A.
hubungan
pribadi
sehingga
klien
dapat
memahami
diri
Mereka
yang
tidak
kuat
mentalnya
dan
tidak
tabah
gangguan
dan
kekacauan
fungsi
mental,
atau
faktor-faktor
kausatif
sekunder
lainnya
(patalogi=ilmu
penyakit).
2. Faktor Eksternal (Fisik)
Faktor
orang
tua
dalam
bersosialisasi
dalam
kehidupan
mengakibat kan trauma Fisik dalam bentuk luka pada badan dan
organ pada tubuh korban.
E.
Kerja
Konseling
(Penjelajahan,
Penafsiran,
Pembinaan)
a.
b.
c.
3.
Penjelajahan
Penafsiran
Pembinaan
Tahap Pengakhiran Konseling
RESPON TRAUMATIK TERHADAP BALITA DAN REMAJA
atau kehancuran.
Hancurnya rumah atau tempat tinggal.
Tempat pengungsian yang padat, tidak nyaman, serta penuh tekanan.
Butuhnya penyesuaian diri di tempat pengungsian, sekolah, kawan baru, dan lainnya.
Terpisah atau kehilangan anggota keluarga.
Tekanan ekonomi akibat kehilangan mata pencaharian.
Orang tua yang juga mengalami stress sehingga kurang mendapatkan perhatian dari
orang tua.
h. Melakukan pekerjaan orang dewasa.
i. Berkurangnya waktu bermain.
C. Respon Umum Pada Remaja
Remaja yang memiliki trauma akan memiliki rasa bersalah yang besar akan
kegagalannya menghindari kejadian yang menyakitkan. Hal ini dapat memunculkan
fantasi balas dendam yang coba disembuhkan dan dapat mengganggu proses pemulihan
dari trauma. Meningkatnya gejala trauma dapat menyebabkan munculnya gejala
gangguan stress paska trauma (PTSD).
Pada usia remaja rentang usia 12-18 tahun sudah mampu untuk berkomunikasi secara
verbal dengan baik, namun mereka seringkali menjadi tidak komunikatif karena periode
remaja merupakan periode kritis, mereka cenderung ingin bebas dari orang tua dan
menyangkal jika mengalami stress. Stess pada usia ini seringkali bermanifestasi dalam
bentuk lari dari tanggung jawab dan tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Remaja
yang mengalami stress juga cenderung untuk melakukan berbagai perilaku beresiko
tinggi yang mungkin saja membahayakan jiwa mereka. Tidak jarang kasusnya remaja
yang mengalami stress juga melakukan tindakan bunuh diri.
CIRI CIRI TRAUMA
A. Gejala gejala trauma
Gejala trauma sebagai berikut secara umum:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Seolah-olah merasakan kembali perasaan negative yang pernah terjadi di masa lalu
8. Selalu menghindari hal-hal yang membuat ingat pada kejadian negative pada masa
lalu
9. Muncul perubahan kepribadian
10. Melakukan pelampiasan, biasanya berupa perilaku negative
B. Proses terjadinya trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah
dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem
organ,sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh
tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang.
C. Ciri-ciri trauma secara umum
1. Sering mengalami mimpi buruk
2. Merasakan pikiran pikiran yang menakutkan tentang kejadian
yang pernah dialami
3. Berusaha menghindari segala sesuatu yang mengingatkan pada
kejadian
4. Merasa dingin secara emosional
5. Tidak peduli/sulit untuk percaya pada orang lain
6. Sulit tidur
7. Kehilangan minat pada aktifitas yang biasa dilakukan
8. Perasaan bersalah
9. Mudah marah atau agresif
10.
Sulit berkonsentrasi
11.
Takut berada di ruang publik/tempat yang sepi
12.
Cemas
13.
Suasana hati berubah-ubah dengan cepat
14.
Tangisan/kesedihan yang berulang-ulang
Dan semua itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun.
Cirri-ciri trauma berdasarkan jenis trauma:
1. Cirri-ciri Trauma terhadap kondisi fisik
Pada trauma fisik dapat kita lihat secara nyata seperti :
a. Bekas luka
b. Memar yang parah di berbagai bagian anggota tubuh
c. Terlihat
menjauhi
benda-benda
tajam
yang
dapat
membahayakan fisik
d. Cenderung menghindari tempat yang membahayakan kondisi
2.
fisiknya
e. Gangguan Makan
f. Gangguan tidur
g. Energi yang rendah
h. Merasakan sakit terus-menerus yang tidak bisa dijelaskan
Cirri-ciri Trauma terhadap kognitif
3.
inkoheren.
Minimal 2 dari yang berikut :
Menurunkan tingkat kesadaran.
Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.
Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada
siang hari.
g. Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.
h. Disorientasi, tempat, waktu, orang.
i. Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru,
j. Penyimpangan memori, terutama tentang trauma
k. Kesulitan membuat keputusan
Cirri-ciri trauma terhadap sosial
1. Merasa gelisah berada di tempat keramaian
2. Merasa takut/cemas untuk bertemu orang baru
3. Selalu merasa takut disituasi dimana anda sedang
diperhatikan/dinilai/dijudge
4. Khawatir akan mempermalukan diri sendiri
5. Khawatir bahwa orang lain akan melihat anda takut/cemas
6. Menghindari dimana anda akan menjadi pusat perhatian
7. Menghindari kegiatan sosial, walaupun kegiatan sosial itu
terlihat menyenangkan
8. Menghindar/bersembunyi ketika ada tamu yang belum dikenal
datang ke rumah
9. Takut/cemas menerima telepon dari orang yang gak dikenal
10. Takut menatap orang lain
11. Sangat susah berbicara di lingkungan social
4. cirri-ciri trauma terhadap emosi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
d. Banyak melamun
e. Ketakutan.
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
A. Pengertian Gangguan Stress Pasca Trauma
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan
sindrom
kronis
dan
berkembang
menjadi
gangguan
stres
1. Kejadian traumatik
a. Satu
atau
banyak
peristiwa
yang
membuat
seseorang
Kemampuan
untuk
menghindari
pikiran,
perasaan,
kembali
kenangan
akan
trauma
yang
dialaminya.
c.
d.
Kurangnya
ketertarikan
peristiwa penting.
dalam
berpartisipasi
terhadap
e.
f.
g.
b.
Sulit berkonsentrasi.
c.
d.
e.
(2007),
terdapat
beberapa
faktor
lain
yang
harus
dipertimbangkan, diantaranya:
1.
Faktor biologis
Teori biologis pada PTSD telah dikembangkan dari penelitian
praklinik
model
stres
pada
binatang
yang
didapatkan
dari
Faktor sosial
Dukungan sosial yang tidak kuat dari keluarga dan lingkungan
meningkatkan
risiko
perkembangan
PTSD
setelah
seseorang
selamat
dari
tindak
kekerasan,
bencana
alam/kecelakaan hebat.
d. Terpaksa pindah atau terusir dari kampung halaman.
e. Mendadak berada dalam keadaan terasing, tercabut dari
lebih tinggi
bahkan pada saat kondisi normal. Hal ini mengakibatkan tubuh terus berespon seakan
bahaya itu masih ada. Setelah sebulan dalam kondisi ini, dimana hormon stres
meningkat dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik
(Paige, S.R., 2005).
Stresor dapat berasal dari bencana alam, bencana yang diakibatkan oleh ulah
manusia, ataupun akibat kecelakaan. Stresor akibat bencana alam antara lain: menjadi
korban yang selamat dari tsunami, gempa bumi, badai. Kejadian trauma akibat ulah
manusia antara lain: menjadi korban banjir, penculikan, perkosaan, kekerasan fisik,
melihat pembunuhan, perang, dan kejahatan kriminal lainnya di mana ia tinggal.
Kejadian trauma juga dapat terjadi akibat kecelakaan baik, yang menyebabkan cidera
fisik maupun yang tidak. Akan tetapi tidak semua orang akan mengalami PTSD setelah
suatu peristiwa traumatik, karena walaupun stresor diperlukan, namun stresor sendiri
tidaklah cukup untuk menyebabkan suatu gangguan.
Menurut Weems, et al (2007), terdapat beberapa faktor yang berperan dalam
meningkatkan risiko seseorang mengalami PTSD, antara lain:
a) Seberapa berat dan dekatnya trauma yang dialaminya. Semakin berat trauma
yang dialami dan semakin posisi seseorang dengan suatu kejadian, maka
semakin meningkatkan risiko seseorang tersebut mengalami PTSD.
b) Durasi trauma dan banyaknya trauma yang dialaminya. Semakin lama/kronik
seseorang mengalami kejadian trauma semakin berisiko berkembang menjadi
PTSD. Trauma yang multipel lebih berisiko menjadi PTSD.
c) Pelaku kejadian trauma. Semakin dekat hubungan antara pelaku dan korban
semakin berisiko menjadi PTSD. Selain itu, kejadian trauma yang sangat
interpersonal seperti kasus pemerkosaan juga salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya PTSD.
d) Jenis kelamin. Breslau, et al (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
perempuan dua kali lipat lebih memungkinkan untuk mengalami PTSD.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya sintesa serotonin pada perempuan
(Connor & Butterfield, 2003).
e) Status pekerjaan. Status pekerjaan dapat mempengaruhi timbulnya stres dan
lebih
lanjut
akan
mencetuskan
terjadinya
perasaan
tidak
nyaman,
sehingga lebih berisiko untuk menderita PTSD (Tarwoto & Wartonah, 2003).
f) Usia. PTSD dapat terjadi pada semua golongan usia tetapi anak-anak dan
usia tua (> 60 tahun) merupakan kelompok usia yang lebih rentan
mengalami PTSD. Anak-anak memiliki kebutuhan dan kerentanan khusus jika
dibandingkan
dengan
orang
dewasa,
karena
masih
adanya
rasa
Minimnya
tingkat
pendidikan
seseorang
akan
maju kedepan. Fungsi konseling krisis berbeda dengan konseling pada umumnya,
konseling krisis tinjauannya adalah penurunan penderitaan dan peningkatan stabilitas
untuk merujuk klien jangka panjang. Konselor bekerja sama dengan konseli secara
khusus untuk menangani masalah yang melibatkan beberapa profesi yang menjadi
kebutuhan orang dalam bentuk krisis.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami
krisis untuk menghimpun berbagai sumber energi yang ada di sekitarnya, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhiratnanti.Dalam membantu klien yang sedang
mengalami krisis, dapat dilaksanakan konseling krisis antara lain dengan: (1)
memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan
pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian,
(4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan
sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan
(7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Nya.
B. Tujuan Konseling Krisis
Tujuan diadakan konseling krisis adalah untuk mengurangi kegelisahan, rasa
bersalah, dan ketegangan serta untuk memberikan dukungan emosi kepada klien yang
sedang mengalami krisis.
C. Elemen Konseling Krisis
Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis, menuru Norman Wright (1993) dalam
Haksasi (2010:9-10) adalah:
1. Kejadian yang penuh resiko
Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian
yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Contohnya seperti, Seorang istri yang masih
muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan
dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk
bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional,
mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Semua orang yang disebut
di atas mempunyai banyak persamaan.
2. Keadaan rentan
Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatukrisis. Kalau orang
tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa
membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia
tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk
mengatasi masalah makin menurun.
3. Faktor pencetus yang menimbulkan krisis
Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang
ditambahkan pada faktor-faktor lain.Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri
pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian
mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir,
tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup
berat sebelum itu.
4. Keadaan krisis yang aktif.
Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat
berkembang. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini.1) Ada gejala-gejala stres -secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala,
kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem.2) Ada sikap
panik atau gagal. 3) Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!"
merupakan keinginan dan jeritannya. Ia inginlepas dari penderitaan karena stres tersebut.