) menghalangi pertumbuhan gulma dan menjaga suhu tanah, c) hasil dekomposisi mulsa dapat menarik biota tanah seperti
cacing karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan makanan
cacing sehingga dapat memperbaiki struktur tanah. Sedangkan kekurangan dari
pemakaian mulsa organik yaitu mulsa organik dapat terdekomposisi sehingga
perlu menggantinya tiap musim sehingga kurang efektif (Tjahjadi, 1991).
Mulsa anorganik memiliki keuntungan dari segi ketahanan bahan penyusunnya yang tidak mudah terdekomposisi sehingga memungkinkan dipakai berulangulang, beberapa mulsa anorganik juga lebih efektif dalam pemantulan sinar
matahari sehingga mampu meningkatkan hasil fotosintesis. Kekurangan dari mulsa anorganik yaitu membutuhkan modal lebih besar, terutama untuk mulsa plastik,
dan pemakaian mulsa anorganik kadang meningkatkan pH tanah (Kluepfel, 2008).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memasang mulsa yaitu
mengenai waktu pemasangan dan seberapa rutin pemasangannya, cara pengaplikasiannya, dan masalah yang mungkin ditimbulkannya. Mulsa paling baik dipasang sesaat setelah penanaman, dan seberapa sering kita memasang mulsa tergantung jenis mulsa apa yang kita gunakan. Pemasangan celah pada mulsa lebih
baik berjarak 2-3 inchi dari batang tanaman untuk mencegah tumbuhnya jamur
dan binatang pengerat. Masalah dalam pemakaian mlsa juga perlu dipertimbangkan, seperti timbulnya peningkatan pH tanah oleh unsur alkali sehingga menyebabkan keracunan tanah, dan tumbuhnya jamur pada mulsa yang menyebabkan dampak negatif pada tanaman maupun manusia (Kluepfel, 2008).
2.4 Teknik Budidaya Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu bahan pangan sumber
karbohidrat yang juga mengandung vitamin A dan vitamin C, biasanya dipanen
pada umur 3-8 bulan. Ubi jalar bisa ditanam di lahan sawah maupun tegalan. Luas

lahan ubi jalar di Indonesia sekitar 230.000 ha dengan produksi 10 ton tiap
hektarnya dan jika menggunakan varietas unggu, bisa mencapai 30 ton per-ha.
Ubi jalar memerlukan cuaca yang hangat untuk tumbuh, dan drainase yang baik
untuk perakaran agar produksi umbinya optimal (Astrini, 2012).
Untuk mencapai peningkatan produksi umbi ubi jalar perlu dilakukan
pemupukan, penggunaan varietas unggul, pemuliaan tanaman, pemangkasan daun
dan penekanan akar adventif di ruas-ruas batang. Ubi jalar lebih banyak membutuhkan nsur K dari pada unsur P dan N yang digunakan sebagai pembentukan
klorofil, pembentukan karbohidrat, penyerapan air, dan pertahanan dari penyakit.
Pemangkasan pucuk tanaman pada ubi jalar dapat memacu pertumbuhan tunas
samping yang kemdian dapat meningkatkan jumlah asimilat yang masuk ke umbi.
Selain itu, pembalikan batang yang bertujuan menekan pertumbuhan akar adventif
yang tumbuh di ruas-ruas batang bagian atas akan membuat asimilat berpusat
pada umbi sehingga produksi umbi bisa ditingkatkan (Astrini, 2012).
Ubi jalar biasanya diperbanyak dengan memanfaatkan stek pada pucuk
bersama daunnya untuk bahan tanam. Ketersediaan bahan tanam adalah masalah
yang sering dijumpai karena pemakaian stek pucuk daun secara berkesinambungan dapat menurunkan kualitas tanaman, selain itu hama boleng juga turut menjadi
masalah bagi produksi ubi jalar (Astrini, 2012).
2.5 Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Ubi Jalar
Pemberian mulsa pada ubi jalar dilakukan dengan teknik yang sama pada
pemberian mulsa pada umumnya, yaitu dipasangkan pada saat memulai masa
tanam untuk memperoleh hasil yang lebih optimal. Menurut data perbandingan
penelitian yang ada sebelumnya, berat umbi rata-rata ubi jalar dengan perlakuan
mulsa plastik hitam perak adalah 0,37 kg dengan hasil total per petak penelitian
16,28 kg sedangkan tanpa mulsa hanya menghasikan berat rata-rata 0,21 kg dan
hasil total dalam satu petak penelitian adalah 9,77 kg. hasil ini menunjukkan
bahwa pemasangan mulsa plastik hitam perak berdampak langsung pada penaikan
bobot produksi umbi jalar akibat keuntungan dari pemberian mulsa plastik hitam
putih ini terhadap produksi umbi. Dalam literatur tersebut juga dijelaskan bahwa
pemakaian mulsa plastik hitam perak mampu menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah, menjaga fluktuasi iklim mikro yang berdampak pada pencegahan

penguapan hara. Adapun kerugian dari penggunaan mulsa plastik hitam perak ini
adalah dari segi modal yang perlu dikeluarkan menjadi lebih banyak (Astrini,
2012).

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Alat dan Bahan
a) Alat:
Cangkul, untuk mengolah tanah.
Mulsa plastik hitam perak, sebagai mulsa yang dipakai dalam praktikum.
Kaleng, sebagai pelubang mulsa untuk tempat benih ubi jalar.
Meteran, sebagai pengukur jarak antar lubang.
b) Bahan:
Bahan tanam ubi jalar, sebagai bahan tanam yang digunakan dalam praktikum
Bensin, bahan pembakar kertas untuk memanasi kaleng.
Air dan pupuk, sebagai nutrisi yang diserap ubi jalar.
Pasak, untuk menahan mulsa agar tidak terbang atau hilang.
3.2 Cara Kerja
a) Diagram alir
Siapkan alat dan bahan

Mengolah tanah dan membuat guludan

Mebagi guludan untuk yang akan


dipasang mulsa dan tanpa dipasang
mulsa

Menanam bahan tanam


bahan tanam di atas
guludan

Memasang mulsa diatas guludan

Memasang pasak di sisi-sisi mulsa


Merawat dan mengamati
perkembangan parameter
pengamatan

Melubangi mulsa dengan memakai kaleng yang


dibakar dan dipanasi, jarak antar ulbang sesuai
jarak tanam ubi jalar

Menanam bahan tanam di bagian


mulsa yang telah dilubangi

b) Analisa perlakuan

Merawat dan mengamati


perkembangan parameter pengamatan

Tahapan pertama setelah alat dan bahan telah tersedia adalah pengolahan
tanah dengan menggunakan cangkul dan cangkil atau alat pengolahan tanah lain
yang juga memiliki fungsi sama agar tanah menjadi gembur dan perakaran ubi
jalar mudah melakukan penetrasi. Pembuatan guludan ini dilakukan dengan fungsi

yang sama dengan pengolahan lahan sebelumnya, bedanya, pembuatan guludan


juga berfungsi agar umbi ubi jalar yang nantinya dipanen lebih mudah dicabut.
Pembuatan guludan ini lebih baik memanjang dari arah utara ke selatan untuk
memaksimalkan cahaya matahari yang didapat.
Setelah guludan siap, maka lahan yang ada dibagi untuk dua perlakuan,
yaitu guludan yang akan ditanami ubi jalar tanpa mulsa dan guludan yang akan
ditanami ubi jalar dengan mulsa. Pada guludan yang tanpa mulsa, benih ubi jalar
bisa langsung ditanam. Sedangkan untuk guludan yang akan ditanami ubi jalar
dengan mulsa, maka mulsa harus dipasang terlebih dulu.
Pemasangan mulsa plastik hitam perak ini dimulai dengan melapisi guludan
dengan mulsa. Sisi yang atas adalah sisi warna perak pada mulsa agar mampu
memantulkan cahaya matahari sehingga fotosntesis menjadi lebih intens. Pasang
pasak pada sisi-sisi melsa sehingga mulsa tidak akan terbang saat angin sedang
kencang.
Siapkan kaleng bekas dan kemudian panaskan kaleng bekas tersebut dengan
api agar saat ditempelkan dengan mulsa maka permukaan mulsa yang meleleh
akan membentuk suatu lubag yang akan digunakan sebagai lubang tempat
penanaman ubi jalar. Jarak lubang disesuaikan dengan jarak ideal ubi jalar. Tanam
benih ubi jalar pada lubang pada mulsa dan kemudian beri pupuk. Setelah semua
selesai, lakukan pengamatan terhadap ubi jalar rutin perminggunya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1

Panjang Tanaman Ubi Jalar


Berikut ini adalah data hasil pengamatan hasil tanaman ubi jalar pada

perlakuan pemulsaan dan tanpa pemulsaan dengan parameter panjang tanaman


dari usia ubi jalar dua minggu setelah tanam sampai usia lima minggu setelah
tanam.
Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan
Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Pola Tanam
Tanpa Mulsa
MPHP

2 mst
14
12.25

Tinggi Tanaman (cm)


3 mst
4 mst
24.75
34.25
21
38

5 mst
41.25
49

Menurut data dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa baik dari perlakuan
dengan mulsa maupun tanpa mulsa, pertmbuhan Ubi jalar selalu naik. Dalam
perlakuan tanpa mulsa pada minggu kedua setelah tanam, panjang rata-rata ubi
jalar didapat sepanjang 14 cm, dan pada pengamatan pada ubi dengan pemakaian
mulsa plastik hitam perak, panjang rata-rata ubi jalar lebih sedikit dibandingkan
dengan yang memakai mulsa, yaitu 12,25 cm. pada minggu ke tiga setelah tanam,
panjang rata-rata ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa bertambah 76,8%
sehingga menjadi 24,75 cm, sedangkan pada ubi jalar dengan mulsa, panjang ratarata ubi jalar meningkat 71,4% sehingga menjadi 21 cm. pada minggu
selanjutnya, yaitu minggu keempat setelah tanam, panjang ubi jalar tanpa mulsa
meningkat 38,4% menjadi 34,25 cm, sedangkan ubi jalar dengan mulsa, panjang
rata-rata ubi jalar mulai menyaingi panjang rata-rata dari ubi jalar tanpa perlakuan
mulsa, panjang ubi jalar dengan pemakaian mulsa pada minggu keempat
meningkat 80,9% sehingga menjadi 38 cm. pada pengamatan minggu terakhir,
panjang ubi jalar tanpa mulsa meningkat 20,4% menjadi 41,25 cm, sedangkan
pada ubi jalar dengan pemakaian mulsa plastik hitam perak meningkat 28,9%
sehingga rata-rata panjang akhir pengamatan ubi jalar dengan mulsa menjadi 49
cm. Berikut adalah grafik perbandingan panjang tanman ubi jalar dengan mulsa
dan tanpa mulsa.

55
50
45
40
35
Tinggi Tanaman (cm)

30
25

Tanpa Mulsa
MPHP

20
15
10
5
0

Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan


Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak
4.1.2

Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar


berikut adalah data yang didapat dari pengamatan pengaruh mulsa plastik

hitam perak pada ubi jalar dengan parameter jumlah daun mulai dari minggu
kedua setelah tanam sampai minggu kelima setelah tanam.
Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan
Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Pola Tanam
Tanpa Mulsa
MPHP

2 mst
13.5
12

Jumlah Daun (helai)


3 mst
4 mst
35.75
69.25
33.75
67.5

5 mst
106
109.75

Dari tabel data diatas ditunjukkan bahwa mula-mula rata-rata jumlah daun
pada tanaman ubi jalar yang ditanam tanpa mulsa adalah 13,5 helai, sedikit lebih
banyak dibanding pada perlakuan mulsa plastik hitam perak yang rata-rata hanya
memiliki 12 helai daun. Pada minggu ketiga seteah tanam, rata-rata jumlah helai
daun pada ubi jalar yang ditanam tanpa mulsa bertambah 164% menjadi 35, 75
helai daun, pada perlakuan pemulsaan, jmlah rata-rata helai dan juga bertambah
181% dari sebelumnya menjadi 33,75 helai. Pada minggu selanjutnya saat empat
minggu setelah tanam, ubi jalar tanpa pemulsaan memiliki rata-rata jumlah daun
69,25 helai, atau meningkat 93,7%, ubi jalar yang ditanam dengan mulsa plastik
hitam perak juga mengalami peningkatan menjadi 67,5 helai, atau naik dua kali

lipat dari sebelumnya. Pada minggu terakhir pengamatan, ubi jalar tanpa mulsa
memiliki rata-rata 106 helai daun (naik 53%), dan pada ubi jalar yang dipasangi
mulsa plastik hitam perak sekarang menjadi 109,75 (naik 62,6%), hassil ini
membuat jumlah daun pada ubi jalar dengan perlakuan pemulsaan menjadi lebih
banyak dibanding tanpa mulsa. Berikut adalah grafik yang menujukkan
pertambahan jumah helai daun berdasarkan pengamatan praktikum.
120
110
100
90
80
Jumlah Daun (helai)

70

Tanpa Mulsa

60

MPHP

50
40
30
20
10
0

Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata umlah Daun Ubi Jalar dengan Perlakuan


Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama lima minggu tersebut yang dilakukan di lahan
percobaan Jatikerto terhadap tanaman ubi jalar untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan tanaman ubi jalar dengan aplikasi mulsa plastik hitam perak dan
tanpa mulsa dengan parameter panjang tanaman dan jumlah daun, dapat diketahui
kalau di akhir pengamatan panjang tanaman dan jumlah daun dengan nilai
terbanyak terdapat pada pemakaian mulsa plastik hitam perak. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemakaian mulsa plastik hitam perak mampu meningkatkan
hasil pertumbuhan dari tanaman ubi jalar.
Hasil praktikum ini sesuai dengan hasil pengamatan (Astrini 2012) yang
juga mendapatkan hasil tanama ubi jalar yang ditanam dengan pemakaian mulsa
plastik hitam perak memiliki bobot umbi yang lebih besar dibandingkan ubi jalar

yang ditanam tanpa pemasangan mulsa. Pertumbuhan ubi jalar yang lebih optimal
dengan mulsa ini dikarenakan pemakaian mulsa disekitar tanamaan ubi jalar dapat
mencegah glma mendapat sinar matahari, sehingga menekan laju pertumbuhan
gulma dan mengurangi adanya kompetisi hara, mencegah kehiangan air,
pemakaian mulsa plastik hitam perak dapat memantulkan sinar matahari sehingga
hasil fotosintesis ubi jalar meningkat, dan pemakaian mulsa ini juga mampu
mengendalikan fluktuasi iklim mikro.

5. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya
adalah:
a) Ubi jalar yang ditanam dengan pemakaian mulsa plastik hitam perak
menghasilkan panjang tanaman dan jumlah daun yang lebih banyak
dibandingkan tanaman ubi jalar yang ditanam tanpa mulsa.
b) Pemakaian mulsa hitam perak terbukti berfungsi meningkatkan hasil
fotosintesis, menjaga fluktuasi iklim mikro, dan peenguapan sehingga dari
parameter pengamatan lebih baik diperlakuan mulsa plastik hitam perak.

DAFTAR PUSTAKA
Astrini, Yohana Dyah. 2012. Studi Pengaruh Penekanan Pertumbuhan akara pada
Ruas-ruas Batang Atas terhadap Hasil Umbi Jalar (Ipomea batatas (L.)
Lamb.) Skripsi. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Suarakarta.
Kluepfel, Marjan. 2008. Mulch. Clemson Cooperative Extension: Home &
Garden Information Center with United States Departement Agriculture.
Carolina.
Lamont, E. J. 193. Plastic Mulches for the Production of Vegetable crops.
Hortecnology. 3 (1): 35-38.
Paiman. 1993. Peranan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Budidaya. Makalah Seminar Kelas Program Sarjana. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Tinambunan, Erika,. Lilik Setyobudi & Agus Suryanto. 2014. Penggunaan
Beberapa Jenis Mulsa terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.)
Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 2 No. 1 Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Hal 26.
Tjahjadi. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Das, V., R. Rao And N. Malakondalah, 1976. Phytochemical activities of
chloroplast from plants with and without bundle sheet in leaves. Turrialba.
26 (1) : 14-17.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengamatan Ubi Jalar Tanpa Mulsa
Tabel 2. Data Pengamatan Panjang Tanaman Ubi Jalar
Sampel
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
Tanaman 7
Tanaman 8
Rata-rata

2 mst

Tinggi Tanaman (cm)


3 mst
4 mst

5 mst

10
12
15
12
14
14
13
15

22
20
21
21
23
26
25
25

32
32
49
39
28
41
30
38

41
43
39
73
34
49
33
49

13.125

22.875

36.125

45.125

Tabel 3. Data Pengamatan Jumlah Daun Ubi jalar Perlakuan


Sampel
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
Tanaman 7
Tanaman 8
Rata-rata

2 mst

Jumlah Daun (helai)


3 mst
4 mst

5 mst

12
12
13
11
12
14
14
14

31
36
35
33
37
37
34
35

57
61
75
77
63
81
63
70

129
96
112
102
67
121
119
117

12.75

34.75

68.375

107.875

Anda mungkin juga menyukai