Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

SGD 8 LBM 5

OROFACIAL EMBRYOLOGI DAN KISTA RONGGA MULUT

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Salmaa Deliila At Toriq
2. Savira Regita Cahya Saputri
3. Septa Afifin Nikmah
4. Shofwatin Nimah
5. Talitha Novi Rahmaningrum
6. Vivi Alviyani Noor
7. Weya Harsiwi Kutiba
8. Yogi Pradipta
9. Yusuf Nofriyanto

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 8 LBM 5
Orofacial Embryologi dan Kista Rongga Mulut
Telah Disetujui oleh :

Tutor

Semarang, 17 November 2016

drg. Muhamat Muhtar Safangat Abdurrohman

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Skenario
C. Identifikasi Masalah
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
B. Kerangka Konsep
BAB III Kesimpulan
Daftar Pustaka

2
3
3
3
4
4
4
4
6
6
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Klinis Kista Radikular...........................................................................7
Gambar 2. Gambaran Radiografis Kista Radikular..................................................................7
Gambar 3. Gambaran Histopatologis Kista Radikular..............................................................7
Gambar 4. Gambaran Klinis Kista Dentigerous.......................................................................7
Gambar 5. Gambaran Radiografis Kista Dentigerous...............................................................8
Gambar 6. Gambaran Histopatologis Kista Dentigerous..........................................................8
Gambar 7. Gambaran Klinis Odontogenic Keratocyst.............................................................8
Gambar 8. Gambaran Radiografis Odontogenic Keratocyst.....................................................8
Gambar 9. Gambaran Histopatologis Odontogenic Keratocyst................................................9
Gambar 10. Gambaran Klinis Kista Lateral Periodontal..........................................................9
Gambar 11. Gambaran Radiografis Kista Lateral Periodontal.................................................9
Gambar 12. Gambaran Histopatologis Kista Lateral Periodontal.............................................9
Gambar 13. Gambaran Radiografis Kista Globulomaksilaris.................................................10
Gambar 14. Gambaran Klinis Kista Nasolabial......................................................................10
Gambar 15. Gambaran Radiografis Kista Nasolabial.............................................................10
Gambar 16. Gambaran Histopatologis Kista Nasolabial........................................................10
Gambar 17. Tahap Inisiasi.......................................................................................................11
Gambar 18. Tahap Proliferasi..................................................................................................11
Gambar 19. Tahap Histoodiferensiasi.....................................................................................12
Gambar 20. Tahap Morfodiferensiasi......................................................................................12
Gambar 21. Tahap Aposisi......................................................................................................13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Kista dan Abses.........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kista adalah rongga patologik yang selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan
dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah.. Kista berisi
cairan atau setengah cairan yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah.
Mayoritas kista berukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di
permukaan jaringan. Apabila tidak ada infeksi, maka secara klinis pembesarannya
minimal dan berbatas jelas. Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri wajah,
pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang berhubungan, serta
pergeseran gigi tiruan.
Kista rongga mulut dapat diklasifikasikan kedalam dua kelas yaitu kista
odontogenik dan kista non odontogenik. Kista odontogenik juga dapat terjadi selama
proses perkembangan maupun inflamasi. Penatalaksanaan kista dapat dilakukan
dengan prosedur pembedahan enukleasi maupun dengan marsupialisasi. Dalam
melakukan prosedur pembedahan seorang klinisi juga harus mempertimbangkan
kondisi kesehatan umum pasien yang nantinya dapat mempengaruhi kesuksesan
perawatan.
B. Skenario
Seorang pria berusia 51 tahun datang ke poli Bedah Mulut Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung dengan keluhan utama terdapat pembengkakan daerah
pipi kanan, sering sakit dan keluar cairan seperti nanah. Keluhan ini dialami
sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu. Pemeriksaan Ekstra Oral terdapat fisula
yang mengeluarkan pus pada daerah angulus mandibula kanan, dan didapatkan
pembengkakan dari daerah preaurikular sampai angulus mandibula kanan
dengan ukuran 5x8x2 cm, permukaan licin, difus, kemerahan, saat dipalpasi
tidak ada nyeri tekan, konsistensi keras, serta terdapat fluktuasi. Pemeriksaan
Intra Oral menunjukkan tidak ada kelainan pada mukosa, tetapi oral hygiene
yang buruk. Foto Rontgen panoramik tampak gambaran gigi 48 impaksi, serta
terdapat radiolusen yang berbatas jelas meliputi ramus mandibula sampai dengan
procesus kondilus. Pasien didiagnosa kista dentigerous oleh karena impaksi gigi
48.
Simamora, R., Karasutina, T. & Kasim, A., 2003. Kista Dentigerous Pada
Ramus Mandibula Kanan (Laporan Kasus). In Temu ilmiah KPPIKG XIII.
C. Identifikasi masalah
1.
Apa saja klasifikasi dari kista ?
2.
Apa saja etiologi dari kista ?
3.
Bagaimana gambaran klinis, radiografis, dan histopatologis dari kista ?
4.
Bagaimana tahap tahap erupsi gigi ?
5.
Bagaimana patogenesis dari kista odontogenik ?
4

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Jaringan epitel apa saja yang terkena pada kista odontogenik serta fungsinya ?
Apa saja penyebab impaksi ?
Bagaimana cara mendiagnosis kista pada rongga mulut ?
Bagaimana Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral pada kista ?
Bagaimana penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk penderita kista ?
Apa hubungan oral hygiene yang buruk terhadap kista ?
Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista pada RM ?
Apa saja faktor yang membuat sel epitel dapat berproliferasi menjadi kista ?
Bagaimana mekanismenya sel epitel berproliferasi menjadi kista ?
Bagimana interpretasi kista secara radiologi ?
Apa perbedaan kista dengan abses/lesi yang lain ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1.
Apa saja klasifikasi dari kista ?
Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005, kista orofacial dibagi menjadi :

1) Lapisan epitel
a) Kista odontogenik :
Kista developmental :
- Kista dentigerous
- Odontogenic keratocyst
- Kista gingival
Kista inflamatory :
- Kista radiular
- Kista residual
- Kista paradental
b) Kista non odontogenik :
- Kista nasolabial
- Kista nasopalatinal
- Kista globulomaxillaris
2) Lapisan non Epitel :
a) Solitary bone cyst
b) Aneryseumal cys
2.

Apa saja etiologi dari kista ?


Trauma

Neoplastic, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang dapat berubah menjadi sel
baru yang biasanya disebut kanker.

Kista Develompmental ( perkembangan ), biasa terjadi karena adanya


proliferasi dari sisa sel epitel pada saat perkembangan gigi. Contoh :
-

Kista Inflamasi, terjadi karena adanya keradangan pada jaringan yang memicu
suatu masa kista (pengumpulan eksudat).
-

3.

Dentigerous cyst : proliferasi sisa organ enamel , biasanya pada gigi


impaksi molar 3 RB, C RA, terletak pada oklusal gigi .

Radicular cyst : berkembang dari granuloma periapikal yang sudah ada


sebelumnya , biasanya terletak pada akar gigi non vital.

Bagaimana gambaran klinis, radiografis, dan histopatologis dari kista ?


A. Radicular Cyst / periapikal Cyst (inflammatory )

Kista yang terjadi akibat dari proses keradangan. Dinding epitel dari
kista radikular berasal dari proliferasi sel epitel Malassez yang berada di
ligamen periodontal (Rincon et al, 2006, p.245).
Gambaran klinis : mucul disekitar
apex gigi , disertai necroting
pulpa, pada akar gigi yang non
vital , asymptomatic , saat
diperkusi jarang sakit

Gambar 1 Gambaran Klinis Kista Radikular

Gambaran Radiografis : identic


dengan granuloma periapikal

Gambar 2 Gambaran Radiografis Kista


Radikular

Gambaran
terbentuk
squamosal

histopatologis
:
dibagian
epitel

Gambar 3 Gambaran Histopatologis Kista


Radikular

B. Kista Dentigerous/Folikular
Kista dentigerous berkembang dari proliferasi sisa organ enamel atau
dikurangi epitel enamel
Gambaran Klinis : impaksi gigi M3
rahang bawah, caninus rahang atas.
Bersifat asimptomatik, ukuran bisa
mencapai 10 15 cm sehingga
menyebabkan asismetris wajah.
Gambar 4 Gambaran Klinis Kista Dentigerous

Gambaran radiografis : pada oklusal


gigi M3 yang impaksi radiolusen ,
dihubungkan pada mahkota gigi
yang tidak erupsi , pada caninus RA
panjang sampai sinus maxillary

Gambar 5 Gambaran Radiografis Kista


Dentigerous

Gambaran Histologis : dinding kista


yang dilapisi jarinngan ikat dan
epitel squamous non keratin bersatu
dengan reduced enamel epithelium
dan menutupi mahkota gigi
Gambar 6 Gambaran Histopatologis Kista
Dentigerous

C. Odontogenic keratocyst
Kista yang berasal dari proliferasi dental lamina yang terdapat pada
rahang.
Gambaran
klinis
:
bisa
ditemukan dimana saja pada
bagian rahang , semua usia,

Gambar 7 Gambaran Klinis Odontogenic


Keratocyst

Gambaran
radiografi
:
mandibular bagian posteriorramus, maxilla : area molar 3,
Radiolusen.
Dengan
batas
radiopaque halus , berdekatan
dengan mahkota gigi yang tidak
erupsi
Gambar 8 Gambaran Radiografis
Odontogenic Keratocyst

Gambaran histologi
:parakeratin ,lapisan epitel
skuamosa berlapis , lumen kista
dipenuhi keratin

Gambar 9 Gambaran Hstopatologis

Odontogenic Keratocyst

D. Lateral Periodontal Cyst


Pertumbuhannya lambat, non ekspansif, berasal dari sisa epitel di
periodonsium pada lateral gigi. Biasanya unikistik, tapi dapat juga berupa
kumpulan kista kecil yang disebut botryoid odontogenic cysts
Gambaran klinis : asymptomatic, tidak
tampak secara klinis

Gambar 10 Gambaran Klinis Kista Lateral


Periondontal

Gambaran radiografis : menunjukkan


gambaran
radiolusen
unilokuler
berbentuk bulat atau oval di daerah
interdental

Gambar 11 Gambaran Radiografis Kista Lateral


Periondontal

Gambaran histologis : dilapisi oleh dua


atau tiga lapis sel epitel tipis, dan akan
terlihat
pemadatan
epitel
yang
mendorong ke arah dalam atau ke luar
lumen
Gambar 12 Gambaran Histopatologis Kista Lateral
Periondontal

E. Kista Globullomaxilaris
Kista developmental non odontogenik yang berasal dari sisa epitel saat
proses penyatuan maksila, terdiri dari membran jaringan ikat dengan epitel
squamous stratified
Gambaran klinis : diantara lateral
incisivus dan caninus
Gambaran radiografis : khas seperti buar
pear atai air mata terbalik di antara akar
gigi insisiv lateral dan caninus rahang atas
yang menyebabkan divergensi akar gigi

Gambar 13 Gambaran Radiografis Kista


Globulomaksilaris

Gambaran histologis : epitel squamous


stratified
F. Kista Nasolabial
Disebut juga kista nasoalveolar.
Gambaran klinis : terdapat bengkak kecil
pada lipatan nasolabial unilateral dan
bengkak besar pada lantai kavitas nasal.
Sedikit jaringan lunak menempel pada
tepi lesi.
Gambar 14 Gambaran Klinis Kista Nasolabial

Gambaran Radiografis : Homogenous


relatif radiolusen dibanding jaringan
lunak sekitar, Erosi tulang dibawahnya
radiolusen

Gambar 15 Gambaran Radiografis Kista Nasolabial

Gambaran histopatologis : dilapisi epitel


pseudostratified
columnar,
epitel
stratified squamous dapat dilihat pada
beberapa lesi. Terdapat zona sempit yang
padat, homogen, jaringan fibrous
biasanya terlihat berdekatan dengan
lapisan epitel.
4.

Gambar 16 Gambaran Histopatologis Kista Nasolabial

Bagaimana tahap tahap erupsi gigi ?


1) Inisiasi
Penebalan jaringan ektodermal. Pada 28hari kehamilan lamina gigi terlihat
sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral stomodeum dan pada
saat membran orofaringeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas
superior lateral dari lengkung submandibula, dan terbentuk tepi lateral
stomodeum. Bila terjadi gangguan pada fase ini, maka akan menyebabkan
terjadinya kelainan dalam jumlah gigi, yaitu anodonsia (jumlah gigi kurang
dari normal), dan hiperdonsia/supernumerari (jumlah gigi lebih dari normal).

10

Gambar 17 Tahap Inisiasi

2) Proliferasi
Proyeksi lamina gigi meluas sampai kedasar mesenkim dan pada tempat
yang khusus dan membentuk primordia dari gigi primer (organ enamel).
Sewaktu sel-sel membiak, organ gigi bertambah ukurannya. Jaringan
mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga membentuk topi, sehingga fase
ini disebut juga dengan cap stage. Jika terjadi gangguan pada fase ini, akan
mengakibatkan anodonsia dan hiperdonsia.

Gambar 18 Tahap Proliferasi

3) Histodiferensiasi
Perubahan bentuk gigi dari cap stage menjadi bell stage yaitu seperti
lonceng, hal ini disebabkan inti sel mengalami pembelahan (mitosis) yang
terjadi dari sel-sel daerah perifer dan pada bagian dalam alur organ email.
Jaringan epitel menyebabkan jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel,
sehingga membentuk lapisan epitel bagian luar dari organ email, stellate
reticulum, stratum intermedium, dan ameloblas. Sel-sel perifer dentin menjadi
odontoblas. Ameloblas mempengaruhi mesenkim untuk membedakan lapisan
preodontoblas yaitu lapisan antara ameloblas dan odontoblas.
Pada tahap ini juga terjadi permulaan pembentukan matriks email dan
dentin setelah preodontoblas berdiferensiasi kedalam odontoblas dan
berhubungan dengan ameloblas dari epitel email bagian dalam. Langkah dari
proses ini yaitu:
a. Odontoblas mengeluarkan matriks predentin yang mengandung vesikel
berisi RNA.
b. Matriks vesikel preodontoblas berhadapan dengan sel dasar ameloblas yang
akan berhubungan dan merangsang produksi dan pengeluaran matriks email
oleh ameloblas.
c. Matrik predentin akan membentuk dentin, dentin merangsang sel-sel
ameloblas yang membentuk email diatas dentin.

11

Gambar 19 Tahap Histodiferensiasi

4) Morfodiferensiasi
Pembentukan bentuk dasar dan ukuran gigi, tahap ini tidak akan terjadi jika
tidak ada tahap proliferasi. Bila terjadi ganggan pada tahap ini, akan
menyebabkan terjadinya kelainan pada bentuk gigi serta ukurannya, misalnya
bentuk pahat, hutchinson, mulberry molar, makrodonsia, dan mikrodonsia.

Gambar 20 Tahap Morfodiferensiasi

5) Aposisi
Pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi. Bila terjadi
gangguan pada tahap ini akan menyebabkan terjadinya kelainan perubahan
struktur pada jaringan keras gigi, misalnya hipoplasia email (Itjiningsih,
1991).

Gambar 21 Tahap Aposisi

5.

Bagaimana patogenesis dari kista odontogenik ?


Ada 3 fase, yaitu: fase inisiasi, fase formasi kista, dan fase pembesaran kista.
Pada fase inisasi, endotoksin dari bakteri yang disekresi akan menginfeksi pulpa,
12

menyebar ke jaringan periapikal dan merangsang inflamasi. Saat inflamasi, host


cell (fibroblast, granulosit, makrofag, dan limfosit) akan mensekresi
proinflammatory cytokines (IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF-alfa), mediator inflamasi
(prostaglandin), dan growth factor (EGF, KGF, TGF-alfa, FGF, dan HGF) untuk
mengeliminasi bakteri. Kolaborasi dari mediator inflamasi, proinflammatory
cytokines, dan growth factor akan memicu proliferasi sel epitel (Shear 2007,
p.128-130).
Jika ingin berproliferasi dan membelah, sel tersebut harus bisa mensintesis
RNA dan protein untuk masuk ke fase G1 lalu selanjutnya mensintesis DNA dan
kromosom untuk masuk ke fase S, dan akhirnya berlanjut ke fase M (mitosis).
Untuk menstimulasi sel di fase G0 agar bisa memasuki fase G1 dibutuhkan
extracellular signal atau mitogen seperti mediator inflamasi dan growth factor
(Lin et al, 2007, p.1-2).
Saat massa semakin membesar, sel yang terletak di bagian tengah massa
terletak semakin jauh dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplai nutrisi
terhambat, sel yang berada di tengah massa akan mati dan ruangan di tengah
massa akan menjadi lumen.Proses pembesaran kista berhubungan dengan adanya
peningkatan tekanan hidrostatik di dalam lumen kista yang lebih besar daripada
tekanan kapiler pembuluh darah sehingga untuk menyeimbangkan tekanan akan
terjadi proses transudasi dimana cairan dari luar kista masuk ke lumen yang akan
mengakibatkan ukuran kista semakin besar (Marx, 2003, p.579).
6.

Jaringan epitel apa saja yang terkena pada kista odontogenik serta fungsinya ?
1). Glands of Serres, berasal dari terputusnya dental lamina. Odontogenik
keratosis dapat berasal dari jaringan ini, dan beberapa kista lain seperti kista
gingiva dan kista lateral.
2). Reduced enamel epithelium, berasal dari organ email dan selubung gigi yang
belum erupsi namun epitel tersebut telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous
dan kista erupsi berasal dari jaringan ini.
3). Epithelial rests of Malassez, terbentuk melalui fragmentasi dari epithelial root
sheath of Hertwig (sarung epitel akar) pada saat proses odontogenesis, epitel ini
berperan pada proses pembentukan kista radikular, kista residual, dan kista
paradental.

7.

Apa saja penyebab impaksi ?


Masalah genetik
Masalah genetik merupakan kondisi yang diwarisi dari orang tua baik dari
ayah maupun ibu.
Tidak adanya benih
Frekuensi tertinggi gigi impaksi ditemukan pada molar ketiga bawah dan
atas, diikuti oleh gigi kaninus atas, gigi premolar bawah, dan gigi berlebih
(supernumerary tooth). Diperkirakan sekitar 25% manusia memiliki gigi molar
ketiga kurang dari empat yang terjadi karena berbagai hal.
13

Benih terbentuk namun malposisi


Benih terbentuk dalam berbagai angulasi yaitu mesial, distal, vertikal, dan
horisontal yang mengakibatkan jalur erupsi yang salah arah. Impaksi mesial
merupakan malposisi yang paling sering ditemukan, diikuti oleh impaksi
vertikal, horisontal dan yang paling jarang adalah impaksi distal.

Pengaruh nutrisi
Pengaruh nutrisi berhubungan dengan bentuk makanan. Makanan yang
dikonsumsi manusia modern cenderung lebih lunak sehingga kurang
merangsang pertumbuhan dan perkembangan lengkung rahang. Proses
mengunyah makanan yang keras dapat merangsang pertumbuhan rahang
karena terjadi aktivasi otot mastikasi sehingga rahang terangsang untuk
tumbuh maksimal.(S Rahayu, 2014)

8.

Bagaimana cara mendiagnosis kista pada rongga mulut ?


Mendiagnosis dengan cara :
Anamnesis
Pemeriksaan klinis
- Inspeksi, dilihat dari asimetris wajah dan rongga mulut apakah terlihat
pembengkakan kista
- Palpasi, pada intra oral menggunakan tenik bedigital sedangkan pada ektra
oral menggunakan bimanual, r
Pemeriksaan laboratorium
Cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian
dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan
yang terlibat.
Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi,
dan juga radiografi konfensional

Pemeriksaan histopatologik.

Dari pemeriksaan klinis, radiologis dan histopatologi dapat didiagnosa bahwa


terdapat kista pada rongga mulut. (Thienkosol,2011)
9.

Bagaimana Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral pada kista ?


Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral dapat dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya adalah dengan cara inspeksi. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan
cara melihat menggunakan indra pengelihatan untuk memperhatikan keadaan
tubuh pasien secara umum atau mengamati kelainannya. Inspeksi yang dilakukan
dengan cara melihat ukuran, bentuk, warna, hubungan anatomi, integritas

14

jaringan, derajat keratinisasi, dan kesimetrisan bilateral dari setiap bagian atau
organ tubuh yang diamati. (Welbury. 2005)
Cara pemeriksaan selanjutnya adalah palpasi. Palpasi adalah pemeriksaan
yang dilakukan dengan indra peraba untuk merasakan kontur dari jaringan atau
organ tubuh yang diperiksa dan merasakan adanya pembesaran atau kelainan
yang kemungkinan dapat terjadi. Pada pemeriksaan palpasi yang dapat diperiksa
adalah meraba konsistensi kista, pergerakan massa kista, dan perbandingan
bilateral. (Flores, et al., 2007)
10.

Bagaimana penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk penderita kista ?


1) Marsupialisasi
Marsupialisasi merupakan tindakan membuat suatu surgical window pada
dinding kita, mengevakuasi kista, dan mempertahankan kontinuitas antara
kista dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga nasal. Bagian dari
kista yang diambil hanyalah bagian untuk membentuk suatu lubang (window).
Dan sisa lapisan kista ditinggalkan di dalam jaringan (in situ).
Indikasi :
Kista berukuran besar yang dengan enukleasi dapat menyebabkan
kerusakan struktur jaringan sehat di sekitarnya.
Kontraindikasi :
Apabila akses bedah untuk pengangkatan kista mudah dilakukan dan tidak
meninggalkan dinding kista yang dapat menyebabkan terjadinya rekurensi.
Teknik :
a. Antibiotik profilaksis sistemik biasanya tidak diindikasikan pada
marsupialisasi, walaupun obat ini seharusnya digunakan jika kondisi
kesehatan pasien memerlukannya.
b. Setelah anestesi area, kista diaspirasi. Jika aspirasi menunjukkan diagnosis
suatu kista, prosedur marsupialisasi dapat dilakukan.
c. Insisi awal biasanya sirkular atau berbentuk elips dan membuat lubang
(window) (1 cm atau leih luas) ke dalam rongga kista.
d. Jika tulang telah diperluas dan menipis oleh kista, insisi awal dapat
diperluas melewati tulang ke dalam rongga kista. Jika hal ini terjadi isi
jaringan lubang (window) harus diambil untuk pemeriksaan patologi. Jika
tulang atasnya tebal, suatu lubang osseous (osseous window) diangkat
secara hati-hati dengan bur dan roungeurs.
e. Kista kemudian diinsisi untuk membuang lubang (window) dari lapisan,
yang mana diperlukan unuk pemeriksaan patologi. Kandungan kista
dievakuasi dan jika memungkinkan, dilakukan pemeriksaan visual terhadap
sisa lapisan dari kista. Irigasi kista membuang beberapa sisi fragmen debris.
Dokter harus waspada terhadap area ulserasi atau penebalan dinding kista
yang dapat berkemungkinan mengaami perubahan berupa dysplasia atau
neoplasia di dalam dinding kista. Dalam hal ini enukleasi keseluruhan kista
atau biopsy insisi dari area yang dicurigai harus dilakukan.
15

f. Jika lapisan kista cukup tebal dan akses dapat dilakukan, bagian pinggir
dari dinding kista sekitar lubang (window) dapat dijahit pada mukosa mulut.
Jika tidak kavitas harus ditutupi dengan kasa yang berisi benzoin atau suatu
antibiotic ointment. Penutup ini dibiarkan selama 10 sampai 14 hari untuk
mencegah mukosa mulut dari penyembuhan atas lubang (window) kista.
Dalam 2 minggu lapisan kista harus disembuhkan pada mukosa mulut di
sekitar pinggiran celah. (S Rahayu. 2014)
2) Enukleasi
Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total dari
lesi kista. Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha
untuk mengangkat kista dalam satu pootongan tanpa fragmentasi yang akan
mengurangi kesempatan rekurensi.
Indikasi :
Enukleasi merupakan perawatan untuk pengangkatan kista pada rahang dan
seharusnya digunakan pada kista yang dapat diangkat dengan aman tanpa
terlalu membahayakan jaringan sekitar.
Kontraindikasi :
Enukleasi di kontraindikasikan terhadap kista yang besar yang melibatkan
banyak jaringan disekitarnya
Teknik :
a. Pemberian antibiotik profilaksis
b. Dilakukan mucoperiosteal flap untuk akses ke dalam kista
c. Saat akses ke kista sudah didapatkan, mulai melakukan enukleasi
d. A thin bladed curretage merupakan instrumen yang paling tepat untuk
memotong connective tissue layer dinding kista dari kavitas tulang. Tahap
ini dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari hancurnya atau
terbentuknya fragmentasi kista
e. Saat kista telah berhasil diangkat, kavitas tulang diperiksa apakah ada
jaringan kista yang tertinggal. Jika ada jaringan yang tersisa diangkat
dengan kuret.
f. Daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum ditutup
dengan suture. (S Azhar. 2015)

11.

Apa hubungan oral hygiene yang buruk terhadap kista ?


Oral hygiene (kebersihan mulut ) yang buruk dapat menyebabkan lubang pada
gigi lubang pada gigi merupakan celah bagi sisa makanan dan bakteri untuk
masuk lubang semakin besar sampai ke dentin/ akar (pulpa) pulpitis
(peradangan pulpa) terpapar bakteri terus menerus degradasi jaringan pulpa
nekrotik kista
16

12.

Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista pada RM


Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiografi. Pemeriksaan laboratorium meliputi cairan diambil secara aspirasi dan
jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk
mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan radiografi, meliputi Computed Tomography (CT) Scan atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk membedakan kista yang berisi cairan
dan tumor solid

13.

Apa saja faktor yang membuat sel epitel dapat berproliferasi menjadi kista ?
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel epitel pada membran
periodontal periapikal untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur
penutup, melengkung pada tepi granuloma periapikal, yang pada akhirnya
membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen apikal dan diisi oleh
jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur.
Fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang fungsi osteoklas (PGE2)
yang mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang yang padat.
Faktor pertumbuhan intrinsik, jejas, kematian sel, atau bahkan oleh deformasi
mekanis jaringan serta mediator biokimiawi dan/ atau tekanan mekanis yang
terdapat dalam lingkungan mikro setempat secara khusus dapat merangsang
atau menghambat pertumbuhan sel. Tidak hanya dapat mengubah kecepatan
proliferasi sel, tetapi dapat pula mengubah kemampuan diferensiasi dan
sintesisnya. (Robbins, 2007)

14.

Bagaimana mekanismenya sel epitel berproliferasi menjadi kista ?


Sisa epitel mulai terjadi pembentukan dinding meningkatkan permukaan
kapsul dengan akumulasi kandungan seluler Pola mulrisentrik pertumbuhan
kista membawa proliferasi sel-sel epitel menjadi hiperkeratosis ekspansi
Adanya infeksi merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi
dan membentuk jalur penutup

15.

Bagimana interpretasi kista secara radiologi ?


Area yang harus diperhatikan :
1. Gigi geligi
Dengan berbagai kelainan yang terlihat pada :
1) Missing teeth / agenesis
2) Persistensi
3) Impaksi

17

4) Kondisi mahkota, akar, alveolar, furkasi, periapikal


2. Maksila Sinus Nasal
Dengan berbagai kelainan yang terlihat pada :
1) Kelainan yang terlihat pada area maksila didaerah setelah foramen apikal gigi
geligi, sinus, dan nasal
2) Kesemuanya dalam batas normal atau tanpa kelainan
3. Mandibula
Dengan berbagai kelainan yang terlihat pada :
1) Kelainan yang terlihat pada area madibula didaerah setelah foramen apikal
gigi yang meluas hingga area mandibula
2) Hubungan gigi tertentu dengan canalis
3) Kesemuanya dalam batas normal atau tanpa kelainan
4. TMJ (temporo mandibular Joint)
Dengan berbagai kelainan yang terlihat pada :
1) Kondisi bentuk TMJ ( simetris atau tidak simentris/asimeteris ) antara kiri
dan kanan
2) Bentuk dari kepala kondilus ( dapat round, ovoid, flatening, angeled )
3) Kondisi tanpa kelainan yang dijelaskan dengan tulisan dalam batas normal
5. Os Vertebrae dan Ramus mandibula
Dengan berbagai kelainan yang terlihat pada :
1) Segala bentuk kelainan atupun kondisi patologis yang tergambar baik
radiolusent ataupun radioopak didaerah ramus mandibula dan os vertebrae
2) Kondisi tanpa kelainan yang dijelaskan dengan tulisan dalam batas normal
Disimpulkan :
1. Kesan Radiografis, meliputi :
1) Kesimpulan dari semua keterangan yang teah dijelaskan.Contohnya :
kalainan pada regio 1,2,3,4.
2) Kelainan yang sifatnya menyeluruh yang mengenai hampir semua,
contohnya: terdapat kelainan alveolar crest seluruh regio
3) Kesimpulan kelainan pada daerah periapikal gigi yang meliputi beberapa
gigi, seperti : radiolusent difus pada gigi 16,25,36,37 dan 38

18

2. Suspect Radiografis, meliputi :


Semua diagnosa yang dapat disimpulkan pada keseluruhan area. Tidak
menutup kemungkinan pada satu area memiliki lebih dari satu diagnosa
tergantung pada kelainan yang terlihat.
Analisis gambaran radiogarfis :
a.Lokasi
1.Lokasi/general: unilateral dan bilateral
2.Posisi/letak : episentrum, spesifik, tunggal/multi, ukuran
b.Batas tepi dan bentuk
Batas tepi
- Well define : puched out, kortikal, sklerotic, kapsul jaringan lunak
- Ill define
: blending, invasive
Bentuk
- Scalloped
: kista, tumor
c.Struktur internal
- Radiolusen total
- Radiopak total
- Campuran radiolusen dan radiopak
d.Efek pada jaringan sekitar
- Pada gigi, lamina dura, dan membran periodontal
- Tulang alveolar/trabekula
- Kanalis mandibula dan foramen mentale
- Kortikal dan reaksi periosteal
Setelah menganalisis gambaran radiografis yang ditinjau dari beberapa aspek
tersebut maka langkah selanjutnya merumuskan suatu interperetasi berdasarkan
karakteristik yang sudah dikumpulkan. Dalam merumuskan interpretasi terdapat
diagnostic algoritma yang merupakan keputusan dari proses yang dapat
membantu untuk menentukan diagnosis/interpretasi akhir berdasarkan akumulasi
karakteristik.(Stuart C White, 2000)
16.

Apa perbedaan kista dengan abses/lesi yang lain ?


Kista adalah rongga patologik yang dibatasi oleh epitelium. Kista berisi cairan
atau setengah cairan yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah.
Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan ikat fibrokolagen.
Abses adalah kumpulan nanah yang terjadi karena respon dari proses infeksi
pada gigi.
Tabel 1. Perbedaan Kista dan Abses

Radiologi :

Kista
Berbentuk membulat atau
oval unilokuler atau
multilokuler
berbatas jelas radiolusen

Abses
Bentuknya tidak beraturan

Tidak berbatas jelas


19

Tanda klinis :

Margin : terdapat
peripheral cortication
(radio-opaque margin)
Asymtomatic (kecuali
pada kista yang
beradang/terinfeksi)
Berkembang dalam waktu
yang lama

Margin : tidak terdapat


peripheral cortication (radioopaque margin
Terdapat symtom (terasa
sakit)
Berkembang dalam waktu
yang singkat

20

B. Kerangka Konsep
Gejala

Pemeriksaan
Klinis

Pemeriksaan
Radiografis

Pemeriksaan
Histopatologis

Diagnosa

Kista
Orofacial
Kalsifikasi

Etiologi

Patofisiologi

Penatalaksanaan

21

BAB III
KESIMPULAN
Kista orofacial berdasarkan jaringan epitel dibagi menjadi kista odontogenik dan non
odontogenik. Kista odontogenik merupakan bentuk kista tersering yang terjadi di dalam
rongga mulut dan dapat didefinisikan sebagai kista dengan lumen yang dibatasi oleh epitel
yang terlibat pada perkembangan gigi. Kista odontogenik juga dapat terjadi selama proses
perkembangan maupun inflamasi.
Kista orofacial dapat disebabkan karena adanya trauma, perkembangan sel yang
abnormal, adanya keradangan pada jaringan yang memicu suatu masa kista, serta adanya
proliferasi dari sisa sel epitel pada saat perkembangan gigi. Sebagian besar kista odontogenik
terjadi karena adanya proliferasi dari sisa sel epitel. Epitel yang berperan pada proses
terjadinya kista odontogen adalah sebagai berikut: Epithelial rests of Malassez, reduced
enamel epithelium, dan glands of Serres. Adapun faktor yang mempengaruhi proliferasi dari
sisa sel epitel adalah infeksi pada pulpa non-vital , fakor resorpsi tulang, faktor pertumbuhan
intrinsik, jejas, kematian sel, atau bahkan oleh deformasi mekanis jaringan serta mediator
biokimiawi dan/ atau tekanan mekanis yang terdapat dalam lingkungan mikro setempat.
Pada kasus kista dentigerous juga berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi atau
impaksi. Gigi impaksi yang mempunyai potensi untuk erupsi akan menyebabkan
penyumbatan aliran vena (venous outflow) dan mengakibatkan transudasi serum dinding
kapiler.Faktor penyebab terjadi impaksi dikarenakan gangguan genetik, tidak adanya benih,
benih terbentuk namun malposisi, serta pengaruh nutrisi. Saat gigi sedang erupsi, biasanya
akan menghalangi proses erupsi gigi, yang terdiri dari tahap inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi, morfodiferensiasi, aposisi. Masing-masing tahap menjelaskan bentuk dari
organ epitel enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi.
Diagnosis yang akurat dari kista rongga mulut dapat ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan secara klinis, radiografis dan histologis. Tindakan penatalaksanaan kista rongga
mulut dapat berupa enukleasi, dan marsupialisasi. Rekurensi kista dapat dihindari dengan
tindakan penatalaksanaan yang tepat. Kista yang mempunyai rekurensi cukup tinggi
diperlukan follow up dalam jangka waktu lama untuk menilai keberhasilan perawatan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, S., 2015. Enukleasi Kista Dentigerous pada Coronoid Mandibula Sinistra di Bawah
Anastesi Umum. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada
Rahayu, Sri. 2014. Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7. Jakarta:
EGC
Sapp, J. Philips dkk. 2004. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd Ed. St. Louis:

Mosby
Sayid Azhar, Maria Goereti, dan Soetji P. Desember 2015, Enukleasi Kista Dentigerous pada
Coronoid Mandibula Sinistra di Bawah Anastesi Umum. Desember 2015.
Serman, N., April 1999. Jurnal Imanging Of Cysts Of The Jaws.
Shear, Mervyn & Speight, Paul. Cysts of the Oral and Maxillofacial Regions . 4th Ed.
Shear, Mervyn; alih bahasa, Cornella Hutauruk. 2012 Kista Rongga Mulut. Jakarta,
Indonesia: EGC
Sylvia A.price dan Lorraine M.Wilson.2005. Buku Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Vol. 1. Jakarta : EGC
Wangidjaja, Itjiningsih. 1991. Anaomi Gigi. Jakarta: EGC
White, Stuart C; Pharoah, M J; 2000. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4th
Edition. St. Louis: Mosby

23

Anda mungkin juga menyukai