Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN PEMUPUKAN UNTUK EFISIENSI PERTANIAN

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Usaha Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian
Universitas Jember

Oleh:
Matria Pamungkas

(141510501040)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanah

merupakan

komponen

penting

dalam

setiap

kegiatan

buudidaya tanaman. Tanah sebagai media tempat tumbuhnya tanaman


memiliki berbagai peranan khususnya sebagai penyedia unsur hara dalam
tanah. Usaha budidaya tanaman memerlukan dalam kegiatannya harus
memperhatikan beberapa aspek dan salah satunya adalah ketersediaan
hara dalam tanah. Tanah di Indonesia saat ini telah banyak mengalami
degradasi unsur hara akibat berbagai faktor. Faktor yang mengakibatkan
tanah-tanah di Indonesia menjadi terdegradasi antara lain penggunaan
pupuk berlebih, aktivitas budidaya dengan komoditas yang sama selama
bertahun-tahun, penggunaan pestisida kimia, pengolahan lahan yang
berlebihan, kondisi cuaca dan iklim yang tidak stabil, dan lain sebagainya.
Unsur hara sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman sangat berperan
penting pada tingkat produktivitas tanaman. Penambahan unsur hara
dalam tanah diperlukan pada lahan-lahan yang sebagian besar telah
kehilangan unsur haranya. Penambahan tersebut dilakukan dengan
melakukan pemupukan. Pemupukan sebagai kegiatan untuk menambah
unsur hara dalam tanah, pemupukan harus dilakukan berimbang. Kondisi
tersebut bertujuan agar tanah tidak menglami keracunan atau kelebihan
unsur hara yang justru akan berdampak buruk terhadap pertanaman.
Setiap tanah memiliki kapasitas tersendiri dalam hal pemupukan kondisi
tanah yang mengalami defisiensi unsur hara tertentu akan menimbulkan
gejala tertentu pula dimana setiap gejala memiliki karakteristik yang
berbeda. Oleh sebab itu kegiatan identifikasi perlu dilakukan sebelum
melakukan pemupukan. Kegiatan identifikasi tersebut termasuk dalam
serangkaian kegiatan manajemen pemupukan demi tercapainya usaha
budidaya dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya kegiatan pemupukan untuk kebutuhan
tanaman budidaya?
2. Bagaimana cara manajemen pemupukan yang baik dalam usaha
budidaya?

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 PENTINGNYA PEMUPUKAN


Pengelolaan pemupukan perlu dilakukan dengan baik sehingga
dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan, yaitu menyediakan unsur
hara

dalam

tanah

sehingga

dapat

mencukupi

kebutuhan

hara

pertanaman. Biaya yang diperlukan dalam kegiatan pemupukan tergolong


tidak sedikit. Pada umumnya petani menghabiskan dana mulai dari
ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah demi memperoleh pupuk untuk
peningkatan produksi. Oleh karena itu sangat penting selalu diupayakan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan dalam tanah.
Kegiatan pemupukan dikatakan efektif apabila unsur hara yang
diberikan melalui pemupukan dapat terserap dengan baik oleh tanaman.
Kondisi tanah yang memiliki kandungan hara tersedia cukup tinggi akan
mempengaruhi tingkat kesuburan dalam tanaman. Menurut Arifin (2011),
tingkat kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas lahan yang
tinggi pula. Sehingga pada kegiatan pemupukan indikator keberhasilannya
adalah

kualitas

tanah

yang

menunjukkan

kemampuannya

dalam

menopang produktivitas biologi yang tinggi, mempertahankan lingkungan,


dan meningkatkan kesehatan tanaman, manusia dan hewan. Efisiensi
pemupukan

terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan

manajemen

operasional.

Jadi

peningkatan

efektifitas

dan

efisiensi

pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan


rekomendasi pemupukan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan
pemupukan adalah:
(1) Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi
tanaman,
(2) Tanaman memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi
tinggi,
(3) Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar,
(4) Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya
dikembalikan ke tanah.

Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu


tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah. Jumlah pupuk
yang diaplikasikan ke tanah, paling tidak bisa menggantikan jumlah hara
yang diangkut dan tidak kembali ke dalam tanah. Kondisi ini minimal
dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, dengan catatan
tidak

terjadi

kehilangan hara

dari

tanah

akibat pencucian, erosi,

penguapan dsb. Dan sebaliknya jika ingin meningkatkan kesuburan tanah


maka jumlah pupuk yang diaplikasi harus lebih besar dari yang diangkut
saat panen.
2.2. MANAJEMEN PEMUPUKAN
Kegiatan manajemen pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di
gudang sampai dengan diaplikasikan di lapangan, yaitu secara garis besar
berurutan sbb: Gudang Penyimpanan Pengeluaran dari Gudang
Pengangkutan Pengeceran di lapangan Aplikasi di lapangan. Agar
dilakukan pengawasan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas
pemupukan. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi pada setiap
tahap kegiatan tsb di atas, baik saat di gudang, pengangkutan,
pengeceran, dan saat aplikasi pupuk.
2.2.1. Gudang
Di Gudang terjadi 3 kegiatan adalah penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran

pupuk.

Pada

saat

penerimaan

tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk.

dilakukan

pengecekan

Penyimpanan di gudang

dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos
sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga
pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out
(FIFO) setiap jenis pupuk.

Hal ini akan menjamin bahwa penerapan

aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik.


Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:

Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang


diberi penutup lembar plastik.

Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung


pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang.

Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP.

Hasil analisa Laboratorium yang terlalu lama.

2.2. Pengangkutan dan Pengeceran


Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok, tidak terjadi
kebocoran di jalan. engeceran yang tepat akan sangat menentukan
kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis.
2.3. Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan
efektifitas pemupukan. Istilah umum adalah 5 tepat, yaitu: Tepat Waktu,
Dosis, Jenis, Cara, dan tepat tempat.

Waktu

Pengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar


aplikasi pupuk sama jenis, selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda,
kondisi cuaca dan kelembaban tanah. Waktu pemupukan akan sangat
menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap
tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk.

Pada dasarnya,

pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air
pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan.
Misalnya pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun
yaitu semester-1 dan semester-2.

Stategi berikut diberikan sebagai

pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.


A. Pemupukan saat musim kering
Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan
> 75 mm/bulan. Aplikasi pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan
volume curah hujan dengan ketentuan:

Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.

Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari

hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah
hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut.

Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak

ada hujan dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk
mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidah hujan. (catatan: Pupuk RP,
Super

Fosfat,

dan

Dolomite

dapat

diaplikasi

karena

tidak

terjadi

penguapan).
B. Pemupukan saat musim hujan
Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan
curah hujan < 250 mm/bulan.

Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.

Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.

Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman


berikut:

Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan

dengan curah hujan < 200 mm/bulan.

Pemupukan dilakukan apabila

curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan dihentikan apabila
curah hujan > 40-45 mm per minggu.

Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara

Tawas/Kandis, pemupukan dilakukan pada periode curah hujan terendah.


Berdasarkan data curah hujan selama puluhan tahun terakhir dan
berpedoman pada startegi d atas, maka tabel di bawah ini memberikan
perkiraan periode program aplikasi pemupukan setiap wilayah. Namun
demikian, aplikasi pupuk aktual harus memperhatikan curah hujan di
setiap kebun.

Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk setiap semester

dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan.

Dosis

Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan


dosis rekomendasi.

Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistim

pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses


perawatan, dsb), sistim pengupahan, dsb. Dosis atau kuantitas aplikasi
pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menyerap hara. Jika

jumlahnya

melebihi

kapasitas

tanah,

maka

mendorong

terjadinya

kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi
cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi
akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

Jenis

Jenis

pupuk

yang

diaplikasi

harus

sesuai

dengan

yang

direkomendasikan. Jika karena sesuatu hal, maka konversi pupuk dapat


dilakukan dengan menghubungi ke SMARTRI. Konversi jenis pupuk, selain
mempertimbangkan kadar total hara, juga tingkat kelarutan, sifat-sifat
hara pupuk dsb.

Cara

Yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di


lapangan dan cara menabur pupuk.

Pertimbangannya adalah agar

tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan


hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma, dsb. Tingginya
konsentrasi hara akan berpotensi meningkatkan kehilangan hara pupuk
melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off).

Hal ini

berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara.


Sampai dengan saat ini, aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader)
menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar hara daun pada
pertanaman dalam skala perkebunan seperti kelapa sawit

Tempat

Lokasi pemupukan harus sesuai dengan anjuran yang ada dimana


dalam

setiap

tanaman

memiliki

tempat

aplikasi

yang

berbeda.

Pemupukan pada daun dilakukan untuk meningkatkan laju fotosintesis


tanaman

demi

peningkatan

produktivitas

pemupukan

pada

tanah

umumnya dilakukan pada unsur-hara yang mudah ditranslokasikan atau


unsur hara mobile.

BAB 3. KESIMPULAN
Pemupukan merupakan kegiatan yang penting dilakukan demi
meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan berimbang dengan
memperhatikan beberapa faktor akan lebih mengefisiensikan jumlah
pupuk

yang

membutuhkan

digunakan

oleh

manajemen

petani.
untuk

Kegiatan
pengaturan

aplikasi

pemupukan

pemupukan

yang

berimbang dan efektif. Melalui tepat waktu, dosis, cara, tempat, dan jenis
maka manajemen pemupukan sudah dapat dikatakan telah berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol pada
Penggunaan Lahan yang Berbeda. Agroteksos, 21 (1) : 53-54.

Anda mungkin juga menyukai