Anda di halaman 1dari 46

Mengenal Keris dan Tuahnya

Magic yang keluar dari aura keris, banyak orang yang


menyebutnya sebagai ilmu hipnotis atau daya saran, bagi
manusia atau hewan dapat juga berpengaruh oleh daya saran
tersebut. Sehingga apapun yang disugestikan oleh seorang
hipnotisur akan mempengaruhi jalan pikirannya.
Berdasarkan ilmu perkerisan, bisa disimpulkan, bahwa para empu
zaman dulu adalah seorang pakar ahli bathin, sehingga mereka
mampu menciptakan sebilah keris dengan memasukkan ilmu aji
atau postipnotis pada tiap tempaannya sehingga serat keris itu
jadi mempunyai suatu daya magic yang sangat besar
pengaruhnya.
Berdasarkan hasil penelitian para psikologi tersebut. Keris
menjadi suatu kepercayaan dan kebanggaan si pemegang karena
tuahnya, bahkan dari situ pula sugesti orang akan terpanggil.
Seperti keris bisa berwujud manusia serem, berubah seekor naga
dan lain-lain.
Konon permulaan keris terjadi di zaman pewayangan. Dalam
prasejarah mengatakan para dewa membuatnya untuk para
manusia bumi yang membutuhkan. Sebut saja keluarga Bharata.
Baik itu dari kelompok Astina atau kalangan Pandawa. Tentunya
mereka harus melalui ritual yang cukup lama sehingga para dewa
mereka kasihan dan akhirnya memberi pusaka tersebut.
Namun dalam perang Bharatayuda, keris pemberian dewa banyak
yang hilang, diantaranya, Sang Yuyu Rumpung (berbentuk lurus),
Sang Pasopati (berbentuk lurus), Sang Bango Dolog (berluk 3),

Sang Bakung (berluk 5), Sang Balebang (berluk 11), Sang


Keracan (berluk 10) dan masih banyak yang lainnya
Sehingga pada zaman Majapahit yang pertama, sang raja
memerintahkan kepada seluruh empu sakti madraguna untuk
membuat keris yang mirip dengan beberapa keris pembuatan
para dewa dan dengan kepandaian mereka semua. Akhirnya
terlahir juga bentuk keris yang sangat mumpuni sebagai
pegangan para raja zaman itu.
Sebagai pengenalan dasar, kita juga harus tahu tentang apa yang
disebut Madya atau zaman pembuatan, karena semua itu adalah
kunci awal untuk mengenal lebih dekat keindahan sebuah magic
keris dan perawatannya, dan disini dibagi menjadi 5 Madya,
diantaranya :
KUNO
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 125 M 1125
M oleh
beberapa Empu di zaman purwacarita, beliau adalah, Empu
Hyang Ramadi, Empu Iskadi, Empu Sugarti, Empu Mayang dan
Empu Sarpadewa.
MADYA KUNO
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1126 m
1250 m
meliputi Kerajaan Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.
Empunya adalah, Kyai Gebang, Kyai Bayu Aji, Nini Sumbro, Empu
Akas, Empu Lung Lungan, Empu Dewayani dan lain-lain.
MADYA PERTENGAHAN
Sebuah pembuatan keris yang bikin dibikin antara tahun 1251 m
1459 m meliputi kerajaan, Jenggala, Kediri, Tuban, Madura dan

Blambangan. Empu pada masa itu adalah, Empu Bromo Koolali,


Empu Luwuk, Empu Sriloka, Empu Sutapasana, Empu Kuwung
dan Empu kisa.
TENGAH
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1460 M
1613 M meliputi kerajaan, Madiun, Demak, Pajang dan Mataram.
Empunya adalah, Empu Tudung, Empu Joko Supo, Empu, Empu
Lobang, Empu Looning, Empu Kithing, Empu Warih dan Empu
Madrim.
MUDA
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1614 M
hingga para empu sakti telah tiada, meliputi kerajaan Kertasura
dan Surakarta, empunya adalah Empu Mangun Malelo, Empu
Tarung Wongso, Empu Hastronoyo, Empu Wiro Sukadgo, Empu
Brojo Sentiko dan Empu Sendang Warih.
Untuk lebih mengenal jauh tentang perkerisan, banyak cara yang
harus ditelaah, seperti saat kita menemukan sebuah keris
misalnya. Tentunya keris itu pasti berkarat atau berwarna kitam
legam, sehingga untuk mengecek pamor atau bentuk
keseluruhan keris jadi terhalang akibatnya.

Nah, untuk mempermudah membersihkan sebilah keris, baik itu


dari noda karat atau bekas luluran minyak cobalah ikuti cara
sebagai berikut :

- Siapkan air kelapa hijau 2 buah dan 10 jeruk nipis.


- Rendamlah keris tersebut pada air kelapa tadi. Lalu
potonglah semua jeruk nipis menjadi 4 bagian,
masukkan semua potongan jeruk nipis ke dalam air
kelapa dan biarkan selama 24 jam lamanya.
Bila sudah mencapai waktu yang maksimal, angkatlah keris
tersebut, biasanya keris menjadi bersih dan mengkilat, tapi bila
masih tersisa noda pakailah sikat gigi untuk menghilangkannya.
Dan dari situ pula kita akan bisa melihat secara seksama keaslian
bahan keris juga pamor secara menyeluruh.
Dalam pengenalan bentuk keris, tentunya kita harus memahami
betul dari mana keris itu dibuat, zaman apa dan dari kerajaan
mana. Untuk semua itu bisa kita lihat lewat bahan, warna besi
juga warna pamor, "dimana letak rahasianya".
Setiap kerajaan zaman dulu juga para empu yang membuatnya,
semua mempunyai perbedaan yang mencolok, yaitu :
- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna keputih-putihan serta
pamornya yang mempunyai warna putih gajih, juga bila diraba
terasa kering, maka sudah dipastikan keris tersebut dibikin pada
zaman kerajaan Pajajaran.
- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna hitam kebiruan serta
pamornya yang menyerupai bentuk rambut. Bila dipegang terasa
keras dan kuat, maka ciri seperti itu dibikin oleh para empu
kerajaan Majapahit.

-Bilahan keris dengan bahan besi berwarna putih jelas, serta


mempunyai pamor rambut berwarna putih gajih, bila diraba
berkesan basah dan agak lembek, maka keris tersebut
mempunyai ciri khas berasal dari kerajaan Blambangan.
- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna hitam kebiruan serta
punya pamor yang tak jelas, bila diraba terasa basah, maka keris
dengan ciri seperti itu pasti dibikin para empu dari kerajaan
Demak.
- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna kebiru-biruan serta
punya pamor halus berwarna putih bersih, bila diraba terasa
kering dan padat berisi, maka bisa dipastikan keris tersebut yang
bikinnya para empu kerajaan Mataram.
Begitulah cerita sebilah keris, namun sebaiknya kita juga harus
memahami tentang khasiat dari keris itu sendiri. Agar
dikemudian hari tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Cara seperti itu disebut dengan nama MENDATA BUNYI.
Caranya juga sangat mudah lepaskan gagang keris (telanjang)
gapitlah sepertiga bilahan keris dengan ibu jari dan telunjuk
(diapit) dekatkan bilakan keris pada kuping sebelah kiri. Lalu
bilahan tersebut ditingting atau dipukul dengan kuku jari telunjuk
yang kanan. Biasanya dari pantulan itu akan terdengar bunyi
thing, gong, ngong, teng atau gur. Dari tata cara seperti tu akan
bisa melihat karakter dari pembawaan atau sifat keris tersebut.
Mendengung seperti suara lebah, biasanya keris semacam itu
mempunyai pamor melengkung atau bergelombang, nama
besinya Karang Kijang, manfaatnya pendiam dan sabar.

Guurrr .. warna besinya hijau metalik, nama besinya Karindu


Aji, manfaatnya untuk kewibawaan, cepat kaya dan posisinya
baik.
Guunggg warna besi ungu kebiruan, nama besinya Walulin,
manfaatnya badan sehat, dihormati orang, mudah menyelesaikan
masalah.
Duuungg .. warna besinya biru bening, nama besinya Windu Aji,
manfaatnya untuk keselamatan.
Nonggg .warna besinya kuning kehijauan, nama besinya
Walangi, manfaatnya lancar dalam sandang pangan, pengasihan
dan bagus untuk karier simpan pinjam.
Preng . warna besinya putih kebiruan, nama besinya
Melelaruyun, manfaatnya untuk kedigjayaan atau kekuatan.
Nong-ngong warna besinya hitam legam, nama besinya
Warani, manfaatnya bisa mencapai derajat tinggi, kaya raya dan
selalu sukses dalam menjalankan pemerintahan.
Berdengung warna besinya hitam lumut, nama besinya
Terate, manfaatnya untuk pengasihan.
Tuuuunggg . Warna besinya putih mentah, nama besinya
Malelagedaga, manfaatnya sabar, dan selalu dikasihani.
Trungg . Warna besinya putih mentah, nama besinya Kanthot,
manfaatnya untuk ketentraman keluarga.
Begitulah sepenggal pemahaman sebilah keris. Semoga menjadi
suatu kajian wabil khusus, kolektor-kolektor handal di bidangnya.

Amin Ya Robbal Alamin.


Sumber : idris nawawi

Tentang Keris :
Keris merupakan sebuah senjata tajam yang terbuat dari paduan
(alloy) logam pilihan jenis tertentu yang menyimpan sejuta nilai
histories yang tinggi. Melihat sejarah Bangsa Indonesia bahwa
keris terbukti mampu mengalahkan senjata api (senjata modern
waktu itu). Ini merupakan satu bukti bahwa sebuah keris memiliki
kekuatan yang tidak dapat diremehkan begitu saja. Kalau masih
ada yang beranggapan bahwa senjata keris merupakan senjata
masa lampau yang sangat lemah kekuatannya itu merupakan
persepsi yang tidak benar.
Senjata tajam sekarang seperti pedang, tombak, pisau, golok, dan
banyak lagi tidaklah sama dengan keris dalam hal kekuatan dan
keampuhannya. Perbedaannya sangat jauh sekali, mulai dari
komposisi kimia yang terkandung sampai dengan struktur mikro
penyusunnya. Hal ini disebabkan karena pemilihan material,
proses pembuatan dan perlakuan (heat treatment) yang jauh
berbeda.
Penelitian tentang kekuatan sebuah keris sudah banyak dilakukan
yang menunjukkan adanya keunikan dalam struktur mikro. Dan
inilah yang ternyata menjadikan kekuatan sebuah keris sangat
luar biasa. Kekuatan dari senjata tajam berupa keris ini adalah
mampu menahan beban tekan yang tinggi, beban puntir yang
tinggi, beban tekuk (bending) yang tinggi, beban momen yang
tinggi. Dengan kata lain sebuah keris ternyata mampu untuk
menahan dari semua jenis pembebanan.

Senjata tajam sekarang apakah ada yang sudah dapat memenuhi


semua pembebanan tersebut diatas? Senjata tajam sekarang
belum ada yang mampu membandingi atau melebihi kekuatan
keris pusaka. Ini merupakan suatu pertanyaan besar mengapa
senjata sekarang belum mampu menyamai atau bahkan melebihi
kekuatan senjata keris.
Rahasianya terletak pada proses pembuatannya. Sebenarnya
material dasar dari keris juga sangat menentukan kekuatan dari
keris tersebut. Namun proses pembuatan juga sangat
berpengaruh terhadap kekuatan sebuah keris bahkan lebih
signifikan dari pada material dasarnya.
Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan
hasil bahwa cara membuat keris menurut empu zaman dahulu
yaitu dengan cara bahan baku pembuat keris dari bentuk
batangan dipipihkan terlebih dahulu, lalu dilipat-lipat seperti
halnya melipat selembar kertas. Semakin banyak menggunakann
lipatan maka kekuatan sebuah keris akan semakin tinggi. Jadi
semakin tinggi kekuatan sebuah keris berarti dibutuhkan lebih
banyak lipatan.
Proses pembuatan lipatan sebanding dengan waktu (lama
pembuatan). Semakin banyak lipatan otomatis akan memakan
banyak waktu untuk mengerjakannya. Makanya pada zaman
dahulu dalam pembuatan sebuah keris saja dapat memakan
waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang disesuaikan
dengan kekuatan sebuah senjata keris yang ingin diciptakan.
Proses pembuatan sebuah keris secara garis besar adalah sebagai
berikut: dari material dasar berupa logam dengan berbagai
paduan seperti baja dan juga bahan meteor dipanasi sampai suhu
austenisasi. Penentuan suhu austenisai ini sangat tergantung

pada kandungan Carbon yang terdapat pada material dasar


tersebut.

Setelah mencapai suhu austenisasi bahan keris dipipihkan dengan


cara dipukul berkali-kali sampai permukaannya tipis dan datar.
Lalu bahan tersebut dilipat menjadi dua bagian dan dipipihkan
sampai tipis dan datar lagi dengan cara dipanaskan terlebih
dahulu. Proses ini dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin
tergantung seberapa kuat keris yang ingin diciptakan. Semakin
banyak jumlah lipatan yang dilakukan maka kekuatan sebuah
keris akan semakin baik.

Dengan menggunakan metode lipatan-lipatan tersebutlah yang


ternyata menjadikan sebuah keris akan mampu menahan
pembebanan dari semua jenis pembebanan yang tidak dimiliki
oleh senjata tajam masa kini.
Mengetahui Daya Mistis Keris :

Ada tiga hal penting untuk mengetahui rahasia mistis sebuah


keris, yakni Tangguh, Tayuh, dan Pasikutan.

1. Tangguh : digunakan untuk mengetahui waktu dibuatnya Keris


itu.
2. Tayuh : digunakan untuk mendata daya yang dipancarkan
Keris itu.
3. Pasikutan : meneliti finishing keserasian penggarapan Keris itu.
Dengan mengenali tiga unsur triguna pada sebuah bilah keris di

atas, maka kita sudah menguasai, setidak-tidaknya Rahasia


magic-nya bilahan Tosan Aji, khususnya Keris.
TANGGUH
Adalah suatu cara untuk mengetahui tangguh atau Kurun waktu
dibuatnya sebuah keris. Pertama2 kita harus mengetahui bahan
yang digunakan untuk membuat keris tsb.
Bahan pembuat keris yang utama adalah "besi". Dan ada
beberapa jenis besi yang khusus digunakan pada zaman-zaman
tertentu. Setelah kita mengenali jenis besi, kemudian meneliti
garap, kandungan baja, dan ragam pamornya. Barulah kita
mengetahui siapa mpunya, rajanya, tahunnya, dan
Jamannya.Bunyi Besi Warna dan Daya
Mendata Bunyi (Thinthingan)
Prosesnya seperti garputala atau seperti melaras nada gamelan.
Caranya dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri menjepit sepertiga
panjang bilahan keris. Ukiran atau pegangan keris dilepas.
Dekatkan ketelinga kiri. Di-thinthing dengan memukulkan ujung
jari telunjuk kanan. Maka akan terdengar bunyi dengung, thing,
gong, ngong, atau gur. Kalau belum terdengar suara getaran,
maka geser jemari yang memegang bilahan keris tadi. Keatas
atau ke bawah, hingga dapat mengelurkan bunyi.
Cara kedua; dengan mengikatkan selembar benang pada ujung
keris. Kemudian benang itu kita tempelkan pada telinga. Ganja
kita sentuhkan pasa pinggir meja. maka akan terdengan suatu
bunyi.Bila bunyi itu sebagai berikut:
Mendengung seperti lebah:
Uratnya seperti ombah lautan.

Besi Karangkijang.
Dayanya dingin dan sabat.
Gurrr .... :
Warnanya hijau metalik.
Besi pulosani dicampur Karinduaji.
Dayanya kewibawaan, dapat kaya, dan keriernya baik.
Ngongngng :
Warnanya ungu kebiru-biruan.
Besi mangangkang (betina)
Dayanya kalau dibawa pergi mudah dapat rejeki.
Gungng... bergetar panjang.
Warnanya biru.
Besi Walulin.
Dayanya; yang punya selalu sehat kuat, dalam bidang pertanian
subur tanamannya, dihormati orang banyak, dan dapat berbuat
tegas dalam menyelesaikan perkara.
Kungngng bersama panjang.
Warnanya hitam kehijau-hijauan.
Besi Katub.
Dayanya; cocok untuk pedagang, apa yang dikehendaki dapat
tercapai, dan juga untuk keselamatan.
Nong gong berbareng dengan ting ngang - ngangng.
Warnanya putih.
Besi Kamboja.
Dayanya; berwibawa, disegani orang banyak, kariernya baik.
Tetapi tidak boleh berbuat jahat, kalau melanggar mendapat
celaka.
Mendengung bergema panjang.

Warnanya putih kemerahan.


Besi Ambal.
Dayanya; dapat menarik keris lain.
Dungng.
Warnanya biru bercahaya bening.
Besi Winduaji.
Dayanya; untuk keselamatan.
Jrungng panjang.
Warnanya biru kekuningan.
Besi Tumpang.
Dayanya; kewibawaan dan daya pesona.
Nong -ngong - ngong panjang.
Warnanya hitam pekat. Besi Werani jarang yang kuat)
Dayanya; dapat mencapai pangkat tinggi, kaya raya, dan sukses
dalam kepemerintahan.
Nongng
Warnanya kuning kehijau-hijauan.
Besi Walangi.
Dayanya; lancar untuk mencari sandang pangan, juga untuk
penghasihan, dan jangan untuk usaha simpan pinjam.
Berdengung.
Warnanya hitam nglumut (kehijauan).
Besi Terate.
Dayanya; dicintai oleh wanita, dan keselamatan.
Preng - bergetar panjang.
Warnanya putih kebiru-biruan. Besi Melelaruyun. Dayanya;

Ilmu Menayuh Keris :


Ilmu Tayuh Keris adalah sejenis ilmu tradisional yang digunakan
untuk menentukan apakah sebilah keris akan cocok dipakai atau
dimiliki oleh seseorang, atau tidak. Ilmu ini terutama bermanfaat
untuk meningkatkan kepekaan seseorang agar dia dapat
menangkap kesan karakter sebilah keris dan menyesuaikan
dengan kesan karakter dari calon pemiliknya.
Contohnya, keris yang menampilkan karakter keras, galak, tidak
baik dipakai oleh seorang yang sifatnya keras dan kasar. Untuk
orang semacam itu sebaiknya dipilihkan keris yang karakternya
lembut, dingin.
Cara Me-nayuh
Ada berbagai cara untuk me-nayuh sebilah keris atau tombak. Di
Pulau Jawa dan dibeberapa daerah lainnya, yang terbanyak
adalah dengan cara meletakkan keris atau tombak itu di bawah
bantal, atau langsung dibawah tengkuk, sebelum tidur. Agar
aman, keris atau tombak itu lebih dahulu diikat dengan sehelai
kain dengan sarungnya. Dengan cara ini si Pemilik atau orang
yang me-nayuh itu berharap dapat bertemu dengan isi keris
dalam mimpinya. Namun cara ini tidak senantiasa berhasil.
Kadang-kadang mimpi yang dinantikan tidak muncul, atau
seandainya mimpi, sesudah bangun lupa akan isi mimpinya.
Jika malam pertama tidak berhasil biasanya akan diulangi pada
malam berikutnya, dan seterusnya sampai mimpi yang
diharapkan itu datang. Keris atau tombak itu dianggap cocok atau
jodoh, bilamana pada saat ditayuh orang bermimpi bertemu
dengan seorang bayi, anak, gadis, atau wanita, pemuda atau
orang tua, yang menyatakan ingin ikut, ingin diangkat anak, atau
ingin diperistri.
Bisa jadi, yang ditemui dalam mimpi termasuk juga makhluk
yang menakutkan. Mimpi yang serupa itu ditafsirkan sebagai
isyarat dari isi keris yang cocok atau tidak cocok untuk dimiliki.

Bagi orang awan, cara me-nayuh lewat mimpi inilah yang sering
dilakukan, juga sampai sekarang. Selain cara itu masih banyak
lagi cara lainnya. Untuk dapat me-nayuh keris atau tosan aji
lainnya, tidak harus lebih dulu menjadi seorang ahli. Orang awan
pun bisa, asalkan tahu caranya.
Dalam masyarakat perkerisan juga dikenal apa yang disebut keris
tayuhan, yaitu keris yang dalam pembuatannya lebih
mementingkan soal tuah daripada keindahan garap, pemilihan
bahan besi, dan pembuatan pamornya. Keris semacam itu
biasanya mempunyai kesan wingit, angker, memancarkan
perbawa, dan ada kalanya menakutkan.
Walaupun segi keindahan tidak dinomorsatukan, namun keris itu
tetap indah karena pembuatnya adalah seorang empu. Padahal
seorang empu, tentulah orang yang mempunyai kepekaan
keindahan yang tinggi. Patut diketahui, keris-keris pusaka milik
keraton, baik di Yogyakarta maupun di Surakarta, pada umumnya
adalah jenis keris tayuhan. Dapur keris tayuhan, biasanya juga
sederhana, biasanya juga sederhana, misalnya, Tilam Upih, Jalak
Dinding, dan Mahesa Lajer.
Bukan jenis dapur keris yang mewah semacam Nagasasra, Naga
Salira, Naga Kikik, atau Singa Barong. Selain itu, keris tayuhan
umumnya berpamor tiban. Bukan pamor rekan. Di kalangan
peminat dan pecinta keris, keris tayuhan bukan keris yang mudah
diperlihatkan pada orang lain, apalagi dengan tujuan untuk
dipamerkan. Keris tayuhan biasanya disimpan dalam kamar
pribadi dan hanya dibawa keluar kamar jika akan dibersihkan
atau diwarangi.

Pertama-tama yang harus kita ketahui adalah tahapan zaman


terlahirnya keris itu, kemudian meneliti bahan keris, dan ciri
khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu
dinamakan Tangguh.
Dengan ilmu tangguh , kita dapat mengenali nama-nama para
Empu dan hasil karyanya yang berupa bilahan-bilahan keris,
pedang, tombak, dan lain-lainnya.
Adapun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai
berikut:
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda,
medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling
Wiraradya, Kahuripan dan Kediri.
2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan
Cirebon.
3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M 1459 M

Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura,


Majapahit dan Blambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan
Mataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M. Sampai sekarang
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman Kerajaan yang
mempunyai hubungan langsung dengan tahapan zaman
Perkerisan, dengan demikian pada setiap zaman kerajaan itu
terdapat beberapa orang EMPU yang bertugas untuk menciptakan
keris.
Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri
khas tersendiri. Sehingga para Pendata benda pusaka itu tidak
kebingungan.
Ciri khas terletak pada segi garap dan kwalitas besinya. Kwalitas
besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan
tingkat sistem pengolahan besi pada zaman itu, juga penggunaan
bahan Pamor yang mempunyai tahapan-tahapan pula. Bahan
pamor yang mula-mula dipergunakan batu meteor atau batu
bintang yang dihancurkan dengan menumbuknya hingga seperti
tepung kemudian kita mengenali titanium semacam besi
warnanya keputihan seperti perak, besi titanium dipergunakan
pula sebagai bahan pamor.
Titanium mempunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat,
sehingga baik sekali untuk bahan pamor. Sesuai dengan asalnya
di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor
Prambanan.
Keris dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris

tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena diketemukannya


bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram
Kartasura (1680-1744).
Bila kita telah mengetahui tangguhnya suatu keris maka
kita lanjutkan dengan menelusuri Empu-Empu
penciptanya.
I.Zaman Tangguh Budho (Kuno) :
1. Zaman Kerajaan Purwacarita, Empunya adalah: Mpu Hyang
Ramadi,
Mpu Iskadi, Mpu Sugati, Mpu Mayang, dan Mpu
Sarpadewa.
2. Zaman Kerajaan Tulis, Empunya adalah: Mpu Sukmahadi.
3. Zaman Kerajaan Medang Kamulan, Empunya adalah: Mpu
Bramakedali.
4. Zaman Kerajaan Giling Wesi, Empunya adalah:
MpuSaptagati dan Mpu Janggita.
5. Zaman Kerajaan Wirotho, Empunya adalah Mpu Dewayasa
I.
6. Zaman Kerajaan Mamenang, Empunya adalah: Mpu
Ramayadi.
7. Zaman Kerajaan Pengging Wiraradya, Empunya adalah
Mpu Gandawisesa, Mpu wareng dan Mpu Gandawijaya.
8. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah: Mpu
Widusarpa dan Mpu Windudibya.
II. Tangguh Madya Kuno (Kuno Pertengahan)
1. Zaman Kerajaan Pajajaran Makukuhan, Empunya adalah:
Mpu Srikanekaputra, Mpu Welang, Mpu Cindeamoh, Mpu
Handayasangkala, Mpu Dewayani, Mpu Anjani, Mpu Marcu
kunda, Mpu Gobang, Mpu Kuwung, Mpu Bayuaji, Mpu
Damar jati, Mpuni Sumbro, dan Mpu Anjani.
III.Tangguh Sepuh Tengahan (Tua Pertengahan)
1. Zaman Kerajaan Jenggala, Empunya adalah Mpu

Sutapasana.
2. Zaman Kerajaan Kediri, Empunya adalah :
3. Zaman Kerajaan Majapahit, Empunya adalah:
4. Zaman Tuban/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah: Mpu
Kuwung, Mpu Salahito, Mpu Patuguluh, Mpu Demangan,
Mpu Dewarasajati, dan Mpu Bekeljati.
5. Zaman Madura/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah: Mpu
Sriloka, Mpu Kaloka, Mpu Kisa, Mpu Akasa, Mpu
Lunglungan dan Mpu Kebolungan.
6. Zaman Blambangan/Kerajaan Majapahit, Empunya adalah:
Mpu Bromokendali, Mpu Luwuk, Mpu Kekep, dam Mpu
Pitrang.
IV. Tangguh Tengahan (Pertengahan)
1. Zaman Kerajaan Demak, Empunya adalah: Mpu Joko Supo.
2. Zaman Kerajaan Pajang, Empunya adalah Mpu Omyang,
Mpu Loo Bang, Mpu Loo Ning, Mpu Cantoka, dan Japan.
3. Zaman Kerajaan Mataram, Empunya adalah: Mpu Tundung,
Mpu Setrobanyu, Mpu Loo Ning, Mpu Tunggulmaya, Mpu
Teposono, Mpu Kithing, Mpu Warih Anom dan Mpu
Madrim.
V.Tangguh Nom (Muda)
1. Zaman Kerajaan Kartasura, Empunya adalah: Mpu Luyung
I, Mpu Kasub, Mpu Luyung II, Mpu Hastronoyo, Mpu
Sendang Warih, Mpu Truwongso, Mpu Luluguno, Mpu
Brojoguno I, dan Mpu Brojoguno II.
2. Zaman Kerajaan/Kasunanan Surakarta, Empunya : Mpu
Brojosentiko, Mpu Mangunmalelo, Mpu R.Ng.
Karyosukadgo, Mpu Brojokaryo, Mpu Brojoguno III, Mpu
Tirtodongso, Mpu Sutowongso, Mpu Japan I, Mpu Japan II,
Mpu Singosijoyo, Mpu Jopomontro, Mpu Joyosukadgo, Mpu
Montrowijoyo, Mpu Karyosukadgo I, Mpu Wirosukadgo,
Mpu Karyosukadgo II, dan Mpu Karyosukadgo III.
Dibawah ini ciri-ciri sebuah keris dan tangguhnya :

Jenggala
Ganja Pendek, Wadidangnya tegak, ada-ada seperti punggung
sapi, besi padat-halus dan hitam pekat, pamor seperti rambut
putih dan sogokan tanpa pamor.
Pajajaran
Ganja Ambatok mengkurep berbulu lembut sirah cecak panjang,
besi berserat dan kering, potongan bilah ramping, pamor seperti
lemak / gajih, blumbangan atau pejetan lebar, sogokan agak lebar
dan pendek.
Majapahit
Potongan bilah agak kecil/ramping, ganja sebit rontal kecil luwes,
sirah cecak pendek dan meruncing, odo-odo tajam, besi berat dan
hitam. Pamor ngrambut berserat panjang-panjang. Pasikutan keris
Wingit.
Tuban
Ganja berbentuk tinggi berbulu, sirah cecak tumpul, pamor
menyebar, potongan bilah cembung dan lebar.
Bali
Ukuran bilah besar dan panjang, lebih besar dari ukuran keris
jawa, besi berkilau, pamor besar halus dan berkilau.

Madura Tua
Besi kasar dan berat, sekar kacang tumpul dan pamor besarbesar / agal
Mataram Awal (Senopaten)
Bentuk ganja seperti cecak menangkap mangsa, sogokan
berpamor penuh, sekar kacang seperti gelung wayang, pamor
tampak kokoh, dan atas puyuan timbul/menyembul (ujung

sogokan)
Mataram Kartosura
Besi agak kasar, bila ditimang agak berat, bilah lebih gemuk,
ganja berkepala cicak yang meruncing
Mataram Surakarta
Bilah seperti daun singkong, besi halus, pamor menyebar, puyuan
meruncing, gulu meled pada ganja pendek, odo-odo dan bagian
lainnya tampak manis dan luwes.
Mataram Yogyakarta
Ganja menggantung, besi halus dan berat, pamor menyebar
penuh keseluruh bagian bilah.
Guurrr .. warna besinya hijau metalik, nama besinya Karindu Aji,
manfaatnya untuk kewibawaan, cepat kaya dan posisinya baik.
Guunggg warna besi ungu kebiruan, nama besinya Walulin,
manfaatnya badan sehat, dihormati orang, mudah menyelesaikan
masalah.
Duuungg .. warna besinya biru bening, nama besinya Windu Aji,
manfaatnya untuk keselamatan.
Nonggg .warna besinya kuning kehijauan, nama besinya
Walangi, manfaatnya lancar dalam sandang pangan, pengasihan
dan bagus untuk karier simpan pinjam.
Preng . warna besinya putih kebiruan, nama besinya
Melelaruyun, manfaatnya untuk kedigjayaan atau kekuatan.
Nong-ngong warna besinya hitam legam, nama besinya
Warani, manfaatnya bisa mencapai derajat tinggi, kaya raya dan

selalu sukses dalam menjalankan pemerintahan.


Berdengung warna besinya hitam lumut, nama besinya
Terate, manfaatnya untuk pengasihan.
Tuuuunggg . Warna besinya putih mentah, nama besinya
Malelagedaga, manfaatnya sabar, dan selalu dikasihani.
Trungg . Warna besinya putih mentah, nama besinya Kanthot,
manfaatnya untuk ketentraman keluarga.
Anatomi keris atau ricikan keris
1. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.
2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi,
di atas ganja.
3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah
dasar bilah dan di atas ga~qa.
4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang
terletak di belakang gandik.
5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang
rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.
6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan
terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.
7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di
gandik bagian atas.
8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.
9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang
berderet.
10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis
mata.
11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.
12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari
pejetan.
13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian

belakang.
14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar
dari bilah bagian kiri dan kanan.
15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.
16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.
17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang
dari sor-soran sampai pucuk.
18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan
kruwingan.
19. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.
20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah
sampal ke atas.
Kekuatan Simbolik Keris Terletak pada "Pamor"
Keris tidak dapat terpisahkan dengan peradaban Jawa. Dalam
pandangan masyarakat Jawa, keris atau curiga merupakan salah
satu pusaka kelengkapan budaya. Kekuatan simbolik keris
dipercayai masyarakat Jawa terletak pada pamor, yaitu bahan
campuran pembuatan keris berupa besi meteor. Jenis bahan ini
mengandung unsur besi dan nikel.
"Pamor adalah benda berasal dari angkasa. Di antara besi pamor
terkenal adalah 'pamor Prambanan'. Disebut demikian karena
meteor ini jatuh di daerah Prambanan sekitar tahun 1784 di masa
pemerintahan Susuhunan Paku Buwana III di Surakarta," demikian
kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Timbul
Haryono MSc dalam pidato pengukuhannya di depan Rapat Senat
Terbuka UGM, Sabtu (27/4). Dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu
Budaya dan Pascasarjana UGM itu membawakan pidato berjudul
"Logam dan Peradaban Manusia dalam Perspektif HistorisArkeologis".
Dikatakan Timbul, pamor tersebut sampai sekarang masih
disimpan di Keraton Surakarta dan diberi nama Kiai Pamor.
Penelitian laboratoris terhadap meteor itu menunjukkan
kandungan unsurnya adalah 94,5 persen besi dan 5 persen nikel.
Jenis batu pamor lainnya adalah pamor Luwu yang asalnya dari

Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Berdasarkan bahan


pembuatan keris, proses pembuatan keris peradaban Jawa secara
simbolik identik dengan konsep persatuan "bapa akasa-ibu
pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu Pertiwi) dan
bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (bapa akasa).
Keduanya kemudian disatukan menjadi senjata keris
MAKNA DESIGN KERIS
PULANG GENI
merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak
dikenal karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna.
Pulang Geni bermakna Ratus atau Dupa atau juga Kemenyan.
Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum
dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi
hidupnya dengan hal-hal atau aktifitas yang bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Dengan berkelakuan yang baik dan selalu
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu
namanya akan selalu dikenang walaupun orang tersebut sudah
meninggal. Oleh karena itu, Keris dapur Pulang Geni umumnya
banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.
KIDANG SOKA
memiliki makna Kijang yang berduka. Bahwa hidup manusia akan
selalu ada Duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut
dalam duka yang dialaminya. Kehidupan
masih terus berjalan dan harus terus dilalui dengan semangat
hidup yang tinggi. Keris ini memang memiliki ciri garap
sebagaimana keris tangguh Majapahit. Tetapi melihat pada
penerapan pamor serta besinya, tidak masuk dikategorikan
sebagai keris yang dibuat pada jaman Majapahit. Oleh karena itu,
dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran
atau Yasan yang diperkirakan dibuat pada jaman Mataram.
Kembang Kacang Pogog semacam ini umumnya disebut Ngirung
Buto.

SABUK INTEN
merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan
kemakmuran dan atau kemewahan. Dari aspek filosofi, dapur
Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang
dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha atau pedagang pada
jaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal, selain
karena legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat
populer berjudul Naga Sasra Sabuk Inten karangan Sabuk Inten
karangan S.H. Mintardja pada tahun 1970-an.

Makna Filosofi dan Arti Sejarah,


Dengan melihat begitu banyaknya ilmu tentang keris serta
perdebatan didalamnya, alangkah lebih sarat makna bagi kita
dalam diri pribadi masing-masing untuk selalu berupaya
mempelajari makna sejarah, budaya dan filosofi keris dengan
tanpa memandang apakah keris tersebut sudah aus, geripis
ataukah masih utuh. Toh jika kita lihat, Kanjeng Kyai Kopek,
pusaka kraton Jogjakarta yang dulunya dipesan Sunan Kalijaga
kepada mPu Supo, pada bagian wadidhangnya sudah lubang dan
tetap disimpan sebagai salah satu Keris Pusaka andalan Keraton
Jogja karena memiliki muatan sejarah dan filosofi yang dalam
dibandingkan sekedar bentuk atau wujud fisiknya. Dengan
demikian, kebanggan atas sebilah keris tua yang masih utuh bagi
saya hanyalah kesenangan semu yang hampa jika tidak diikuti
dengan pemahaman terhadap sejarah dan filosofi keris.
Pamor keris boleh rontok, besi keris bisa saja terkikis aus karena
usia, dan wrangka keris bisa saja rusak karena jaman, tetapi
pemahaman atas sejarah dan filosofi sebilah keris akan selalu

hidup dalam hati dan pikiran kita dan akan kita turunkan pada
generasi selanjutnya.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap sejarah dan kebudayaan
masyarakat jaman dahulu sangatlah memegang peranan penting
dalam memahami tentang budaya perkerisan.
Katakanlah mengapa konon Sultan Agung Hanyokrokusumo ketika
awal masa pemerintahannya sering memesan keris Luk 3 dapur
Jangkung kepada Ki Nom ? Mengapa keris Luk 13 banyak dipesan
ketika seorang Raja sudah lama memerintah dan hendak lengser
keprabon ? Mengapa keris tangguh Pengging yang paling tinggi
maknanya adalah yang ber Luk 9 ? Mengapa keris luk 1 dapur
Pinarak selalu mengingatkan bahwa kehidupan kita di dunia ini
sesungguhnya hanya sementara untuk mampir duduk (pinarak) ?
Kesemua itu ternyata menunjukkan bahwa sesungguhnya keris
memiliki makna yang lebih dalam dan sangat kaya daripada
sekedar masalah pamor, dapur dan tangguh serta keutuhannya
yang sampai sekarang masih terus menjadi perdebatan. Tentunya
dengan tidak mengesampingkan ilmu atas fisik keris seperti
dapur, pamor maupun tangguhnya.
Dengan menempatkan keris sebagai benda yang memiliki makna
filosofi mendalam, maka kita sebenarnya telah berusaha
memahami apa keinginan sang mPu dan orang yang
memesannya dahulu ketika membabar keris tersebut. Karena
tentunya para mPu dan orang yang memesannya tersebut
sebenarnyna juga memiliki harapan-harapan yang tentunya
bermaksud baik. Dengan memahami makna filosofi dari sebuah
keris tersebut, maka sudah pasti kita turut Nguri-uri,
melestarikan budaya keris karena salah satu makna keris tersebut
adalah sebagai simbol dari adanya suatu harapan dan doa.

Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada


yang bermata berkelok kelok (7, 9 bahkan 13), ada pula yang

bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada


lagi keris yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di
Aceh atau Badik di Sulawesi.

Bagian-bagian keris

Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata


tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah
(bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi
karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu wrangka
(sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan
terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.

* Pegangan keris

Pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali


ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande,
patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang
diukir dengan kinatah emas dan batu mulia .

Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu


sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat
Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah
lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala
burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk
daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji
seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai,
Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan
perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan

pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan
yang paling banyak yaitu kayu.

Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah
wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk
(kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.

* Warangka atau Rangka

Warangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan)


keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam
kehidupan sosial masyarakat Jawa, karena bagian warangka inilah
yang secara langsung dilihat oleh umum . Warangka yang mulamula (sebagian besar) dibuat dari bahan kayu (jati , cendana,
timoho , kemuning, dll) , kemudian sesuai dengan perkembangan
zaman maka terjadi perubahan fungsi warangka (sebagai
pencerminan status sosial bagi penggunanya ). Kemudian bagian
atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading.

Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu jenis


wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata,
janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri
serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman
(gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka
ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk warangka ini sudah ditentukan,


walaupun tidak mutlak. Warangka ladrang dipakai untuk upacara
resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya

(penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkimpoian, dll)


dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah
dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada
pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan
untuk keselamatan raja ). Sedangkan warangka gayaman dipakai
untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian
depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang
belakang).

Dalam perang, yang digunakan adalah keris warangka gayaman ,


pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena
warangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah
bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.

Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk warangka, dan


bagian utama menurut fungsi warangka adalah bagian bawah
yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut
gandar atau antupan ,maka fungsi gandar adalah untuk
membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu
( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan
logam campuran ) .

Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi


keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya
akan dilapisi seperti selongsong-silinder yang disebut pendok .
Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang biasanya diukir
sangat indah , dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran
tembaga emas ) , perak, emas . Untuk daerah diluar Jawa
( kalangan raja-raja Bugis , Goa, Palembang, Riau, Bali )
pendoknya terbuat dari emas , disertai dengan tambahan hiasan

seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan
berlian.

Untuk keris Jawa , menurut bentuknya pendok ada tiga macam,


yaitu (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa
belahan pada sisinya , (2) pendok blewah (blengah) terbelah
memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian
gandar akan terlihat , serta (3) pendok topengan yang
belahannya hanya terletak di tengah . Apabila dilihat dari
hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan
pendok polos (tanpa ukiran).

* Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan
juga terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk
setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan
ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur).
Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka
lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal,
dll.

Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung


bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk
ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm
sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm,
bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur
disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah
Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris
disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya
aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk
memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak
terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa
kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana
ganja mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan
lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya
disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled , bagian
perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam
bentuk ganja ada bermacam-macam, wilut , dungkul , kelap lintah
dan sebit rontal.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan


dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar,
yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau
luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah ,
dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi
cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang
(kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada
wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah
genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah
luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari
tiga belas, biasanya disebut keris kalawija ,atau keris tidak lazim .
Sejarah

Asal keris yang kita kenal saat ini masih belum terjelaskan betul.
Relief candi di Jawa lebih banyak menunjukkan ksatria-ksatria
dengan senjata yang lebih banyak unsur India-nya.

Keris Budha dan pengaruh India-Tiongkok

Kerajaan-kerajaan awal Indonesia sangat terpengaruh oleh


budaya Budha dan Hindu. Candi di Jawa tengah adalah sumber
utama mengenai budaya zaman tersebut. Yang mengejutkan
adalah sedikitnya penggunaan keris atau sesuatu yang serupa
dengannya. Relief di Borobudur tidak menunjukkan pisau belati
yang mirip dengan keris.

Dari penemuan arkeologis banyak ahli yang setuju bahwa protokeris berbentuk pisau lurus dengan bilah tebal dan lebar. Salah
satu keris tipe ini adalah keris milik keluarga Knaud, didapat dari
Sultan Paku Alam V. Keris ini relief di permukaannya yang berisi
epik Ramayana dan terdapat tahun Jawa 1264 (1342 Masehi),
meski ada yang meragukan penanggalannya.

Pengaruh kebudayaan Tiongkok mungkin masuk melalui


kebudayaan Dongson (Vietnam) yang merupakan penghubung
antara kebudayaan Tiongkok dan dunia Melayu. Terdapat keris
sajen yang memiliki bentuk gagang manusia sama dengan belati
Dongson.
Keris "Modern"

Keris yang saat ini kita kenal adalah hasil proses evolusi yang
panjang. Keris modern yang dikenal saat ini adalah belati penusuk
yang unik. Keris memperoleh bentuknya pada masa Majapahit
(abad ke-14) dan Kerajaan Mataram baru (abad ke-17-18).

Pemerhati dan kolektor keris lebih senang menggolongkannya


sebagai "keris kuno" dan "keris baru" yang istilahnya disebut
nem-neman ( muda usia atau baru ). Prinsip pengamatannya
adalah "keris kuno" yang dibuat sebelum abad 19 masih
menggunakan bahan bijih logam mentah yang diambil dari
sumber alam-tambang-meteor ( karena belum ada pabrik
peleburan bijih besi, perak, nikel dll), sehingga logam yang
dipakai masih mengandung banyak jenis logam campuran
lainnya, seperti bijih besinya mengandung titanium, cobalt, perak,
timah putih, nikel, tembaga dll. Sedangkan keris baru ( setelah
abad 19 ) biasanya hanya menggunakan bahan besi, baja dan
nikel dari hasil peleburan biji besi, atau besi bekas ( per sparepart
kendaraan, besi jembatan, besi rel kereta api dll ) yang rata-rata
adalah olahan pabrik, sehingga kemurniannya terjamin atau
sedikit sekali kemungkinannya mengandung logam jenis lainnya.

Keris Pamor Miring

Misalkan penelitian Haryono Arumbinang, Sudyartomo dan Budi


Santosa ( sarjana nuklir BATAN Yogjakarta ) pada era 1990,
menunjukkan bahwa sebilah keris dengan tangguh Tuban, dapur
Tilam Upih dan pamor Beras Wutah ternyata mengandung besi
(fe) , arsenikum (warangan )dan Titanium (Ti), menurut peneliti

tersebut bahwa keris tersebut adalah "keris kuno" , karena unsur


logam titanium ,baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri
pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi
baja namun jauh lebih ringan dari besi, banyak digunakan sebagai
alat transportasi modern (pesawat terbang, pesawat luar
angkasa) ataupun roket, jadi pada saat itu teknologi tersebut
belum hadir di Indonesia. Titanium banyak diketemukan pada
batu meteorit dan pasir besi biasanya berasal dari daerah Pantai
Selatan dan juga Sulawesi. Dari 14 keris yang diteliti , rata-rata
mengandung banyak logam campuran jenis lain seperti cromium,
stanum, stibinium, perak, tembaga dan seng, sebanyak 13 keris
tersebut mengandung titanium dan hanya satu keris yang
mengandung nikel.

Keris baru dapat langsung diketahui kandungan jenis logamnya


karena para Mpu ( pengrajin keris) membeli bahan bakunya di
toko besi, seperti besi, nikel, kuningan dll. Mereka tidak
menggunakan bahan dari bijih besi mentah ( misalkan diambil
dari pertambangan ) atau batu meteorit , sehingga tidak perlu
dianalisis dengan isotop radioaktif. Sehingga kalau ada keris yang
dicurigai sebagai hasil rekayasa , atau keris baru yang
berpenampilan keris kuno maka penelitian akan mudah
mengungkapkannya. Beberapa Keris Pusaka terkenal :

* Keris Mpu Gandring


* Keris Pusaka Setan Kober
* Keris Kyai Sengkelat
* Keris Pusaka Nagasastra Sabuk Inten
* Keris Kyai Carubuk

* Keris Kyai Condong Campur


dari berbagai sumber

Kesimpulan
Dalam dunia keris terdapat tiga kelompok pandangan yang
berbeda. Pandangan pertama yang berkembang bahwa :
1. Keris adalah hasil kebudayaan, kagunan, atau kesenian.
2. Kemudian pandangan kedua yang telah sejak lama
berkembang di kalangan masyrakat (Jawa), secara umum lebih
meyakini bahwa keris merupakan senjata pusaka dikarenakan
daya gaib atau tuah yang dimilikinya.
3. Sedangkan menurut pandangan ketiga yang berkembang di
kalangan yang sangat terbatas, keris merupakan pusaka dengan
berbagai variasi pemaknaannya dan dinyatakan dengan istilahistilah yang hanya dikenali oleh kalangan tersebut.Terutama
makna-makna sosial, historis, filosofis, etis dan religius-mistis.
Dari ketiga pandangan diatas dapat kita ketahui bahwa keris
merupakan karya agung yang harus dilestarikan. Karena jika
dilihat dari kacamata desain, sebuah keris memiliki berbagai
keunikan yang sangat spesifik. Terbukti dengan penamaan setiap
lekuk yang begitu detail disetiap bagiannya.
Jika ditilik dari makna yang terkandung pada sebilah keris, disitu
tercermin kearifan lokal terutama masyarakat jawa yang
menjadikan keris sebagai simbol kekuatan sekaligus mewakili
karakter yang memilikinya. Desain keris mempunyai kekuatan
tersendiri dalam membentuk kearifan lokal yang selanjutnya bisa
menjadi indicator kebudayaan di suatu tempat.
Tips perawatan pusaka

Untuk menjaga/melestarikan pusaka supaya tidak rusak,


sebaiknya pusaka dirawat sebagai berikut: 1. Setiap 35 hari
sekali, pusaka sebaiknya diminyaki dengan minyak
pusaka/mengoles memakai kuas (dengan ujung kuas 0,5cm-1cm);
Agar mudah mengingat, adalah hari kelahiran/wetonannya yang
punya pusaka tersebut. Tujuan peminyakan: supaya pusaka tidak
mudah berkarat/korosif. 2. Setiap satu tahun sekali usahakan
untuk selalu dijamas/diwarangi, meski pusaka masih tampak
bersih. Hal ini dilakukan bertujuan supaya pusaka tetap terjaga
seni keindahannya antara: Pamor/putih, Besi/hitam dan Baja/abuabu. Serahkan jamasan tersebut kepada ahlinya untuk
menghindari salah rawat dan luka tergores.

Keterangan
MENCUCI DAN WARANGI KERIS

Teknologi pembuatan keris adalah suatu teknologi pengolahan


material peninggalan sejarah yang sangat tinggi nilainya. Tidak
bisa dibayangkan bagaimana para empu jaman dahulu
menemukan cara pembuatan senjata dengan memanfaatkan
sifat-sifat paduan logam yang berbeda. Menempanya berlapis
sehingga menjadi satu kesatuan dalam bentuk senjata yang
memiliki keunggulan sifat-sifat fisika sekaligus keindahan wujud
yang memukau.Tidak juga pernah diketahui asal muasal
penggunaan batu meteorit / batu pamor sebagai salah satu bahan
pembuat keris. Yang jelas meteorit, yang banyak mengandung
Titanium, Nikel, bahkan Uranium, tidak hanya berfungsi sebagai

peningkat estetika saja, tetapi juga meningkatkan kualitas


material keris.

Saat ini, keris telah diakui oleh UNESCO sebagai Adikarya


Peninggalan Sejarah. Bangsa Melayu, dari Patani-Thailand sampai
ke Sulawesi-Indonesia, sebagai pewaris adikarya kebudayaan
tersebut, seharusnya berbangga atas pengakuan dunia
internasional terhadap karya nenek moyangnya tersebut. Namun
kebanggaan tersebut tentunya harus disertai usaha-usaha
konservasi atas budaya dan bukti-bukti sejarahnya.Usaha
konservasi atas budaya & bukti-bukti sejarahnya antara lain dapat
dilakukan dengan mempelajari serta mengaplikasikan
pengetahuan yang benar dan logis dalam merawat keris. Tidak
hanya melaksanakan kebiasaan turun temurun yang kadang
terkait dengan mitos-mitos dan ritus-ritus yang tidak logis dan
malah dapat merusak fisik keris itu sendiri.

Memandikan dan mewarangi keris tidak dimaksudkan


untuk menyembah atau mengagungkannya namun lebih
kepada perawatan atas fisik benda bernilai sejarah
tersebut dan melestarikan budaya atau cara tradisional
dalam proses perawatan itu sendiri. Jadi suatu benda kuno
menjadi pusaka bukan karena kekuatan supranaturalnya
saja. Namun karena benda tersebut adalah peninggalan nenek
moyang yang menjadi bukti sejarah, pencapaian dan
kejayaan budaya bangsa kita di masa lalu. Sehingga
menjadi suatu kebanggaan bangsa di masa kini. Bukti
tersebut patut dan wajib dilestarikan agar kita tidak
kehilangan akar sejarah dan budaya sebagai suatu
bangsa. Itulah yang dimaksudkan sebagai makna pusaka
dalam konteks intelektual. Dalam budaya Jawa dikenal
beberapa cara atau rangkaian upacara dalam rangka

mencuci dan mewarangi pusaka. Ada yang sederhana, ada


pula yang penuh dengan rangkaian ritus yang diperlengkap
dengan puluhan macam sesajen seperti yang dilaksanakan oleh
pihak kraton Solo dan Jogja setiap bulan Suro
( Muharram) .

Yang akan diuraikan di bawah ini adalah cara mencuci dan


mewarangi keris secara tradisional. Namun hanya menekankan
pada hal-hal yang bersifat krusial dan fungsional saja. Tidak yang
bersifat simbolik atau bernuansa supranatural.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut,


1. Lepaskan keris dari warangka dan ukirannya
Untuk melepaskan pesi dari ukiran, putar ukiran ke arah yang
lebih ringan putarannya sambil ditarik / dicabut.

2. Rendam keris dengan air kelapa hijau semalaman lalu bilas


dengan air sampai bersih
Saat merendam keris pastikan seluruh bagiannya terendam air
kelapa. Air Kelapa Hijau bersifat asam lemah dan bermanfaat
untuk melepaskan kotoran, kerak, dan mempermudah lepasnya
karat yang terbentuk dipermukaan keris. Karena sifat asamnya
yang lemah diperlukan perendaman semalaman agar betul2
meresap dan dapat melepaskan kotoran terutama yang terdapat
di pori2 logam. Sifat itu pula yang membuatnya relatif aman
untuk keris.

3. Gosok permukaan keris dengan irisan jeruk nipis sampai


bersih / putih mengkilap
Menggosoknya jangan terlalu keras / kasar. Dapat pula digosok
menggunakan sikat gigi yang halus dengan arah gosokan searah
bila ada kerak / karat yang membandel. Boleh juga ditambah air
perasan buah pace / mengkudu yang sudah matang. Lalu bilas
dengan air bersih yang mengalir.
Jeruk Nipis sifat asamnya agak kuat, persentuhan dengan logam
keris dalam jangka waktu yang lama dapat merusak logam keris.
Digunakan untuk membersihkan keris dari karat, buah jeruk nipis
diiris 4-6 bagian dan digosok2 pada permukaan keris. Hasilnya
kotoran dan karat akan terlepas dan permukaan keris akan
kelihatan putih mengilap. Proses ini disebut Mutihke .
Air Perasan Buah Pace fungsinya hampir sama seperti air perasan
jeruk nipis, namun karena airnya lebih banyak membuat
pengerjaan lebih mudah. Teksturnya yang lunak membuatnya
mudah hancur bila digosok2kan ke permukaan logam sehingga
fungsi jeruk nipis tak tergantikan sepenuhnya.

4. Cuci keris sampai bersih dengan buah lerak / sabun lerak


Saat mencuci, gosok keris perlahan dan searah dengan sikat gigi
yang halus. Bila ada kotoran di celah2nya, congkel dengan tusuk
gigi. Bilas dengan air bersih sampai kotoran2 ( ampas jeruk dan
pace) hilang. Bila kotoran2 yang bersifat asam itu sampai
tertinggal maka dapat merusak keris karena bersifat korosif.
Buah Lerak berfungsi sebagai sabun alami yang lembut dan tidak
merusak besi, tidak seperti detergen yang bersifat keras. Saat ini
banyak dijual sabun lerak cair siap pakai sebagai sabun pencuci
batik tulis namun bila ingin menggunakannya, pilih yang tidak
diberi campuran zat kimia tambahan.

5. Keringkan sampai betul2 kering dengan menekan2 bilah keris


dengan kain bersih
Boleh diusap lembut dengan kain bersih yang menyerap air.
Dalam proses mengeringkan, keris jangan sampai terkena tangan
telanjang lagi. Karena minyak / lemak yang ada ditangan dapat
menempel di bilah keris yang sudah bersih dan menimbulkan
karat.

6. Olesi keris dengan cairan warangan menggunakan kuas secara


tipis dan merata ( prosesnya disebut Marangi)
Warangan adalah hasil tambang yang berbentuk kristal dan
secara alamiah mengandung arsenikum dalam kadar relatif
rendah. Warangan terbaik yang dikenal berasal dari Tiongkok.
Pada masa dahulu kala banyak digunakan untuk racun tikus.
Arsenikum murni dikenal sebagai zat beracun yang dapat
mematikan. Namun beberapa obat2an tertentu ada yang
mengandung arsenikum dengan persentase yang rendah. Dengan
demikian tidak hanya sebagai racun, arsenikum juga memiliki
manfaat sebagai obat dalam kadar dan pada persenyawaan
dengan zat, tertentu. Fungsi cairan warangan adalah untuk
menciptakan reaksi kimia antara besi dan larutan warangan pada
permukaan bilah. Reaksi tersebut menghasilkan senyawa oksida
besi - arsenik berupa lapisan tipis yang berfungsi sebagai anti
karat pada permukaan bilah keris. Selain sebagai anti karat,
lapisan tersebut juga menimbulkan warna kontras yang indah
pada permukaan bilah. Hal ini disebabkan reaksi kimia hanya
terjadi pada bagian bilah yang mengandung besi. Gelap
terangnya permukaan suatu logam akibat reaksi tersebut
tergantung dari tingginya kandungan besi dalam logam tersebut.
Seperti diketahui keris, tombak, dan pedang yang berkualitas baik
biasanya dibuat dari minimum 3 jenis lempengan besi-baja

ditambah 1 lempengan nikel atau meteorit ( berkadar besi sangat


rendah atau bahkan tidak mengandung besi) yang ditempa
berlapis lipat berulang kali menjadi satu kesatuan ( nglereh) .
Akibatnya lipatan2 besi yang berbeda komposisi kimianya
memunculkan kontras yang berbeda setelah pewarangan.
Sedangkan garis2 lipatan nikel / meteorit yang tidak bereaksi
terhadap warangan menimbulkan garis2 putih yang kadang
mengkilap seperti krom. Kesemuanya itu membentuk gambaran /
pola pada permukaan keris yang dikenal sebagai Pamor.

Marangi keris tidak dimaksudkan untuk meracuni bilah keris


tersebut sehingga akan mematikan bila tergores olehnya.
Persentase arsenikum dalam kristal warangan relatif rendah,
apalagi dalam aplikasinya kristal warangan dilarutkan dahulu
dalam air perasan jeruk nipis yang banyak sekali ( + / - 1gr
serbuk warangan dalam 250ml air perasan jeruk nipis) . Dengan
demikian kadar arsenikum yang akan menempel di bilah keris
rendah sekali kadarnya. Walaupun demikian kehati-hatian dalam
menangani sebilah keris tetaplah diperlukan.

Pada jaman dahulu memang dikenal cara-cara untuk


memasukkan racun dalam keris. Utamanya bila keris tersebut
memang dirancang dan dibuat untuk digunakan dalam
peperangan. Hal ini dimungkinkan karena permukaan logam keris
berpori sehingga mampu menyerap racun. Biasanya proses
memasukkan racun ke dalam keris hanya dilakukan pada saat
keris masih dalam proses pembuatan. Yaitu pada tahap paling
akhir yang disebut penyepuhan atau dalam istilah metalurgi
dikenal dengan quenching. Proses penyepuhan dilakukan dengan
memanaskan ulang keris, yang sudah jadi bentuk fisiknya, sampai
membara ( namun tidak sampai berpijar) lalu dicelupkan dalam
bumbung bambu berisi minyak kelapa.

Pada tahap ini keris secara bentuk sebenarnya sudah sempurna


hanya perlu ditingkatkan kekerasannya agar bisa diasah setajamtajamnya dan tidak mudah tumpul. Dengan pendinginan kejut,
unsur karbon pada permukaan besi akan terjebak dalam struktur
sementit yang meningkatkan kekerasan besi tersebut. Proses ini
harus dilakukan oleh Empu yang ahli karena beresiko tinggi
terhadap keris itu sendiri. Pencelupan yang terlalu lambat
membuat besi tidak mencapai kekerasan maksimal. Terlalu cepat,
keris bisa ngulet / muntir atau malah pecah ( pamengkang
jagad) . Suhu pemanasan kurang, keris tidak menjadi keras.
Terlalu panas, keris jadi lunak karena terjadinya decarburizing /
unsur karbon keluar dari besi. Bila proses terakhir ini gagal, maka
keris indah yang sudah jadi itu pun pasti dibuang.

Memasukkan racun dalam keris saat penyepuhan ( nyepuh wisa)


dilakukan dengan mencampur minyak kelapa yang digunakan
sebagai media pencelupan dengan ramuan racun yang
mengandung bisa ular atau serangga beracun. Namun
menggunakan senjata beracun, baik jaman dahulu maupun
sekarang, dianggap sebagai tindakan yang tidak ksatria dan
pengecut. Dalam mempersiapkan cairan warangan, pilihlah
serbuk / gumpalan kristal warangan alami yang berwarna ungu
tua kemerahan. Tumbuk sampai halus sekali lalu larutkan dalam
air perasan jeruk nipis murni yang sudah disaring bersih. Larutan
tersebut sebaiknya disimpan dahulu / dituakan selama 6 bulan
sebelum dipakai. Ciri-ciri larutan yang sudah jadi adalah
warnanya menjadi kecoklatan / kehitaman. Tidak dianjurkan
menggunakan arsenikum kimiawi dari apotik / toko kimia karena
kadarnya terlalu tinggi / murni sehingga terlalu keras efeknya.
Bilah keris akan mudah kebrangas ( terlalu hitam / gosong) pada
saat diwarangi sehingga jelek dilihat. Selain itu bila penanganan
zat beracun tersebut tidak hati-hati dapat menimbulkan bahaya.

Marangi sebaiknya dilakukan di atas sebuah wadah untuk


menampung tetesan cairan warangan. Masukkan kembali tetesan
tersebut ke dalam botol penyimpan cairan warangan, jangan
sembarangan dibuang. Cucilah wadah penampung dengan air
yang mengalir.

7. Angin-anginkan keris dengan posisi berdiri ( gunakan rak) agar


pembentukan lapisan senyawa oksida besi-arsenik bisa sempurna
Pada proses mengangin-anginkan, keris jangan terkena sinar
matahari langsung ( bisa kebrangas / gosong) , namun pilih saat
matahari cerah / tidak mendung. Waktunya kira2 jam 9-11 pagi
atau jam 2-4 sore.
Perhatikan kontras warna yang terbentuk pada permukaan bilah
keris. Bila tingkat kontras yang diinginkan sudah tercapai,
lanjutkan ke proses selanjutnya.

8. Setelah pengangin-anginan dianggap cukup, bilas lagi keris


dengan air mengalir
Namun dalam membilas, jangan disemprot dengan tekanan air
yang tinggi atau digosok-gosok / disentuh tangan telanjang.
Pembilasan dimaksudkan untuk menghentikan reaksi kimia antara
besi dan warangan sehingga keris tidak terlalu hitam / gosong.

9. Keringkan lagi sampai betul-betul kering dengan menekannekan bilah ( jangan digosok) dengan kain bersih secara lembut
lalu diangin-anginkan, Ingat, jangan sampai disentuh dengan
tangan telanjang lagi.

10. Olesi keris dengan minyak ( minyak i) secara tipis dan merata
menggunakan kuas
Dalam meminyaki, jangan sampai keris terlalu basah. Serap
kelebihan minyak dengan kain bersih yang ditekan-tekan di
permukaan keris ( jangan digosok-gosok) . Setelah itu keris
diangin-anginkan semalaman dengan posisi berdiri ( gunakan rak)
agar bila ada kelebihan minyak dapat menetes / mengalir turun.

Minyak yang digunakan dalam meminyaki keris tidak


dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang
menghuni keris tersebut. Melainkan sebagai pelindung tambahan,
diluar lapisan warangan, yang mengisolasi bilah pusaka dari
kontak dengan udara. Seperti yang diketahui karat atau korosi
muncul akibat reaksi logam, oksigen, dan air. Udara yang lembab
di daerah tropis seperti di Indonesia ( kelembaban 70-90% ) ,
mengandung uap air yang tinggi kadarnya sehingga
meningkatkan resiko korosi. Namun bila logam diisolasi agar tak
bersentuhan langsung dengan udara dengan cara dilapisi minyak,
maka resiko korosi dapat dicegah.

Minyak terbaik untuk meminyaki pusaka adalah minyak senjata


( minyak untuk melumasi komponen2 mekanis senjata api) .
Namun bila sulit memperolehnya dapat digantikan dengan
minyak Singer ( pelumas untuk mesin jahit) . Untuk memperbaiki
aroma minyak senjata atau minyak Singer, agar pusaka baunya
wangi, dapat ditambahkan sedikit ( 10% ) minyak alami yang
terbuat dari bunga, kayu, atau akar tumbuhan yang wangi
( seperti minyak melati, mawar, cendana, gaharu, akar wangi)
diaduk rata sebelum dipakai.

Jangan pernah menggunakan minyak yang bersifat kental dan


lengket seperti minyak misik ( minyak kemenyan) atau minyak
wangi Arab lain yang bersifat seperti itu. Minyak seperti itu akan
menimbulkan kerak yang lengket dan mengeras pada permukaan
bilah dan bagian dalam warangka. Kerak tersebut sangat sulit
dibersihkan dan bisa membuat keris sulit dicabut dari
warngkanya. Pada akhirnya kerak tersebut akan menimbulkan
kerusakan pada bilah keris.
11. Masukkan kembali pusaka ke warangkanya. Simpanlah di
tempat yang kering dan tidak lembab
Dalam hal memasang ukiran atau gagang keris, biasanya lubang
pada ukiran lebih besar dari pesi keris. Hal ini dimaksudkan
supaya pesi tidak rusak karena dipaksakan masuk. Agar
genggamannya pas dan keris tidak mudah lepas dari gagangnya,
pesi dililit dengan benang, carik kain seperti pita, atau boleh
menggunakan potongan koran selebar panjang pesi kurang
sedikit, sebelum dimasukkan ke lubang ukiran.

Cara memasukkannya adalah dengan diputar berlawanan arah


lilitan sambil ditekan masuk. Saat menekan pesi untuk masuk
harus terasa seret. Bila tidak artinya lilitannya kurang dan keris
akan mudah lepas dari ukiran. Setelah pesi masuk sempurna,
sambil tetap ditekan, balik arah putaran sambil mengepaskan
posisi bilah terhadap ukiran. Dengan demikian lilitan, yang tadi
diameternya mengerut karena putaran, kembali mengembang
dan mengunci pesi dalam lubang ukiran.
Tidak dianjurkan memegang2 bilah pusaka dengan tangan
telanjang. Hal ini bukan karena dikhawatirkan racun arsenik akan
menempel pada tangan sehingga menyebabkan keracunan
namun justru karena membahayakan kelestarian keindahan bilah
pusaka tersebut. Pada permukaan telapak tangan selalu terdapat
minyak / lemak yang berasal dari keringat atau barang / makanan

yang dipegang sebelumnya. Bila kita memegang bilah pusaka


dengan tangan telanjang, minyak / lemak pada tangan kita akan
menempel pada permukaan bilah ( sidik jari) . Hal itu akan
mempermudah atau memicu munculnya karat. Selain itu
dikhawatirkan lapisan senyawa oksida besi-arsenik dan lapisan
minyak, yang tipis sekali, dipermukaan bilah akan terhapus bila
sering dipegang2 sehingga perlindungan terhadap karat hilang.
Jangan terbiasa meletakkan bunga segar di dekat bilah pusaka
( sesaji atau caos dahar) . Uap air yang keluar dari bunga dalam
proses mengering meningkatkan kelembaban udara, bersifat
tajam dan dapat menimbulkan karat yang merusak bilah pusaka.
Kebiasaan mengasapi keris dengan asap bakaran kemenyan
( nguthuki menyan) juga seharusnya tidak perlu dilakukan. Asap
kemenyan dapat terakumulasi di permukaan keris dan
membentuk kerak yang sulit dibersihkan.

Sesungguhnya mencuci dan mewarangi keris tidak harus selalu


dilakukan setiap tahun atau dalam jangka waktu tertentu. Karena
proses tersebut sedikit banyak akan mengikis permukaannya
sehingga dapat merusak keris dalam kurun waktu tertentu bila
dilakukan terlalu sering.
Mencuci atau memandikan keris seyogianya dilakukan bila bilah
keris terindikasi mulai berkarat atau tebal keraknya. Namun bila
pemilik keris memiliki pengetahuan yang baik dalam hal
perawatan keris seharusnya mampu memperpanjang interval
pencucian keris tersebut.
Bila keris belum berkarat, sebaiknya yang perlu dilakukan dalam
6 bulan atau 1 tahun sekali hanyalah meminyakinya. Sehingga
interval waktu pencucian dapat diperpanjang hingga 3 tahun
sekali.

Perlu diketahui mewarangi keris hanya perlu dilakukan bila keris


dicuci. Bila keris tidak dicuci tapi diwarangi maka tidak ada
gunanya. Karena cairan warangan akan terhalang lapisan minyak
sehingga tidak bisa bereaksi dengan besi / permukaan keris.
Dengan pengetahuan akan cara cara perawatan yang tepat,
diharapkan keris keris kuno yang banyak tersebar di tengah
tengah masyarakat dapat terpelihara kelestarian dan
keindahannya. Sehingga dalam jangka ratusan tahun ke depan,
generasi penerus bangsa ini masih dapat menyaksikan bukti
sejarah pencapaian budaya nenek moyangnya.

Catatan :
Butuh Latihan dan Keahlian Khusus Untuk Mencuci dan Warangi
Keris, Bila ragu daripada Keris anda rusak lebih baik serahkan
pada ahlinya, saat ini sudah banyak jasa Khusus Cuci dan
Warangi Keris Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai