Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah ekonomi berasal dari bahasa oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos
adalah peraturan, aturan, hukum. Secara etimologi (bahasa), pengertian ekonomi adalah aturan
rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sedangkan Secara umum, Pengertian Ekonomi
adalah salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Menurut Maslow, ekonomi adalah
salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan
manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip
serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
Suatu proses perencanaan wilayah dan kota memiliki keterkaitan antara elemen fisik dan
non fisik. Elemen fisik dalam sebuah perencanaan merupakan elemen yang dituntut pada
pembangunan yang nyata, sedangkan untuk elemen non-fisik membutuhkan analisis yang
tentunya tidak akan pernah dapat terlepas dari disiplin ilmu ekonomi. Disiplin ilmu inilah yang
kemudian akan menunjukkan pengembangan dalam suatu daerah atau wilayah.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya - sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,
2010). Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa
indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang lazim digunakan adalah
produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian
secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat
pertumbuhan, pendapatan perkapita dan pergeseran atau perubahan struktur ekonomi
(Sjafrizal, 2008).
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten yang pertumbuhan ekonominya
dikatakan berhasil meningkat. Hal ini dapat dilihat dari PDRB pada daerah tersebut dari tahun
2010-2014 terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 25.465.221,9, tahun
2011 sebesar 26.726.849,8, tahun 2012 sebesar 27.815.340,9, tahun 2013 sebesar 29.138.481,8,
dan tahun 2014 sebesar 30.541.244,3. Artinya pada daerah ini kinerja perekonomian dikatakan
mengalami kemajuan. Namun, untuk mengetahui perkembangan perekonomian wilayah yang
lebih spesifik maka perlu diketahui perkembangan dari berbagai sektor di daerah tersebut.
Sektor-sektor basis menjadi fokus utama dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah. Untuk
1

mengidentifikasi sektor-sektor mana yang termasuk sektor strategis digunakan tiga metode
analisis, yaitu metode analisis LQ (Location Quotient) untuk mengetahui sektor-sektor apa saja
yang merupakan sektor basis, analisis Shift-Share yang digunakan untuk mengetahui kinerja
perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi. Hal ini yang
menjadi dasar penyusunan laporan ini, dimana hasil analisis tersebut dapat mengetahui sektor
strategis Kabupaten Garut sehingga pengoptimalan potensi di Kabupaten Garut dapat
berkembang secara optimal.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran dari penulisan laporan ini, yaitu
1.2.1

Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui suatu perkembangan sektor-sektor

ekonomi dengan menggunakan analisis. Selain dapat mengetahui sektor-sektor yang


terbelakang, analisis ini juga dapat mengetahui sektor-sektor yang berpotensi untuk
berkembang. Sehingga dapat mengetahui sektor yang akan ditingkatkan dalam sebuah
perekonomian di Kabupaten Garut.
1.2.2

Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan ini adalah:

1. Mengidentifikasi wilayah studi Kabupaten Garut.


2. Menganalisis sektor yang berpotensial atau tidak di Kabupaten Garut dalam waktu 5
tahun dengan menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis ShiftShare.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah cara untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari analisis kinerja sektor
ekonomi, sektor basis, serta mengetahui adanya sektor yang berpotensial dan tidak dengan
menggunakan metode LQ dan Shift-Share.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pembahasan dalam penulisan laporan ini meliputi ruang lingkup materi dan
ruang lingkup wilayah studi, yaitu
1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang Lingkup materi yang akan dibahas dalam laporan ini adalah teori-teori dasar
perhitungan analisis sektor strategis, seperti komposisi kegiatan ekonomi yang
2

memberikan deskripsi umum analisa sektor basis dan nonbasis dengan analisis LQ dan ShifShare untuk menganalisis efek-efek perubahan pada setiap wilayah.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Ruang lingkup wilayah studi yang dibahas dalam penulisan laporan ini adalah
Kabupaten Garut. Pada Kabupaten ini terdiri dari 42 kecamatan. Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, rumusan masalah, ruang lingkup
pembahasan yang dibagi menjadi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisi tentang kajian teori yang akan menjadi dasar dalam menganalisis, kajian teori
ini meliputi teori ekonomi wilayah dan kota, teori analisis ekonomi agregat, teori analisis
intrawilayah, teori analisis LQ, dan teori analisis Shift-Share.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT
Bab ini berisi tentang uraian secara umum karakteristik wilayah Kabupaten Garut.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang statistik dasar perekonomian Kabupaten Garut, analisis Location
Quotient, dan analisis Shift-Share tahun 2010-2014 secara analisis agregat dan intrawilayah.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan ini yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.

BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Analisis Location Quetient
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor
ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading
sektor. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang
menjadi acuan. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ
tersebut nantinya dapat berupa jumlah tenaga kerja per-sektor ekonomi, jumlah produksi atau
satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria. Teknik analisis ini belum bisa memberikan
kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk
tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan suatu daerah dalam sektor
yang teridentifikasi. Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan kemampuan
sektor-sektor dari daerah tersebut adalah (Warpani, 1984:68) :

Dimana :
Si

= Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi i di daerah yang diselidiki

= Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki

Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di daerah acuan yang lebih luas, di mana daerah yang di
selidiki menjadi bagiannya
N

= Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas


Jika menggunakan data buruh atau tenaga kerja. Demikian pula jika menggunakan data lain,

seperti PDRB. Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang
dihasilkan adalah :
A. Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi
dari pada tingkat wilayah acuan
B. Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih
rendah dari pada tingkat wilayah acuan
C. Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan.
Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola
permintaan wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah

permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah,
kekurangannya diimpor dari wilayah lain.
2.2 Analisis Shift Share
Metoda ini digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran
struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan daerah dalam
kaitannya dengan perekonomian wilayah acuan (wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih
kurun waktu. Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan
pada tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah
(lokal) dalam tiga komponen :
1. Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan
ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan
tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.
2.

Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan


sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada
salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang dalam
perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.

3. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPK), yaitu mengukur kinerja
sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila
komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal meningkat
dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif terjadi sebaliknya.
Dengan demikian apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK,
maka persamaannya dapat diformulasikan sebagai berikut (Marif, 2000:3):

Atau

Di mana :
Y* =

Indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian

Indikator ekonomi acuan awal tahun kajian

Yi

Indikator ekonomi acuan sektor i akhir tahun kajian

Yi

Indikator ekonomi acuan sektor i awal tahun kajian

yi

Indikator ekonomi daerah (lokal) sektor i akhir tahun kajian

yi

Indikator ekonomi daerah (lokal) sektor i awal tahun kajian


5

Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus :

2.3 Analisis Agregat


Analisis Agregat (Agregate Regional) digunakan untuk mengetahui gambaran umum
kontribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas
dimana wilayah tersebut berada pada satu tempat. Hal ini menjadikan analisis agregat
digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi wilayah
dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas. Dengan analisis agregat
kita dapat mengetahui bagaimana tingkat sumber dan distribusi pendapatan dan tenaga kerja
yang terdapat dalam suatu wilayah. Data ini sangat penting untuk melihat gambaran umum
keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian
menyumbangkan pendapatnya dalam pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga
dapatmengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkontribusi dalam perkembangan
perekonomian wilayah tersebut shingga kita dapat mengetahui jumlah faktor-faktor
produksi(investasi tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya. Seluruh data-data
tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain terutama antar sektor ekonomi (backwardforward
linkage) yang dapat menunjukkan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan perbandingan
aspek-aspek tersebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain. Pola
perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memiliki sifat dan intensitas aliran faktor-faktor
produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak mendapat perhatian
yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebuy terdapat konsekuensi yang terjadi dari adanya
aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap perkembangan perekonomian wilayah.
2.4 Analisis Intra Wilayah
Analisis Intra Wilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam tentang sektor apa saja yang ada dalam suatu wilayah tersebut. Wilayah dilihat
sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis
intrawilayah dan bagaimana

terjadi di dalamnya, analisis dilakukan lebih dalam pada

karakteristik dari tempat-tempat di suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di
dalamnya dan disetiap komponen yang ada didalamnya. Jadi analisis ini memandang suatu
wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yang skalanya lebih sempit serta masingmasingnya memiliki aktivitas pada kecamatankecamatan yang ada didalamnya sesuai denga
karakteristiknya. Sedangkan analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti pokok
6

analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada didalamnya dan seterusnya. Data yang diperlukan
dalam analisis ini adalah data-data PDRB per sektor atas dasar harga konstan. Contoh hal yang
dibahas dalam suatu analisis intrawilayah yaitu bagaimana karakteristik ekonomi disubwilayah
dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat pendapatan pada masing-masing
subwilayah dan bagaimana kontribusi masingmasingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat
konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lainlain.

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT
3.1 Letak Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 656'49'' - 7
45'00'' Lintang Selatan dan 10725'8'' - 1087'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas
wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065.19 km) dengan batas-batas sebagai berikut:
-

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.


Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi

dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah
Selatan, sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam.
Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Indonesia dengan
segenap potensi alam dan keindahan pantainya. Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis,
curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang
dengan banyaknya aliran sungai baik yang bermuara ke pantai selatan maupun ke pantai utara
jawa hal ini menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan
pertanian. Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai
ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan
wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis
dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di
dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
3.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Garut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (20102014). Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yaitu jumlah
penduduk di Kabupaten Garut tahun 2010-2014 telah mencapai 12.222.120 jiwa. Pada tahun
2010 jumlah penduduk sebesar 2.380.981 jiwa, tahun 2011 sebesar 2.407.086 jiwa, tahun 2012
sebesar 2.445.911 jiwa, tahun 2013 sebesar 2.485.732 jiwa, dan tahun 2014 sebesar 2.502.410
jiwa. Besarnya angka jumlah penduduk di Kabupaten Garut bisa dikatakan padat. Data jumlah
penduduk yang ada merupakan data gabungan dari 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut
setiap tahunya.
8

Tabel III. 1
Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2010-2014
Tahun

Jumlah
(Jiwa)

2010

2.380.981

2011

2.407.086

2012

2.445.911

2013

2.485.732

2014

2.502.410

Jumlah

12.222.120

Sumber: BPS Kabupaten Garut dalam Angka tahun 2010-2014


3.3 Perekonomian
Dalam kebijakan pembangunan Kabupaten Garut, struktur ruang wilayah Kabupaten Garut
dibagi menjadi 3 pusat pertumbuhan yang membantu perekonomian yaitu pusat pertumbuhan
Garut Utara, merupakan pusat industri pengolahan hasil pertanian/perkebunan. Kedua pusat
pertumbuhan Garut Tengah, sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan,
dan industry pengolahan hasil pertanian. Ketiga adalah pusat pertumbuhan Garut Selatan,
sebagai pusat pengembangan pariwisata dan konservasi (yaitu kota Pameungpeuk dan
Bungbulang).
Kedekatan posisi Kabupaten Garut dengan Pusat Pertumbuhan Wilayah Kota Bandung tidak
hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan daerah tetapi juga memberikan
dampak negative. Hal ini menyebabkan daerah Kabupaten Garut menjadi tertinggal dan tidak
dapat tumbuh secara maksimal. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi terhadap
pembangunan di Kabupaten Garut adalah ditetapkannya 85% wilayah Kabupaten Garut sebagai
kawasan lindung, sehingga kurang memancing investasi. Hal ini tentunya menimbulkan
berbagai masalah yang dihadapi dalam pembangunan di Kabupaten Garut, salah satunya adalah
kemiskinan.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak pada laju pertumbuhan
pembangunan di berbagai sektor, salah satu contohnya adalah pada sektor industri. Kegiatan
sektor industri di Kabupaten Garut terdiri dari industri penyamakan kulit, jaket kulit, batik,
sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu. Dari berbagai
komoditi yang ada, tercatat beberapa diantaranya telah menembus pasar ekspor seperti: teh
hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, sepatu dan sandal kulit,
Dodol Garut, kulit tersamak dan kain sutera. Namun demikian, peran sektor ini belum menjadi
sektor andalan dalam kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Hal ini memberi indikasi
9

bahwa sektor ini masih perlu dikembangkan sehingga dapat menopang aktivitas perekonomian
dan pembangunan Kabupaten Garut.

10

BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Agregat Wilayah
4.1.1 Statistik Dasar
Tabel IV.1
Perkembangan PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat
ADHK Tahun 2010 - 2014
PDRB
Tahun

Kabupaten
Garut(Dalam
Juta Rupiah)

Laju
Pertumbuhan
(%)

PDRB Provinsi
Jawa Barat
(Dalam Juta
Rupiah)

Laju
Pertumbuhan
(%)

2010

25.465.222,00

5,30

906.685.760,50

5,83

2011

26.726.849,90

4,95

965.622.061,20

6,50

2012

27.815.340,90

4,07

1.028.409.739,60

6,50

2013

29.138.481,80

4,76

1.093.585.505,00

6,34

2014

30.541.243,6

4,81

1.148.948.818,80

5,06

Sumber : PDRB Provinsi Jawa Barat, 2014


RKPD Kabupaten Garut, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Garut dalam
kurun waktu tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB
Kabupaten Garut adalah Rp 25.465.222,00 kemudian meningkat menjadi Rp 26.726.849,90
pada tahun 2011. Pada tahun 2012, menjadi Rp 27.815.340,90 kemudian pada tahun 2013
adalah Rp 29.138.481,80 dan berkembang menjadi Rp 30.541.243,6 pada tahun 2014.
Sedangkan untuk laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Garut mengalami penurunan pada
tahun 2010 ke 2012 sebesar 1,23%. Namun terjadi kenaikan setiap tahunnya dari tahun
2012 sampai 2014 pertumbuhannya terus meningkat, dari 4,07% menjadi 4,81. Bila
digambarkan dengan grafik, perkembangan PDRB Kabupaten Garut dan perkembangan
terkait laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:

11

Grafik IV.1
Grafik Perkembangan PDRB Kabupaten Garut

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Grafik IV.2
Grafik Presentase Laju Pertumbuhan

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Berdasarkan tabel diatas PDRB Propinsi Jawa Barat selalu mengalami kenaikan tiap
tahunnya dari tahun 2010-2014. Tahun 2010 PDRB Jawa Barat sebesar Rp. 906.685.760,50
meningkat menjadi Rp. 965.622.061,20 pada tahun 2011. PDRB Propinsi Jawa Barat
mengalami peningkatan yang pesat berlangsung pada tahun 2012 menuju tahun 2013
12

sebesar Rp. 65.175.765,40 dari Rp. 1.028.409.739,60 menjadi Rp. 1.093.585.505,00.


Sedangkan laju pertumbuhan Propinsi Jawa Barat mengalami kenaikan dari tahun 2010
hingga tahun 2012 yaitu dari 5,83% menjadi 6,5%, tetapi mengalami penurunan pada awal
tahun 2012 hingga tahun 2014 yaitu dari 6,5% menjadi 5,06%. Bila digambarkan dengan
grafik, perkembangan PDRB Propinsi Jawa Barat dan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
adalah sebagai berikut:
Grafik IV.3
Grafik PDRB Provinsi Jawab Barat

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Grafik IV.4
Grafik Presentase Laju Pertumbuhan

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


13

Pada data PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat selalu mengalami
perkembangan di setiap tahunnya, mulai dari 2010 sampai dengan 2014. Sedangkan untuk
laju pertumbuhan PDRB kabupaten Garut mengalami penurunan pada tahun 2010 menuju
tahun 2012 yaitu dari 5,30% menjadi 4,07% dan pada awal tahun 2012 laju pertumbuhan
PDRB meningkat hingga tahun 2014 yaitu dari 4,07% menjadi 4,81%. Bertolak belakang
dengan laju pertumbuhan PDRB kabupaten Garut, pertumbuhan PDRB Jawa Barat
mengalami peningkatan pada awal tahun dan mengalami penurunan pada akhir tahun yaitu
5,83% menjadi 6,5% pada tahun 2010 ke 2012. Pada tahun 2012 menuju 2014 mengalami
penurunan yaitu dari 6,5% menjadi 5,06%.
Indikator perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari kontribusi
per sektor pada PDRB wilayah tersebut. Berikut adalah tabel PDRB Per Sektor Kabupaten
Garut dan Tabel Kontribusi Per Sektor pada PDRB Kabupaten Garut tahun 2010 -2014.
Tabel IV. 2
Tabel Data PDRB Kabupaten Garut

Sumber : PDRB Kabupaten Garut, 2014


Data PDRB tersebut kemudian diubah dan diolah dalam bentuk diagram pie agar dapat
terlihat pembagian kontribusi dari setiap sektor Kabupaten Garut. Berikut adalah diagram
pie PDRB Per Sektor Kabupaten Garut tahun 2010 dan 2014 (diambil tahun awal dan akhir
perbandingan).

14

Grafik IV.5
Grafik PDRB Per Sektor Kabupaten Garut Tahun 2010

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Grafik IV. 6
Grafik PDRB Per Sektor Kabupaten Garut Tahun 2014

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


15

Tabel IV.3
Tabel kontribusi per sektor terhadap PDRB Kabupaten Garut
No
1

Sektor
Pertanian,

Tahun PDRB Kabupaten (%)


2010

2011

2012

2013

2014

40,35

39,12

38,16

37,60

36,55

3,63

3,40

2,84

2,89

2,79

7,42

7,34

7,29

7,40

7,51

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,05

0,05

0,05

0,05

0,05

Kehutanan, dan
Perikanan
2

Pertambangan &
Penggalian

Industri
Pengolahan

Pengadaan Listrik
dan Gas

Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur ulang

Konstruksi

5,33

5,59

5,83

5,98

6,03

Perdagangan

19,81

20,33

20,94

21,09

21,36

3,46

3,46

3,48

3,46

3,57

3,19

3,26

3,37

3,36

3,37

2,00

2,15

2,10

2,19

2,40

2,33

2,41

2,48

2,58

2,67

Besar dan Eceran;


Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
8

Transportasi dan
Pergudangan

Penyediaan
akomodasi dan
Makan Minum

10

Informasi dan
Komunikasi

11

Jasa Keuangan dan


Asuransi

12

Real Estat

1,52

1,59

1,66

1,71

1,75

13

Jasa Perusahaan

0,50

0,50

0,50

0,51

0,51
16

14

Administrasi

3,85

3,64

3,85

3,57

3,43

Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
15

Jasa Pendidikan

3,20

3,59

3,80

3,94

4,22

16

Jasa Kesehatan

0,62

0,62

0,64

0,63

0,64

2,68

2,89

2,95

2,98

3,08

100

100

100

100

100

dan Kegiatan
Sosial
17

Jasa lainnya

Total

Sumber : PDRB Kabupaten Garut, 2014


Data diatas kemudian diubah dan diolah kembali dalam bentuk diagram pie agar dapat
terlihat pembagian kontribusi dari setiap sektor Kabupaten Garut. Berikut ini adalah
diagram pie PDRB Per Sektor Kabupaten Garut tahun 2010 dan 2014 (diambil tahun awal
dan akhir perbandingan).
Grafik IV.7
Grafik Presentase PDRB Kabupaten Garut Per sektor Tahun 2010

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


17

Grafik IV.8
Grafik Presentase PDRB Kabupaten Garut Tahun 2014

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Berdasarkan hasil pengolahan data PDRB Per Sektor Kabupaten Garut diatas, baik
dalam bentuk tabel maupun diagram, menunjukkan bahwa sektor yang memberi kontribusi
paling banyak adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Dalam kurun waktu 5
tahun berturut-turut dari tahun 2010 hingga tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan
dalam pembagian kontribusi pada PDRB Kabupaten Garut, akan tetapi sektor tersebut
masih mendominasi terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Garut. Untuk sektor dengan
kontribusi atau bagian terkecil diduduki oleh 1 sektor. Sektor tersebut yaitu sektor
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang, dimana dalam perkembangan
selama lima tahun berturut-turut (2010-2014) sektor tersebut berada di peringkat
kontribusi terendah pada PDRB Kabupaten Garut dan tidak mengalami kenaikan dan
penurunan selama priode 5 tahun sehingga terbilang konstan yaitu sebesar 0,05% . Sebagai

18

pembanding, berikut merupakan tabel PDRB Per Sektor Provinsi Jawa Barat Tahun 20102014:

19

Tabel IV.4
Tabel PDRB Propinsi Jawa Barat
No

Sektor

Tahun PDRB Propinsi Jawa Barat


2010

2011

2012

2013

2014

89.088.260,2

88.386.512,4

88.409.460,0

92.312.128,4

92.747.168,2

30.126.931,7

29.105.485,8

27.213.582,3

26.872.467,2

27.293.420,3

403.571.246,6

426.184.947,5

445.675.276,6

477.714.072,3

502.124.367,8

5.334.624,2

5.126.004,9

5.571.250,1

6.037.729,5

6.297.101,6

702.596,1

741.338,8

794.326,7

845.969,6

896.263,8

63.087.799,1

71.723.223,3

81.197.699,6

87.818.637,1

92.603.491,6

139.681.171,2

151.107.155,3

168.938.936,0

177.747.518,2

183.626.109,0

Pertanian,
Kehutanan, dan
1 Perikanan
Pertambangan &
2 Penggalian
3 Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik
4 dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah dan
5 Daur ulang
6 Konstruksi
Perdagangan Besar
dan Eceran;
Reparasi Mobil dan
7 Sepeda Motor

20

Transportasi dan

37.337.711,1

41.660.006,8

45.721.399,3

47.965.848,6

51.561.864,7

21.672.463,1

23.196.039,4

24.806.717,8

25.985.297,7

27.545.028,8

20.785.122,3

25.378.259,3

28.094.004,5

30.651.836,8

36.005.412,4

20.242.188,2

21.567.179,5

23.437.318,8

26.455.239,9

27.546.333,2

12 Real Estat

9.855.884,0

10.992.679,3

11.916.840,6

12.561.546,4

13.121.319,4

13 Jasa Perusahaan

3.218.249,9

3.676.296,2

3.957.451,8

4.265.893,3

4.561.081,0

23.605.341,2

22.939.998,9

23.901.327,9

23.568.018,4

23.676.877,0

17.961.874,2

20.596.756,1

23.608.192,7

25.715.274,3

29.424.905,7

5.327.118,0

5.790.041,1

6.303.721,1

6.720.170,3

7.780.534,3

15.087.179,4

17.450.136,6

18.862.233,8

20.347.857,0

22.137.540,0

906.685.760,5

965.622.061,2

1.028.409.739,6

1.093.585.505,0

1.148.948.818,8

8 Pergudangan
Penyediaan
akomodasi dan
9 Makan Minum
Informasi dan
10 Komunikasi
Jasa Keuangan dan
11 Asuransi

Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
14 Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan
16 Kegiatan Sosial
17 Jasa lainnya

Sumber : PDRB Propinsi Jawa Barat, 2014


21

Grafik IV.9
Grafik PDRB Pripinsi Jawa Barat Tahun 2010

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Grafik IV.10
Grafik PDRB Propinsi Jawa Barat Tahun 2014

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


22

Berdasarkan hasil pengolahan data PDRB Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten ADHK
Per Sektor dalam jangka waktu 2010 sampai 2014, maka dihasilkan urutan tertinggi ke
terendah dari masing-masing sektor yang berkontribusi pada PDRB Provinsi Jawa Barat
dan Kabupaten Garut sebagai berikut:
Tabel IV.5
Tabel Peringkat Sektor PDRB Propinsi Jawa Barat dan PDRB Kabupaten Garut
Peringk
at

Sektor PDRB Propinsi Jawa Barat

Sektor PDRB Kabupaten Garut

Sektor
1

Industri Pengolahan

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Perdagangan Besar dan Eceran;

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertanian, Kehutanan, dan


Perikanan

Konstruksi

Industri Pengolahan
Konstruksi
Administrasi Pemerintahan,

Transportasi dan Pergudangan

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Pertambangan & Penggalian

Pertambangan & Penggalian

Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial

Transportasi dan Pergudangan

Wajib
8

Penyediaan akomodasi dan Makan


Minum

Jasa Pendidikan
Penyediaan akomodasi dan Makan

Informasi dan Komunikasi

Minum

10

Jasa Keuangan dan Asuransi

Jasa lainnya

11

Jasa Pendidikan

Jasa Keuangan dan Asuransi

12

Jasa lainnya

Informasi dan Komunikasi

13

Real Estat

Real Estat

14

Pengadaan Listrik dan Gas

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

15

Jasa Kesehatan dan Kegiatan


Sosial

16

Jasa Perusahaan

Jasa Perusahaan
Pengadaan Listrik dan Gas

23

17

Pengadaan Air, Pengelolaan

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Sampah, Limbah dan Daur ulang

Limbah dan Daur ulang

Sumber : PDRB Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut, 2014


Kondisi PDRB Provinsi Jawa Barat memilik perbedaan dengan Kabupaten Garut
terkait konstribusi sektor tertinggi untuk PDRB. PDRB Propinsi Jawa Barat sektor tertinggi
yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan Kabupaten Kendal sektor tertinggi industri
pengolahan berada pada peringkat tiga dibawah sektor tertinggi yaitu sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan. Namun PDRB Jawa Barat memiliki kondisi sektor terendah yang
sama dengan Kabupaten Garut yaitu Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
ulang.
4.1.2 Analisis Perhitungan Location Quotient (LQ)
Analisis Location Qoutient (LQ) digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi
sektor-sektor disuatu wilayah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis dan
non basis. Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis karakteristik
perekonomian dasar suatu wilayah dimana wilayah studi dilihat sebagai bentuk kecil dari
wilayah dengan hierarki lebih tinggi darinya.
Dapat dibandingkan dan dilihat bagaimana kondisi dan kontribusi wilayah studi
terhadap perekonomian wilayah dengan hierarki yang lebih tinggi. Dalam pembahsan
analisis Location Quotient (LQ), analisis ini merupakan sebagian kecil analisis kabupaten
Garut dari hierarki yang lebih besar yaitu Jawa Barat. Dalam analisis LQ ini membutuhkan
beberapa data pendukung seperti PDRB. Data yang digunakan adalah data PDRB time series
Kabupaten Garut dan PDRB Jawa Barat tahun 2010 hingga tahun 2014 berdasarkan harga
konstan tahun 2010, lalu dijabarkan ke sektor-sektor perekonomian untuk mencerminkan
pendapatan dan produksi riil di Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat. Berikut data
PDRB Kabupaten Garut dan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 berdasarkan harga konstan:

24

Tabel IV.6
Tabel Perhitungan LQ

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015

25

Dari data tabel LQ diatas dapat dihitung jumlah LQ per masing-masing aspek, dengan rumus :
LQ

Contohnya perhitungan LQ diambil sampel dari perhitungan Pertanian, Perhutanan, dan


perikanan PDRB tahun 2010 :
LQ

=
=

= 4,106

Dari seluruh sektor yang telah dilakukan perhitungan terdapat beberapa sektor yang
tergolong Basis dan Non Basis. Sektor Basis tertinggi pada tahun 2010 terdapat pada sektor
Pertanian, kehutanan dan Perikanan dengan jumlah perhitungan LQ 4,106 dan sektor terendah
pada tahun 2010 adalah pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang jumlah LQ nya sebesar
0,105. Dari maing-masing per sektor juga memiliki peningkatan dari tahun ke tahun, misalna
pada sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki tingkat kenaikan sebesar 421 dari
tahun 2010 ke tahun 2011. Dalam perhitungan LQ ini terdapat 31 aspek Non Basis dan 54
aspek Basis pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

26

Tabel IV.7
Tabel Perhitungan LQ tahun 2010

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Tabel IV.8
Tabel Perhitungan LQ tahun 2011

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


27

Tabel IV.9
Tabel Perhitungan LQ tahun 2012

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Tabel IV.10
Tabel Perhitungan LQ tahun 2013

28

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Tabel IV.11
Tabel Perhitungan LQ tahun 2014

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


LQ > 1 disebut sebagai sektor basis
Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari wilayah acuan. Dan dari perhitungan
di atas yang termasuk sektor basis adalah sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian;
serta sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan.
LQ < 1 disebut sebagai sektor nonbasis
Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah daripada wilayah acuan. Yang termasuk
dalam sektor nonbasis antara lain sektor Industri Pengelolahan; listrik, gas dan air bersih;
bangunan; perdagangan,hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa.
LQ = 1 maka tingkat spesialisasi di daerah maupun di wilayah acuan sama. Dari perhitungan di
atas, di Kabupaten Blora tidak terdapat sektor yang memiliki nilai sama dengan satu.
4.1.3 Analisis Sift-Share
Mengetahui perubahan struktur atau kinerja sektor ekonomi daerah terhadap struktur
ekonomi yang lebih tinggi seperti provinsi atau nasional merupakan cara yang dilakukan
dengan analisis shift share. Selain itu analisis shift share berguna juga untuk melihat perubahan
atau perkembangan ekonomi dari satu wilayah. Analisis shift share ini dapat dihitung dengan
29

cara menghitung PDRB persektor perekonomian yang ada di kabupaten atau kota, dan
membandingkannya dengan PDRB persektor dari provinsi kota tesebut. Dalam analisis ini
diasumsikan bahwa perubahan produksi atau kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen
pertumbuhan

wilayah,

yaitu

Komponen

Pertumbuhan

Nasional

(KPN),

komponen

Pertumbuhan Proposional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW).


Berikut ini adalah perbandingan tabel PDRB Kabupaten Garut dengan Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2010 dan 2014.

30

Tabel IV.12
Tabel Perhitungan Data Dasar untuk Analisi Shift Share Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 dan
2014 (dalam juta rupiah)

NO

SEKTOR

KABUPATEN GARUT

PROVINSI JAWA BARAT

PDRB 2010

PDRB 2014

PDRB 2010

PDRB 2014

ri

Ri

Ra

yo

yt

Yo

Yt

yit/yio

Yit/Yio

Yt/Yo

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

10.274.621,5

11.161.548,2

89.088.260,2

92.747.168,2

1,0863

1,0411

1,2672

Pertambangan & Penggalian

924.494,4

853.578,0

30.126.931,7

27.293.420,3

0,9233

0,9059

1,2672

Industri Pengolahan

1.890.139,9

2.294.637,7

403.571.246,6

502.124.367,8

1,2140

1,2442

1,2672

Pengadaan Listrik dan Gas

15.797,6

18.918,9

5.334.624,2

6.297.101,6

1,1976

1,1804

1,2672

11.784,8

14.852,2

702.596,1

896.263,8

1,2603

1,2756

1,2672

1.356.154,8

1.843.072,3

63.087.799,1

92.603.491,6

1,3590

1,4679

1,2672

5.045.739,3

6.524.503,3

139.681.171,2

183.626.109,0

1,2931

1,3146

1,2672

5
6
7

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah


dan Daur ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

880.384,4

1.088.865,3

37.337.711,1

51.561.864,7

1,2368

1,3810

1,2672

Penyediaan akomodasi dan Makan Minum

813.285,0

1.029.765,1

21.672.463,1

27.545.028,8

1,2662

1,2710

1,2672

10

Informasi dan Komunikasi

508.230,9

733.784,5

20.785.122,3

36.005.412,4

1,4438

1,7323

1,2672

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

593.571,6

815.703,5

20.242.188,2

27.546.333,2

1,3742

1,3608

1,2672

12

Real Estat

386.664,8

535.114,0

9.855.884,0

13.121.319,4

1,3839

1,3313

1,2672

13

Jasa Perusahaan

126.707,3

155.150,1

3.218.249,9

4.561.081,0

1,2245

1,4173

1,2672

981.613,6

1.047.869,6

23.605.341,2

23.676.877,0

1,0675

1,0030

1,2672

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan


Jaminan Sosial Wajib

31

15

Jasa Pendidikan

815.008,6

1.288.697,5

17.961.874,2

29.424.905,7

1,5812

1,6382

1,2672

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

158.375,9

194.673,4

5.327.118,0

7.780.534,3

1,2292

1,4606

1,2672

17

Jasa lainnya

682.647,6

940.510,5

15.087.179,4

22.137.540,0

1,3777

1,4673

1,2672

Total

25.465.222,0 30.541.244,1 906.685.760,5 1.148.948.818,8 21,5186 22,4924 21,5423


Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015

32

Berdasarkan tabel perhitungan PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat di atas
maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan PDRB tidak pada semua sektor. Sektor
pertambangan dan penggalian dari tahun 2010 ke 2014 mengalami penurunan. Penurunan
tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Garut namun juga terjadi penurunan dari Provinsi
Jawa Baratnya sendiri. Selanjutnya dapat dilakukan diindentifikasi unutk diketahui sektor yang
berpotensi untuk memajukan perekonomian di Kabupaten Garut dengan hasil perhitungannya
sebagai berikut :
Tabel IV.13
Tabel Perhitungan KPN,KPP, KPPW, PE dan PB Kabupaten Garut pada tahun 2010 dan 2014

KPN
SEKTOR

Ra - 1

KPP
Ri - Ra

Perges

n Ekonomi

eran

KPPW
ri - Ri

Pertanian, Kehutanan, dan


Perikanan

Pertumbuha

Bersih
(KPN+KPP+K

KPP+K

PPW)

PPW

8,63%
26,7%

-22,61%

4,53%

18,09%

-7,67%

Pertambangan & Penggalian

26,7%

-36,12%

1,73%

Industri Pengolahan

26,7%

-2,30%

-3,02%

21,40%

-5,32%

Pengadaan Listrik dan Gas

26,7%

-8,68%

1,72%

19,76%

-6,96%

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


Limbah dan Daur ulang

26,03%
26,7%

0,84%

-1,54%
-

Konstruksi

26,7%

20,07%

26,7%

4,74%

9,18%

-2,15%

26,7%

11,38%

2,59%
23,68%

14,42%

Penyediaan akomodasi dan Makan


Minum

35,90%
29,31%

Transportasi dan Pergudangan

-0,69%

10,88%

Perdagangan Besar dan Eceran;


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

34,39%

-3,04%
26,63%

26,7%

0,38%

-0,48%
-

Informasi dan Komunikasi

26,7%

46,51%

28,85%

Jasa Keuangan dan Asuransi

26,7%

9,36%

1,34%

-0,10%
44,38%
17,66%
37,42%

10,70%
33

Real Estat

26,7%

Jasa Perusahaan

6,41%

26,7%

15,01%

5,26%

38,39%

22,45%

19,28%

Administrasi Pemerintahan,

11,67%
-4,27%

6,75%

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

26,7%

-26,42%

6,45%

Jasa Pendidikan

26,7%

37,10%

-5,70%

58,12%

22,92%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

26,7%

19,34%

23,14%

Jasa lainnya

26,7%

20,01%

-8,96%

19,97%
31,40%
-3,80%
37,77%

11,05%

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Dari tabel diatas dapat diinterpretasikan hasil perhitungannya dengan menggunakan
indikator-indikator dibawah ini :
1. Kriteria interpretasi besaran pergeseran bersih (PB)
Jika besaran Pergeseran Bersih maka sektor tersebut mengalami kemajuan
Jika besaran pergeseran bersih < maka sektor tersebut mengalami kemunduran
2. Kriteria interpretasi nilai KPP

KPP bernilai positif (KPP>0) pada wilayah/ daerah yang berspesialisasi dalam
sektor yang secara nasional tumbuh cepat.

KPP bernilai negatif (KPP<0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam


sektor yang secara nasional tumbuh lambat.

3. Kriteria interpretasi nilai KPPW

KPPW bernilai positif (KPPW>0) pada sektor yang mempunyai keunggulan


komparatif di wilayah/daerah tersebut atau disebut juga keuntungan lokasional.

KPPW bernilai negatif (KPPW<0) pada sekotr yang tidak mempunyai keunggulan
komparatif/ tidak dapat bersaing.

Maka, jika dilihat dari tabel diatas dapat diinterpretasikan hasilnya sebagai berikut :
Tabel IV. 14
Tabel hasil interprtasi nilai KPP per Sektor Kebupaten Garut tahun 2014 (dalam persen
%)
NO

SEKTOR

KPP
Ri-Ra

Keterangan
34

- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional


Pertanian, Kehutanan, dan
1 Perikanan

22,61 tumbuh lambat.


%
- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
36,12 tumbuh lambat.

2 Pertambangan & Penggalian

%
- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

3 Industri Pengolahan

2,30% tumbuh lambat.


- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

4 Pengadaan Listrik dan Gas

8,68% tumbuh lambat.

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


5 Limbah dan Daur ulang

spesialisasi dalam sektor yg secara nasional


0,84% tumbuh cepat.
20,07 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

6 Konstruksi

% tumbuh cepat.

Perdagangan Besar dan Eceran;


7 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

spesialisasi dalam sektor yg secara nasional


4,74% tumbuh cepat.
11,38 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

8 Transportasi dan Pergudangan

% tumbuh cepat.

Penyediaan akomodasi dan Makan


9 Minum

spesialisasi dalam sektor yg secara nasional


0,38% tumbuh cepat.
46,51 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

10 Informasi dan Komunikasi

% tumbuh cepat.
spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

11 Jasa Keuangan dan Asuransi

9,36% tumbuh cepat.


spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

12 Real Estat

6,41% tumbuh cepat.


15,01 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

13 Jasa Perusahaan

% tumbuh cepat.
- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

Administrasi Pemerintahan,
14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

26,42 tumbuh lambat.


%
37,10 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

15 Jasa Pendidikan

% tumbuh cepat.
35

19,34 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional


16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

% tumbuh cepat.
20,01 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional

17 Jasa lainnya

% tumbuh cepat.

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Interpretasi : ada beberapa sektor di kabupaten Garut mengalami pertumbuhan secara lambat
diantaranya pertania,kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri
pengolahan; pengadaan listrik dan gas; dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib. Selain dari sektor tersebut semuanya mengalami pertumbuhan yang
cepat.
Tabel IV.15
Tabel hasil interpretasi nilai KPPW per Sektor Kabupaten Garut 2014

KPPW

N
O

SEKTOR

Keterangan

ri - Ri

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,53%

Mempunyai daya saing

2 Pertambangan & Penggalian

1,73%

Mempunyai daya saing

-3,02%

Tidak mempunyai daya saing

1,72%

Mempunyai daya saing

3 Industri Pengolahan
4 Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Tidak mempunyai daya saing

5 Daur ulang

-1,54%

6 Konstruksi

-10,88%

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan


7 Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan

Tidak mempunyai daya saing


Tidak mempunyai daya saing

-2,15%
-14,42%

Tidak mempunyai daya saing

-0,48%

Tidak mempunyai daya saing

-28,85%

Tidak mempunyai daya saing

11 Jasa Keuangan dan Asuransi

1,34%

Mempunyai daya saing

12 Real Estat

5,26%

Mempunyai daya saing

-19,28%

Tidak mempunyai daya saing

6,45%

Mempunyai daya saing

9 Penyediaan akomodasi dan Makan Minum


10 Informasi dan Komunikasi

13 Jasa Perusahaan
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

36

Jaminan Sosial Wajib


15 Jasa Pendidikan
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

-5,70%

Tidak mempunyai daya saing

-23,14%

Tidak mempunyai daya saing

-8,96%

Tidak mempunyai daya saing

17 Jasa lainnya
(dalam persen %)

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa banyak sektor yang mempunyai
daya saing di antaranya sektor pertanian,kehutana dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; pengadaan listrik dan gas; jasa keuangan dan asuransi; Real estat; dan administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Hal tersebut dikarenakan hasil KPPW
sektor yang bernilai positif. Sedangkan sektor yang tidak mempunyai daya saing di Kabupaten
Kendal adalah industri pengolahan; pengadaan air, pengelolassn sampah, limbah dan daur
ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; transportasi dan pergudangan; penyediaan
akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa perusahaan; jasa pendidikan;
jasa kesehatan dan kegiatan sosial; serta jasa lainnya. Sektor-sektor tersebut dikatakan tidak
mempunyai daya saing karena KPPW yang bernilai negatif.
Tabel IV.16
Tabel hasil interpretasi pergeseran bersih per Sektor Kabupaten Garut tahun 2014
(dalam persen %)
KPP +
KPPW
NO

SEKTOR

KPP

KPPW

(PB)

KETERANGAN

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

22,61%

4,53%

-18,09%

MUNDUR

2 Pertambangan & Penggalian

36,12%

1,73%

-34,39%

MUNDUR

3 Industri Pengolahan

-2,30%

-3,02%

-5,32%

MUNDUR

4 Pengadaan Listrik dan Gas

-8,68%

1,72%

-6,96%

MUNDUR

0,84%

-1,54%

-0,69%

MUNDUR

20,07%

9,18%

MAJU

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah


5 dan Daur ulang
6 Konstruksi

37

10,88%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 Mobil dan Sepeda Motor

4,74%

-2,15%

2,59%

MAJU

-3,04%

MUNDUR

-0,10%

MUNDUR

17,66%

MAJU

8 Transportasi dan Pergudangan


9 Penyediaan akomodasi dan Makan Minum

11,38% 14,42%
0,38%

-0,48%
-

10 Informasi dan Komunikasi

46,51% 28,85%

11 Jasa Keuangan dan Asuransi

9,36%

1,34%

10,70%

MAJU

12 Real Estat

6,41%

5,26%

11,67%

MAJU

-4,27%

MUNDUR

13 Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

15,01% 19,28%
-

14 Jaminan Sosial Wajib

26,42%

6,45%

-19,97%

MUNDUR

15 Jasa Pendidikan

37,10%

-5,70%

31,40%

MAJU

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

19,34% 23,14%

-3,80%

MUNDUR

17 Jasa lainnya

20,01%

11,05%

MAJU

-8,96%

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


Setelah dilakukan beberapa perhitungan dan interpretasi dari hasil yang didapatkan,
maka bisa diketahui bahwa :
1) Sektor-sektor yang progresif atau mengalami kemajuan adalah sektor yang pergeseran
bersihnya bernilai positif, pada kabupaten Garut sektor-sektoryang mengalami kemajuan
adalah sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; konstruksi;
informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa pendidikan dan jasa
lainnya.
2) Sektor yang mengalami pertumbuhan pesat adalah sektor yang memiliki KPP bernilai
positif, yaitu pengadaan air, pengelolassn sampah, limbah dan daur ulang; konstruksi;
perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi pergudangan;
penyediaan akomodasi dan makan minum; infomasi dan komunikasi; jasa keuangan dan
asuransi; real estat; jasa perusahaan;jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial;
dan jasa lainnya.
38

3) Sektor yang mengalami pertumbuhan cenderung lambat yaitu ditandai dengan nilai KPP
negatif, di antaranya adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan &
Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; dan Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
4) Sementara itu, terdapat pula sektor yang mengalami kemunduran atau tidak progresif, yaitu
sektor yang memiliki pergeseran bersih negatif. Sehingga berdasarkan tabel tersebut sektor
pertanian, perhutanan. Dan perikanan; pertambangan & Penggalian; Industri Pengolahan;
Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan Makan Minum; Jasa Perusahaan;
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial yang mengalami kemunduran.

39

4.1.4 Analisis Tipologi Jaringan (LQ & Shift Share)


Analisis ini merupakan suatu analisis untuk dapat menetahui sekto-sektor apasaja kah
yang dianggap unggulan dan mampu mengangkat perekonomian kabupaten Garut. Tipologi ini
dianalisis dengan cara membanding-bandingkan tiap-tiap sektor perekonomian yang ada di
kabupaten Garut, dengan cara membandingkan antara perhitungan analisis LQ dan Shift Share.
Tabel IV.17
Tabel Perhitungan Gabungan LQ dan Shift Share Kabupaten Garut
NO

SEKTOR

LQ

Shift
Share

1
2
3
4

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas

P>1
P>1
P<1
P<1

PB > 0
PB > 0
PB < 0
PB > 0
PB < 0

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan


Daur ulang

P<1

Konstruksi

P<1

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan


Sepeda Motor

P>1

Transportasi dan Pergudangan

P<1

PB < 0

Penyediaan akomodasi dan Makan Minum

P>1

PB < 0

10

Informasi dan Komunikasi

P<1

PB < 0

11

Jasa Keuangan dan Asuransi

P>1

PB > 0

12

Real Estat

P>1

PB > 0

13

Jasa Perusahaan

P>1

PB < 0

14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan


Sosial Wajib

P>1

15

Jasa Pendidikan

P>1

PB < 0

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

P<1

PB < 0

17

Jasa lainnya

P>1

PB < 0

PB < 0
PB < 0

PB > 0

Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015

40

Gambar IV. 18
Kuadran Plotting Perhitungan Nilai LQ dan Shift Share
PB > 0

LQ > 1

LQ < 1

PB < 0
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
4.2 Analisis Sektor Unggulan
Berdasarkan hasil analisis sektor ekonomi unggulan dengan menggunakan metode LQ dan
Shift Share maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi sektor unggulan prioritas pertama di
Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian. Untuk mengetahui komoditas unggulan perekonomian
wilayah, maka disesuaikan dengan kuantitas hasil produksi pertanian per kecamatan di Kabupaten
Garut. Berikut adalah data jumlah produksi pertanian per kecamatan Tahun 2014 di Kabupaten
Garut:

41

Tabel IV.19
Jumlah Produksi Pertanian Per Kecamatan Tahun 2014
Sektor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Kecamatan
Cikajang
Cigedug
Cisurupan
Pangatikan
Pasir Wangi
Bayongbong
Semarang
Sukaresmi
Leles
Sucinaraja
Banjarwangi
Cilawu
Pamulihan
Wanaraja
Taronggong Kaler
Talegon
Karang Pawitan
leuwigoong
Sukawening
cibiuk
bl. Limbngan
Karang Tengah
Garut Kota
Taronggong Kidul
Banyuresmi
cibatu
Mekar Mukti
Pakenjeng
Bungbulan
Caringin
Cisewu
malangbong
Cihurip
Peundeuy
kadungora
selaawi
Ciabalong
Cisopet
kersemanah
Singajaya
Pameungpeuk
Cikelet

Cabe Rawit
85
299
211
116
24
25
6
0
20
64
93
102
83
39
10
114
27
15
0
34
38
5
10
12
0
27
44
64
213
175
163
3
29
75
33
5
29
27
0
13
7
4

Tomat
Bawang Merah
601
239
474
898
262
1593
788
0
145
10
190
7812
158
670
134
60
140
0
290
2120
104
0
159
990
25
0
61
588
100
96
26
48
107
956
88
166
10
0
81
475
49
193
7
133
26
192
25
234
34
68
27
28
0
204
20
143
0
0
10
0
9
0
11
0
21
0
0
0
35
0
2
37
0
0
0
0
2
18
0
0
0
0
0
0

Sawi
Kentang
6380
31247
8064
20556
6338
18211
3291
9071
1272
19245
4241
5149
10167
6369
1356
9336
9339
1774
795
5413
2947
3093
5705
3204
326
4899
0
1233
1823
0
568
657
868
457
225
980
202
960
469
0
695
0
203
92
448
0
348
0
388
68
324
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141
0
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Kubis
23238
19545
11846
15429
6700
5667
3815
5782
3204
5076
7040
3023
6645
9511
1864
1980
919
0
150
0
0
483
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Sumber : Kabupaten Garut Dalam Angka, 2015


Setelah didapat data hasil produksi pertanian per kecamatan tahun 2015 di Kabupaten Garut,
maka diperoleh rata-rata hasil produksi pertanian Kabupaten Garut tersebut sebagai berikut :

42

Tabel IV.20
Rata-rata Hasil Produksi Pertanian
Sektor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Kecamatan
Cikajang
Cigedug
Cisurupan
Pangatikan
Pasir Wangi
Bayongbong
Semarang
Sukaresmi
Leles
Sucinaraja
Banjarwangi
Cilawu
Pamulihan
Wanaraja
Taronggong Kaler
Talegon
Karang Pawitan
leuwigoong
Sukawening
cibiuk
bl. Limbngan
Karang Tengah
Garut Kota
Taronggong Kidul
Banyuresmi
cibatu
Mekar Mukti
Pakenjeng
Bungbulan
Caringin
Cisewu
malangbong
Cihurip
Peundeuy
kadungora
selaawi
Ciabalong
Cisopet
kersemanah
Singajaya
Pameungpeuk
Cikelet
Jumlah

Cabe Rawit
85
299
211
116
24
25
6
0
20
64
93
102
83
39
10
114
27
15
0
34
38
5
10
12
0
27
44
64
213
175
163
3
29
75
33
5
29
27
0
13
7
4
4601

Tomat
601
474
262
788
145
190
158
134
140
290
104
159
25
61
100
26
107
88
10
81
49
7
26
25
34
27
0
20
0
10
9
11
21
0
35
2
0
0
2
0
0
0
7841

Bawang Merah
239
898
1593
0
10
7812
670
60
0
2120
0
990
0
588
96
48
956
166
0
475
193
133
192
234
68
28
204
143
0
0
0
0
0
0
0
37
0
0
18
0
0
0
35703

Sawi
Kentang
6380
31247
8064
20556
6338
18211
3291
9071
1272
19245
4241
5149
10167
6369
1356
9336
9339
1774
795
5413
2947
3093
5705
3204
326
4899
0
1233
1823
0
568
657
868
457
225
980
202
960
469
0
695
0
203
92
448
0
348
0
388
68
324
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141
0
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
127588
252781

Kubis
23238
19545
11846
15429
6700
5667
3815
5782
3204
5076
7040
3023
6645
9511
1864
1980
919
0
150
0
0
483
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
240596

Jumlah
61790
49836
38461
28695
27396
23084
21185
16668
14477
13758
13277
13183
11978
11432
3893
3393
3334
1474
1322
1059
975
923
676
619
558
406
248
227
213
185
172
155
111
75
68
44
29
27
20
13
7
4
365450

Presentasi
16,9079217
13,636886
10,5242851
7,85196333
7,49651115
6,31659598
5,79696265
4,56095225
3,96141743
3,76467369
3,63305514
3,60733342
3,27760296
3,12819811
1,06526201
0,92844438
0,9122999
0,40333835
0,36174579
0,28977972
0,26679436
0,25256533
0,18497743
0,16938022
0,15268847
0,11109591
0,06786154
0,0621152
0,05828431
0,05062252
0,04706526
0,04241346
0,03037351
0,02052264
0,0186072
0,01203995
0,00793542
0,00738815
0,0054727
0,00355726
0,00191545
0,00109454
100

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 6 Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015


4.3 Analisis Intra Wilayah
Berdasarkan analisis LQ dan Shift Share yang sudah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui
bahwa yang menjadi sektor unggulan dan menjadi prioritas utama adalah sektor pertanian. Analisis
intrawilayah ditujukan untuk mengetahui daerah-daerah mana saja yang menjadi prioritas utama
dalam mengembangkan sektor pertanian tersebut. Dalam menganalisis hal ini dibutuhkan data
jumlah komoditas pertanian per kecamatan di Kabupaten Garut. Data tersebut kemudian diolah
43

dengan cara mengurutkan kecamatan dengan jumlah produksi pertanian terbanyak hingga
terendah, kemudian tentukan banyak kelas dimana pada analisis ini digunakan tiga kelas yaitu
prioritas I, prioritas II, dan prioritas III. Banyaknya kelas tersebut digunakan untuk menghitung
range atau interval. Cara menghitung range adalah sebagai berikut:
Range = (Jumlah Terbesar Jumlah Terkecil) / Jumlah Kelas
Range = (61.790 4)/3
Range = 20595,33
Lalu lakukan perhitungan interval .Setelah dilakukan perhitungan interval kelas, maka disesuaikan
dengan data yang ada dengan hasil sebagai berikut:
Tabel IV. 21
Tabel Perhitungan Interval Kelas
Sektor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Kecamatan
Cikajang
Cigedug
Cisurupan
Pangatikan
Pasir Wangi
Bayongbong
Semarang
Sukaresmi
Leles
Sucinaraja
Banjarwangi
Cilawu
Pamulihan
Wanaraja
Taronggong Kaler
Talegon
Karang Pawitan
leuwigoong
Sukawening
cibiuk
bl. Limbngan
Karang Tengah
Garut Kota
Taronggong Kidul
Banyuresmi
cibatu
Mekar Mukti
Pakenjeng
Bungbulan
Caringin
Cisewu
malangbong
Cihurip
Peundeuy
kadungora
selaawi
Ciabalong
Cisopet
kersemanah
Singajaya
Pameungpeuk
Cikelet
Jumlah

Cabe Rawit Tomat Bawang Merah


85
601
239
299
474
898
211
262
1593
116
788
0
24
145
10
25
190
7812
6
158
670
0
134
60
20
140
0
64
290
2120
93
104
0
102
159
990
83
25
0
39
61
588
10
100
96
114
26
48
27
107
956
15
88
166
0
10
0
34
81
475
38
49
193
5
7
133
10
26
192
12
25
234
0
34
68
27
27
28
44
0
204
64
20
143
213
0
0
175
10
0
163
9
0
3
11
0
29
21
0
75
0
0
33
35
0
5
2
37
29
0
0
27
0
0
0
2
18
13
0
0
7
0
0
4
0
0
2343
4221
17971

Sawi
Kentang
6380
31247
8064
20556
6338
18211
3291
9071
1272
19245
4241
5149
10167
6369
1356
9336
9339
1774
795
5413
2947
3093
5705
3204
326
4899
0
1233
1823
0
568
657
868
457
225
980
202
960
469
0
695
0
203
92
448
0
348
0
388
68
324
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
141
0
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
66984 142014

Kubis
Jumlah Perioritas
23238
61790
1
19545
49836
1
11846
38461
1
15429
28695
1
6700
27396
1
5667
23084
1
3815
21185
1
5782
16668
1
3204
14477
1
5076
13758
1
7040
13277
1
3023
13183
1
6645
11978
1
9511
11432
1
1864
3893
1
1980
3393
1
919
3334
1
0
1474
1
150
1322
1
0
1059
2
0
975
2
483
923
2
0
676
2
0
619
2
0
558
2
0
406
2
0
248
2
0
227
2
0
213
2
0
185
2
0
172
3
0
155
3
0
111
3
0
75
3
0
68
3
0
44
3
0
29
3
0
27
3
0
20
3
0
13
3
0
7
3
0
4
3
131917
365450

44

Sumber : hasil analisis kelompok 6 Ekonomi Wilayah dan Kota 2015


Jika dilihat berdasarkan hasil datanya, maka yang menjadi prioritas 1 adalah Kecamatan
Cikajang, Cigedug, Cisurupan,Pangatikan,Pasir Wangi, Bayongbong, Semarang, Sukaresmi, Leles,
Sucinaraja, Banjarwangi, Cilawu, Pamulihan, Wanaraja,Taronggong Kaler, Talegon, Karang Pawitan,
leuwigoong, Sukawening yang berarti kecamatan tersebut menjadi kecamatan paling unggul untuk
mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Garut. Sedangkan yang menjadi prioritas 2 adalah
cibiuk, Limbngan, Karang Tengah, Garut Kota, Taronggong Kidul, Banyuresmi , cibatu, Mekar Mukti,
Pakenjeng, Bungbulan, Caringin. Kecamatan-kecamatan lain yang tidak termasuk sebagai prioritas 1
dan 2 menjadi prioritas 3. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis dengan penyusunan peta
hasil analisis intrawilayah. (Lampiran)
4.4 Sintesa
Analisis Ekonomi dalam hal ini mencakup banyak sektor, namun hanya ada beberapa sektor
tertentu yang merupakan sektor Unggulan yang ada di Kabupaten Garut. Dari hasil analisis
kelompok, bahwa yang dikatakan sektor unggulan adalah sektor yang dimana dalam segi hal
pendapatan merupakan sektor yang paling tinggi dalam pencapaian di kabupaten tersebut. Sektor
Unggulan di kabupaten garut meliputi Pertanian, Pertambangan, Jasa Keuangan, Real Estate, Kantor
pemerintahan. Sektor potensial di kabupaten Garut merupakan sektor yang memiliki potensi
dibidang Jasa dan perdagangan besar. Sektor yang sedang

berkembang yaitu perdagangan,

transportasi juga termasuk. Terbelakang merupakan aspek yang mungkin nilai pengaruhnya paling
sedikit dlam kecamatan ini. Pada wilayah Garut, sektor yang terbelakang meliputi sayur-sayuran.
Kita dapat ketaui sektor yang nilainya akan meningkat yaitu terdapat pada sektor yang unggulan.
Dimana sektor unggulan dapat berubah sesuai dengan komoditas per sektornya.

45

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

Berdasarkan dari perhitungan LQ diperoleh macam sektor yang ada dikabupaten garut
diketahui golongan sektornya apakah tergolong sektor basis dan sektor non basisnya. Yang
tergolong sektor basis adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan
penggalian; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; penyediaan
akomodasi dan makan minum; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa perusahaan;
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan dan jasa
lainnya.

Sektor basis dan non basis tersebut selama 5 tahun, dari tahun 2010 sampai dengan 2014
tidak berubah tetap pada menjadi sektor basis. Hanya saja ditahun 2014 ada perubahan
pada sektor jasa kesehatan berubah yang awalnya merupakan sektor basis di tahun 2014
menjadi sektor non basis

Berdasarkan dari hasil analisis shift share, diketahui beberapa sektor yang mengalami
kelajuannya lambat ataupun pesat. Selain itu di analisis shift share ini juga diperoleh apakah
sektor tersebut memiliki daya saing dari sekitarnya.

Sektor-sektor yang progresif atau mengalami kemajuan adalah sektor yang pergeseran
bersihnya bernilai positif, pada kabupaten Garut sektor-sektoryang mengalami kemajuan
adalah sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; konstruksi;
informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa pendidikan dan jasa
lainnya.

Berdasarkan dari hasil kedua analisis LQ dan shift share tesebut diperoleh sektor mana yang
tergolong sektor unggul, sektor maju, sektor berkembang dan sektor terbelakang.

5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat diperoleh rekomendasi bahwa analisis
terhadap sektor basis yang memperhitungkan nilai LQ dan Shift-Share dengan pertumbuhan
lamban sebenarnya memiliki potensi untuk bisa dikembangkan. Sektor-sektor yang tergolong
ke dalam sektor potensial harus selalu dikembangkan agar bisa menjadi sektor unggulan di
Kabupaten

Garut.

Dengan

hasil

perhitungan,

pemerintah

Kabupaten

Garut

harus
46

memperhatikan sektor-sektor yang dijadikan prioritas sehingga

bisa mempercepat

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal.

47

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang:Baduose Media
Abraham, Maslow. (2002) dalam buku A Dale Timpe. Seri Manajemen Daya Manusia (Memotivasi
Pegawai), Cet 5. Jakarta: PT. Elek Media Koputindo.
Warpani, Suwardjoko, Analisis Kota dan Daerah, ITB Bandung, 1984.

48

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................................. 50
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................................................ 50
DAFTAR GAMBAR .................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB I ...........................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PENDAHULUAN......................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.1

LATAR BELAKANG ...................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.2

TUJUAN DAN SASARAN ............................................................................................................................. 2

1.3

RUMUSAN MASALAH .................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.4

RUANG LINGKUP ......................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.5

METODOLOGI .............................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.5.1

Metode Pengumpulan Data .............................................................. Error! Bookmark not defined.

1.5.2

Metode Analisis ................................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.6

Sistematika Penulisan ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II ..........................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.


KAJIAN LITERATUR ..............................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.1

ANALISIS LOCATION QUOTIENT ................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.2

ANALISIS SHIFT-SHARE .............................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.3

ANALISIS AGREGAT ( AGGREGATE REGIONAL) .......................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.4

ANALISIS INTRA WILAYAH ....................................................................................................................... 6

BAB III ................................................................................................................................................................................... 8


GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT ........................................................................................ 8
BAB IV.........................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
ANALISIS EKONOMI SPASIAL KABUPATEN GARUT...............ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB V ..........................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PENUTUP ..................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
5.1

KESIMPULAN ............................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

5.2

REKOMENDASI ............................................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

LAMPIRAN

49
i

DAFTAR TABEL
TABEL III.1 TABEL JUMLAH PENDUDUK GARUT TAHUN 2010-2014................................................. 9
TABEL IV.1 TABEL PERKEMBANGAN PDRB GARUT................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.2 DATA PDRB KABUPATEN 2014 .............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.3 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT ADHK TAHUN 2008-2012 (DALAM JUTA
RUPIAH) ............................................................................................................................................................ 17
TABEL IV.4 PDRB JAWA BARAT ................................................................................................................. 20
TABEL IV.5 PERINGKAT SEKTOR PDRB JAWA BARAT DAN PDRB GARUTERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TABEL IV.6 TABEL PERHITUNGAN LQ ........................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.7 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2010 ........................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.8 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2011 ........................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.9 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2012 ........................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.10 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI
JAWA BARAT TAHUN 2013 ............................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.11 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI
JAWA BARAT TAHUN 2014 .......................................................................................................................... 29
TABEL IV.12 PERHITUNGAN DATA DASAR UNTUK SHIFT SHARE KABUPATEN GARUT TAHUN
2010-2014 .......................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.13 TABEL PERHITUNGAN KPN, KPP, KPPW, PE DAN PB 2010-2014ERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
TABEL IV.14 INTERPRETASI NILAI KPP/ SEKTOR KABUPATEN GARUT 2014ERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
TABEL IV.15 INTERPRETASI KPPW/SEKTOR KABUPATEN GARUT....... ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TABEL IV.16 INTERPRETASI PERGESERAN BERSIH / SEKTOR KABUPATEN GARUT TAHUN 2014
............................................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL IV.17 PERHITUNGAN GABUNGAN LQ DAN SHIFT SHARE ...................................................... 49
TABEL IV.18 KUADRAN PLOTTING LQ DAN SHIFT SHARE ................................................................. 40
TABEL IV.19 JUMLAH PRODUKSI PERTANIAN PER KECAMATAN KABUPATEN GARUT 2014... 41
TABEL IV.20 JUMLAH RATA-RATA HASIL PRODUKSI PERTANIAN .................................................. 42
TABEL IV.21 PERHITUNGAN INTERVAL KELAS ....................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
50

ii

51

DAFTAR GRAFIK
GRAFIK IV.1 PRESENTASE PDRB KABUPATEN GARUT .......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
GRAFIK IV.2 LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN GARUT TAHUN 2010-2014 ......... ERROR!
BOOKMARK NOT DEFINED.
GRAFIK IV.3 PDRB PROVINSI JAWA BARAT............................................................................................. 13
GRAFIK IV.4 PRESENTASE LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK........................................................... 13
GRAFIK IV.5 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT TAHUN 2010 ................................................ 15
GRAFIK IV.6 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT 2014 ............................................................... 15
GRAFIK IV.7 DIAGRAM PERSENTASE PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT PERSEKTOR TAHUN
2010 ................................................................................................................................................................... 17
GRAFIK IV.8 PRESENTASE PDRB KABUPATEN GARUT 2014.............................................................. 19
GRAFIK IV.9 PDRB PROPINSI JAWA BARAT 2010 .................................................................................. 22
GRAFIK IV.10 PDRB PROPINSI JAWA BARAT 2014................................................................................ 22

52
iii

ANALISIS AGREGAT WILAYAH DAN ANALISIS INTRA WILAYAH


DI KABUPATEN GARUT JAWA BARAT
Guna memenuhi tugas matakuliah Ekonomi Wilayah dan Kota
Dosen Pengampu : Mohammad Muktiali, SE, Msi, MT.

Disusun Oleh 6B :
Talitha Zuleikha Islamey

21040114120004

Erinda Setya Pratiwi

21040114120018

Putri Devira

21040114120026

Roni S. Purba

21040114140104

Wahyu Hidayat

21040114130114

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
53

Anda mungkin juga menyukai