STATUS PASIEN
A IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 58 Tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Guru
Agama
: Protestan
Alamat
Tanggal MRS
: 14 November 2016
Ruang
: Marwah Bawah
B ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang bagian bawah sejak 2 hari SMRS
duduk 2 tahun yang lalu, selama 3 hari pasien tidak bisa berjalan namun
sembuh setelah diurut. Demam disangkal, riwayat batuk lama disangkal,
adanya nyeri pada perut kanan bawah disangkal, nyeri saat berkemih
disangkal, air seni berwarna kemerahan disangkal, gangguan berkemih dan
buang air besar disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Os berobat rutin selama 3 bulan terakhir, dan selama 3 bulan ini os sudah 6
kali fisioterapi untuk keluhan saat ini.
Riwayat Alergi:
Alergi makanan, obat-obatan, debu, cuaca disangkal
C PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
Antropometri
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit, regular
Pernapasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36.5 C
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Status Neurologis
GCS E4M6V5 : 15
Rangsang meningens
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinsky 1 : (-)
Brudzinsky II : (-)
3
Pemeriksaan Khusus
Posisi terlentang :
Lasegue
: (-/+)
Kernig
: (-/+)
Cross Lasegue
: (+/-)
Braggard
: (-/+)
Sicards sign
: (-/+)
Tes Patrick
: (-/-)
: (-/-)
Saraf Otak
N. I
: Nervus Olfaktorius
Fungsi Penghidu
N. II
Dextra
Sinistra
Normosmia
Normosmia
: Nervus Optikus
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
Akomodasi
Dextra
Baik
Normal
Tidak dilakukan
Baik
Sinistra
Baik
Normal
Tidak dilakukan
Baik
N. III, IV, VI
Ptosis
Ukuran Pupil
Refleks cahaya direk
Refleks cahaya indirek
Dextra
Sinistra
Bulat, isokor ODS 3 mm
+
+
+
+
Diplopia
Gerak bola mata
Normal
Normal
N. V
: Nervus Trigeminus
Membuka mulut
Kekuatan menggigit
Sensibilitas
Baik
Baik
Baik
Refleks kornea
+/+
N. VII
: Nervus Fasialis
M.frontalis
M. Orbikulari okuli
Baik
Baik
M. Buccinator
Baik
M. Orbikularis oris
M. Platisma
Baik
Baik
Tidak dinilai
N. VIII
: Nervus Vestibulokoklearis
Fungsi Pendengaran
Tes Schwabach
Tes Rinne
Tes Weber
Keseimbangan
N. IX
: Nervus Glosofaringeus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: Nervus Vagus
Uvula
Refleks Muntah
Refleks Menelan
Suara
Normal
N. XI
: Nervus Asesorius
M. Sternokleidomastoideus
M. Trapezius
N. XII
Baik
Baik
: Nervus Hipoglosus
Lidah mencong
-/-
Atrophy
-/-
Pemeriksaan Motorik
D
Kekuatan otot
: 5555 5555
5555 4444
Tonus
: Baik
Atrofi
: Tidak Ada
Pemeriksaan Sensorik
Dextra
Sinistra
Ekstremitas Bawah
Rasa Nyeri
Rasa Raba
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Rasa Suhu
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Refleks Fisiologis
Dextra
Sinistra
Bisep
++
++
Trisep
++
++
Brachioradialis
++
++
Patella
++
++
Achilles
++
++
Dextra
Sinistra
Babinski
Chaddocck
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Gonda
Hoffman Trommer
Refleks Patologis
: Tidak dilakukan
Tes Romberg
: Tidak dilakukan
Nistagmus
:-
: Tidak dilakukan
Tes hidung-telunjuk-hidung
: Tidak dilakukan
Tes telunjuk-telunjuk
: Tidak dilakukan
Fungsi vegetatif
Miksi
Inkontinensia urin
:-
Retensi Urin
:-
Poliuria
:-
Anuria
:-
Defekasi
Inkontinensia alvi
Retensio alvi
::-
D PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI
Kesan :
Kedudukan tulang baik
Tak tampak listesis
Degenerasi diskus intervertebralis L4-5
Protrusio ringan diskus L4-5 yang menyempitkan neural foramina bilateral
E RESUME
Ny. N, 58 tahun nyeri pinggang bagian bawah yang dirasakan semakin
memberat 1 jam SMRS saat pasien akan melakukan fisioterapi, nyeri
menjalar ke paha kiri, tungkai bawah kiri, dan telapak kaki kiri. Nyeri juga
disertai rasa kesemutan, nyeri tersebut timbul terutama apabila pasien
berjalan, batuk, mengedan, berdiri lama, atau duduk lama sehingga pasien
lebih nyaman berbaring di tempat tidur. 3 bulan yang lalu pasien baru
memindahkan posisi barang-barang di rumah dengan posisi membungkuk
sejak saat itu pinggang kiri bagian bawah pasien terasa nyeri. Namun pasien
tetap beraktivitas seperti biasa dan masih bisa berjalan. Lama kelamaan nyeri
yang dirasakan pasien semakin bertambah sehingga pasien merasa terganggu
aktivitasnya. Pasien memiliki riwayat jatuh di kamar mandi dengan posisi
duduk 2 tahun yang lalu, selama 3 hari pasien tidak bisa berjalan namun
sembuh setelah diurut. 2 tahun kemudian pasien mengeluh nyeri punggung
bawah menjalar sampai tungkai dan telapak kaki kiri. 1 bulalu lalu pasien
sempat dirawat dan didiagnosis HNP. pasien sudah berobat rutin selama 3
bulan terakhir, dan sudah 6 kali fisioterapi untuk keluhan saat ini
8
Topis
Etiologi
: Trauma
Non Medikamentosa
Fisoterapi
Cairan
Ringer Laktat
Maintenance: 30 cc/kgBB/hari = 30x50 kg = 1500cc/hari
Tpm: 1500 x 20 = 20,83 = 21 tpm
24x60
Medikamentosa
Ketorolac 30 mg 2x1 IV
Amitriptyline 2x5 mg
Gizi
Diet rendah garam, dengan kebutuhan kalori (Rumus Harris Benedict)
BMR (perempuan) = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 50) + (1,8 x 158) (4,7 x 60)
= 655 + 480 + 284,4 282
= 1137,4 kkal = 1137 kkal
Kebutuhan energi = BMR x faktor aktivitas
= 1137 x 1,70
= 1932,9 = 1933
Karbohidrat = 60% x 1933 = 1159,8 = 1160 kkal
Protein = 15% x 1933 = 289,9 = 290 kkal
Lemak = 25% x 1933 = 483,25 = 483 kkal
H Prognosa
Quo ad vitam
: Dubia ad Bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad Bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
10
Pasien wanita 58 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bagian bawah yang
dirasakan semakin memberat 1 jam SMRS saat akan dilakukan fisioterapi, nyeri
menjalar ke paha kiri, tungkai bawah kiri, dan telapak kaki kiri. Semakin
bertambah usia menyebabkan terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh
pada penurunan kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus,
proteoglikan rusak, komponen mekanik memburuk yang akhirnya melampaui
tekanan maksimal dalam diskus sehingga mengakibatkan penonjolan annulus
sehingga semakin tua usia semakin menjadi factor risiko terjadinya HNP.
Perangsangan yang menghasilkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan yang
dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Keluhan nyeri pada
pasien menjalar sesuai dengan dermatom saraf yang mengalami iritasi yang
dikenal sebagai nyeri neurogenik. Nyeri neurogenik diakibatkan oleh iritasi
langsung terhadap serabut sensorik perifer. Nyeri tersebut memiliki 2 ciri khas
yaitu : 1) nyerinya menjalar sepanjang daerah distal saraf yang bersangkutan dan
2) penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi.
Serabut sensorik perifer menyusun radiks posterior, saraf spinal, pleksus, fasikel
dan segenap saraf perifer. Nyeri neurogenik yang timbul akibat iritasi di radiks
posterior dinamakan nyeri radikular. Kawasan sensorik setiap radiks posterior
adalah dermatom. Segala sesuatu yang merangsang serabut saraf sensorik di
tingkat radiks dan foramen intervertebrale dapat menimbulkan nyeri radikular,
yaitu nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang tertentu dan
menjalar sepanjang daerah dermatomal radiks posterior yang bersangkutan.
Sehingga pada kasus ini, pasien merasakan nyeri berangsur-angsur menjalar ke
daerah tungkai dapat terjadi karena nyeri menjalar sepanjang daerah dermatomal.
Pasien mengeluhkan nyeri sepanjang tungkai, hal ini sering disebut
sebagai iskialgia. Ditinjau dari arti katanya, maka iskialgia ialah nyeri yang terasa
sepanjang nervus ischiadikus. Iskialgia timbul akibat perangsangan serabutserabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan
ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada
permukaan belakang tungkai. Berdasarkan keluhan utama tersebut, dapat
dipikirkan untuk diagnosis klinis adalah iskialgia. Pada pasien ini jenis iskialgia
11
adalah jenis iskialgia lesi iritatif terhadap serabut radiks karena pada pasien akan
merasakan nyeri pada pinggang yang menjalar ke tungkai kanan, paha depan dan
pinggir, lutut, dan mata kaki bagian luar, sesuai dengan perjalanan nervus
ischiadicus. Lalu berdasarkan lokasi dari keluhan nyeri tersebut, dapat dipikirkan
kemungkinan diagnosis topis yaitu medula spinalis lumbosakral.
Pasien juga mengeluh nyeri tersebut timbul terutama apabila pasien
berjalan, batuk, mengedan, berdiri lama, atau duduk lama sehingga pasien lebih
nyaman berbaring di tempat tidur. Selain itu, 3 bulan yang lalu pasien baru
memindahkan posisi barang-barang di rumah dengan posisi membungkuk, hal ini
merupakan faktor risiko terjadinya HNP. HNP pada tingkat lumbosakral dapat
diakibatkan oleh gaya yang menekan pada diskus ketika mengangkat benda berat
dalam posisi membungkuk. Hal tersebutlah menjadi alasan mengapa pasien
mengeluhkan nyeri semakin memberat jika pasien memindahkan posisi barangbarang di rumah dengan posisi membungkuk, karena pada saat gerakan
membungkuk yang menghasilkan gaya menekan pada diskus. Selain itu, pasien
mengeluh nyeri dapat timbul jika batuk dan mengedan, hal tersebut merupakan
kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam araknoidal (batuk,
bersin, mengejan), sehingga pasien merasakan nyeri tersebut.
Pasien memiliki riwayat jatuh di kamar mandi dengan posisi duduk 2
tahun yang lalu, selama 3 hari pasien tidak bisa berjalan namun sembuh setelah
diurut. 2 tahun kemudian pasien mengeluh nyeri punggung bawah
menjalar
sampai tungkai dan telapak kaki kiri sempat dirawat dan didiagnosis HNP.
Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya merupakan faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi dari angka kejadian HNP itu sendiri, hal ini pula yang
memperkuat diagnosis dari HNP pada pasien saat ini.
Pada pemeriksaan satus neurologiskus didapatkan tes Laseque positif 70
dextra, tes Bragard positif sinistra, tes Braggard positif sinistra, dan tes Siccard
positif <60 sinistra, dan cross Laseque positif dextra. Hasil dari tes tersebut
merupakan data diagnostik fisik yang bersifat umum pada iskialgia lesi iritatif
terhadap serabut radiks. Tes Laseque positif menkonfirmasi iskialgia akibat HNP.
Iskialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi
12
lurus. Timbulnya iskialgia pada tungkai yang terkena dapat diprovokasi dengan
mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus, yaitu tes cross Laseque.
Dilakukan pemeriksaan MRI lumbosakral dengan hasil Degenerasi diskus
intervertebralis L4-5 dan protrusio ringan diskus L4-5 yang menyempitkan neural
foramina bilateral, attensi HNP. Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan
menggunakan Magnetic resonance imaging karena dengan pemeriksaan tersebut
dapat mendiagnosis terjadinya kompresi pada tulang belakang.
Penatalaksanaan Non Medikamentosa pada pasien antara lain tirah baring
selama 2 hari. Hal ini diharapkan dapat mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari
vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan
aproksimasi jaringan yang meradang. Selain itu pasien ini juga dianjurkan untuk
memakai korset lumbal untuk mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi
spasme. Pasien pun dianjurkan untuk melakukan fisioterapi yang bertujuan untuk
merelaksasikan otot. Edukasi mengenai penyebab atau faktor pencetus dari
penyakitpun
sangat
perlu
diberikan
seperti
menghindari
aktivitas
Amitriptyline
merupakan obat anti depresan pada dosis tinggi, Namun, pada dosis rendah obat
ini dapat mencegah pelepasan norepinefrin di sinaps. Pada pasien ini tidak
diberikan kortikosteroid oral karena pemakaiannya masih menjadi kontroversi dan
dengan obat-obatan NSAID nyeri dapat berkurang. Penggunaan kortikosteroid
namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
13
Selain itu pasien ini tidak Opioid karena tidak terbukti lebih efektif dari analgetik
biasa dan pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan.
Pada pasien ini terapi operatif dianjurkan karena sudah ada monoparesis
ekstremitas inferior sinistra. Terapi bedah berguna untuk menghilangkan
penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang.
Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa defisit
neurologik memburuk, gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual), dan paresis
otot tungkai bawah. Namun, setelah dijelaskan dari pasien sendiri menolak untuk
dilakukan tindakan operatif.
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT
Dian Rakyat. 87-95. 1999
14
15