PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin pesat memaksa manusia berfikir ekonomis yang
selalu beroreantasi pada keuntungan yang besar. Pemikiran ini sejalan dengan prisip
budidaya perikanan yang tujuan akhirnya adalah mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Hal ini yang mendasari para peneliti untuk menghasilkan ikan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Ikan dapat memiliki ekonomis tinggi tergantung terhadap keinginan
konsumen dan daya tarik ikan itu sendiri baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ikan hias
akan memiliki nilai jual tinggi ketika ikan tersebut dapat menghasilkan warna dan bentuk
yang menarik dan biasanya pada ikan hias yang dapat menghasilkan warna dan bentuk
yang menarik adalah ikan jantan. Sedangkan, untuk ikan konsumsi yang memiliki nilai jual
yang tinggi adalah ikan betina. Hal ini dikarenakan ikan betina memiliki pertumbuhan yang
cepat dibandingkan dengan ikan jantan.
Permasalahan diatas saat ini telah ditemukan jalan keluarnya yaitu dengan sex
reversal atau pembelokan kelamin. Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi
monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan
bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan yang berjenis
jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele
Amerika. Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan
liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran
ikan. Total biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah.
Hormon yang digunakan untuk membelokan jenis kelamin jantan menjadi betina
adalah estradiol-17, esteron, estriol, dan ethynil estradiol. Hormone yang digunakan untuk
membelokan jenis kelamin betina menjadi jantan adalah testoteron, 117--methyl
testoteron, dan androstendion.
II.
ISI
demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina. Sex reversal juga dapat
dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan
dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi
gonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa
metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan
saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni. Pada kasus
hermaprodit, hormon yang diberikan hanya akan mempercepat proses perubahan sedangkan
pada sex reversal perubahannya benar-benar dipaksakan. Ikan yang seharusnyaberkembang
menjadi betina dibelokkan perkembangannya menjadi jantan melalui proses penjantanan
(maskulinisasi). Sedangkan ikan yang seharusnya menjadi jantan dibelokkan menjadi
betina melalui proses pembetinaan (feminisasi).
Sumber:
Suwarsito, Hamzah S., dan Dini S.M. 2003. Pengaruh Penambahan Methyltestoteron dalam
Pakan terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poeciliareticulata sp). Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto. [Jurnal Penelitian].
Adam M. F. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Berhormon 17a-Metiltestosteron Pada Dosis
30, 40, Dan 50 mg/kg Pakan Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Luo Han
(Cichlasoma Sp). Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Jurnal Penelitian].
Arifin T.M. 2006. Optimalisasi Dosis Hormon Metiltestosteron dan Lama perendaman
Benih Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy Lac.) Terhadap Keberhasilan
Pembentukan kelamin Jantan. [Jurnal Penelitian].