5347 - 209415068 Makalah Nefrotik Sindrom
5347 - 209415068 Makalah Nefrotik Sindrom
Annisa Labertha
220110100002
220110100009
M. Zaenudin Wasilah
220110100032
220110100034
Iswari Nastiti
220110100043
Evi Noviyani
220110100051
Wiwi Karlina
220110100056
Aisah Syayidah
220110100083
Djoko Permadi
220110100096
Fabianus Tegar
220110100102
Endah Rahayu
220110100105
S. Ratih Herdina
220110100121
Fakultas Keperawatan
Universitas Padjajaran
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,
merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta edema. Yang dimaksud proteinuria masif
adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih.
Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejalagejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadangkadang azotemia.
Pada anak kausa SN tidak jelas sehingga disebut Sindrom Nefrotik Idiopatik ( SNI ).
Kelainan histologis SNI menunjukkan kelainan-kelainan yang tidak jelas atau sangat
sedikit perubahan yang terjadi sehingga disebut Minimal Change Nephrotic Syndrome
atau Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM). Sarjana lain menyebut NIL (Nothing
In Light Microscopy).
Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian besar ( 74% ) dijumpai pada
usia 2-7 tahun dengan perbandingan wanita dan pria 1:2. Pada remaja dan dewasa rasio
ini berkisar 1:1.
2. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita Simdrom Nefrotik serta
memberikan informasi mengenaiSindrom Nefrotik dan cara mengatasinya. Oleh karena
itu dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dan bermanfaat untuk kita
semuanya.
3. MANFAAT
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu
keperawatan yang bersangkutan dengan Sindrom Nefrotik dan juga dapat menjadikan
acuan dalam menetapkan asuhan keperawatan.
BAB 2
ISI
Kasus 3
Seorang anak laki-laki, berusia 4 th, dibawa ke Unit Kesehatan Anak dalam
keadaan edema anasarka. Menurut penuturan ibunya, sekitar 1 bulan yang lalu
klien mengalami bengkak pada periorbita terutama pada saat bangun tidur, muka
sembab, dan mengeluh pusing. Hasil anamnesa riwayat kesehatan: sejak 1 tahun
yang lalu klien mengeluh bengkak-bengkak di seluruh tubuh sampai dengan kelopak
mata. Karena keluhannya ini klien dibawa ke RS Majalaya dan dikatakan bocor
ginjal. Klien kontrol 3 bulan terahir namun tidak ada perbaikan, kemudian klien
dibawa ke RS Al-Ihsan sejak 2012 dan diberi tablet berwarna hijau yang diminum 3
x 2 selama 2 bulan. Selanjutnya 4 tablet/hari selang sehari, keluhan tidak berubah,
klien lalu dibawa ke RSHS. Pola BAK sebelum sakit 3-5x sehari, saat ini berkemih
mulai berkurang baik dari segi frekuensi dan jumlah urin yang dikeluarkan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan ascites (+), TD 130/90 mmHg, hr 112X/M, respirasi
rate 30X/m, rasio insp : eksp 1 : 1, Antropometri: BB: 32, 5 kg, TB: 121,5 cm,
lingkar perut: 68 cm, RR: 28x/ menit, TD: 130/ 90 mmHg, suhu: 36C.
Hasil Laboratorium:
Hb
Ht
Protein total
Albumin
Kolesterol total
Trigliserida
BUN
13 gr%
44%
6,0
2,1
345
172
30 mg%
Serum kreatinin
Urin:
0,9 mg%
Albumin urin
Warna urine
Kejernihan
pH urine
BJ Urine
Glukosa urin
Keton urin
Nitrit urin
++++
Kuning
Keruh
6,5
1,010
Negative
+
-
Urobilinogen
0,1
: S. Ratih Herdina
Scriber 1
: Endah Rahayu
Scriber 2
: Evi Noviyani
Step 1
1. Edema anasarka : Edema (pembengkakan)/ Edema Anasarka : pembengkakan di
seluruh tubuh
2. Antropometri : Alat untuk mengukur berat badan dan tinggi badan
3. Periorbita : daerah disekitar mata
4. Urobilinogen
Step 2
1. Hasil laboratorium normal?
2. Penyebab edema anasarka?
3. Mengapa pasien mengalami muka sembab dan pusing saat bangun tidur?
4. Penyebab bocor ginjal?
5. Tablet hijau? Untuk apa?
6. Pengaruh pola BAK pasien terhadap edema?
7. Organ yang terganggu akibat bocor ginjal?
8. Maksud dari pemeriksaan sebanyak 2 kali?
9. Stadium penyakit?
10. Prognosis dan terapi yang tepat?
11. Ginjal bocor apakah bisa kembali normal atau tidak?
12. Pengobatan lain?
13. Pencegahan?
14. Hubungan penyakit dan TTV?
15. Mengapa ada pemeriksaan ekspirasi dan inspirasi? Mengapa TD dan RR meningkat?
16. Faktor resiko?
17. Diagnose keperawatan proritas?
18. Hubungan penyakit dengan peningkatan BB, hubungan dengan status nutrisi?
19. Deteksi dini?
20. Bagaimana alur rujukan dari daerah?
21. Peran perawat kepada keluarga?
22. Tindakan keperawatan pada anak 4 tahun pada kasus ini?
Step 4
DO
: TD: 130/90mmHg, RR: 30x/menit, HR: 112x/menit, Rasio Ex:In: 1:1, BB:
32,5 kg, TB: 121,5 cm, LR: 68 cm RR: 28x/menit, TD: 120/80mmHg, S:
36oC, Ascites (+)
DS
: 1 bulan yang lalu bengkak di periorbita, pusingh, bocor ginjal. Pola BAK
sebelum sakit 3-5x/hari. Frequency dan jumlah urin berkurang, edema
anasarka
Medikasi
Proteinuria
Hipoalbumin
Shift cairan
RR
LO:
KONSEP PENYAKIT
Definisi
a. Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein,
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolestrol
yang tinggi dari lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth.
2001)
b. Sindrom nefrotik adalah entitas klinis yang terjadi akibat kehilangan masiv oleh
protein melalui urine (albuminuria) terutama yang menyebabkan hipoalbuminemia
dan edema. (Abraham M, Rudolph.2006)
c. Nefrotik sindrom merupakan kelainan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, edema dan hiperkolestrolmia. (Baughman.2000)
d. Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria,
Etiologi
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Sindrom Nefrotik Primer
Faktor etiologinya tidak diketahui atau ideopatik (90%). Dikatakan sindrom nefrotik
primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada
glomerulus itu sendiri, tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering terjadi
pada anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik
congenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu
lahir atau usia dibawah 1 tahun.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai
sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yang sering
dijumpai adalah:
Penyakit metabolik atau congenital
Seperti Diabetes Mellitus, Amiloidosis, sindrom alport, miksedema
Infeksi
Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : Minimal Change Nephrotic Syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anakdengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila
dilihatdengan mikroskop cahaya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus
sistemik,purpura
anafilaktik,
glomerulonefritis,
infeksi
system
endokarditis,
Glomerulosklerosis (GS)
o Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
o Glomerulosklerosis fokal global (GSFG)
Sindrom nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik
primer oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan pada
glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai
pada anak. Termasuk dalam sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital,
yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di
bawah 1 tahun.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindrom nefrotik primer dikelompokkan
menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney Disease in Children).
Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop
cahaya, dan apabila diperlukan, disempurnakan dengan pemeriksaan mikroskop elektron
dan imunofluoresensi. Tabel di bawah ini menggambarkan klasifikasi histopatologik
sindrom nefrotik pada anak berdasarkan istilah dan terminologi menurut rekomendasi
ISKDC (International Study of Kidney Diseases in Children, 1970) serta Habib dan
Kleinknecht (1971).
Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer
1. Kelainan minimal (KM): Lesi khas sindrom nefrotik pada anak-anak (<15 tahun),
berjumlah sekitar 70% hingga 80% kasus. Istilah lama yang digunakan untuk penyakit
ini adalah nefrosis lipoid, penyakit nil, atau penyakit podosit.
2. Glomerulopati membranosa (GM): penyebab tersering sindrom nefrotik idiopatik pada
orang dewasa (tercatat 30%-40% kasus) Pada anak anak jarang (<5%) SN Idiopatik
pada orang dewasatersebar secara difus dan menyerang seluruh glomerulus.
3. Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS): terdapat 10% hingga 15% kasus sindrom
nefrotik idiopatik pada anak dan 10% sampai 20% dari kasus pada orang dewasa. Lesi
tersebut ditandai dengan skelerosis dan hialinosis pada beberapa glomerulus (oleh
karena itu disebut fokal)
4. Glomerulonefritis membrano-proliferatif (GNMP): ditandai dengan penebalan langsung
kapiler dan hiper selularital mesangial. GNMP ditemukan sekitar 5% kasus sindrom
nefrotik idiopatik pada anak-anak (terutama berusia antara 8-16 tahun) dan jarang pada
orang dewasa.
Sindrom nefrotik primer yang banyak menyerang anak biasanya berupa sindrom
nefrotik tipe kelainan minimal. Pada dewasa prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan
minimal jauh lebih sedikit dibandingkan pada anak-anak.
Di Indonesia gambaran histopatologik sindrom nefrotik primer agak berbeda dengan
data-data di luar negeri. Wila Wirya menemukan hanya 44.2% tipe kelainan minimal dari
364 anak dengan sindrom nefrotik primer yang dibiopsi, sedangkan Noer di Surabaya
mendapatkan 39.7% tipe kelainan minimal dari 401 anak dengan sindrom nefrotik primer
yang dibiopsi.3,5
Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau
sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek samping obat.
Penyebab yang sering dijumpai adalah :
1. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis, sindrom Alport,
miksedema.
2. Infeksi : hepatitis B, malaria, Schistosomiasis mansoni, Lues, Subacute Bacterial
Endocarditis, Cytomegalic Inclusion Disease, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.
Manifestasi Klinis
Adapun manifesitasi klinik dari sindrom nefrotik adalah :
Apapun tipe sindrom nefrotik, manifestasi klinik utama adalah edema, yang tampak pada
sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali edema timbul secara lambat
sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase awal edema sering
bersifat intermiten; biasanya awalnya tampak pada daerah-daerah yang mempunyai
resistensi jaringan yang rendah (misalnya daerah periorbita, skrotum atau labia).
Akhirnya edema menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).
Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai edema muka pada
pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah
pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting
edema). Pada penderita dengan edema hebat, kulit menjadi lebih tipis dan mengalami
oozing. Edema biasanya tampak lebih hebat pada pasien SNKM dibandingkan pasienpasien GSFS atau GNMP. Hal tersebut disebabkan karena proteinuria dan
hipoproteinemia lebih hebat pada pasien SNKM.
Edema paling parah biasanya dijumpai pada sindrom nefrotik tipe kelainan minimal
(SNKM). Bila ringan, edema biasanya terbatas pada daerah yang mempunyai resistensi
jaringan yang rendah, misal daerah periorbita, skrotum, labia. Edema bersifat
menyeluruh, dependen dan pitting. Asites umum dijumpai, dan sering menjadi anasarka.
nefrotik yang sedang kambuh karena edema dinding perut atau pembengkakan hati.
Nafsu makan menurun karena edema. Anoreksia dan terbuangnya protein
lain.
Hipoalbuminemia merupakan tanda utama kedua. Kadar albumin serum < 2.5 g/dL.
Hiperlipidemia merupakan gejala umum pada sindrom nefrotik, dan umumnya,
berkorelasi terbalik dengan kadar albumin serum. Kadar kolesterol LDL dan VLDL
meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL menurun. Kadar lipid tetap tinggi
sampai 1-3 bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria.
Tidak perlu dilakukan pencitraan secara rutin pada pasien sindrom nefrotik. Pada
pemeriksaan foto toraks, tidak jarang ditemukan adanya efusi pleura dan hal tersebut
berkorelasi secara langsung dengan derajat sembab dan secara tidak langsung dengan
kadar albumin serum. Sering pula terlihat gambaran asites. USG ginjal sering terlihat
normal meskipun kadang-kadang dijumpai pembesaran ringan dari kedua ginjal dengan
ekogenisitas yang normal.
Komplikasi
-
daftar pustaka : buku patofisologi , sylvia A price, Ed.6 vol 2 EGC Jakarta
Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddart vol 2 ed.8 egc Jakarta
Pemeriksaan diagnostik
1. Uji urine
a. Protein urin meningkat
b. Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin meningkat
2. Uji darah
menggambarkan respons terapi terhadap steroid pada anak dengan sindrom nefrotik
digunakan istilah-istilah seperti tercantum pada tabel 2 berikut :
Istilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak dengan sindrom
nefrotik
Remisi
Kambuh
Proteinuria 2 + atau proteinuria > 40 mg/m2/jam selama 3 hari berturutturut, dimana sebelumnya pernah mengalami remisi.
Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam periode 12
bulan.
Kambuh sering
Kambuh 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau 4 kali
kambuh pada setiap periode 12 bulan.
Responsif-steroid
Dependen-steroid
Resisten-steroid
Responder lambat
Nonresponder awal
Nonresponder lambat
Protokol Pengobatan
International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan untuk
memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m 2/hari dengan dosis
maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar
40 mg/m2/hari secara selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu
setelah itu pengobatan dihentikan.
CD =4 minggu
AD/ID =4 minggu
Tapp.off(remisi)
Stop
Mg 1
Remisi
8
Remisi
jam disusul kemudian oleh furosemid IV 1-2 mg/kbBB/hari. Pengobatan ini dapat
diulang setiap 6 jam kalau perlu. Diuretik yang biasa dipakai ialah diutetik jangka
pendek seperti furosemid atau asam etakrinat. Jika ada hipertensi, dapat
ditambahkan obat antihipertensi.
2.
Tapp.Off
Stop
Mg1
Remisi
4
Remisi
1
2
3
4
5
6
7
8
Remisi (-)
Setelah 8 minggu pengobatan prednisone tidak berhasil, pengobatan selanjutnya
dengan gabungan imunosupresan lain ( endoxan secara CD dan prednisone 40 mg/m 2/hr
secara ID)
Sindrom Nefrotik Frequent Relapser : initial responder yang relaps >= 2 kali dalam
waktu 6 bulan pertama.
CD imunosupresan + CD prednisone 0,2 mg/kg/hr
1
2
3
4
5
6
7
8
Diberikan kombinasi pengobatan imunosupresan lain dan prednisone 0,2
mg/kgBB/hr, keduanya secara CD.
Prognosis
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.
2. Disertai oleh hipertensi.
3. Disertai hematuria.
4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
5.Gambaran
histopatologik
bukan
kelainan
minimal.
Misalnya
pada
focal
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
- Nama
: An. X
- Umur
: 4 tahun
- Jenis Kelamin
: laki-laki
- Alamat
:- Agama
:- Suku Bangsa
:- Diagnosa Medis
: Sindrom Nefrotik
b. Keluhan utama
: Edema Anasarka.
2. Riwayat Utama
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami anasarka.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
mengalami
bengkak pada periorbita terutama saat bangun tidur, muka sembab da mengeluh
pusing.
Mulai kemarin ibunya mulai menyadari kemaluan anaknya pun bengkak
c. Riwayat Kesehatan Keluarga: (perlu dikaji)
d. Riwayat Pengobatan
Ananda pernah dibawa ke puskesmas dan diberi obat berbentuk tablet kecilkecil berwarna hijau, tetapi bengkak tidak juga hilang.
3. Kebutuhan Dasar
a. Pola Makan
: (perlu dikaji)
b. Pola Nafas
: rasio insporasi dan ekspirasi 1:1
c. Pola Eliminasi : (perlu dikaji)
d. Aktivitas
: (perlu dikaji)
e. Pola tidur
: (perlu dikaji)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum /TTV
- BB : 32,5 kg
- RR : 28 x/menit
- TD : 130/90 mmHg
- TB : 121,5 cm
- HR : 112 x/menit
- Suhu : 36 C
- LP : 68 cm
b. Pemeriksaan per sistem
- Kardiovasuler
: Peningkatan denyut jantung, hipertensi.
- Respirasi
: Rasio inspirasi dan ekspirasi 1:1, peningkatan RR,
suara paru rales (-), wheezing (-).
- Gastrointestinal
: Asites (+)
- Musculoskeletal
: (perlu dikaji)
- Sistem saraf pusat : (perlu dikaji)
- Reproduksi
: Kemaluan bengkak.
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
Keruh, protein urin (+++), BUN 30 mg%,
b. Hematologi
Serum kolesterol 345 mg%, serum albumin 2.1 %, serum kreatinin 0.9 mg%,
Hematokrit 44%, Hb 13 g%.
Analisa Data
N
Data
Etiologi
Masalah
o
1
DS :
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Gangguan volume
An. A mengeluh
cairan
mengalami
bengkak pada
tekanan hidrostatik
periorbita terutama
saat bangun
tidur,muka sembab
dan mengeluh
pusing
DO:
Dari pemeriksaan
fisik, ascites (+)
Mengaktifkan renin-angiotensin
Angiotensin angiotensin I
Aldosteron
Retensi natrium
Edema
DS :
Gangguan
DO :
pemenuhan
Ascites
kebutuhan nutrisi
BB 32,5 kg
Menekan gaster
Mual, muntah
Nafsu makan
Anoreksia
DS :
DO:
Gangguan nutrisi
Edema
Gangguan pola
HR 112 x/mnt
RR 30 x/mnt
Mendesak diafragma
Sesak
RR
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma akibat asites
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan
metabolisme protein
4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan retensi Na dan air
5. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresive dan hilangnya gama globulin
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Kelebihan volume
NOC :
NIC :
cairan
Fluid management
base balance
Fluid balance
Hydration
Kriteria Hasil:
Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan
efusi, anaskara
Bunyi nafas bersih,
akurat
Pasang urin kateter jika
tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi
diperlukan
Monitor hasil lab yang
sesuai dengan retensi
hepatojugular (+)
Memelihara tekanan
osmolalitas urin )
Monitor status
hemodinamik termasuk
PCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi
kelelahan, kecemasan
retensi / kelebihan
atau kebingungan
Menjelaskanindikato
r kelebihan cairan
leher, asites
Kaji lokasi dan luas
edema
Monitor masukan
harian
Monitor status nutrisi
Kolaborasi pemberian
mEq/l
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
dan eliminasi
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan
elektrolit urine
Monitor serum dan
osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan
RR
Monitor tekanan darah
orthostatik dan
hemodinamik infasif
Catat secara akutar
BB
Monitor tanda dan
gejala dari odema
Ketidakseimbangan
NOC :
Nutrition Management
makanan
Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan tubuh
Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Definisi : Intake nutrisi
Adanya peningkatan
keperluan metabolisme
dengan tujuan
Berat badan ideal
tubuh.
Dilaporkan adanya
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
Tidak terjadi
(Recomended Daily
penurunan berat
Allowance)
meningkatkan protein
dikonsultasikan dengan
Mudah merasa
tentang kebutuhan
ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
digunakan untuk
menelan/mengunyah
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
badan
Mampu
mengidentifikasi
nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
adanya kekurangan
makanan
-
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Nutrition Monitoring
normal
Monitor adanya
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan
dilakukan
Monitor interaksi anak
makanan cukup
-
Keengganan untuk
makan
Nyeri abdominal
makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
patologi
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
Kurang berminat
terhadap makanan
Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
steatorrhea
-
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar albumin,
Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
berhubungan :
kemerahan, dan
Ketidakmampuan
kekeringan jaringan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
hiperemik, hipertonik
psikologis atau
ekonomi.
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3
Resiko infeksi
NOC :
NIC :
Immune Status
Knowledge :
Definisi : Peningkatan
Infection control
Risk control
resiko masuknya
organisme patogen
infeksi)
setelah dipakai pasien
Kriteria Hasil :
Faktor-faktor resiko :
Bersihkan lingkungan
lain
Pertahankan teknik
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan
infeksi
Mendeskripsikan
isolasi
Batasi pengunjung bila
proses penularan
perlu
Instruksikan pada
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
Trauma
Kerusakan jaringan
dan peningkatan paparan
lingkungan
Ruptur membran
Peningkatan paparan
lingkungan patogen
Imonusupresi
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan
berkunjung
kemampuan untuk
meninggalkan pasien
Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
infeksi
Jumlah leukosit
tangan
Cuci tangan setiap
(imunosupresan)
Malnutrisi
pengunjung untuk
mencegah timbulnya
amnion
Agen farmasi
tindakan kperawatan
Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
Ketidakadekuatan
imum buatan
aseptik selama
Tidak adekuat
pertahanan sekunder
Pertahankan lingkungan
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
petunjuk umum
Gunakan kateter
Tidak adekuat
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake
nutrisi
Berikan terapi antibiotik
pH, perubahan
bila perlu
peristaltik)
Penyakit kronik
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan kulit
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
NOC : Respiratory
NIC : Respiratory
berhubungan dengan
Status : Ventilation
Monitoring
penekanan diafragma
akibat asites
RR normal
Nadi normal
Pernafasan tidak
dalam
pernafasan
Catat adanya retraksi
otot dada waktu
otot dada
Tidak Dipsnea,
orthopnea
Tidak ada sputum
atau cairan
bernafas
Catat lokasi trakea
Kaji otot diafragma
Dengarkan bunyi suara
nafas
Kaji sesak nafas
Kolaborasikan dengan
dokter pemberian obat,
pemasangan nebulizer,
oksigen
berhubungan dengan
Elimination
Management
kuning
Tidak terjadi retensi
urine termasuk
urin
Tidak terjadi
inkontinensia urin
Tidak terjadi nyeri
Kaji dan
Pantau eliminasi
frekuensi,
na.
Pantau tanda dan gejala
retensi urin
Identifikasi faktor
penyebab inkontinensia
saat BAK
urin
Berikan penjelasan
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
Ajarkan pasien cara
mengosongkan kandung
kemih
Pasang DC
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L, 2002 : 335. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
International Study of Kidney Diseases in Children, 1970 serta Habib dan Kleinknecht
(1971).
Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddart vol 2 ed.8. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3 Jilid 1. Media Aesculapius
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2005-2006. NANDA. Prima Medika
Price, Silvia A. Buku Patofisiologi, ed.6. Jakarta: EGC