4V A/T
MAKALAH TEORI
TEKNOLOGI OTOTRONIC
Diagnosa Kerusakan dan Keamanan Rangkaian Sistem Rem ABS Toyota Camry Tipe
2.4V A/T
Oleh:
RIDONA SILABAN
16573 / 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Diagnosa Kerusakan dan Keamanan Rangkaian Sistem Rem ABS Toyota Camry Tipe
2.4V A/T yang merupakan salah satu syarat perkuliahan pada mata kuliah Teknologi
Ototronik di Universitas Negeri Padang.
Penulis menyadari betul bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membaca, seiring dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu selesainya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B.
Identifikasi Masalah......................................................................... 2
C.
Pembatasan Masalah........................................................................
D. Perumusan Masalah..........................................................................
E.
Tujuan Penulisan..............................................................................
F.
Kegunaan Penulisan.........................................................................
B.
C.
D.
E.
F.
Jenis-jenis ABS................................................................................ 14
B.
A.
Kesimpulan...................................................................................... 20
B.
Saran................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan negara industri dapat maju pesat karena dipengaruhi oleh adanya hasil
teknologi yang tinggi dimana komponen-komponen mesin memiliki kualitas yang baik dan
memenuhi standar, baik dari segi komponen maupun umur penggunaan yang tahan lama.
Mobil adalah satu kesatuan terdiri dari berbagai komponen yang menyatu, disebut dengan
kendaraan. Masing-masing adalah mesin, chasis dan pemindah daya, listrik dan aksesoris.
Penemuan alat-alat modern dan otomatis membawa manusia ketingkat kenyamanan yang
lebih tinggi. Dan perkembangan teknologi tersebut juga berpengaruh dalam bidang otomotif,
sebagai contoh kendaraan model dahulu dalam pengoperasiannya masih menggunakan
manual, namun pada kendaraan model sekarang dalam pengoperasiannya sudah banyak yang
menggunakan otomatis misalnya: sistem power window, sistem rem Antilock Brake System
(ABS) dan juga pada sistem pemindah daya (power train).
Dewasa ini perkembangan teknologi system keamanan pada mobil berkembang pesat,
terutama dalam system pengereman. ABS atau Antilock Brake System merupakan salah satu
contoh teknologi terbaru tersebut. Sistem ini betujuan untuk mencegah roda mengalami
penguncian. Karena berdasarkan penelitian, roda yang mengalami penguncian pada saat
pengereman akan menyebabkan resiko kecelakaan yang lebih besar. Roda yang mengalami
penguncian akan menyebabkan mobil tergelincir terutama pada jalan yang basah atau pada
jalan bersalju. Oleh karena itu Antilock Braking System merupakan system keamanan yang
penting pada mobil, akan sangat berbahaya jika system pengereman ini mengalami
kerusakan.
Seiring lamanya pemakaian ABS pada kendaraan tentunya akan mengakibatkan beberapa
masalah pada system ABS ini, sehingga makalah ini dibuat untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul pada komponen-komponen ini akan memudahkan
dalam memperbaiki sekaligus mempercepat penanganan kasus bila terjadi permasalahan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II
KAJIAN TEORI
Landasan Teori
A. Pengertian Sistem Rem ABS
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem
pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman
mendadak/keras.ABS merupakan sistem pengereman yang didesain untuk menghindari
terjadinya selip (skidding) karena roda terkunci (locked) pada saat pengereman yang mana
hal ini akan dapat menimbulkan bahaya karena roda yang selip akan menyebabkan kendaraan
tidak dapat dikendalikan. Roda yang selip juga akan dapat memperpanjang jarak
pengereman, karena koefisien gesek ban yang selip lebih kecil daripada ban yang
menggelinding.
Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian
atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali
sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston
rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses
itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat
dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang mengalami selip akan
mudah terkunci dan mobil akan berputar putar . namun dengan sistem ABS mobil akan tetap
stabil sampai mobil tersebut berhenti.
Perbandingan pengereman kendaraan yang tidak menggunakan rem ABS dan yang
menggunakan rem ABS
Sejarah singkat mengenai ABS
1. 1952 ABS untuk kapal terbang oleh Dunlop
2. 1969 Rear-wheel-only ABS oleh Ford & Kelsey Hayes
3. 1971 Four-wheel ABS oleh Chrysler & Bendix
4. 1978 Produksi massal Bosch ABS Systems dengan Mercedes Benz
5. 1984 Sistem terpadu ABS oleh ITT-Teves
6. Sejak awal tahun 1990 ABS mulai ditawarkan ke mobil ukuran kecil dan menengah karena
biaya sudah murah dan untuk menambah efisiensi
Anti-lock Brake System dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel
lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah:
1. Mobil tetap stabil
2. Arah kemudi stabil (Vehicle Stability)
3. Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju)
4. Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan)
Speed Sensor
2. Valve
Terdapat sebuah valve pada open masing-masing rem yang dikontrol oleh ABS, valve ini
memiliki tiga posisi:
1) Valve terbuka (open), tekanan dari master cylinder diteruskan langsung ke rem.
2) Valve menutup jalur dan mengisolasi rem roda yang bersangkutan sehingga mencegah
tekanan terus meningkat pada saat rem ditekan lebih kuat.
3) Valve melepaskan (release) tekanan pada rem.
3. Pump
Valve melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang
mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
Kesimpulannya, prinsip utama dari sistem ABS adalah mengontrol kecepatan putaran
roda dengan cara mengontrol tekanan pada jalur sistem pengereman. Dengan demikian
dicapai kondisi dimana roda sedang tepat sebelum terkunci, yang mana akan menghasilkan
pengereman yang paling efektif.
Ditinjau dari sistem kontrolnya, sistem kontrol traksi merupakan sistem yang mampu
mempertahankan ratio slip diantara ban dan permukaan jalan dengan cara mengontrol
peralatan-peralatan guna memberikan perlawanan percepatan terhadap perubahan kondisi
permukaan jalan. Peralatan itu tersebut, yaitu:
1. Kontrol Torsi Engine, berfungsi mempertahankan kondisi steady state plant.
2. Kontrol Torsi Pengereman, mencegah keberadaan torsi dengan memberikan gaya gesek yang
berbeda di antara kedua roda penggerak.
Sistem kontrol traksi direncanakan untuk mencegah roda melintir dengan gaya
akseleratif yang tinggi, dan pemasarannya telah mulai dilakukan sejak tahun 1987. Kraf
(1990), Rittmanssberger (1998), Kiyotaka (1991), menyatakan bahwa antiskid controller
mengatur roda slip dengan torsi pengereman, biasanya pada keempat rodanya. W Shields
Neeley (1994), menyatakan bahwa peren canaan kontrol slip dengan NeuFuz dapat dilakukan
untuk sistem kontrol traksi dan sistem ABS.
Armin Czinczel (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kebutuhan akan sistem
kontrol traksi untuk kendaraan FWD merupakan optimisasi traksi. Oleh karena itu sistem
torsi pengereman sangat diperlukan. Tatsuhiko Abe (1996) melakukan penelitian sistem
kontrol traksi dengan HTCS (Hybrid Traction Control System) yang menawarkan kinerja
dalam hal memperbaiki TCS dengan EIB (Engine Inertia Brake).
Komponen-Komponen Kontrol Traksi tersebut meliputi :
1. Wheel Speed sensor, sensor yang memberikan informasi kepada ABS untuk ditindak
lanjuti.
2. ECU (Electronic Control Unit) Input amplifier IC menerima sinyal dari wheel speed
sensor,
3. sinyal frekwensi tersebut memberi perintah tentang kecepatan roda penggerak.
Microcontrollernya akan memproses sinyal-sinyal percepatan dan kecepatan roda penggerak.
Datadata ini akhirnya akan menyiapkan basis perhitungan dalam menentukan nilai akhir yang
dibutuhkan untuk kendali slip.
4. Hydraulic Unit
5. Electronic throttle control actuator
6. Simplified throttle control actuator
7. Fuel injection dan ignition control (Pengurangan tekanan pompa mesin secara perlahanlahan).
Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake pedal, bisa
cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi selip pada ban. Logic
circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu jalan kemudian menyesuaikannya
karakter ABS.
Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama berdasarkan
koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan penahanan tekanan dalam waktu
singkat, kemudian kecepatan roda diperbandingkan dengan slip switching ambang batas 1.
Selama kecepan roda kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan
diturunkan sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya yaitu
penahanan tekanan singkat. Kemudian dibuat pembaharuan perbandingan antara kecepatan
roda dan switching ambang batas 1, sehingga tekanan bisa turun dalam waktu singkat.
Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda tersebut
berputar melebihi ambang batas (+a). selanjutnya, tekanan tertahan sampai akselerasinya
dibawah ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti oleh tahap 5 melalui step-type
yang terbentuk di dalam tekanan yang sudah dikenalnya dari bagian sebelumnya sampai
siklus kontrol baru bias dikenali oleh pressure reduction tahap 6.
Pada siklus yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali kedua
tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk akselerasi roda kembali
setelah penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-a). Roda berputar dengan batasan selip
tinggi untuk waktu yang relatif lama, sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan
penguasaan kemudi. Untuk mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara
terus-menerus antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas 1 ini dan juga siklus
control berikutnya. Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan dikurangi
sampai akselerasi roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat penurunanan tekanan
secara tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam waktu singkat, sehingga bisa
meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol kemudi dibanding dengan siklus pertama.
F. Jenis-jenis ABS
1. 4-SENSOR 4-CHANNEL
Jenis ABAS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan
masingmasing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan
jarak pemberhentian yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila
permukaan jalannya licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan
mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi
kestabilan. Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS
memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai
macam kondisi jalan.
2. 4-SENSOR 3-CHANNEL
Dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan
terpusat di roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan
hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan
tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka
diperlukan pengaturan tersendiri (independent control) pada roda depan. Namun demikian,
roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting untuk memastikan
kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin,
maka independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda2
belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing. Untuk menhindari gerakan yawing
ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS bekerja di berbagai kondisi jalan,
maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan kecenderungan roda mana yang
mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan Select-low control.
3. 3-SENSOR 3-CHANNEL
Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis
ini. 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang
dikontrol bersama dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2
channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan
masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4. 1-SENSOR 1-CHANNEL
Dipakai Untuk mobil
yang dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang.
Pada rear diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi
kecepan roda. Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan akan
terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan jalan
yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan bertambah jauh. Sistem ini hanya akan
membantu untuk penghentian lurus.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisa Kerusakan Pada Sistem ABS
A. Kerusakan pada sistem ABS ini dimodelkan dengan menggunakan Software
Matlab/Simulink.
1. Kerugian Efisiensi Pompa
Jarak pemberhentian untuk kerugian efisiensi pompa 90%, 70% dan 50% tidak mengalami
perubahan yang signifikan yaitu 50 50.1 m. Kerugian efisiensi pompa 70% dan 50%
menyebabkan roda cepat mengalami penguncian hingga terjadi slip selama 1.3 detik.
Efisiensi pompa diatas 70% pompa masih layak pakai, dibawah 70% pompa tidak layak
pakai.
2. Kebocoran Fluida
Jarak pemberhentian untuk kebocoran 1% hampir sama dengan kondisi normal yaitu 50 m
dengan waktu pemberhentian 6.7 detik dan kebocoran 10% sekitar 60 m dengan waktu 7.8
detik. Kebocoran diatas 10% menyebabkan loose brake dikarenakan slip rate dibawah 0.1 dan
seal piston harus diganti.
3. Gelembung Udara Dalam Minyak Rem
Slip rate untuk efisiensi brake pad 90% dan 70% tidak mengalami perubahan masih pada 0.2
dan efisiensi 40% terjadi loose brake karena slip dibawah 0.1. Jarak pemberhentian untuk
efisiensi brake pad 90% sama dengan kondisi normal yaitu 50 m, efisiensi 70% sekitar 58 m
dengan waktu pemberhentian 7.4 detik, efisiensi 40% sekitar 73 m dengan waktu
pemberhentian 9 detik. Efisiensi diatas 70% pad layak pakai dan untuk efisiensi dibawah
70% pad segera diganti.
4. Kerugian Efisiensi Brake Pad
Bulk modulus 1.1 x 109 Pa untuk memberikan gangguan adanya udara dalam oli rem. Jarak
pemberhentiaannya adalah 53 m dengan waktu pemberhentian 6.9 detik, jumlah puncak slip
lebih sedikit dibandingkan kondisi normal.
B. Keamanan Sistem ABS
Saat Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan
kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil melaju.
Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah menghentikan fungsi ABS
dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak dapat bekerja, namun rem
konvensional mesih tetap bekerja. setelah tidak terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem,
maka lampu peringatan akan mati dan sistem kembali berjalan normal.
1. Initial Self-Testing setelah IG ON (mobil berhenti)
Ketika kunci kontak diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan
prosedur kerja sebagai berikut .
a) Mengecek fungsi microprocessor
Membuat Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan
Memeriksa data ROM
Memonitor
e) Memeriksa data ROM
Melakukan pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan dengan
normal.
4. Menampilkan Self Diagnosis
Apabila ada kesalahan yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti dan
lampu peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui alat
Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, system rem ABS adalah system yang sangat mendukung bagi
keselamatan dan kenyamanan pengendara mobil. System ABS juga telah banyak digunakan
di mobil-mobil yang digunakan di Indonesia sehingga sudah banyak bengkel-bengkel mobil
yang menyediakan perbaikan system rem ABS. Telah banyak dijelaskan bagaimana cara
perbaikan dan perawatan untuk sistem rem ABS, System Rem abs ini dalam electriknya tidak
membutuhkan begitu banyak perawatan karena kerja dari system ABS telah diatur oleh ABS
Computer (ABSCM) yang menerima sinyal dari Speed Sensor.
B. Saran
System rem ABS yang kerjanya didukung oleh system hidrolik, sehingga pada system
ini fluida yidak boleh kurang atau habis dan harus tidak ada udara yang msuk kedalam
saluran fluida karena akan mengganggu kinerja pada system
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Step 2 Chasis ABS. Jakarta : Hyundai.
Kristio, Mardhoko. 2012. Simulasi ABS (Anti lock Braking System), (Online),
(http//Kristio-m-fst08.web.unair.ac.id/artikel_detail-35378-umum-simulasi ABS (Anti lock
Braking System).html, (diakses 30 April 2012).