Anda di halaman 1dari 7

My world

Monday, June 10, 2013


LAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hadiahkan atas rahmat dan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang
mana dengan kemudahan dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan
observasi yang bertemakan E-learning .
Adapun laporan observasi ini kami susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas
dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah pengetahuan dan
pengalaman kami serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok kami ini.
Dan secara khusus kami juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta doa yang selalu mengiringi kami.
Kami selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
laporan ini baik dalam hal sistem penyusunan maupun hasil observasinya. Oleh sebab itu
kami sangat berharap atas kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan
pengetahuan kita bersama dan penunjang lebih baik lagi untuk laporan observasi selanjutnya.
Medan,

Juni 2013

Tim Penyusun,
Kelompok Lima (5) Genap

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah
: SMA Negeri 13 Medan
Alamat Sekolah : Jalan Brigjend Zein Hamid km 7 Titikuning
Uang Sekolah
: Rp.100.000,-/bulan
Konsep E-learning : Power Point

1.2. Uraian Aktivitas Observasi


Jadwal observasi
Waktu observasi
Objek Observasi

: Kamis, 23 Mei 2013-06-06


: 11.00 WIB 12.15 WIB
: Seluruh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan

Hari pelaksanaan

: KamisWaktu pelaksanaan

: 23 Mei 2013

1.3. Latar Belakang


Di era modern ini, orang di seluruh penjuru dunia dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikan teknologi dalam kehidupannya, tidak terkecuali siswa. Atas dasar inilah
pembelajaran E-learning mulai diterapkan dalam sekolah-sekolah di Indonesia. E-learning
merupakan elektronik learning atau pembelajaran elektronik. Secara ringkas, E-learning
berarti belajar dengan menggunakan media elektronik. Metode pembelajaran E-learning
tergolong masih sangat muda di Indonesia. Dengan menggunakan metode E-learning ini,
siswa di seluruh bagian Indonesia diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan
teknologi agar tidak tertinggal oleh zaman yang semakin berkembang.

1.4. Tujuan Observasi


1. Untuk mengetahui proses E-learning di sekolah.
2. Untuk mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi belajar, dan manajemen kelas yang
digunakan dalam proses E-learning.
3. Untuk mengetahui sejauh mana E-learning berperan dalam pembelajaran.

BAB II
LANDASAN TEORI

E-Learning

merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau
media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Salah satu yang memudahkan proses E-learning adalah adanya koneksi internet.
Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan
komputer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang
dapat diakses oleh murid (Santrok, 2011).
Dalam proses pembelajaran ada beberapa aspek yang terlibak, diantaranya teori
belajar ynag digunakan, motivasi siswa, orientasi belajar, serta manejemen kelas. Ada dua
pendekatan dalam teori belajar yaitu, pendekatan behaviorisme dan pendekatan asosiatif.
Pendekatan behaviorisme adalah pandangan bahwa perilku harus dijelaskan melalui
pengalaman yang dapat diobservasi. Sedangkan pendekatan asosiatif adalah pembelajaran
meliputi dua kejadian yang saling terkait.
Ada empat perspektif dalam menjelaskan motivasi, yaitu :
1.

Perspektif behavioral yang menekan bahwa kunci dari motivasi siswa adalah imbalan dan
hukuman.

2. Perspektif humanistik menekankan pada kapasitas siswa untuk mengembangkan kepribadian


dan kebebasan untuk memilih nasib mereka.
3. Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran siswa akan memandu motivasi mereka.
4. Perspektif sosial menekankan motivasi siswa dipengaruhi oleh motif afiliasi.
Orientasi belajar terbagi dua, yaitu Student Center Learning yaitu pembelajaran yang
menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran dan Teacher Center Learning yang
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
Manejemen kelas merupakan suatu usaha untuk mengelola kelas dengan baik sehingga
memaksimalkan kesmpatan pembelajaran siswa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
3.1.1.

Laporan Observasi
Teori Belajar

Teori belajar yang digunakan di SMA Negeri 13 Medan adalah teori belajar operant
conditioning. Penerapan teori operant conditioning terletak saat pengumpulan tugas makalah

sejarah dimana guru memberikan feedback terhadap makalah, baik berupa reinforcement
positif maupun negatif. Ketika terdapat kesalahan pada makalah guru memberikan penjelasan
dan ketika makalahnya bagus, guru memuji kelompok.
3.1.2.

Motivasi

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi siswa kelas X.7 di SMA Negeri 13 Medan yang
paling dominan adalah motivasi berdasarkan persepektif humanistik yaitu menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih sendiri
nasib mereka.
Hal ini terlihat dari kondisi belajar. Siswa bebas memilih apakah mereka ingin mendengarkan
penjelasan guru atau tidak. Dalam hal ini, guru juga tidak menuntut bahwa siswa harus
mendengarkannya dengan seksama. Guru tidak memberikan hukuman bagi siswa yang tidak
mendengarkan. Dari kondisi inilah, terlihat bahwa motivasi siswa adalah humanistik yang
bebas menentukan nasibnya.
Motivasi yang juga terlihat namun tidak dominan adalah motivasi berdasarkan persepktif
behavioral. Siswa memang bebas memilih apakah mereka ingin mendengarkan guru atau
tidak, dan guru pun tidak menuntut siswa untuk mendengarkannya. Namun ketika ada
pertanyaan dari guru, siswa yang berhasil menjawab akan mendapat nilai yang baik.
3.1.3.

Orientasi Belajar

Orientasi belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL)
dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas suatu topik tertentu.
Orientasi TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa
memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan tugas yang sudah diarahkan cara
pengerjaannya. Hal ini terlihat pada hari observasi, dimana siswa mengumpulkan tugas
makalah dari hari sebelumnya. Guru menilai makalah tersebut dan mengatakan bahwa siswa
seharusnya melakukan hal ini dan itu dalam makalahnya. Hal ini menunjukkan adanya
intruksi langsung oleh guru yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru dan ekspektasi guru
atas kemajuan siswanya.
3.1.4. Manajemen Kelas
a. Lingkungan Fisik Kelas

Ruang-ruang kelas di SMA Negeri 13 Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat
meskipun siswa banyak. Fasilitas seperti lemari kecil tempat penyimpanan buku juga terdapat
di dalam kelas. Seperti sekolah negeri pada umumnya di Indonesia, setiap dua orang siswa
berada di meja yang sama. Kelas menggunakan white board dan mempunyai sebuah
proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas.
Hal yang disayangkan adalah kondisi kelas yang kurang pencahayaan dan pengap. Kelas
yang terletak di antara dua bangunan kelas lainnya membuat kelas X.7 ini menjadi gelap.
Sedangkan kondisi pengap disebabkan karena udara yang panas dan tidak adanya pendingin
ruangan, seperti AC atau kipas angin dalam ruangan kelas.
Pada kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa duduk
menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap muka dan guru
bebas bergerak kemana saja. Ketika diskusi berlangsung gaya penataan kelas yang digunakan
adalah gaya klaster dimana beberapa siswa duduk dalam kelompok kecil.
b. Gaya Pengajaran
Gaya pengajaran yang digunakan oleh Guru Sejarah ketika observasi dilakukan adalah
gabungan antara gaya permisif dan otoritatif. Guru tidak memberikan banyak dukungan
untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan murid dalam kerja sama dan menjelaskan
aturan untuk dipahami dalam pengerjaan tugas. Hal ini terlihat ketika pengumpulan makalah,
beberapa siswa memang berperan aktif dalam bertanya namun siswa lainnya tidak peduli dan
sesuka hati untuk keluar masuk kelas. Dalam hal ini, guru tidak menegur siswa yang keluar
masuk kelas sehingga tidak ada dukungan untuk pengembangan perilaku siswa.

3.2.

Evaluasi
E-Learning

merupakan

suatu

jenis

belajar

mengajar

yang

memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau
media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Konsep E-learning yang digunakan oleh SMA Negeri 13 adalah power point. Motivasi
siswa kelas X.7 merupakan motivasi humanistik baik bagi siswa yang benar-benar ingin
belajar namun sulit bagi siswa yang harus didorong untuk belajar. Siswa yang harus didorong
ini membutuhkan motivasi behavioral untuk memunculkan motivasi humanistik. Perpaduan
antara motivasi humanistik dan behavioral yang diterapkan sekolah sudah cukup bagus,
namun tidak dapat disamaratakan bagi seluruh siswa karena adanya perbedaan karakteristik
di atas. Sebagai siswa Sekolah Menengah Atas yang berada pada masa remaja yang sedang
mencari jati diri diperlukan bimbingan oleh guru untuk memunculkan motivasi instrinsik
siswa.

Orientasi belajar yang digunakan bagus karena menggabungkan SCL dan TCL. SCL akan
membantu siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan TCL akan membantu siswa dalam
menentukan perilaku yang sesuai karena dalam proses TCL guru merupakan pengarah. Jadi
dengan adanya penggabungan SCL dan TCL ini diharapkan siswa dapat menjadi orang yang
aktif terarah.
Pengaturan manejemen kelas sudah cukup baik namun belum maksimal. Untuk uang
sekolah yang terbilang cukup besar, sekolah seharusnya dapat memberikan fasilitas yang
lebih baik demi kenyamanan siswa sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar.
Dari semua uraian evaluasi di atas, SMA Negeri 13 Medan sudah cukup baik dalam
menggunakan metode E-learning namun semua aspek yang diamati di atas masih harus
dimaksimalkan.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Rangkuman Kelompok
E-Learning

merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau
media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Proses E-learning di SMA Negeri 13 adalah pembelajaran dengan menggunakan
power point. Dalam setiap proses pembelajaran ada banyak aspek yang dapat dilihat, aspek
ini juga dapat diamati saat proses E-learning berlangsung. Aspek-aspek tersebut antara lain
adalah motivasi, teori belajar, orientasi belajar, dan manejemen kelas.
Motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan adalah motivasi
humanistik yang digabungkan dengan sedikit motivasi behavioral. Motivasi ini dipadukan
dengan teori belajar behavioral yaitu operant conditioning. Konsep manajemen kelas yang
digunakan adalah gaya ruangan klaster dan auditorium. Gaya ruangan ini sesuai dengan
orientasi belajar yang digunakan, yaitu perpaduan antara SCL dan TCL.

4.2 Rangkuman pribadi


pada dasarnya sudah banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang menggunakan system
E-learning. System E-learning ini merupakan system belajar yang mengguanakan perangkat-

perangkat elektronik dan aplikasi-aplikasi seperti power point yang dapat memudahkan setiap
murid untuk lebih memahami pelajaran yang diberikan guru dan juga guru pun tidah sulit lagi
untuk menjelaskan kepada murid-nya. Salah satu sekolah yang sudah menggunakan Elearning adalah SMA Negeri 13 Medan yang menggunakan power point untuk memudahkan
dalam proses belajar-mengajar. Pada observasi ini ada beberapa aspek yang dapat di lihat
yaitu motivasi siswa, teori belajar, manajemen kelas, dan orientasi belajar.
Motivasi yang dimiliki murid-murid di SMA Negeri 13 medan pada kelas X.7 adalah
motivasi humanistik yang digabungkan dengan motivasi behavioral. Konsep manajemen
yang digunakan adalah gaya ruangan klaster dan auditorium. Ruangan gaya ini sangat cocok
untuk orientasi belajar SCL dan TCL dimana murid memerhatikan guru yang belajar didepan
kelas.

4.3 Testimoni
Observasi sekolah ini diawali dengan menentukan sekolah yang akan kami observasi
dan kami beserta kelompok dari kelas ganjil memilih SMA Negri 13 yang akan kami
observasi. Pada tanggal 23 mei 2013 kami mendatangi sekolah tersebut, dan kepala sekolah
mengijikan kami masuk ke kelas X.7 yang pada saat itu sedang berlangsung belajar-mengajar
pelajaran sejarah. Proses observasi berjalan lebih dari 60 menit. Pada saat kami mengobservasi kelas tersebut kami merasa bahwa kelas itu kurang tertib karena ada beberapa anak
yang berjalan-jalan dan duduk bukan pada kursinya. Kelasnya juga panas dan pengap. Walau
begitu proses belajar-mengajar belangsung dengan lancar apalagi di bantu dengan sistem
pembelajaran E-learning yang semakin memudahkan guru dan murid dalam proses belajarmengajar.

Daftar Pustaka
Hartley, Darin E. 2001. Selling e-Learning, American Society for Training and Development,
New

York.

[online],

(http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html,

diakses tanggal 6 Juni 2013)


Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai