PENDAHULUAN
1. 1
Latar belakang
Pemfigus berasal dari kata pemphix yang artinya gelembung atau melepuh.
Tujuan penulisan
Penulisan referat ini penting bagi dokter muda sebagai calon dokter umum
agar mampu mengenali, memahami, dan mendiagnosa suatu penyakit dengan tepat
serta dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang menyerupai dimulai dari
definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, patofisiologi, tanda dan gejala dan
tentunya dapat membedakan penyakit kulit yang lain karena tanda dan gejalanya yang
hampir sama, namun sangat berbeda dalam penatalaksanaan, komplikasi serta
prognosis. Sehingga dapat memberikan penanganan awal, informasi, dan edukasi
yang tepat kepada pasien.
1. 3
Metode penulisan
Data yang diperoleh dalam penulisan referat ini diperoleh dari textbook,
artikel, dan jurnal kedokteran serta berbagai sumber informasi melalui internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemfigus(5)
Pemfigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berbula kronik,
menyerang kulit dan membrana mukosa yang secara histologik ditandai
dengan
bula
intraepidermal
akibat
proses
akantolisis
dan
secara
2. 1
Pemfigus Vulgaris(5)
2. 1. 1 Epidemiologi
Pemfigus vulgaris merupakan bentuk yang tersering dijumpai (80% semua
kasus). Dapat mengenai berbagai suku bangsa dan ras. Frekuensi pada kedua jenis
kelamin tidak ada perbedaan. Umumnya, pemfigus vulgaris mengenai umur
pertengahan (dekade ke-4 dan ke-5). Namun dapat juga mengenai semua umur
termasuk anak-anak.
2. 1. 2 Etiologi
Pemfigus ialah penyakit auto imun karena pada serum penderita ditemukan
autoantibodi juga dapat disebabkan oleh obat (drug induced pemphigus), misalnya Dpenisilamin dan kaptopril. Pemfigus yang diinduksi oleh obat dapat berbentuk
pemfigus foliaseus atau pemfigus vulgaris. Pemfigus foliaseus lebih sering timbul
dibandingkan dengan pemfigus vulgaris. Pemfigus dapat menyertai penyakit
neoplasma, baik yang jinak maupun yang maligna, dan disebut sebagai pemfigus
paraneoplastik. Pemfigus juga dapat ditemukan bersama-sama dengan penyakit
autoimun yang lain, misalnya lupus eritematosus sistemik, pemfigoid bulosa,
miastenia gravis, dan anemia pernisiosa.
2. 1. 3 Patogenesis
Semua bentuk pemfigus mempunyai sifat sangat khas, yaitu:
a. Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akantolisis)
b. Adanya antibody IgG terhadap antigen determinan yang ada pada
permukaan keratinosis yang sedang berdiferensiasi.
Lepuhan pada penyakit ini akibat terjadinya reaksi autoimun terhadap antigen
pemfigus ini. Target antigen pada pemfigus vulgaris yang hanya dengan lesi oral ialah
desmoglein 3, sedangkan yang dengan lesi oral dan kulit ialah desmoglein 1 dan 3.
Desmoglein adalah salah satu komponen desmosom. Fungsi desmosom ialah
meningkatkan kekuatan mekanik epitel gepeng berlapis yang terdapat pada kulit dan
mukosa. Pada pemfigus juga terdapat faktor genetik, umumnya berkaitan dengan
HLA-DR4.
2. 1. 4 Gejala klinis
Keadaan umum penderita biasanya buruk. penyakit dapat dimulai sebagai lesi
di kulit kepala yang berambut atau di rongga mulut, berupa erosi yang disertai
pembentukan krusta. Lesi di tempat tersebut dapat berlangsung berbulan-bulan
sebelum timbul bula generalisata. Semua selaput lendir dengan epitel skuamosa dapat
diserang, seperti, konjungtiva, hidung, faring, laring, esophagus, uretra, vulva, dan
serviks. Pasien menderita stomatitis aftosa sebelum diagnosa ditegakkan. Lesi pada
mulut dapat meluas dan mengganggu saat sedang makan disebabkan oleh rasa nyeri.
Bula yang timbul berdinding kendur mudah pecah dengan meninggalkan kulit
terkelupas dan diikuti oleh pembentukan krusta yang lama bertahan di atas kulit yang
terkelupas tersebut. Bula juga dapat timbul di atas kulit yang tampak normal atau
yang eritematosa dan generalisata. Tanda nikolski positif disebabkan oleh adanya
akantolisis. Cara mengetahui tanda tersebut ada 2. Pertama, dengan menekan dan
menggeser kulit di antara dua bula dan kulit tersebut akan terkelupas. Kedua, dengan
menekan bula, maka bula akan meluas karena cairan yang didalamnya mengalami
tekanan.
Epitelisasi
terjadi
setelah
penyembuhan
dengan
meninggalkan
2. 1. 7 Diagnosa banding
Pemfigus vulgaris dibedakan dengan:
Dermatitis herpetiformis
Keadaan umum baik, keluhannya sangat gatal, ruam polimorf, dinding
vesikel/bula tegang dan berkelompok, dan mempunyai tempat predileksi. Pada
gambaran histopatologik, letak vesikel atau bula di subepidermal dan pada
2. 1. 8 Pengobatan
Medika mentosa
Obat utama ialah kortikosteroid karena bersifat imunosupresif dan
yang sering digunakan ialah prednison dan deksametason. Dosis prednisone
tergantung pada berat ringannya penyakit, yaitu 60 150 mg sehari dan ada
yang menggunakan 3 mg/kgBB sehari bagi pemfigus yang berat. Pada dosis
yang tinggi sebaiknya diberikan deksametason i.m atau i.v. Jika belum ada
perbaikan yang artinya masih timbul lesi baru setelah 5 7 hari dengan dosis
inisial, maka dosis dinaikkan 50%. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan
secara bertahap. Cara yang terbaik adalah memantau titer antibodi karena
antibodi tersebut menunjukkan keaktivan penyakit.
Pemakaian kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping. Oleh
karena itu diberikan bersama obat ajuvan atau steroid-sparing drugs yang
akan bekerja lebih baik apabila dikombinasikan dengan kortikosteroid.
Beberapa obat yang termasuk yaitu, azathioprine sebagai imunosupresif,
metotreksat, tetrasiklin yang dikombinasikan dengan nikotinamid.(5)
patut dikurangi adalah olahraga makan dan minum yang dapat mengiritasi
rongga mulut (makanan pedas, asam, keras, dan renyah).
2. 1. 9 Prognosis
Sebelum kortikosteroid digunakan, maka kematian terjadi pada 50% penderita
dalam tahun pertama. Sebab kematian ialah sepsis, kakeksia, dan ketidakseimbangan
elektrolit. Pengobatan dengan kortikosteroid membuat prognosisnya lebih baik.
Pemfigus Eritematosus(5)
2. 2
2. 2. 1 Gejala klinis
Keadaan umum penderita baik. Lesi mula-mula sedikit dan dapat berlangsung
berbulan-bulan, sering disertai remisi. Lesi kadang-kadang terdapat di mukosa.
Kelainan kulit berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama dan krusta
di muka menyerupai kupu-kupu sering mirip dengan lupus eritematosus dan
dermatitis soboroika. Pada tes imunofloresensi diperoleh antibodi di interselular dan
di membrana basalis. Terdapat juga bula yang kendur. Penyakit ini dapat berubah
menjadi pemfigus vulgaris atau foliaseus.
2. 2. 2 Histopatologi
Pada lesi lama, hiperkeratosis folikular, akantosis, dan diskeratosis stratum
granulare tampak prominen.
2. 2. 3 Diagnosa banding
Lupus eritematosus
Terdapat eritema dan skuama juga terdapat atrofi, telangiektasis, skuama
melekat dengan kulit, sumbatan keratin, dan tidak ada bula.
Dermatitis soboroika
2. 2. 4 Pengobatan
Pengobatan dengan kortikosteroid seperti pada pemfigus vulgaris tetapi dosis
yang diberikan tidak setinggi pada pemfigus vulgaris. Dosis prednison 60 mg sehari
dan jika perlu ditambahkan obat ajuvan.
Pemfigus Foliaseus(5)
2. 3
2. 3. 1 Gejala klinis
Umumnya mengenai orang dewasa, antara umur 40 50 tahun. Perjalanan
penyakit kronik, remisi, dan temporer. Penyakit dimulai dengan timbul lesi vesikel
atau bula, skuama, krusta, dan sedikit eksudatif. Kemudian vesikel atau bula pecah
dan meninggalkan erosi. Mula-mula mengenai kepala yang berambut, muka, dan dada
bagian atas sering mirip dermatitis seboroika. Kemudian menjalar simetrik dan
mengenai seluruh tubuh setelah beberapa bulan. Gejala yang khas adalah terdapatnya
eritema yang menyeluruh disertai banyak skuama yang kasar, sedangkan bula yang
berdinding kendur hanya sedikit, dan agak berbau.
2. 3. 2 Histopatologi
Terdapat akantolisis di epidermis bagian atas di stratum granulosum.
Kemudian terbentuk celah yang dapat menjadi bula, sering subkorneal dengan
akantolisis sebagai dasar dan atap bula tersebut.
2. 3. 3 Diagnosa banding
Eritroderma
Terdapat eritema yang menyeluruh.
2. 3. 4 Pengobatan
Pemberian kortikosteroid prednison 60 mg sehari.
2. 3. 5 Prognosis
Hasil pengobatan dengan kortikosteroid tidak sebaik seperti pada tipe
pemfigus yang lain. Penyakit ini akan berlangsung kronik.
Pemvigus Vegetans(4)
2. 4
Pemvigus vegetans ialah varian jinak pemfigus vulgaris dan jarang ditemukan.
Terdapat 2 tipe dari pemvigus ini yaitu:
Tipe Neumann
Tipe Hallopeau
2. 4. 1 Gejala klinis
7
Tipe Neumann
Timbul proliferasi papil-papil ke atas, pertumbuhan ke bawah epidermis, dan
terdapat abses-abses intraepidermal yang hampir seluruhnya berisi eosinofil.
Tipe Hallopeau
Pada mulanya terdapat akantolisis suprabasal, mengandung banyak eosinofil,
dan terdapat hiperplasi epidermis dengan abses eosinofilik pada lesi yang
vegetatif. Pada keadaan lebih lanjut akan tampak papilomatosis dan
hyperkeratosis tanpa abses.
2. 4. 3 Pengobatan
Medika mentosa
Obat utama ialah kortikosteroid karena bersifat imunosupresif dan yang sering
digunakan ialah prednison dan deksametason. Dosis prednison tergantung pada berat
ringannya penyakit, yaitu 60 150 mg sehari da nada yang menggunakan 3 mg/kgBB
sehari bagi pemfigus yang berat. Pada dosis yang tunggi sebaiknya diberikan
deksametason i.m atau i.v. Jika belum ada perbaikan yang artinya masih timbul lesi
baru setelah 5 7 hari dengan dosis inisial, maka dosis dinaikkan 50%. Jika telah ada
perbaikan, dosis diturunkan secara bertahap.
2. 4. 4 Prognosis
Pada tipe hallopeau prognosis lebih baik karena kecenderungan dapat sembuh.
Pemfigoid Bulosa(5)
2. 5
Pemfigoid bulosa ialah penyakit autoimun kronik yang ditandai oleh adanya
bula subepidermal yang besar dan berdinding tegang, pada pemeriksaan
imunopatologik ditemukan C3 pada epidermal basement membrane zone dengan
penyebabnya adalah autoimunitas.
2. 5. 1 Gejala klinis
Keadaan umumnya baik dan dapat mengenai semua umur terutama pada orang
tua. Kelainan kulit terutama terdiri atas bula dapat bercampur dengan vesikel,
berdinding tegas, sering disertai eritema. Tempat predileksinya di ketiak, lengan
bagian fleksor, dan lipat paha. Jika bula-bula pecah terdapat daerah erosif yang luas.
Mukosa mulut dapat terkena kira-kira pada 20% kasus. Pada pemfigoid dapat di
diagnosis dengan clip sign dengan cara menggunakan forcep untuk melepaskan flap
epitel dari sekitar gingiva yang erosi. Pada liken planus erosi clip sign negatif.
2. 5. 2 Histopatologi
Kelainan yang timbul yaitu terbentuknya celah di perbatasan dermalepidermal. Bula terletak di subepidermal, sel infiltrate yang utama ialah eosinofil.
2. 5. 3 Diagnosa banding
Pemfigus vulgaris
Keadaan umumnya buruk, dinding bula kendur, generalisata, letak bula
intraepidermal, dan terdapat IgG di stratum spinosum.
Dermatitis herpetiformis
Pasien mengeluh sangat gatal, ruam utama yang timbul ialah vesikel
berkelompok, dan terdapat IgA tersusun granular.
2. 5. 4 Pengobatan
Pengobatan dengan kortikosteroid dengan dosis prednison 40-60 mg sehari,
jika telah tampak perbaikan dosis diturunkan secara perlahan (tapering off).
Jika dengan kortikosteroid belum tampak perbaikan, dapat dipertimbangkan
pemberian sitostatik yang dikombinasikan dengan kortikosteroid. Obat lain yang
dapat digunakan ialah DDS dengan dosis 200-300 mg sehari, seperti pada pengobatan
Dermatitis Herpetiformis(5)
Dermatitis herpetiformis ialah penyakit yang menahun dan residif, ruam
bersifat polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta
disertai rasa sangat gatal. Dermatitis herpetiformis (DH) adalah manifestasi pada kulit
yang disebabkan oleh sensitivitas terhadap gluten. Lebih dari 90% pasien terbukti
sensitif terhadap gluten, yang mana dapat dimulai dari limfosit intraepitel jejunum
sampai atrofi total vili usus kecil.
2. 6. 1 Patogenesis
Pada dermatitis herpetiformis tidak ditemukan antibodi IgA terhadap papila
dermis yang bersirkulasi dalam serum. Komplemen diaktifkan melalui jalur alternatif.
Sebagai antigen adalah gluten dan masuknya antigen mungkin di usus halus dan sel
efektornya ialah neutrofil. Selain gluten juga terdapat yodium yang dapat
mempengaruhi timbulnya remisi dan eksaserbasi.
2. 6. 2 Gejala klinis
Dermatitis herpetiformis ini mengenai anak dan dewasa dengan perbandingan
pria dan wanita 3:2 dan terbanyak pada usia dekade ketiga. Penyakit ini berlangsung
kronik dan residif. Biasanya berlangsung seumur hidup dan remisi spontan.
Keadaan umum penderita umunya baik dan keluhannya sangat gatal. Tempat
predileksinya ialah di punggung, daerah sakrum, bokong, daerah ekstensor lengan
atas, sekitar siku, dan lutut. Ruam yang timbul berupa eritema, papulo-vesikel, dan
vesikel atau bula yang berkelompok dan sistemik dimana dinding vesikel atau bula
tegang. Kelainan yang utama adalah vesikel oleh karena itu disebut herpetiformis
yang berarti herpes zoster. Vesikel-vesikel dapat tersusun arsinar atau sirsinar.
Kelainan intestinal
10
Pada lebih dari 90% kasus D.H didapati spectrum histopatologik yang
menunjukan enteropati sensitif terhadap gluten pada jejunum dan ileum. Kelainan
yang didapat bervariasi dari infitrat mononuclear ( limfosit dan sel plasma) di lamina
propia dengan atrofi vili yang minimal hingga sel-sel epitel mukosa usus halus yang
mendatar. Sejumlah 1/3 kasus disertai steatore. Dengan diet bebas gluten kelainan
tersebut akan membaik.
2. 6. 3 Histopatologi
Terdapat kumpulan neutrofil di papadermal yang membentuk mikroabses
neutrofilik. Kemudian terbentuk edema papilar, celah subepidermal, dan vesikel
multiokular dan subepidermal. Terdapat pula eosinofil pada infiltrat dermal, juga di
cairan vesikel.
2. 6. 4 Diagnosa banding
Pemfigus vulgaris
Keadaan umum buruk, tidak gatal, kelainan utama ialah bula yang berdinding
kendur, generalisata, dan eritema bisa ada bisa tidak. Pada gambaran
histopatologik terdapat akantolisis dan letak vesikel intraepidermal. Terdapat
11
Pemfigus Vulgaris
Etiologi
Usia
Keluhan
Pemfigus Bulosa
Autoimun
Autoimun
30-60 tahun
60 tahun >>
Biasanya tidak gatal, Gatal
+,
bula
Keadaan Umum
Nikolsky Sign
Predileksi
kendur
Dermatitis
Herpetiform
Autoimun
Anak atau Dewasa
bula Gatal ++, vesikel dan
bula
meluas,
krusta
bertahan
lama,
tegang
keadaan
umum
buruk.
Buruk
+
Generalisata
Baik
Baik
Perut, lengan fleksor, Simetris,
(menyebar cepat)
atas,
bokong,
Kelainan
Mukosa 60%
Mulut
Histopatologi
berkelompok
Bula
10-40%
punggung
ekstensor,
sakrum,
lutut
Jarang
dengan akantolisis
Imunoflorensi
endapan eusinofil
IgG dan Komplemen IgG di BMZ
Enteropati
Peka Gluten
Terapi
di epidermis
Prednison
60- Prenison
150mg/hari,
adv 60mg/hari
sitostatika
(MTX
atau siklofosfamid)
2. 6. 5 Pengobatan
12
Obat pilihan untuk DH ialah preparat sulfon, yakni berupa medika mentosa yaitu
DDS (diaminodifenilsulfon) dan pilihan kedua yakni sulfapiridin dan non
medikamentosa.
DDS
Dosis DDS 200-300 mg/hari. Dicoba dulu 200 mg/hari. Jika ada perbaikan
akan tampak dalam 3-4 hari. Bila belum ada perbaikan, dosis dapat dinaikkan.
Efek
sampingnya
methemoglobinemia.
ialah
Kecuali
agranulositosis,
itu
juga
anemia
neuritis
hemolitik,
perifer
dan
dan
bersifat
hepatotoksik. Dengan dosis 100 mg sehari umumnya tidak ada efek samping.
Yang harus diperiksa adalah kadar Hb, jumlah leukosit, dan hitung jenis,
sebelum pengobatan dan 2 minggu sekali. Jika klinis menunjukkan tandatanda anemia atau sianosis segera dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika
terdapat defisiensi G6PD, maka merupakan kontraindikasi karena dapat terjadi
anemia hemolitik. Bila telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan setiap
minggu hingga 50 mg sehari, kemudian 2 hari sekali, lalu menjadi seminggu
1x.
Sulfapiridin
Sulfapiridin sukar didapat karena jarang diproduksi sebab efek toksiknya lebih
banyak dibandingkan dengan preparat sulfa yang lain. Obat tersebut
kemungkinan akan menyebabkan terjadinya nefrolithiasis karena sukar larut
dalam air. Efek samping hematologic seperti pada dapson, hanya lebih ringan.
Khasiatnya kurang dibandingkan dapson. Dosisnya antara 1-4 gram sehari.
13
Dermatitis herpetiformis
Penyakit berlangsung hingga dewasa, jarang terjadi pada usia sebelum 10
tahun. Lesi utama yang timbul adalah vesikel, sangat gatal, dan didapati IgA
berbentuk granular serta didapati enteropati. Pada dermatitis herpetiformis
memberikan respon terhadap sulfon, sedangkan pada CBDC dapat memberi
2. 7. 3 Pengobatan
Respon cepat bila diberikan sulfonamida, yaitu sulfapiridin, dosisnya 150
mg/kgBB sehari. Dapat juga diberikan DDS atau kortikosteroid dengan dosis rendah
atau kombinasi.
2. 7. 4 Prognosis
Prognosis baik, umumnya sembuh sebelum usia akil balik.
2. 8
Pemfigoid Sukatrisial(5)
14
15
Pemfigoid Gestationis(5)
2. 9
Impetigo herpetiformis
Timbul secara akut dan keadaan umumnya buruk dimana ruam berupa pustule
berkelompok.
16
2. 9. 3 Pengobatan
Tujuan dari pengobatan adalah menekan terjadinya bula dan mengurangi gatal
yang timbul. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian prednisone 20-40 mg per hari
dalam dosis terbagi rata. Dosis ini dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan
keadaan penyakit yang meningkat pada waktu kelahiran dan haid dan akan menurun
pada waktu nifas. Perkembangan penyakit dapat membaik terkadang dengan
pemberian obat antihistamin atau steroid topikal atau mendapatkan tambahan
azatioprin di samping prednison untuk mengendalikan penyakitnya.
Selain itu, dianjurkan untuk mengawasi keadaan bayi yang akan lahir dari ibu
yang memakai prednison dosis tinggi dalam jangka lama pada waktu hamil karena
obat tersebut dapat menimbulkan kegagalan adrenal pada neonatus.
2. 9. 4 Prognosis
Komplikasi yang timbul pada ibu adalah rasa gatal dan infeksi sekunder. Jika
penyakit timbul pada masa akhir kehamilan maka akan lama sembuh dan seringkali
timbul pada kehamilan berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Pemphigus
[cited
2015
December].
Available
from:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pemphigus/home/ovc20157520.
2. Pemphigus
Vulgaris
[cited
2015
December].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1064187-overview#a5.
3. Pemphigus [cited 2015 6 December]. Available from: http://www.aocd.org/?
page=Pemphigus.
4. Lagha NB, Poulesquen V, Roujeau J-C. Pemphigus Vulgaris. JCDA.
2005;71:667-72.
5. Wiryadi BE. Dermatosis Vesikobulosa Kronik.
18