Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN PRESTASI BELAJAR

PADA ANAK KELAS 4 DAN 5 SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN MAASING


KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO
I Dewa Ayu Made Indrayani*, Nova H. Kapantow*, Nita Momongan*
* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Latar Belakang: Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang peling umum terjadi, baik di negara maju
maupun di negara sedang berkembang. Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan, seperti anakanak, remaja, ibu hamil, serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi dikaitkan dengan anemia
gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas
terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Pengaruh defisiensi Fe terutama melalui kondisi
gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan banyak reaksi metabolik
tubuh. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun. Bukti yang
tersedia menunjukkan gangguan pada perkembangan psikomotor dan kemampuan intelektual serta perubahan
perilaku setelah terjadi anemia defisiensi zat besi. Banyak penelitian meperlihatkan adanya keterkaitan antara
anemia defisiensi zat besi pada anak-anak dengan perkembangan motorik dan kognitif yang buruk serta
masalah prilaku. Suatu penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar
hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar pada anak kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan
Maasing yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian adalah semua siswa kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar
di Kelurahan Maasing yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 61 orang. Pengukuran kadar hemoglobin
(Hb) menggunakan metode sahli. Hasil belajar didapatkan melalui nilai hasil evaluasi belajar semester.
Penelitian: Untuk melihat pengaruh kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar digunakan analisa bivariat
dengan menggunakan fishers exact pada tingkat kemaknaan 95%. Diperoleh taraf signifikan atau nilai p
sebesar 1,000 yakni lebih besar dibandingkan = 0,05.
Kesimpulan: Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi
belajar siswa.
Kata Kunci: Kadar Hemoglobin (Hb), Prestasi Belajar.
ABSTRACT
Background: Deficiency is iron constitutes deficiency nutrient that peeling generically happens, well at forward
state and also at state is amends. Deficiency is iron particularly attack vulnerable faction, childlike, stripling,
pregnant mother, and employ gets low production. deficiencys classic ala concerned by iron nutrient anemia.
But since 25 the last year a lot of prove point out that deficiency ascendant iron extends to learning ability and
work productivity. deficiency Fe influence especially via logistic invasive condition hemoglobin which constitute
needful transport O2 tool a lot of metabolic reaction body. Said that on anemia condition energies deep
concentration study to visually down. Available prove point out trouble on formative psychomotor and
intellectual ability and after behavior change happens deficiencys anemia iron substance. There are many
research show marks sense relevance among deficiencys anemia iron substance on children with formative
motoric and cognitive what does deteriorate and behavior problem. A research was done by aim to know
relationship among titrates hemoglobin (Hb) with learned achievement on child brazes 4 and 5 Elementary
Schools at Maasing sub-district Tuminting district Manado's City.
Observational method: This research constitute observational research type analytic with cross sectional's
approaching. Population in observational it is exhaustive student braze 4 and 5 Elementary Schools at Maasing
sub-district that total 86 person. Sample in observational is all student braze 4 and 5 Elementary Schools at
Maasing sub-district that accomplish research criterion as much 61 person. Measurement titrates hemoglobin
(Hb) utilizing Sahli method. Learned result to be gotten point thru result evaluates to study semester.
Research: To see hemoglobin rate influence (Hb) with learned achievement to be utilized bivariate analysis by
use of fisher exact on increases trusty zoom 95%. Gotten by significant level or point p as big as 1,000 namely
more outgrow than = 0,05.
Conclusion: It points out that no relationship among titrates hemoglobin (Hb) with students learned
achievement.
Key word: Hemoglobin rate (Hb), Learned achievement.

tetapi makanan yang menghambat seperti teh,


dan infeksi parasit, terutama malaria dan
cacing tambang juga memainkan peranan.
Banyak penelitian meperlihatkan adanya
keterkaitan antara anemia defisiensi zat besi
pada anak-anak dengan perkembangan motorik
dan kognitif yang buruk serta masalah prilaku
(Gibney dkk, 2009).
Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang
paling umum terjadi, baik di negara maju
maupun di negara sedang berkembang.
Defisiensi besi terutama menyerang golongan
rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil,
serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara
klasik defisiensi dikaitkan dengan anemia gizi
besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak
bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi
berpengaruh luas terhadap kemampuan belajar
dan produktivitas kerja (Almatsier, 2009).
Pengaruh defisiensi Fe terutama melalui
kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang
merupakan alat transport O2 yang diperlukan
banyak reaksi metabolik tubuh. Dikatakan
bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi
dalam belajar tampak menurun (Sediaoetama,
2010). Bukti yang tersedia menunjukkan
gangguan pada perkembangan psikomotor dan
kemampuan intelektual serta perubahan
perilaku setelah terjadi anemia defisiensi zat
besi (Gibney dkk, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Annas (2011)
pada 65 siswa kelas VIII MTs Al Asror
Kecamatan Gunungpati Kota semarang
menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang
mengalami anemia 17 (81,0%) mempunyai
prestasi belajar kurang dan 4 (19,0%) siswa
mempunyai prestasi belajar baik. Sebaliknya
dari 44 siswa yang tidak anemia, 2 (4,5%)
diantaranya mempunyai prestasi belajar kurang
dan 42 (95,5). Berdasarkan hasil uji statistik
membuktikan bahwa status hemoglobin
berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai hubungan antara kadar hemoglobin
(Hb) dengan prestasi belajar pada anak kelas 4
dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing,
karena letak geografis Kelurahan Maasing
yang terletak di daerah pesisir dianggap
mampu mewakili penelitian ini yang ditujukan
pada kadar hemoglobin (Hb) dan prestasi
belajar anak-anak yang ada di daerah pesisir.

PENDAHULUAN
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan
masyarakat,
namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan
dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multifaktoral, oleh karena itu
pendekatan
penanggulangannya
harus
melibatkan berbagai sektor terkait (Supariasa
dkk, 2002).
Kualitas sumber daya manusia (SDM)
merupakan
syarat
mutlak
menuju
pembangunan di segala bidang. Status gizi
merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang
terkait dengan kecerdasan, produktivitas, dan
kreativitas (Adriani & Wirjatmadi, 2012a).
Anak sekolah merupakan aset negara yang
sangat penting sebagai sumber daya manusia
bagi keberhasilan pembangunan bangsa
(Moehji, 2003).
Pada periode anak menjalani pendidikan dasar
merupakan titik awal anak mengenal sekolah
dan anak mengalami perkembangan kognitif
(perkembangan
memori,
perkembangan
pemikiran kritis, perkembangan kreativitas,
dan perkembangan bahasa). Karena itu, saat ini
anak benar-benar membutuhkan perhatian dan
dukungan dari orang tua dalam menghadapi
perkembangan yang pesat. Anak memerlukan
nutrisi yang cukup dan seimbang agar proses
berpikir, belajar dan beraktivitas tidak
terhambat (Devi, 2012).
Prestasi belajar adalah hasil atau taraf
kemampuan yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dalam
waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah
laku, keterampilan dan pengetahuan dan
kemudian akan diukur dan dinilai yang
kemudian diwujudkan dalam angka atau
pernyataan. Prestasi belajar disekolah sangat
dipengaruhi oleh kemampuan umum yang
diukur oleh intelligence quotient (IQ). IQ yang
tinggi dapat dapat meramalkan sukses terhadap
prestasi belajar, namun tidak dapat menjamin
sukses dimasyarakat. Prestasi belajar siswa
bukan semata-mata karena kecerdasan siswa
saja tetapi ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar tersebut (Syah,
2010).
Penyebab utama anemia di negara-negara maju
adalah ketidak cukupan asupan besi yang
tersedia secara hayati dari makanan. Di negaranegara berkembang, asupan makanan yang
tidak adekuat juga menjadi penyebab utama,
2

Data sekunder meliputi profil sekolah, jumlah


seluruh anak Sekolah Dasar yang ada di
Kelurahan Maasing, yang didapat dari Kepala
Sekolah SD Negeri 83 dan SD Negeri 122,
nilai hasil belajar matematika (nilai ujian
semester terakhir) yang diperoleh dari wali
kelas 4 dan 5 dan data karakteristik responden.
Analisis Data:
1. Analisis univariat menggunakan tabel
distribusi frekuensi untuk memperoleh
informasi
secara
umum
mengenai
karakteristik responden dan variabel
penelitian.
2. Analisis bivariat mengetahui hubungan
kadar Hb dengan prestasi belajar pada anak
kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan
Maasing Kecamatan Tuminting Kota
Manado, menggunakan uji Fisher's Exact
pada tingkat kemaknaan 95% ( = 0,05).
Analisa data dengan menngunakan bantuan
komputer program Statistic Program for Social
Science (SPSS) versi 19.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian observasional dengan menggunakan
metode
analitik
dengan
pendekatan
crossectional yang mengkaji hubungan antara
kadar Hb dengan prestasi belajar anak kelas 4
dan 5 SD di Kelurahan Maasing Kecamatan
Tuminting Kota Manado.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JanuariMei 2013 pada anak kelas 4 dan 5 Sekolah
Dasar di Kelurahan Maasing Kecamatan
Tuminting Kota Manado.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anak kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan
Maasing yang berjumlah 86 siswa.
Jumlah sampel penelitian adalah semua anak
kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan
Maasing Kecamatan Tuminting Kota Manado
yang memenuhi kriteria penelitian yaitu
sebanyak 61 orang dengan kriteria inklusi dan
eksklusi, yaitu:
1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dari sampel penelitia yaitu:
a. Bersedia menjadi sampel.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria inklusi dari sampel penelitian yaitu:
a. Sedang sakit pada saat pengambilan data.
b. Tidak hadir saat pengambilan darah.
c. Sedang haid.
Variabel Penelitian:
1. Kadar hemohlobin (Variabel Independen)
2. Prestasi belajar (Variabel Dependen)
Instrumen Penelitian:
1. Data umum tentang identitas responden
dikumpulkan melalui metode wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
2. Torniquet, jarum 3 cc sekali pakai, kapas
alkohol 70%, tabung EDTA merah,
tabung EDTA ungu dan plaster untuk
melakukan pengambilan darah.
3. Pipet Hemoglobin, alat sahli, pipet pastur
dan pengaduk.
4. Data kadar feritin didapatkan dengan
melakukan tes darah di Laboratorium
dengan immunoassay dengan teknik
ELISA untuk kadar feritin dan teknik sahli
untuk kadar hemoglobin.
5. Alat tulis menulis.
6. Komputer
untuk
mengolah
data,
menggunakan program Statistic Program
for Social Science (SPSS) versi 19 untuk
pengolahan data secara statistik.
Data primer meliputi data yang didapatkan
melalui pengukuran kadar Feritin, kadar Hb
dan data identitas responden.

HASIL
SD Negeri 83 terletak di Kelurahan Maasing
Kecamatan Tuminting Kota Manado. SD
Negeri 83 Manado merupakan sekolah inti
sebelum
akhirnya
dimekarkan/ditambah
dengan 1 unit sekolah lagi yang masih satu
atap, yaitu SD Negeri 122 Manado. Jumlah
anak sekolah SD Negeri 83 Manado sampai
saat ini berjumlah 128 siswa. SD Negeri 122
terletak di Kelurahan Maasing Kecamatan
Tuminting Kota Manado. SD Negeri 122
merupakan pemisahan dari SD Negeri 83,
dikarenakan jumlah penduduk yang padat di
Kelurahan Maasing sehingga tidak cukup
hanya dengan 1 sekolah saja. Maka
didirikanlah SD Negeri 122 yang letaknya
bersebelahan dengan SD Negeri 83. Jumlah
siswa di SD Negeri 122 sampai saat ini
berjumlah 132 orang.
Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah
Dasar yang ada di Kelurahan Maasing yaitu
Sekolah Dasar Negeri 83 Maasing dan Sekolah
Dasar Negeri 122 Maasing, responden pada
penelitian ini berjumlah 61 orang.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan


Kadar Feritin
Kadar
Feritin

Jumlah
(n)

Persen (%)

Normal

55

90,2

Rendah

9,8

61

100

Total

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 2


orang (100%) yang kadar Hb rendah memiliki
prestasi belajar baik. Sedangkan dari 59 orang
yang kadar Hb-nya normal terdapat 11 orang
(18,6%) yang prestasi belajarnya kurang dan
48 orang (81,4%) yang prestasi belajarnya
baik. Selanjutnya dengan hasil uji Fisher's
Exact Test pada tingkat kemaknaan 95%
diperoleh taraf signifikansi atau nilai p sebesar
1,000 yakni lebih besar dibandingkan =0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara kadar Hb dengan prestasi
belajar siswa.

Tabel 1 menunjukkan jumlah responden yang


kadar Feritin-nya rendah sebanyak 6 orang
(9,8%) dan responden dengan kadar Feritin
normal sebanyak 55 orang (90,2%)

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah
Dasar yang ada di Kelurahan Maasing yaitu
Sekolah Dasar Negeri 83 Maasing dan Sekolah
Dasar Negeri 122 Maasing, responden pada
penelitian ini berjumlah 61 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling
banyak responden memiliki kadar Feritin yang
normal atau tidak anemia gizi besi yaitu
sebanyak 90,2% responden. Kadar Feritin yang
normal dipengaruhi oleh konsumsi zat besi
dalam
tubuh.
Kadar
Feritin
serum
mencerminkan status simpanan total zat besi
dalam tubuh. Umumnya pengukuran kadar
Feritin dianggap sebagai pemeriksaan pilihan
untuk memperkirakan besarnya simpanan zat
besi (Gibney dkk, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
sebanyak 9,8% responden memiliki kadar
Feritin rendah. Rendahnya asupan zat besi
sering terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makananan yang kurang
beragam dengan menu makanan yang terdiri
dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging,
unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena
susunan makanan yang salah baik jumlah
maupun kualitasnya yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, distribusi
makanan yang kurang baik, kebiasaan makan
yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan
(Masrizal, 2007).
Berdasarkan penelitian sebesar 96,7% kadar
Hb responden normal. Kadar Hb yang normal
dipengaruhi oleh konsumsi zat besi dalam
tubuh. Hb merupakan senyawa pembawa
oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin
dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100
ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Kandungan hemoglobin yang rendah dengan

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan


Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar
Hemoglobin
Normal
Rendah

Jumlah (n)

Persen (%)

59
2

96,7
3,3

61

100

Total

Tabel 2 menunjukkan jumlah responden yang


memiliki kadar Hb rendah sebanyak 2 orang
(3,3%) dan responden dengan kadar Hb normal
sebanyak 59 orang (96,7%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Prestasi Belajar
Prestasi
Belajar
Baik
Kurang

Jumlah (n)

Persen (%)

50
11

82
18

61

100

Total

Hasil penelitian seperti terlihat pada Tabel 3


menunjukkan sebagian besar dari prestasi
belajar responden berada pada kategori baik,
yaitu sebanyak 50 orang (82%) dan sebanyak
11 orang (18%) memiliki prestasi belajar yang
kurang.
Tabel 4. Hubungan Antara Kadar Hb dengan
Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Belajar
Kadar
Hemoglobin

Baik

Kurang

n (%)

n (%)

48
(81,4)
Rendah
2
(100)
* Fisher's Exact Test

11
(18,6)
0 (0)

Normal

Total

p*

59
(100)
2
(100)

1,000

demikian mengindikasikan anemia (Supariasa


dkk, 2002). Hemoglobin adalah zat warna
dalam sel darah merah yang berguna untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida.
Mioglobin dan hemoglobin ialah zat warna
merah pada daging yang tersusun oleh protein
globin dan heme yang mempunyai inti berupa
zat besi. Heme merupakan senyawa yang
terdiri dari dua bagian, yaitu atom zat besi dan
suatu cincin plana yang besar yaitu porfirin
(Sandjaja dkk, 2009). Hemoglobin adalah
parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia (Supariasa dkk,
2002).
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sekitar
3,3% responden memiliki kadar Hb rendah.
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada
orang-orang yang mengkonsumsi bahan
makananan yang kurang beragam dengan
menu makanan yang terdiri dari nasi, kacangkacangan dan sedikit daging, unggas, ikan
yang merupakan sumber zat besi. Gangguan
defisiensi besi sering terjadi karena susunan
makanan yang salah baik jumlah maupun
kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, distribusi makanan yang
kurang baik, kebiasaan makan yang salah,
kemiskinan dan ketidaktahuan (Masrizal,
2007). Kadar Hb juga dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan makan pagi (Tandirerung dkk,
2013). Defisiensi zat besi dalam waktu lama
akan mengakibatkan terjadinya anemia gizi
besi (Muchtadi, 2009). Zat besi penting untuk
pembentukan sel darah merah, sehingga
kekurangan zat ini bisa menimbulkan anemia
atau penyakit kurang darah. Sel darah merah
punya tugas mengantarkan oksigen ke seluruh
tubuh. Jika terjadi kekurangan, anak akan
kekurangan oksigen secara kronis. Akibatnya
anak menjadi lesu, cepat lelah, tidak
bersemangat dan bisa mengalami berbagai
penyakit (Devi, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa 82% responden yang memiliki prestasi
belajar
yang
baik.
Faktor
sekolah
mempengaruhi belajar baik mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah (Slameto, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa 18% responden yang memiliki prestasi
belajar yang kurang. Prestasi belajar anak bisa
dipengaruhi oleh perhatian dan motivasi orang

tua terhadap proses belajar anak di rumah dan


kebutuhan gizi anak. Menurut Slameto (2010)
anak yang belajar akan menerima pengaruh
dari keluarga berupa cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan ekonomi keluarga.
Berdasarkan hasil analisa statistik dalam
penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kadar Hb
dengan prestasi belajar pada anak kelas 4 dan 5
SD di Kelurahan Maasing (p=1,000). Pada
dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar atau prestasi belajar tidak hanya
ditentukan oleh kadar Hb darah. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Malonda dkk (2012) pada siswi SMP Negeri
11 Manado dengan jumlah sampel 55 siswi
yang hasilnya menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kejadian anemia
dengan hasil belajar. Namun hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan teori-teori yang
menunjukkan bukti bahwa defisiensi besi
berpengaruh luas terhadap kemampuan belajar
dan produktivitas kerja (Almatsier, 2009).
Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya
konsentrasi dalam belajar tampak menurun
(Sediaoetama, 2010).
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana
(2012) pada siswa SD kelas IV, V dan VI di
Desa Mudal yang menunjukkan ada hubungan
antara kejadian anemia gizi besi dengan
prestasi belajar siswa. Penelitian serupa
dilakukan oleh Saadah & Santosa (2010) pada
siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Magetan
dengan jumlah sampel 150 siswa, yang
hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kadar Hb dengan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan
penelitian
terlihat
bahwa
sebanyak 100% responden memiliki kadar Hb
rendah tetapi memiliki prestasi belajar baik.
Hal ini pada dasarnya tidak sesuai dengan
penelitian-penelitian di Indonesia yang
dilakukan oleh Soemantri (1985) dan
Almatsier
(1989)
yang
menunjukkan
peningkatan prestasi belajar pada anak-anak
sekolah dasar bila diberikan suplemen besi.
Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak
dijelaskan oleh Lozoff dan yodium pada tahun
1988. Beberapa bagian dari otak mempunyai
kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport
besi yang dipengaruhi oleh transport transferin.
Pollit pada tahun 1970-an terkenal dengan
penelitian-penelitian
yang
menunjukkan
perbedaan antara keberhasilan belajar anak5

anak yang menderita anemia gizi besi dengan


anak-anak yang sehat (Almatsier, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 0%
reponden yang memiliki kadar Hb rendah dan
memiliki prestasi belajarnya kurang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh kadar Hb yang rendah terhadap
prestasi belajar seseorang. Hal ini tentunya
tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
Almatsier (2009) yang mengatakan bahwa
pada anak-anak yang kekurangan besi
menimbulkan apatis, mudah tersinggung,
menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
dan belajar.
Berdasarkan hasil penelitian 18,6% responden
yang memiliki kadar Hb normal tetapi
memiliki prestasi belajar yang kurang. Faktorfaktor yang mempengaruhi belajar atau
prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh
kadar Hb atau anemia. Faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil belajar adalah
faktor sosial dan nonsosial serta faktor dari
dalam diri pelajar itu sendiri (Suryabrata,
2010). Pada periode anak menjalani
pendidikan dasar merupakan titik awal anak
mengenal sekolah dan anak mengalami
perkembangan
kognitif
(perkembangan
memori, perkembangan pemikiran kritis,
perkembangan kreativitas dan perkembangan
bahasa). Karena itu, saat ini anak benar-benar
membutuhkan perhatian dan dukungan dari
orang tua dalam menghadapi perkembangan
yang pesat. Anak memerlukan nutrisi yang
cukup dan seimbang agar proses berpikir,
belajar dan beraktivitas tidak terhambat (Devi,
2012).
Pretasi belajar seseorang dapat dipengaruhi
oleh teman-teman bergaul. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri
siswa begitu juga sebaliknya, teman bergaul
yang jelek pasti akan memebrikan pengaruh
yang buruk bagi siswa. Selain itu juga
kehidupan masyarakat disekitar siswa juga
berpengaruh
terhadap
belajar
siswa.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang
tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan
mempunyai kebiasaan yang kurang baik, akan
berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang
berada disitu. Anak (siswa) tertarik untuk ikut
berbuat seperti yang dilakukan oleh orangorang yang ada disekitarnya. Akibatnya
belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa
kehilangan semangat belajar karena perhatian
semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke
perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang

dilakukan oleh orang-orang yang ada


disekitarnya (Slameto, 2010).
Apabila kadar Hb normal atau tidak anemia,
maka tingkat konsentrasi belajar juga akan
baik. Hal ini berdampak positif pada prestasi
belajar anak. Dalam penelitian ini terdapat
81,4% responden yang memiliki kadar Hb
normal dan memiliki yang prestasi belajar
yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sinaga (2005) pada murid
SD Negeri No.173728 Lobutua Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir yang menunjukkan
bahwa kadar Hb mempengaruhi prestasi
belajar. Selain kadar Hb darah yang normal,
faktor-faktor sosial dan nonsosial, prestasi
belajar juga dipengaruhi oleh sarana dan
prasarana yang cukup, serta tenaga pengajar
yang ada disekolah. Sarana dan prasarana yang
cukup serta tenaga pengajar yang kompeten
dapat menunjang keberhasilan proses belajar
itu sendiri. Di samping faktor-faktor internal
dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar
juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan
proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa
yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan
belajar
deep
(tertarik
dan
merasa
membutuhkan) misalnya, mungkin sekali
berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang
bermutu daripada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar surface (dorongan dari
luar). Pendekatan belajar dapat dipahami
sebagai cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan
efisiensi proses pembelajaran tertentu (Syah,
2010).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai
berikut:
1. Kadar Feritin pada anak kelas 4 dan 5
Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing
sebanyak 9,8% responden memiliki kadar
Feritin rendah dan 90,2 responden
memiliki kadar Feritin normal
2. Kadar Hb anak kelas 4 dan 5 Sekolah
Dasar di Kelurahan Maasing sebanyak
3,3% responden memiliki kadar Hb
rendah dan 96,7% responden dengan
kadar Hb normal.
3. Prestasi belajar pada anak kelas 4 dan 5
Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing
sebesar 18% responden memiliki prestasi
belajar kurang dan 82% responden
memiliki prestasi belajar yang baik.
6

4.

Tidak terdapat hubungan antara kadar Hb


dengan prestasi belajar pada anak kelas 4
dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan
Maasing.

Masyarakat
(Edisi
Revisi).
PT
Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Kompas:
Jakarta.
Gibney, MJ, Margetts, BM, Kearney, JM &
Arab, L. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. EGC: Jakarta.
Guyton, AC, dan Hall, JE. 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (textbook of
Medical Physiology) Edisi 11. EGC:
Jakarta.
Malonda, NSH, Kapantow, NH, Basuki, A &
Maarial, N. 2012. Jurnal. Hubungan
Antara Kejadian Anemia Dengan Hasil
Belajar Siswi SMP Negeri 11 Manado.
Buletin
IDI
Manado,
ISSN:9772301608001, Vol. I, No. I,
Juli 2012, hlm. 39-46.
Masrizal. 2007. Studi Literatur: Anemia Gizi
Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol
2. No 1.

Saran
Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
dapat
dikemukakan beberapa saran terkait dengan
tujuan dan manfaat penelitian, antara lain:
1. Perlu adanya kerjasama lintas sektor
antara pihak sekolah, masyarakat dan
Dinas Kesehatan atau Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, terutama penilaian status gizi,
kadar Feritin dan kadar Hb agar siswa
yang anemia gizi besi dapat terdeteksi
lebih cepat.
2. Pemberian motivasi belajar kepada siswa
perlu ditingkatkan terus, baik dari orang
tua maupun dari pihak sekolah agar hasil
belajar siswa bisa mencapai pada kategori
yang baik. Siswa diharapkan dapat
memberikan motivasi dan semangat
dalam belajar sehingga mendapatkan nilai
hasil belajar yang lebih baik.
3. Bagi peneliti berikut yang sekiranya
tertarik untuk melakukan penelitian yang
sama dengan menambah variabel,
sebaiknya
pemeriksaan
kadar
Hb
dilakukan pada waktu bersamaan pada
saat ujian berlangsung.

(online)
(http:
//www.jurnalkesmas.com/index.php/ke
smas/article/view/66/55 diakses 9
April 2013).
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.
Alfabeta: Bandung.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan
Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti:
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
Oktaviana. 2012. Jurnal. Hubungan Kejadian
Gizi Kurang, Anemia Gizi Besi Dan
GAKY Dengan Prestasi Belajar.
Unnes Journal Of Public Health,
ISSN: 2252-6781, Vol. I, No. 2,
tahun 2012 Universitas Negeri
Semarang.
Saadah, N. dan Santosa. BJ. 2010. Jurnal.
Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Di
SMP Negeri 2 Magetan. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes,
ISSN: 2086-3098, Vol.I, No. 4,
Oktober 2010, hlm. 306-310.
Sandjaja, Budiman, B, Herarti, R, Afriansyah,
N, Soekatri, M, Sofia, G, Suharyati,
Sudikno, Permaesih, D. 2009. Kamus
Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.
Kompas: Jakarta.
Sediaoetama, AD. 2004. Ilmu Gizi Untuk
Mahasiswa dan Provesi (jilid I).
Dian Rakyat: Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M, dan Wirjatmadi, B. 2012a.
Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana:
Jakarta.
Adriani, M, dan Wirjatmadi, B. 2012b. Peran
Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Kencana: Jakarta.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Annas, M. 2011. Jurnal. Hubungan Kesegaran
Jasmani, Hemoglobin, Status Gzi dan
Makan Pagi terhadap Prestasi
Belajar.
Jurnal
Media
Ilmu
Keolahragaan Indonesia, ISSN: 20886802, Vol. 1, Edisi 2, Desember 2011.
Arisman, MB. 2009. Buju Ajar Ilmu Gizi
Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Indonesia. 2010. Gizi dan Kesehatan

Sediaoetama, AD. 2010. Ilmu Gizi Untuk


Mahasiswa dan Provesi (jilid II).
Dian Rakyat: Jakarta.
Sinaga, E. 2005. Jurnal. Hubungan Antara
Kadar Hb Dengan Prestasi Belajar
Pada Murid SD Negeri No. 173728
Lobutua
Kecamatan
Palipi
Kabupaten Samosir. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, Vol. 1, No. 2,
Desember 2005.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi.
Rineka
Cipta:
Jakarta
Supariasa, IDN, Bakri, B, & Fajar, I. 2001.
Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.

Suryabrata, S. 2010. Psikologi Pendidikan.


Rajawali Pers: Jakarta.
Syah, M. 2010. Psikologi Belajar. Rajawali
Pers: Jakarta.
Tandirerung, EU, Mayulu, N, & Kawengian,
SES. 2013. Jurnal. Hubungan
Kebiasaan Makan Pagi Dengan
Kejadian Anemia Pada Murid Sd
Negeri 3 Manado. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Vol. 1, No. 1, Maret 2013,
hlm. 53-58.

Anda mungkin juga menyukai