KATA PENGANTAR
No. Invcnt~r1s ;
!~:J- r ;:r-:- ~ ~::
\---".
r---~ ~
'! . - .
, ___
'
\I
'l
2 6 JULWilf-="'"="~
~~ -=~
.
Pcro'nJ;:W:
\ ? !0 c
"_
_ _ _ _ _ __,;!._
... ...,..,.,.--=--=-"=~U
= ..,-.-.-1
DAFTARISI
DAFTAR lSI
Hal
ii
I.
Pendah uluan ............................................... ..... ... ... .......... ..... .. ...... .
1
II. Dasar Pemikiran Pembentukan Desa Siaga ...................................
2
Ill. Gambaran Desa Siaga di Desa Mlirip ........... .... ......... ........ ..... ......
3
IV. Langkah-Langkah Pembentukan Desa Siaga .................................
6
V. Has il yang Dicapa i ....................................................................... 10
VI. Hal-Hal yang Dapat Dipelajari ..................................................... 11
VII. Hal-Hal yang Telah Dil ak ukan oleh Pusat Promosi Kesehatan ...... 11
Vlll.lkhtisar .......... .. .................. .. ............................. ........ ..................... 11
2.
3.
Pendahuluan ..................................................................................
DasarPemikiran ............................................................................
Upaya Promosi Kesehatan .............................................................
Has il yang Di capa i .......................................................................
Hal-H al ya ng Dapat Dipelaj ari ... ........ .. .................. .... .... ..............
Hal-H al ya ng Telah Dil ak ukan Pu sat Promosi Kese hatan dan
Din as Kesehatan Prov in si NTB .......... ...... .................. ....................
13
17
19
22
26
31
33
36
37
39
iii
DAFTARIS/
V . Langkah-L angkah Pengembangan Seka lah Sehat .. ... .. .. ... .... ... ... ... . 43
V I. Hal-H al y ang Dapat Dipe laj ari .. .. ............ .... .. .... .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. 44
V II . lkhti sa r .............................. .. ... ... .... ... ... ... .. .... .. ... ... ........................... 45
4.
5.
6.
iv
47
47
49
51
57
58
58
59
59
62
64
70
70
71
DAFTAR IS/
VIII. Hal-Hal yang Telah Dilakukan oleh Pusat Promosi Kesehatan ...... 80
IX . lkhti sar ....................................... ... ......... ....................................... 80
7.
8.
85
88
90
93
9.
83
95
98
101
105
105
106
107
115
123
123
125
127
129
131
136
I.
PENDAHULUAN
Gambaran Wilayah dan Masalah Kesehatan Masyarakat
Gambar 1 :
Weling Karsa (Welijo Keliling Keluarga Sejahtera)
sebagai satu upaya meningkatkan gizi keluarga.
II.
3.1
DATAUMUM
3.1.1
Data Umum
jumlah Dusun
jumlah RT/ RW
Dasa Wisma
jumlah penduduk
jumlah rumah
jumlah KK
jumlah kader PKK
jumlah kader umum
7
37/10
120
6.214
1.526
1.579
26
50
1 buah
3/1 buah
Ambulans Desa
4.3
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pasar Pujangga
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Mlirip dibentuk pula
Pasar Pujangga dan Weling Karsa. Setiap warga yang mempunyai keterampilan
memasak dan usaha sayur keliling dibekali oleh PKK modal usaha, sehingga
mereka mandiri dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Sampai saat ini
Pasar Pujangga sudah mencapai 14 rengkek (berj ualan dengan sepeda).
POSYANDU
Upaya Posyandu, digerakkan oleh tim penggerak PKK tingkat kecamatan
dan desa, dengan berbagai kegiatan seperti: penimbangan bayi, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), demo masakan bergizi, dan konsultasi kesehatan.
Selain itu anak-anak dididik untuk melakukan hidup bersih sehat seperti cuci
tangan, sikat gigi, buang sampah tidak boleh sembarangan melalui program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan bina keluarga balita.
10
Melakukan Audiensi dan Advokasi kepada Bupati Mojokerto dan ketua Tim
Penggerak PKK beserta lintas sektor yang mendukung program peningkatan
kesehatan masyarakat secara terintegrasi.
VIII. IKHTISAR
Dengan segala permasalahannya, khususnya masalah kesehatan berbasis
perilaku yang dihadapi masyarakat Desa Mlirip, Kabupaten Mojokerto memacu
kreativitas dan inovasi masyarakat untuk hidup sehat dengan cara mengadakan
kegiataan Lomba PHBS. Melalui kegiatan ini Desa Mlirip mampu menjadi desa
berPH BS atau des a sehat. Keberhasi Ian in i semata-mata tidak hanya karen a
11
ada nya komitmen yang tinggi dan kemitraan ya ng terjalin baik antara pemerintah
kabupaten, kecamatan , desa dan masyarakat serta peran lintas sektor, LSM, dan
swasta. Namun semua ini juga hasil kerja keras masyarakat Desa Mlirip.
Oleh sebab itu pantaslah bahwa Desa Mlirip perlu mendapat penghargaan
dan menjadi teladan bagi desa-desa la in di se luruh Ind o nes i a dalam
memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya , mencegah risiko terjadinya
penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
Peranan Masyarakat Kabupaten Mojokerto dalam mewujudkan Desa Mlirip
menjadi Desa Siaga lebih banyak menyangkut aspek manajemen dan kemitraan
dengan swasta, lintas sektor, LSM, dan kelompok potens ial di masyarakat perlu
mendapat dukungan dana, sarana, dan prasara na serta meningkatkan kapasitas
petugas harus terus diupayakan secara berkesinambungan untuk kelangsungan
hidup berPHBS seca ra terus menerus kepada masya rakat dengan didukung
media promosi yang efektif.
12
I.
PENDAHULUAN
13
OKaya
D Sedang
Miskin
14
Tabel1.
Jumlah Penduduk Desa Sebasang Berdasar Mata Pencaharian (Tahun 2005)
Akses Sara na Air Be rsi h (SAB) di Desa Sebasa ng pra promos i kesehatan
secara kese luruh an adal ah 42,51% dari juml ah KK yang ada. Dal am ke lu arga
kaya, a kses me nca pa i 50%, ke lu arga seda ng 20,61%, dan ke lu a rga miskin
10,63%. Sedangkan untuk sa rana sanitas i be rupa jamban ke lu arga baru mencapai
4 1,33 % dari tota l KK de nga n rin cian 57, 14% te lah ada di ke lu arga kaya, 17,56%
ke lu arga sedang, da n 3,8% ke lu arga miskin. Gambar 2 memperlih atkan komposisi
akses pe nggun aa n SAB da n sanitasi di rum ah tangga masya rakat Desa Sebasa ng
sebe lum program dil aksa naka n.
Akses Penggunaan SAB dan Sanitasi
{Kondisi Pra Promosi Kesehatan)
60
50
~
~
"'
g>
{!.
""'
"'
0
SAB
SAN ITAS!
15
40
~ 30
{J.
~ 20
ex:" 10
SAB
SAN ITASI
Jenis Sarana Kesehatan
Kegiatan Posyandu
16
17
Tabel2.
Perumusan Masalah, Penyebab, Upaya, dan Potensi
No
Masalah
I Penyebab Terjadinya I
Masalah
1. Pengetahuan &
kesadaran
masyarakat tentang
PHBS
2. Ada asumsi bahwa
pembangunan
jamban memerlukan
biaya mahal
1. Sulitnya mendapatkan
2. Akses sarana air
bersih rendah dan
air tanah karena
kebiasaan minum
daerah bebatuan &
air yang tidak
airnya cukup dalam
dimasak
10 m ke alas
2. Masyarakat tidak
mengetahui akibat
minum air yang tidak
dimasak
3. Kebiasaan
1. Kurangnya kesadaran
masyarakat tidak
tentang pentingnya
cuci Iangan sebelum
PHBS
makan dan setelah
BAB
4. Kurangnya peran
1. lnformasi
serta masyarakat
pembangunan sering
miskin dan kaum
tidak sampai & tidak
perempuan dalam
diketahui oleh
pelaksanaan
masyarakat miskin
pembangunan
2. Budaya setempat
bahwa laki-laki lebih
dominan dalam
pembangunan dan
perempuan punya
tugas hanya
mengasuh anak dan
keluarga
5. Tingginya angka
1. Mencari dan
droup out Kader
mendapatkan peluang
Kesehatan
kerja ke luar daerah
2. Tidak ada perhatian
khusus dari
pemerintah maupun
masyarakat
3. Kawin ke daerah lain
1.
18
Kebiasaan
Masyarakat
BAB di sembarang
tempat
Upaya Pemecahan
Masalah
1. lntensitas penyuluhan
perlu ditingkatkan
Potensi yg Dimiliki
----
1. Cukup tersedia
material lokal
1. Tersedia tenaga
penyuluhan kesehatan
1. Kader kesehatan
2. Program kartu sehat
KABUPATENSUMBAWA,NUSATENGGARABARAT
A.
Program WSLIC-2
Proyek WS LIC-2
B.
PROGRAM CLTS
CLTS (Community Led Total Sanitation) atau Sanitasi Total yang dipimpin
oleh masyarakat adalah suatu " Pendekatan" dalam rangka mendorong atau
memotivasi masyarakat untuk melakukan suatu gerakan yang tumbuh atas dasar
kesadaran semua kompon en/e lemen masyarakat khususnya gerakan
membebaskan lingkungan dari membuang air besar di tempat terbuka (Open
Defecation). Metode ini mer upakan cara lain untuk membangun jamban
keluarga di masyarakat dengan prinsip dasar:
MODEL PROMOSI KESEHATAN
19
1.
2.
Gerakan masyarakat
Akses jam ban Ke lu arga yang tidak mencapai 100 % (Non Total
Sanitation) akan memberikan dampak negatif kepada masyarakat baik
yang memiliki jamban maupun ya ng tidak memiliki j amban. Dengan
kata lain bahwa masya rakat yang m emiliki jamban tetap rentan
terhadap kontaminasi kotoran ke MULUT di karenakan tindakan dari
orang-orang ya ng tidak mem iliki jamban dan membuang kotoran di
se mbarang tempat, untuk itu dalam rangka mengatas i permasalahan
yang berkaitan dengan san itas i diperluk an suatu GERAKAN yang
melibatkan semua masyarakat untuk membangun sarana sa ni tas i secara
sere ntak (Tota l Sanitasi).
3.
20
C.
21
1.
Melihat data-data penyakit pada periode sebe lum adanya program promosi
kesehatan , tampak adanya pe nurun an ya ng sa ngat bermakna seca r a
epidemiol ogis, kalau pada periode tertentu sebe lumnya terdapat ada 43 kasus
diare dengan 2 kali outbreak (K LB ), ada kas us konjuctivietis, penyakit kulit,
malari a, demam berdarah, maka dengan terp enuhinya akses air bersih dan sa nitas i
menjadi 100 % seiring dengan adanya peningkatan perubahan perilaku buang
air besar di jamban, minum air yang dimasak, penangan sampah dan limbah
rumah tangga ya ng memenuhi syarat kesehatan, maka seiring dengan itu pula
telah terjadi akselerasi penurunan angka kesa kitan menj ad i jauh leb ih kec il
dari angka sebe lumn ya. Bahkan dampak penting ya ng dirasakan oleh warga
masyarakat Desa Sebasang selain turunnya angka kesakitan ada lah sebaga i
berikut:
a. Meningkatnya cakupan atau akses air bersih dan j amban keluarga
menjadi 100%. Masyarakat D esa Sebasang telah menetapkan adanya
kawasan bebas tinja di tiga dusun.
b. Men in gkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu anak (K IA)
c. Cakupan imu nisasi
d. Meningkatnya persentase keluarga tidak merokok
e. Masyarakat tidak lag i membutuhkan waktu yang cuk up lama untuk
mend apatkan juml ah air bersih yang dibutuhkan, karena sebe lumnya
masyarakat mengambil air dengan berjalan kaki ratusan meter bahkan
sam pai 2 km dari tempat tinggalnya, apalagi pada mu sim kemarau .
Penin gkatan derajat kesehatan d itandai oleh meningkatnya akses masyarakat
untu k sarana air bersih dan sa nitas i setelah promosi kesehatan dilakukan.
22
~ 80
"'
"' 60
c:
~ 40
"'
.<:
"'E
20
::l
IX
o>
KAYA
SEDANG
MISKIN
Tingkat Kesejateraan KK
Peningkatan akses tertinggi justru terjadi pada keluarga miskin, dari 10,63%
menjadi 100% setelah program selesai.
Promosi kesehatan di Desa Sebasang terbukti mampu meningkatkan akses
sanitasi, bahkan kelompok miskin mengalami peningkatan drastis dari 3,8 %
menjadi 100%.
Akses Sanitasi Sebelum dan Setelah
Program Promosi Kesehatan
120
~ 100
100
100
100
SEDANG
MISKIN
~ 80
"'
"
"'E
~
.s=
::1
60
57,14
-,-......,..,.
40 ,
cr::
KAYA
Tingkat Kesejahteraan KK
23
KABUPATENSUMBAWA,NUSATENGGARABARAT
Diare
J-7
PKUII
' -
,,,.
'l2
Dlsel\ln
a.
Malana
OarahTingg
7
27
"'
27
1
22
Sebelum
Setelah
20
' 0
11
PSrstem
PKuh!lnfekSt
1
10
0
~
10
20
30
40
50
Juml.ah Kasus
2.
24
3.
Aspek Pemberdayaan
4.
25
KABUPATENSUMBAWA,NUSATENGGARABARAT
1.
Rend ahn ya ca kupan air bers ih atau kes ulitan untu k mendapatkan air bersih
setelah memac u pemerintah desa dan masyarakat beru paya mecari sum ber
mata ai r dan sumber pend anaa n un tuk menca pai kebu tuh an A ir Bers ih bagi
masyarakat. Pada tahun 20 04 telah mengirim proposa l kepada pe m erintah
D ae rah, de nga n harapa n agar Pemerintah Kab upaten Sumbawa di ber ika n
kese mpata n kepada masyarakat Desa Sebasang untu k mendapatka n program
WS LIC-2 ta hu n anggaran 2005.
a.
26
,,
b.
Peraturan Desa
Setiap kegiatan yang dilibatkan masyarakat umum oleh pemerintah desa
se l alu di bentuk peraturan desa yang mengatur tentang strategi
pelaksanaannya baik bentuk aturan tertulis maupun dalam bentuk
kesepakatan adat.
Pelaksanaan WSLIC-2 diatur dengan kesepakatan adat yang isinya "Bagi
masyarakat yang tidak mendukung pelaksan aa n WSLIC-2 akan dikenakan
sanksi sesua i hukum adat yang berlaku".
Contoh:
" Bagi masyarakat yang tidak mau berkontribusi dalam bentuk uang dan
tenaga maka tidak akan di berikan pelayanan air bers ih ".
B.
1.
Kesadaran Masyarakat
Berd asa rkan hasil Program WSLIC-2 yang dilaksanakan oleh seluruh
komponen masyarakat yang telah menemukan permasalahan di desa Sebasang
bahwa angka kesakitan dan kematian salah satunya di sebabkan oleh perilaku
masyarakat itu send iri . Lebih khusus d i sadar i bahwa kotoran manusia yang
dibuang di sembarang tempat merupakan penyebab utama tingginya angka
kesakitan dan kematian di Desa Sebasang. Disamping itu masyarakat juga
menyadari bahwa:
>>
,,
27
KABUPATENSUMBAWA,NUSATENGGARABARAT
3.
28
C.
1.
,,
,,
,,
2.
3.
PHBS
a)
29
KABUPATENSUMBAWA, NUSATENGGARABARAT
30
KA BUPATENSUMBAWA,NUSATENGGARABARAT
h)
2.
3.
4.
31
I.
PENDAHULUAN
33
dari 27 desa. Batas w il ayah sebelah Utara dengan Keca matan Kl uet Utara, sebelah
Selatan dengan Samudra Hindia, sebe lah Timur dengan Keca matan Tapaktuan
dan sebelah Barat dengan Keca matan Sawa ng.
juml ah penduduk di Keca matan Samadu a tahun 200 5 sebesar 15.204 ji w a,
te rdiri dari 739 4 jiwa laki -laki dan 7810 ji wa perempuan denga n 66,44 %
di antaranya adalah penduduk mi skin (2 4 39 kepala kelu arga). Sebag ian dari
27 desa ada di Keca matan Samadu a, terl etak di dataran rend ah dan sebag ian di
dataran t in gg i serta mempun ya i iklim tro pi s. Sebag ian pe nd ud uk berm ata
penca hari an sebaga i petani dan sebag ian lag i sebaga i nelaya n, khu susnya ya ng
terkonsentras i di se panj ang pa ntai jal an raya pes isir dan pin ggiran sun gai.
Berdasarkan tin gkat pendi dikan yang dapat di se lesaikan/d ita matkan ada lah
pendidikan sarjana/akademi/ 0 3 4,6 %, SLTN MAN 19,1 %, SLTP/MTsN 16, 0. %,
SO/MI N 26%, dan lainn ya 6, 7%. lni menunjukkan ba hwa tin gkat pe nd id ikan
penduduk di Kecamatan Sam adu a mas ih relatif rendah.
34
dengan Kabupaten Aceh Besar, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia. Luas wilayah Kota Banda Aceh adalah 61,36 km 2 .
Pendududk Kota Banda Aceh pada tahun 2005 pasca tsunami berjumlah
192.607 orang dengan 9 kecamatan dan 89 desa. Kecamatan yang paling ban yak
penduduknya adalah Kecamatan Kuta Alam dengan jumlah penduduk 43.113
orang, sedangkan Kecamatan Kuta Raja berpenduduk paling sedikit, yaitu 5.122
orang. Dari 192.607 jumlah penduduk, 35.664 orang masih tinggal di barak dan
tenda pengungsian.
Kemajuan pendidikan di Kota Banda Aceh pasca tsunami pada awalnya
sangat mengkhawatirkan karena banyaknya sarana pendidikan yang hancur,
tetapi kondisi satu tahun pasca tsunami banyak fasilitas pendidikan yang telah
dibangun kembali oleh negara donor dan NGO, termasuk pemerintah. Hal ini
cukup menggembirakan karena pelaksanaan program pembangunan pendidikan
di daerah ini telah menyebabkan makin berkembangnya suasana belajar
mengajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Penduduk laki-laki dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 2.653 orang
dan perempuan 2.569 orang, pendidikan SMP laki-laki 2.606 orang dan
perempuan 2.279 orang. Pendidikan SMA laki-laki sebanyak 3.217 orang
sedangkan perempuan 2.239 orang dan yang perguruan tinggi laki-laki sebanyak
1.019 orang dan perempuan 729 orang.
35
36
Gam bar:
Wawancara Bapak Ahmad Suyudi (saat masih menjabat sebagai Menkes) dengan Kepala Sekolah dalam
Acara Kunjungan ke SDN 3 Samadua
37
3.2
Madrasah Dasar Negeri 110 "Comm unity School" Banda Aceh merupakan
sekolah percontohan pengembangan Sistem Pendidikan Dasar yang bernuansa
islami berdasarkan realisasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 tentang
penyelenggaraan pendidikan. Dalam B.(lb II disebutkan bahwa Pendidikan Daerah
adalah pendidikan yang berakar pada ajaran Islam yang bersumber AI-Quran,
dan AI-Hadits serta kebudayaan Aceh.
Sekolah ini diresmikan pada tanggal 2 September 2000 oleh
Meteri Pendidikan Nasional , terletak di jalan Sultan Malikul Saleh,
Gang HKA jalil No. 3 Lamlagang, Banda Aceh, telepon (0651) 635179,
email mdnbna11 O@yahoo.co.id.
Luas sekolah 3.291 m 2 dengan 12 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala
sekolah, ruang UKS, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, ruang komputer,
mu shola, ruang perpustakaan masing-masing satu buah. Sekolah ini juga
memiliki 7 we dan 1 kamar mandi, 800m 2 halaman sekolah, memiliki lapangan
badminton, bola kaki , bulutangkis, basket, voli, dan sepak takraw. jumlah guru
dan pegawai sebanyak 20 orang, terdiri dari 1 7 orang guru pegawai negeri dan
3 orang guru tidak tetap, sedangkan jumlah murid tahun 2006/2007 sebanyak
360 orang.
Gambar:
Madrasah Dasar Negeri 110 "Community School" Percontohan
38
4.2
a.
39
b.
Media komunikasi (Poster GHS, leaflet buah dan sayur, dan media
lain)
Gam bar:
Pelatihan Dokter Kecil di Ruang UKS SON 3 Samadua
c.
Dokter Kecil
Dokter Kecil merupakan kader-kader kesehatan dan pemacu semangat bagi
teman-temannya untuk mengetahui betapa pent in gnya kesehatan dalam
hidup, serta mau dan mampu memberikan contoh dan pertolongan kepada
teman-temannya . Sampai dengan tahun 2006 SDN 3 Samadua mempunyai
dokter kecil sebanyak 64 ora ng yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6.
Kegiatan dokter kecil yang dilakukan d i SDN 3 Samadua adalah:
Melaksanakan P3K
Pemeriksaan kuku
Kerja bakti
40
Gam bar:
Siswa memperagakan cara menyikat gigi yang baik dan benar
d.
Taman Sekolah
Di halaman belakang sekolah SDN 3 Samadua terdapat kebun sekolah
yang ditanami berbagai jenis tanaman sumber gizi keluarga seperti pisang,
ketela pohon, pepaya, dan tanaman obat keluarga serta apotik hidup sebagai
wadah pengenalan bahan obat tradisional seperti kunyit, jahe dan kumis
kucing
41
Gambar:
Pelantikan dan penyerahan sertifikat Dokter Kecil
Gam bar:
Klub Sepak Bola dan Peserta Olimpiade Matermatika Tingkat Nasional dari MDN 110 Percontohan
42
5. 1. Dines Keseheten
Dinas Kesehatan melalui puskesmas telah melakukan pembinaan ke se luruh
SD/M I yang ada di wilayah Kecamatan Samadua sebanyak 20 seko lah .
Pembinaan dilakukan kepada guru UKS, dokter kecil, warung sekola h, melakukan
pemer iksaan kesehatan kepada murid dan dokter kecil. Selain pembinaan dari
Dinas Kesehatan Provinsi juga memberikan paket bantuan berupa alat/media
promosi kesehatan
5.2. Beppede
Peran Bappeda dalam pengembangan Sekolah Sehat, yaitu melakukan
koordinasi dengan dengan dinas kesehatan , dinas pertanian , dinas perikanan,
dinas pendidikan nasional. Sedangkan sumber dana untuk UKS berasal dari
APBD 2 merupakan bukti adanya komitmen pemerintah dalam mendukung
pembangunan sekolah sehat.
43
44
VII. IKHTISAR
Usaha kesehatan sekolah merupakan media belajar anak didik di SO Negeri
Samadua dan MDN 110 "Community School" Percontohan harus terus
dikembangkan dan ditingkatkan. Karena siswa-s iswi ini merupakan change agent
sesama ternan di lingkun gan seko lah maupun di luar sekolah, termasuk
lin gkungan keluarga.
Namun karena kegiatan UKS ini dilakukan hanya pada kelas IV s.d kelas
VI, tentunya upaya regenerasi dari siswa-s iswi kelas VI harus terus dilakukan
agar kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan tidak berhenti sampai pada
memenangkan Iomba.
Disamping itu, yang sangat perlu diperhatikan juga adalah dukungan dana,
sarana, dan prasarana dari pemerintah daerah setempat serta peningkatan
kerjasama lintas sektor harus terus diupayakan dan ditingkatkan secara
berkesinambungan untuk ke langsungan Usaha Kesehatan Sekolah, seh in gga
upaya menciptakan seko lah sehat sebagai sa lah satu tatanan promosi kesehatan
dapat terwujud di semua seko lah di negeri tercinta ini .
45
I.
Kota Depok merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki
luas wilayah 200,29 km 2, disebelah Barat/Utara wi layah Kabupaten Dati II Bogar
dan berbatasan langsung dengan Wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang,
dan Kabupaten Bekasi. Kota Depok merupakan dataran landai dengan rata-rata
ketinggian 121 m dari permukaan laut dan merupakan daerah resapan air bagi
DKI Jakarta . Secara topografis wilayah ini perlu dikendalikan dan direncanakan
pembangunannya sehingga tidak mengancam ketersediaan air bagi wilayah
DKI Jakarta.
Secara administratif Kota Depok mempunyai batas wilayah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
47
Kota Depok terdiri dari 6 kecamatan dengan 63 kelurahan , data dari Badan
Pusat Statistik tahun 2003 jumlah penduduk setiap 1 km 2 (kepadatan penduduk)
Kota Depok sebesar 5.709 dengan jumlah penduduk 1.143.403 jiwa. Kondisi
wilayah Kota Depok merupakan tanah darat dan tanah sawah. Sebagian besar
tanah darat merupakan areal pemukiman sesuai dengan fungsi Kota Depok yang
dikembangkan sebagai pusat pemukiman, pendidikan, perdagangan, dan jasa.
Berpindahnya kampus Universitas Indonesia ke kota ini turut memberi andil
terhadap kebutuhan akan perumahan. Kehadiran mahasiswa menyumbang
kepadatan yang besar di Depok pada siang hari dan menghadirkan pula
peningkatan kebutuhan akan barang, jasa, dan rumah tinggal bagi para mahasiswa
(rumah kontrak). Sampai tahun 2003 terdapat 2.913 rumah kontrak di Kota Depok,
pusat perbelanjaan modern juga ikut meningkat seiring bertambahnya peningkatan
jumlah penduduk.
Kota Depok juga merupakan sa lah satu tempat menjadikan kota in i sebagai
daerah permukiman dengan tota l luas w il ayah 10.968 Ha. Pemerintah Kota Depok
sadar betul daerahnya menjadi pil ihan bagi pekerja yang mencar i nafkah d i
jakarta. Pertambahan jumlah penduduk yang relatif pesat menyebabkan
kebutuhan akan perumahan meningkat. Secara rinci penggunaan lahan ada lah
sebagai berikut:
Pemukiman
Pertan ian
lndustri
Raw a
Lain-lain
10.968Ha
4.653 Ha
344 Ha
91 Ha
3.973 Ha
Mata pencahar ian penduduk sebag ian besar dalam bidang perdagangan
dan jasa yaitu sebesar 35 ,42 % dari tota l penduduk. Adapun rincian mata
pencaharian penduduk Kota Depok menurut data Badan Pusat Statistik Kota
Depok sebagai ber ikut:
48
Pada dasarnya PTM dapat dicegah melalui gaya hidup sehat. Banyak studi
telah membuktikan bahwa mereka yang tidak merokok, diet sehat dengan kalori
seimbang, dan cukup aktivitas fisik dapat terhindar dari penderitaan PTM. Apalagi
jika mereka secara teratur rajin memeriksakan kesehatannya meskipun tidak
sakit. lnilah yang disebut pencegahan.
Faktor risiko PTM dapat tercegah pada fase dini. Empat faktor risiko PTM
utama adalah:
a.
b.
c.
d.
Faktor Risiko Melekat yang sulit dan mungkin tidak dapat diubah, yaitu
umur, jenis kelamin, keturunan, dan status sosial
Faktor Risiko Perilaku yang bisa diubah, ya itu merokok, konsumsi
alkohol , kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, dan konsumsi
lemak yang berlebih
Faktor Risiko Lingkungan , yaitu kondisi ekonomi daerah, lingkungan
sosial seperti modernisasi , serta lingkungan fisik antara lain seperti
polusi dan lokasi di bawah tegangan listrik tinggi
Faktor Risiko Penyakit Antara yang terdiri dari faktor risiko fisik berupa
obesitas dan hipertensi , serta faktor risiko biologis berupa hiperglikemia
dan hiperlipidemia
49
Faktor Risiko
Penyakit Antara
ObeSitas
Htpertensi
Htperglikema
Hiperdtshptdemi
Fase Akhir
Penyakit
Penyaktt
Kardtovaskular
Stroke
Dtabetes
Melilus
Kanker
PenyakJt Pa\J
Kronik
Obstrukttf
Merokok ada lah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler,
stroke, kanker, paru kronik obstruktif, dan komplikasi vaskular dari diabetes.
Kurang konsumsi serat, obesitas, kurang akt ivitas f isik, dan hiperkolesterol
berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
Hubungan antara faktor yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari
matriks berikut:
50
t:
Proses
Pemberdayaan
keluarga/masy/swasta
Pembelajaran
-+I
Sesuai Sosbud
-.I
Menciptakan lingkungan
yang kondusff untuk
bergaya Hidup Sehat
f-
lr=>
:.\'an
51
dan kian menj adi momok pe ncab ut nyawa para pend eritanya. ji ka kita tengok
ke belakang menurut surve i pada tahun 1980 penyakit menul ar seperti TB C dan
di are menjadi pen ye bab kemati an pe nduduk hin gga 69, 4 9 %. Du a dekade
kemudi an, menurut SKRT 2001 angka tersebut bi sa ditekan menj ad i 44,57%.
Namun di sisi lain, kemati an akibat PTM ternyata melonj ak drasti s dari 25,41 %
pada 1980 menj adi 48,53% pada SKRT 2001 .
Dalam penge lolaan Posbindu Abadi j aya, Balitban g mend apatkan d ukungan
penuh dari Departemen Penyak it Dalam FK U I RSCM dan perwak il an Badan
Kese hatan Duni a (WHO) di Indo nes ia. Pada ta hun 2001 W H O memilih ti ga
negara anggota, yakni Indo nes ia, Ind ia, dan Bangladesh untu k melaku ka n proyek
perco ntohan program Pencega han dan Pengend ali an Penyak it Tid ak M enul ar
Berbas is Masyarakat.
a.
2)
Mawas diri
Me lalui kegi atan mo nitoring secara rutin da n peri odi k, faktor ri siko
PTM yang umumn ya kurang menimbulkan gejala, dapat terdeteks i secara
dini da n masyarakat dapat se kali gus mengatas in ya seca ra mandiri .
M elalui kegi atan Posbindu PTM masyarak at dapat se lalu waspada dan
siaga untuk mencega h dan mengend alikan fa ktor ri siko PTM.
52
b.
3)
4)
Mudah dijangkau
Kegiatan Posb indu PTM di lakukan dengan car a terpadu dan praktis.
Kegiatan dilaksanakan dengan jadwal yang ditetapkan sendiri oleh
m asyarakat dan diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal
masyarakat atau lin gkungan tempat kerja tertentu. Dengan demikian
upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM ini mudah
dijangkau o leh masyarakat, karena se lain leb ih dekat kegiatan
dilaksanakan sesua i dengan peluang wa ktu yang mereka miliki.
5)
Murah dilaksanakan
Kegiatan Posbindu PTM dapat dikatakan murah, karena monitoring dan
tindak lanjut faktor risiko PTM dilakukan secara terintegrasi pada satu
kesempatan dengan biaya pemeriksaan yang ditanggung secara kolektif
sehingga dapat lebih eko nomis daripada dilakukan send iri-sendiri .
Disamping itu kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, dengan
biaya yang telah disepakati bersama berdasarkan azas gotong royong
dan kekeluargaan serta ses uai dengan batas kemampuan masyarakat.
Di Posbindu PTM Abadi j aya, warga menyepakati membayar
Rp. 15.000,- per orang untuk pemeriksaan berupa tekanan darah, berat
badan, lingk ar pinggang-pinggul, dan kadar gu la darah. Hasil
pemeriksaan dapat langsung dikonsultasikan pada petugas yang ada.
c.
53
54
Hal yang berbeda adalah jenis kegiatan berupa monitoring faktor risiko
PTM Utama secara terintegrasi dan sistematik/runut, kemudian diakhiri
dengan tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risiko berupa konseling sesuai masalah yang
ditemukan.
jenis kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu PTM meliputi 5 (lima) kegiatan
utama yang dapat memantau faktor risiko PTM, yaitu:
1)
2)
3)
55
b.
c.
b.
58
Terbentukn ya Posb indu PTM Abadi j aya membantu masya raka t mengetahu i
faktor ri siko PTM secara dini se hin gga menumbuhkan kesa daran untuk
berperilaku hidup sehat.
Dukungan seca ra nyata dari Dinas Kese hatan, Ba litbang Kese hata n, dan
WHO m a mpu m e ngga l ang potensi m asyaraka t d a l am mengatas i
petmasa lahan kese hata n yang dihadapinya.
Desa Pengliouron
Kabupaten Bangli. Ba li
I.
GAMBARAN DAERAH
Kelurahan
Kelurahan
KeiUIahan
Kelurahan
59
Selain itu sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja puskesmas
ya itu 8 praktik bidan swasta, 3 praktik dokter swasta, 1 klinik bersalin, 4 pos KB,
42 sub pos KB , dan 1 unit puskesmas keliling dalam kondisi rusak.
Tahun 2005 Puskesmas mendapat alokasi dana dari APBN sebesar
Rp. 31.383 .514 dan dari APBD Rp. 4.800.000. Sumber dana APBN dan APBD,
yaitu dari program PKPS BBM.
jumlah sumber daya manusia di Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota
Bengkulu Tahun 2006 sebanyak 29 orang yang terdiri dari:
60
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dokter umum
Dokter Gigi
Dokter SPOG
Dokter Spesialis Radiologi
Akademi Perawat
Akademi Bidan
7.
8.
9.
10.
Radiografer
Perawat
Bidan
Sanitarian
1 orang (CPNS)
1 orang (PNS)
1 orang (verja sama)
1 orang (verja sama)
2 orang (PNS)
2 orang (PNS), 1 orang di Puskesmas
lnduk dan 1 orang di Pustu
2 orang (1 orang PNS dan 1 orang CPNS)
5 orang (PNS) (1 orang di Pustu)
6 orang (PNS) (2 orang di Pustu)
1 orang (PNS)
11. Gizi
12. Analis
1 orang (TKS)
2 orang (TKS)
1 orang (TKS)
61
II.
62
merokok, ku rangnya aktivitas fisik, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak
pada munculnya masalah-masalah kesehatan masyarakat, seperti meningkatnya
penyakit-penyakit tidak menular seperti stroke, di abetes, kanker.
Penyak it Tid ak Menular (PTM) umumnya muncul tanpa disadari , karen a
PTM pada fase dini umumn ya tidak memberikan gej ala pada penderitanya. PTM
diketahui secara alam i j ika suda h memberikan komplikasi.
Dampak dari PTM dan kecacatan yang ditimbulkannya se lain beban biaya
kesehatan yang sangat mahal juga berdampak pada menurunnya produktivitas
dan kemampuan ekonomi sampa i pengaruhnya terhadap beban eko no mi
masyarakat dan bangsa.
Pada dasarnya PTM dapat di cega h melalui gaya hidup sehat, banyak studi
telah membuktikan bahwa mereka yang tidak merokok, diet sehat dengan kalori
se imbang, dan cukup aktivitas fis ik dapat terhindar dari penderitaan PTM. Apalagi
j i ka mereka secara teratur raj in memer i ksakan kesehatannya mesk i pun tidak
sak it. lnil ah yang disebut pencegahan.
Faktor risiko PTM dapat tercega h pada fase dini. Adapun empat faktor risiko
PTM utama ada lah:
1)
2)
3)
4)
Faktor Risiko Me lekat yang su lit dan mungkin tid ak dapat diubah, ya itu
umur, j eni s ke lamin, ketu run an dan status soc ial
Faktor Risiko Perilaku yang bisa diubah ya itu merokok, konsum si alko hol,
kurang aktivitas fisik , kurang konsumsi serat dan konsumsi lemak ya ng
berlebih
Faktor Risiko Lingkungan , ya itu kondisi eko nomi daerah, lin gkun ga n sos ial
sepert i modernisasi, serta lin gkunga n fisik antara lain seperti polusi dan
lokasi di bawah tegangan li str ik tinggi
Faktor Risiko Penyakit Antara yang terdiri dari faktor risiko fisik berupa
obesitas dan hipertensi, serta faktor ri siko bio log is berupa hiperglikem ia
dan hiperlipidemia
63
Hubungan antara faktor yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari
matriks berikut:
64
a.
Tujuan upaya Posbindu PTM ada lah membudayakan gaya hid up sehat dalam
lin gkungan yang kondusif, mawas diri, menerapkan metode yang bermakna
secara klinis, mudah dijangkau, dan murah dilaksanakan. Untuk kemudahan
dalam mengingat dapat d isin gkat dengan sebutan 5 M , dengan penjelasan
sebagai berikut:
65
1)
2)
Mawas diri
Melalui kegiatan monitoring secara rutin dan per iodik, faktor risiko PTM
yang umumnya kurang menimbulkan geja la, dapat terdeksi secara dini dan
masyarakat dapat seka li gus mengatasinya secara mandiri. Melalui kegiatan
Posbindu PTM masyarakat dapat se lalu waspada dan siaga untuk mencegah
dan mengendalikan faktor risiko PTM.
3)
4)
Mudah dijangkau
Kegiatan Posbindu PTM dilakukan dengan cara terpadu dan praktis. Kegiatan
dilaksanakan dengan jadwal yang ditetapkan sendiri oleh masyarakat, dan
diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat atau lin gkungan
tempat kerja tertentu. Dengan demikian upaya pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM ini mudah dijangkau oleh masyarakat, karena
se lain lebih dekat kegiatan dilaksanakan sesuai dengan peluang waktu yang
mereka miliki.
5)
Murah dilaksanakan
Kegiatan Posb indu PTM dapat dikatakan murah, karena monitoring dan
tindak lanjut faktor risiko PTM dilakukan secara terintegrasi pada satu
kesempatan dengan biaya pemeriksaa n yang ditanggung secara kolektif
seh ingga dapat leb ih ekonomis daripada dilakukan sendir i-sendiri. Disamping
66
itu kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, dengan biaya yang telah
disepakati bersama berdasarkan azas gotong royong dan kekeluargaan serta
sesuai dengan batas kemampuan masyarakat.
b.
c.
67
d.
2.
3.
4.
5.
Hal yang berbeda adalah jenis kegiatan berupa monitoring faktor risiko
PTM Utama secara terintegrasi dan sistematik/runut, kemudian diakhiri dengan
tindak lanjut peningkatan pengetahuan untuk mencegah dan mengendalikan
faktor risiko berupa konseling sesuai masalah yang ditemukan.
)en is kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu PTM meliputi 5 kegiatan utama
yang dapat memantau faktor risiko PTM (5 M), yaitu:
1.
2.
68
3.
4.
5.
Olahraga bersama
PEMERIKSAAN
BIOKIMIA
PENDAFTARAN
Pendataan
Sosiodemogri
Kolesterol darah
Glukosa darah
Waktu Kunjungan
Paramedis
Kader
Kader
Kader
Penyuluhan
Kesehatan
Kader Konselor
Paramedis
Dokter Keluarga
Kader
69
Untuk mendukung kegiatan Posb indu PTM, sara na dan peralatan yang
diperlukan ada lah sebagai berikut:
2.
3.
70
2.
Tujuan orientasi ini untuk menyamakan persepsi dan adanya kontribusi dari
masing-masing unit untuk terus mengembangkan Posbindu Penyakit Tidak
Menular, tidak hanya di Puskesmas Beringin Raya saja tetapi berkembang di
wilayah lainnya di Provinsi Bengkulu.
b.
c.
71
I.
PENDAHULUAN
a.
Gambaran Wilayah
73
b.
II.
75
76
77
Hal ini menunjukkan suatu penga laman yang menarik bahwa adanya kontrol
sosial yang sangat kuat dapat mendukung dan mempercepat masyarakat untuk
tidak merokok. Masyarakat yang masih merokok merasa malu jika ketahuan
warga yang lainnya dan ternyata lingkungan yang kondusif sangat mempengaruhi
seseorang untuk berubah.
b.
c.
d.
Tidak ada satupun warung di dusun tersebut yang menjual rokok karena
tidak ada perm intaan dari masyarakat seh in gga rokok tidak laku dijual.
78
__I
2.
3.
4.
Dukungan Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat terus mendukung, memotivasi, dan membantu
kepala dusun agar kegiatan ini dapat lestari dengan cara melakukan
sosia li sasi tentang bahaya, manfaat jika tidak merokok, dampak positif jika
suatu kelompok masyarakat memberlakukan KTR (ekonom i, sosia l, dan
kesehatan) kepada masyarakat di berbagai kesempatan dengan dukungan
media promosi.
79
b.
c.
IX. IKHTISAR
a.
Dusun Bone-Bone merupakan salah satu dari dusun terpencil yang ada di
Kabupaten Enrekang dan telah mengembangkan KTR selama 5 tahun dengan
segala keterbatasan yang ada. Dusun ini merupakan satu-satunya dusun
yang berhasil menerapkan KTR di Indonesia, bahkan di dunia.
b.
c.
80
d.
Pemda Kabupaten Enrekang telah membuat ja lan aspal mulai dari Dusun
Bone-Bone menuju ibukota Kecamatan Baraka. Kegiatan ini merupakan
penghargaan dari pemerintah agar daerah di sekitar Kabupaten Enrekang
termotivasi untuk mengembangkan potensi masyarakat seperti kesehatan,
pariwisata, dan pertanian.
e.
81
I.
PENDAHULUAN
Proses modernisasi yang terjadi saat ini telah membawa kemajuan pesat di
berbagai bidang kehidupan masyarakat, berbagai kemudahan dan kenikmatan
ditawarkan dan setiap individu dapat dengan mudah mengaksesnya. Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan tersebut terjadi perubahan perilaku dan
gaya hidup dalam semua lapisan masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun
di daerah pedesaan, pada masyarakat mampu maupun masyarakat yang tidak
mampu . Perubahan perilaku dan gaya hidup ini menyangkut perubahan pola
makan yang tidak seimbang, gaya hidup merokok, kurangnya aktivitas fisik,
dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada munculnya masalah-masalah
kesehatan masyarakat, seperti meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular
(stroke, diabetes, kanker , dll).
Berkaitan dengan meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular, saat ini
stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan di dunia setelah
penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesi a stroke menempati urutan
pertama sebagai penyebab kemati an di rumah sakit (www.yastroki.or.id) .
Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara lokal atau global , yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler
(WHO, 1982).
Laporan dari WHO tahun 2003 mengungkapkan bahwa 8,6 juta perempuan
di dunia meninggal karena penyakit jantung dan stroke, sedangkan jumlah pria
di dunia yang meninggal karena penyakit ini diperkirakan sebesar 7,9 juta
orang. Di Indonesia sendiri, diperkirakan setiap tahun terjadi 500 .000 penduduk
terkena serangan stroke dan sekitar 25 % atau 125.000 orang meninggal dan
sisanya mengalam i cacat ri ngan atau berat.
lnsiden stroke di negara maju cenderung menurun karena usaha prevensi
primer yang berhasil, terutama dalam hal pencegahan terhadap hipertensi karena
saat ini hipertensi merupakan pemicu utama serangan stroke. Akan tetapi di
negara berkembang insiden ini justru meningkat akibat pengaruh urbanisasi ,
83
perubahan gaya hidup, dan bertambahnya umur harapan hidup (Alex Kalache,
1995). lnsiden stroke pada daerah perkotaan (urban) di Indones ia diperkirakan
5 kal i lebih besar daripada in siden di daerah pedesaan (r ural) (Medical Research
Unit FK Unpad, 1994). Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasi en stroke yang
dirawat di rumah sak it, terutama di rumah sak it tipe B ya ng merupakan rumah
sakit yang berada di daerah perkotaan.
Sangat disadari bahwa masyarakat sebaga i penerim a pe layanan kesehatan
akan memberi reaksi terhadap mutu pe layanan kesehatan yang ada. Reaksi
tersebut bervar ias i tergantung dar i pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
dalam mengartikan kese hatan itu send iri . Perilaku masyarakat tersebut
merupakan resultan dari kebutuhan yang ingin dipenuhi, upaya untuk memenuhi ,
dan pengetahuan kebudayaan yang menjadi acuannya. Keanekaragaman etn ik
dan budaya yang ada di Indonesia turut membentuk pola perilaku yang berbeda
pada setiap daerah dan per il ak u tersebut dapat berubah melalui proses
penerimaan in ovas i.
Perubahan peri laku dari per il aku yang disadari ata u yang tidak disadari
merugikan kesehatan menjadi perilaku yang disadari menguntungkan kesehatan
dapat dicapai melalui penerimaan inovasi. ln ovas i tidak terbatas hanya pada
ke lompok orang-orang cerd ik pandai saja, akan tetapi setiap orang bisa
melakukannya, bahkan kadang-kadang tanpa disadari mereka sedang melakukan
proses in ovas i.
ln ovasi bidang kesehatan yang te lah dilakukan, baik o leh masyarakat,
84
assessment dan workshop di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hal ini
dilakukan karena selain Pusat Promosi Kesehatan sedang mengembangkan Model
Promosi Kesehatan berbasis PTM, Pusat Promosi Kesehatan juga tertarik dengan
potensi serta inovasi yang ada pada rumah sakit yang merupakan rumah sakit
khusus stroke pertama di Indonesia dan ketiga di dunia ini.
KESEHATAN
85
lew at darat (9 0 km ) dari ibukota Prov in si Sum atera Barat, Pada ng. Bukittinggi
dikelilingi ti ga gunung berapi , ya itu Gunun g Sin gga lang, Gunun g M erap i, dan
Gunung Sago.
Bukittin gg i terl etak di bag ian tenga h Prov in si Su mate ra Barat pad a
100,2 1-100,25 BujurTimur dan 00,76-00,19 Lintang Barat dengan ketinggian
909-941 m di atas permukaa n laut. Kota ini berhawa seju k denga n suhu be rkisar
antara minimum 16, 1 dan maksimum 24, 1
oc.
Kota Bu kittin ggi te rdiri dari 3 keca matan ya ng terbag i dalam 24 kelu ra han.
Keca matan M andi angin Koto Selayan merup akan terlu as (12,16 km ) ya ng terd iri
atas 9 kelurahan. Keca mata n Gu guk Panj ang (6,83 km) terdiri atas 8 kelurahan.
Sedangkan keca matan terkec il adalah Keca matan Aur Biru go Tigo Baleh ya ng
memiliki lu as 6,25 km dan terdiri atas 8 kelurahan.
Duni a perd aga ngan ya ng di ta nda i dengan banyak nya tempat perbelanjaa n,
toko, d an resto ran sanga t lekat denga n kese hari an masya rakat Bukittin gg i.
H as il se nsus tahun 2000 mencatat dari 36.389 tenaga kerj a, 38,5% berkec impung
di bid ang ini.
M eski bukan yang utama, perd agan ga n tetmasuk usa ha hotel dan restma n,
merupaka n penyumbang terbcsar keti ga keg iatan ekonomi w il aya h ini. juml ahn ya
107,6 mil yar ru piah da n se lalu menin gkat dari tahun ke tahun. Penyumbang
utama keg iatan eko no mi Kota Bukittin gg i berasa l dari j asa, terutama j asa
pemerintah an (27, 14%), di susul penga ngkutan dan komunikas i (22,04%) .
Di kota ya ng seju k ini terdapat sejuml ah objek w isata, antara lain Ngarai
Si ano k ya ng berl o kasi di pinggir kota, yang menj adi pemi sa h Bukittin gg i denga n
kaki Gunung Sin ggal ang. Nga rai Sianok atau lembah ya ng pend iam, merup akan
lembah ya ng ind ah, hij au, dan subur. Dibawa hn ya menga lir sebu ah anak sunga i
ya ng berliku-liku men elu suri ce lah-ce lah tebing ya ng be rwa rn a-wa rni denga n
Jatar belakang Gunung M erapi dan Gunun g Sin gga lang.
Di tenga h kota Bukittin ggi berdiri kokoh seb uah j am Gada ng ya ng d idiri ka n
tahun 1926 o leh Controleur Roc k M aker dan diranca ng o leh Putra Minangkabau :
Jazid dan Sutan Gi gi Am eh. Dibaw ah j am Gadang ini seti ap harin ya d ipe nuhi
pengunjun g.
Tak kalah menarikn ya Lo bang j epang ya ng di bangun pada 1944 un tuk
kepentingan pertahan an tentara penj aj ah Jepang pada Perang Duni a II. Dari
Lobang jepa ng, para w isatawa n bisa langsun g menuju ke bawa h menuju Ngarai
Si anok. Sel ain itu ada Ben teng Fort de Kock, ya ng d idirikan Kapten Baver pada
tahun 1825 . Dari benteng dapat dilih at pemand anga n yang menawa n Kota
86
Bukittinggi serta Gunung Pasaman, Singgalang, Merapi, dan Gunung Sago. Pada
tahun 2002 benteng ini mengalami renovasi dengan menambah Taman Burung
untuk rekreasi.
Cukup banyak lokasi w isata lain yang menarik untuk dikunjungi dan
semuanya mengandung sejarah tersendiri. Tak cukup sehar i dua hari menyusuri
semua tempat tersebut. Dan yang mengesankan adalah semua lokasi w isata ini
dibalut dengan keindahan alam khas yang tak bisa d ijumpai di daerah lain .
Saat ini daya tar ik Kota Bukittinggi bertambah satu. Bukan hanya keindahan
a/am dan kemegahan jam Gadang saja yang dapat din ikmati oleh w isatawan.
Ada jembatan Refleksi sebagai alternatif !em pat w isata sekal igus pengobatan,
khususnya untuk penyakit stroke.
Dari data angka kesakitan penduduk Kota Bukittinggi tersebut, terlihat bahwa
hipertensi menempati urutan keempat. Hal ini memperlihatkan bahwa di Kota
Bukittinggi hipertensi merupakan pemicu utama serangan stroke.
MODEL PROMOSI KESEHATAN
87
Angka penderita stroke dipengaruhi juga o leh pol a konsumsi bahan makanan
di suatu daerah. Suatu daerah dengan komposisi menu makan yang lebih banyak
produk dagingnya daripada sayur atau ikan, seperti di Sumatera Barat, angka
penderita strokenya re latif tinggi. Sedangkan di daerah yang tingkat konsumsi
bahan makanan ikannya tinggi, seperti di Maluku atau Su lawesi Utara, angka
penderita strokenya rel atif rend ah.
Sejak tahun 2003 Bukittinggi juga mulai dikenal sebagai pusat penanganan
penyakit stroke. Masyarakat Sumatera Barat punya potensi paling besar mehderita
penyakit jantung koroner dan stroke di Indonesia. Stroke merupakan gangguan
fungsi otak a kib at alira n darah ke otak mengalami gangguan. Stroke bisa
menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Penyebab stroke ada lah
penyumbatan aliran darah (trombus) dan pecah nya pembuluh darah. Umumnya
pada stroke ak ibat penyumbatan a liran darah, penderita lebi h banyak dialami
perempuan. Pri a kebanyakan menderita stroke diakibatkan pendarahan, yang
berkait erat dengan aktivitas mereka.
Dua faktor penyebab stroke ada lah faktor yang tidak dapat diubah seperti
umur, jeni s kelamin, ras, dan genetik; faktor ya ng dapat diubah seperti hipertensi,
jantung, diabetes, kelebihan kadar lemak dalam darah serta kebiasaan malas
berolahraga, minuman beralkohol, kebiasaan merokok, obat-obatan, kegemukan,
dan stres. Penderita darah tinggi (hiperte nsi) berisiko terkena stroke empat kali
leb ih tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan pengidap kencing
88
manis (diabetes melitus) berisiko stroke dua hingga tiga kali lebi h tinggi.
Mayor itas, stroke menyerang orang berus ia di atas 50 tahun. Namun dengan
pola makan dan j enis makanan ya ng ada seka r ang ini, tidak menutup
kemungkinan stroke menyerang mereka yang berusia muda. Apalagi dengan
adanya budaya makan masyarakat Minang yang banyak mengkonsumsi lemak
dan tinggi kolesterol. Oleh karena itulah didirikan Rum ah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi yang dahulu merupakan Rum ah Sakit Umum Pusat Bukittinggi. Rum ah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi merupakan yang pertama di Indon es ia dan
ketiga di dunia. Rencananya Bukittinggi akan menjadi pusat pelayanan
kesehatan, karena se lain Rumah Sakit Stroke, ju ga terdapat empat rum ah sak it
lainnya di kota yang relatif kecil ini .
Awa ln ya rumah sak it ini merupakan RS. lm anue l ya ng berada dibawah
Yayasan Baptis pada tahun 1978. Kemudian berdasarkan SK Menkes No. 356
tahun 1982, rumah sak it ini diserahterimakan kepada Pemerintah Rl , dalam hal
ini berada dibawah nau ngan Departemen Kesehatan, dan diubah namanya
menjadi RS Umum Vertikal Kelas C. Rum ah sakit ini baru efektif beroperasi
pada tahun 1984. Seir in g dengan perkembangan waktu, maka rumah sak it ini
kembali diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Bukittinggi.
Karena terjadinya peningkatan juml ah kasus sera ngan stroke di Sumatera
Barat, maka rumah sakit ini pun diubah menjadi Pusat Pengembangan dan
Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi berdasarkan
SK Menkes No. 21 Tahun 2002.
Melihat perkembangan rum ah sak it ini , khususnya berkaitan dengan
meningkatnya kuantitas pasien stroke, maka pada tahun 2005 status P3SN
diubah menjadi Rum ah Sak it Stroke Nasional Bukittinggi berdasarkan
SK Menkes No. 495 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rum ah Sakit.
Hal menarik yang berkaitan dengan Rumah Sakit Stroke ini adalah kegiatan
Promosi Kesehatan Rum ah Sak it (PK RS)-nya. PKRS disana cukup maju. Hal ini
tergambar dari adanya kegiatan konseling terpadu bagi pasien yang akan pulang
dari rumah sakit. Setiap pasien yang akan pulang se lalu dirujuk terlebih dahulu
ke ruang konseling, dimana d i ruangan ini pasien dan keluarganya akan diberi
pengetahuan mengenai apa yang seba ikn ya dilakukan oleh pasien serta keluarga
pasien pasca perawatan. Di ruangan konseling ini pula dised iakan fas ilitas untuk
rn endengarka n musik dan berkaraoke sebaga i suatu bentuk terapi bagi pasien.
Selain itu juga terdapat ruang pameran, dimana pihak ruma h sakit memberikan
informas i kesehatan kepada pasien serta ke lu arga pasien melalui med ia cetak,
seperti poster, leaflet, d II.
89
Mengenai media informasi ini, pihak rumah sakit juga telah memasang dan
menaruhnya di tempat-tempat strategis yang dilalui oleh banyak orang. Jad i
tidak hanya pasien dan keluarganya saja yang bisa mendapatkan informasi
kesehatan, pengunjung serta masyarakat pun bisa mendapatkannya. Apalagi
setiap m inggunya di lakukan ceramah kesehatan, yang bisa dihadiri oleh
masyarakat umum.
Rumah sakit ini juga telah d ilengkapi dengan RELAY TV yang berfungsi
untuk menyebarkan pesan-pesan kesehatan. Televisi-televisi yang ada di rumah
sakit ini saling terhubung satu sama lain dengan ruang kontrol, sehingga kapan
saja pihak rumah sakit mau maka pesan-pesan kesehatan bisa menggantikan
acara TV yang sedang diputar.
Di rumah sakit ini ada pula yang namanya Kafe Stroke. Dinamakan kafe,
karena tempat ini difungsikan sebagai tempat pelayanan gizi dimana pasien,
keluarga pasien, maupun masyarakat umum bisa mendapatkan pengetahuan
tentang gizi, terutama yang berkaitan dengan penyakit stroke.
Walaupun telah berganti menjadi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi,
yang pada hakikatnya khusus menangani penyakit stroke, namun rumah sakit
ini masih melayani pasien-pasien penyakit non-stroke, bahkan juga melayani
persa linan.
90
91
92
_j
V. IKHTISAR
Segala sesuatu yang dirancang dengan baik tentu memerlukan dukungan
dari berbagai pihak, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. Tentunya
potensi masing-masing daerah berbeda dalam menerapkan model promosi
kesehatan , hal ini akan tercermin dari tersedianya sumber dana (APBN, APBD,
dekonsentrasi , bantuan, hibah, dll), sumber daya manusia pelaksana, komitmen
yang mendukung, kebijakan, peraturan perundang-undangan yang ada, dan
semangat untuk sukses. Untuk itu diperlukan kreativitas dan inovasi dalam
pelaksanaannya.
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan j embatan Refleksi serta
keg iatan PKRSnya patut dijadikan salah satu model promosi kesehatan. Hal ini
karena keberadaan rumah sak it khusus stroke serta jembatan tersebut merupakan
suatu potensi dan inovasi dari daerah Sumatera Barat. Apalagi keduanya telah
mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerahnya. Adapun yang harus
dilakukan o leh Pusat Promos i Kesehatan ada lah memberi dukungan agar Rum ah
Sakit Stroke Nasional Bu kittin ggi terus dapat mengembangkan in ovas i-inovas i
lainnya tanpa mengabaikan aspek promosi kesehatan yang leb ih bertuj uan pada
sisi promotif dan preventif seh in gga se lain dapat menjadikan masyarakat
Sumatera Barat lebih sehat, juga dapat menjadi contoh bagi rumah sakit-rum ah
sakit lainnya.
93
Desa Penglipuran
Kabupaten Bangli, Bali
DESA PENGLIPURAN ,
KABUPATEN BANGLI, BALl
I.
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Proses modernisasi yang terjadi saat ini telah membawa kemajuan pesat di
berbagai bidang kehidupan masyarakat, berbagai kemudahan dan kenikmatan
ditawarkan dan setiap individu dapat dengan mudah mengaksesnya. Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan di berbagai bi dang, terjadi perubahan
perilaku dan gaya hidup dalam semua lapisan masyarakat, baik di daerah
perkotaan maupun di daerah pedesaan, pada masyarakat mampu maupun yang
tidak mampu. Perubahan perilaku dan gaya hidup ini menyangkut perubahan
pola makan yang tidak seimbang, gaya hidup merokok, kurangnya aktiv ita s
fisik, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada munculnya masalahmasalah kesehatan.
Masalah kesehatan ser in gka li muncul ak ibat cara pandang masyarakat
mengenai kesehatan, dimana tidak adanya keluhan fisi k dijadikan faktor untuk
tidak melakukan pemeriksaan rutin sehingga banyak sekali kasus-kasus yang
akhirnya terjadi ak ibat masyarakat tidak waspada dengan kondisi kesehatannya.
Hal ini bisa juga terjadi dikarenakan minimnya informasi mengenai kesehatan,
rendahnya pengetahuan akan kesehatan, dan faktor ekonom i yang menjadi sebab
sulitnya masyarakat dengan ekonomi menengah bawah dalam mengakses layanan
kesehatan.
Berdasarkan kondisi tersebut, Departemen Kesehatan Rl telah menetapkan
kebijakan kesehatan yang diarahkan pada pencapaian vis i Indonesia Sehat 2010
dengan perhatian khusus pada tiga pilar, yaitu lin gkungan sehat, perilaku sehat,
dan pelayanan kesehatan yang bermutu ad il dan merata dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dengan penekanan pada
perubahan perilaku dan gaya hidup. Dalam rangka pencapaian v isi tersebut,
Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan Rl sedang mengupayakan
pengembangan model promosi kesehatan berbasis sosial budaya.
95
1.2
Dasar Pemikiran
96
"'
97
Bali telah dikenal karena kebudayaan , keunikan , dan kekhasan yang tumbuh
dari jiwa Agama Hindu yang tak dapat dip isahkan dari keseniannya, da lam
masyarakat yang berciri sos ial religius. Masyarakat Bali merupakan seke lompok
masyarakat yang terikat o leh kesadaran akan kesatuan budayanya. Agama Hindu
sebagai agama mayoritas masyarakat Bali sa ngat mempengaruhi kehidupan sos ial
budaya masyarakat.
Masyarakat Bali sangat pedul i dengan kehidupan yang aman, damai , sehat,
dan sejahtera. Hal ini terbukti dengan adanya kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat, antara lain institusi subak yang merupakan organ isasi pengairan
dan kelompok Banjar dan Desa Pekraman yang merupakan kelompok sos ial
yang berdasarkan wi layah yang diperkuat dengan kesatuan adat dan upacaraupacara keagamaan. Hal ini tidak saja telah menumbuhkan nilai-nilai
kebersamaan dan musyawarah, tetapi juga keterbukaan sehingga institusi ini
dapat menjadi agen pembaharuan melalui pemberdayaan masyarakat.
Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten di Prov in si Bali yang
tidak memiliki wilayah laut. Kabupaten Bangli menyimpan banyak potensi wisata
antara lain Danau Batur di Kintamani , makam di Desa Trunyan, dan termasuk
Desa Penglipuran sebagai desa adat tradisional Bali.
Kehidupan masyarakat Bangli tidak jau h berbeda dengan masyarakat Bali
pada umumnya. Sebagian besar masyarakat hidup dari bercocok tanam baik di
ladang maupun di sawah dan ada pula yang menjadi pegawai, pedagang dan
pengrajin barang tradisional. Lingkungan tempat tinggal maupun lin gkungan
kerja yang nyaman , tenteram, dan bebas polusi sangat diperlukan dalam
menunjang pariwisata di Kabupaten Bangli.
Pembangun an kesehatan di Kabupaten Bangli diarahkan untuk meningkatkan
mutu dan kemudahan pe layanan keseh atan da lam mencapai Bangli Sehat. Dalam
Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2005 , Angka Kematian Bayi (AKB)
pada tahun 2004 tercatat 6,52 per 1000 KH. Usia H arapan Hidu p (U HH )
menin gkat menjadi 72,11 tahun , Angka Kematian lbu (AK I) sebesar 198 per
100.000 KH.
II.
98
_j
Untuk menuju de5a ini dapat dicapai dengan kendaraan bermotor melalui
5151 timur, yaitu jalan Raya Bangli - Kintamani, maupun dari 5i5i utara, yaitu
jalan Kintamani Kayuambua - Bangli. Ak5e5 menuju de5a ini cukup mudah
karena jalan ma5uk menuju de5a ini 5udah dia5pal.
De5a Adat Pengl ipuran memiliki bata5-bata5 wilayah 5ebaga i berikut:
Sebelah Utara berbata5an dengan De5a Adat Kayang
Sebelah Timur berbatasan dengan De5a Adat Kubu
Sebelah Selatan berbata5an dengan De5a Adat Gunak5a
Sebelah Barat berbata5an dengan De5a Adat Cekeng
Kata Penglipuran 5endiri mengandung dua macam arti, yaitu: Bera5al dari
kata pangeling, dari kata da5ar eling, yang artinya mengingat dan pura yang
artinya tanah leluhur. jadi Penglipuran artinya ingat kepada tanah leluhur. Selain
itu juga bera5al dari kata penglipur yang berarti penghibur. Hal ini dida5arkan
karena konon pada zaman dahulu Raja Bangli 5ering mengunjungi tempat ini
untuk menenangkan pikiran.
Berda5arkan data tahun 2001, De5a Adat Pengl ipuran memiliki lua5 wi layah
5ekitar 112 Ha dengan jumlah penduduk 832 jiwa dengan 193 KK. Mata
pencaharian penduduknya 5ebagian be5ar adalah bertani dan beternak, 5elebihnya
ada yang bekerja 5ebagai tukang, pengrajin, pegawai, 5erta pedagang.
Seluruh warga De5a Adat Penglipuran beragama Hindu dengan ka5ta Sudra,
yang merupakan ka5ta terendah dalam 5i5tem ka5ta di Bali , namun keadaan ini
tidak membuat warganya berkecil hati, ju5tru hal ini menjadi motiva5i bagi
warga de5a penglipuran untuk menunjukkan ek5i5tens in ya 5ebagai de5a adat
tradi5onal yang bi5a menjadi tujuan wi5ata.
De5a Adat Penglipuran 5ecara kelembagaan terbagi menjadi 2, yakni
Lembaga Adat yang dipimpin oleh adat atau yang di5ebut dengan kelian adat
yang merupakan lembaga otonom, yang tidak ada hubungan 5tuktural dalam
pemerintahan dan Lembaga Formal yang dipimpin dengan Kepala Lingkungan
atau kelian banjar yang merupakan aparatur pemerintah terkec il.
Seorang kef ian adat dibantu oleh 2 orang penyarikan, yang bertuga5 5ebaga i
juru tulis. Selain itu ada kancan roras yang terdiri dari 12 orang warga pengarep
yang mempunyai tuga5 membantu kelian adat dalam melak5anakan tuga5
perencanaan ataupun pelak5anaan upacara agama dan pembangunan ber5ama
prajuru lainnya, 5erta merupakan pena5ehat.
99
SEKHADEHA
TRUNA
Selain itu seora ng kelian adat juga dibantu oleh prajuru sekha gong yang
bertugas mempersiapkan, mengatur, dan menyimpan gamelan/gong dalam
kegiatan upacara agama atau adat di Desa Peng li puran; prajuru sekha baris
ya ng bertugas mengatur dan menyiapkan tari-tarian (baris) dalam kegiatan
upacara agama/adat; prajuru sek h a peratengan yang bertugas memasak
(meratengan, Bahasa Bali) dalam mempersiapkan sesajen pada saat ada keg iatan
upacara aga ma/adat; prajuru sekha pecalang ya ng bertugas mengkoordinir,
menjaga dan mengatur ketertiban dan keama nan di wi layah di desa adat dalam
kegiata n upacara agama/adat karena mereka merupakan kea manan inti, yang
pada pelaksanaannya kegiatan besar juga dibantu oleh organisasi lainnya; serta
prajuru sekha deha truna yang bertugas membantu kegiatan adat yang ada d i
Penglipuran bersama-sama dengan organisas i lainn ya dimana semua,anggotanya
ada lah masih jejaka (truna-truni) dan merupakan kader penerus dalam mewarisi
adat dan budaya dikemudian hari.
100
_j
101
Tampak Utama Mandala berupa Pura Desa dan Madia Mandala yang berupa perumahan warga
Konsep ini pun diterapkan pula pada tata ruang rumah/pekarangan warga
desa adat penglipuran . Pola tata ruang pekarangan sangat jelas pada rumah
keluarga di jejer barat, dimana bagian depan merupakan utama mandala, bagian
tengah merupakan Madia Mandala, dan bagian belakang merupakan Nista
Mandala, bagian yang kurang suci, dimana terdapat kamar kecil, kandang ternak,
dll. Antara rumah yang satu dengan yang lain selalu ada pintu penghubung, hal
ini memang untuk memudahkan komunikasi dan menjaga kebersamaan antar
penduduk desa.
Sistem lingkungan yang berteras dapat berfungsi mencegah erosi, dan
kelangsungan topografi desa yang miring/melereng dari arah utara ke selatan.
Kondisi alam ini mengharuskan setiap warga dan para wisatawan untuk berjalan
mendaki jika ingin melihat keindahan desa adat. Di bagian atas desa terdapat
hutan bambu dan llutan kayu yang terpelihara sehingga menambah sejuknya
suasana desa dan menjaga/menahan air sehingga terhindar dari erosi. Hutan
bambu yang ada merupakan bambu dari jenis bambu tali , biasanya dipakai
untuk bahan kerajinan. Warga masyarakat dapat memanfaatkan bambu untuk
keperluan mereka, namun bambu yang diambil harus bambu yang cukup umur
dengan sistem tebang pilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan dan
keasrian hutan bambu tersebut.
Penataan pertamanan dan saluran air di depan masing-masing telajakan
warga, menyebabkan suasana yang nyaman dan sejuk dan pada saat hujan, air
pun tidak tergenang. Jalan utama desa yang menanjak tidak dibuat dari aspal ,
tetapi dari batu-batu gunung dan dimodifikasi dengan batu conblock. Menurut
102
l_
Kelian Adat, hal ini disengaja se lain untuk mempertahankan keaslian jalan ya ng
sudah dibuat o leh nenek moyang dan juga agar nilai-ni lai budaya, karena jika
jalan tersebut di aspal maka secara otomatis jalan tersebut menjadi milik pemda
dan menjadi jalan umum yang siapa saja/apa saja kendaraan bisa masuk, karena
dikhawatirkan dapat merusak angk ul-angku l/gerban g pintu masuk ke rumah yang
menjadi ciri khas desa adat penglipuran. Saat ini yang bisa melewat i jalan
utama desa hanya pejalan kaki dan pengendara motor, sedangkan untuk mobil
harus melintas di luar desa adat dan untuk warga desa adat yang memiliki
mobil harus ditaruh di sisi luar desa sebelah barat ata u sebe lah timur tergantung
dari letak rumahnya.
Keunikan dari desa adat ini ada lah wa laupu n beragama H indu, masyarakat
Penglipuran memiliki kuburan desa. Upacara Ngaben ya ng dilakukan hanya
untuk mengantarkan roh orang yang meninggal kepada sang pencipta. Kuburan
desa ini rata dengan tanah tidak ada tanda/nisannya dan dibagi dalam 3 bagian,
yak ni untuk anak-a nak dibawah 12 tahun, untuk ora ng yang meningga l secara
b iasa (sak it) dan kuburan untuk orang yang meninggal secara tidak wajar,
b iasanya disebabkan karena kece lakaan, dibunuh, d ll
Hal unik lainnya yang ada di desa ini adala h adanya pekarangan memadu.
Pekarangan ini merupakan tanah kosong yang disediakan untuk warga Desa
Peng lipuran yang diasingkan karena melakukan pelanggaran adat berupa
menikah lagi/berpoligami. Masyarakat Desa Peng lipur an menganut paha m
monogami, sehingga setiap perbuatan poligami merupakan pelanggaran adat
dan pelakunya harus diasingkan di pekarangan memadu yang terletak d i Selatan
desa/paling bawah. Bagi warga yang melakukan po ligam i tersebut berserta anak
MODEL PROMOSI KESEHATAN
103
keturunannya akan diasingkan dan disediakan pekarangan dan kalau perlu akan
dibangunkan rumah oleh adat untuk tempat tinggal, namun mereka tidak boleh
memasuki desa adat dan tid ak boleh mengikuti upacara adat. Sampai saat ini
belum ada yang berani melanggar aturan adat tersebut dan pekarangan tersebut
masih kosong.
Warga Desa Penglipuran memiliki "awJg-awJg'/peraturan desa dan bagi
yang melanggar denda minimalnya hanya Rp. 50,- namun karena budaya malu
yang tinggi dari masyarakat sampai saat ini tidak ada warga yang melanggar.
Awig-awig/peraturan itu antara lain berupa larangan kepada warga untuk tidak
membuang hal-hal yang nista/kotor ke tempat umum seperti tidak boleh membawa
air limbah keluarga ke got umum, dan anjuran tiap keluarga untuk membuat
SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah) pada masing-masing pekarangan.
Hal yang unik dan khas lainnya di Desa Penglipuran adalah tidak ada
tempat sampah di jalan utama desa adat, hal ini selain dikarenakan adanya
"awig-aw1g' tersebut, juga karena tempat sampah dianggap dapat mengubah
kebiasaan warga desa yang biasa menyapu di pagi dan sore hari, karena warga
jadi malas menyapu dan akhirnya banyak sampah menumpuk di tempat sampah
dan diacak-acak anjing warga, sehingga jalan utama menjadi kotor.
Untuk pengelolaan sampah rumah tangga, untuk sampah plastik dan kertas
dibakar langsung pada waktu memasak, sampah sisa makanan di gunakan
sebagai pakan ternak, dan untuk sampah daun dan lainnya sebagian ada yang
langsung dibakar dan ada pu la yang di taruh di tempat sampah desa di dekat
balai banjar.
104
2.
3.
Tingginya budaya malu dari warga masyarakat sehingga tidak ada warga
yang melanggar "awig-awig"/peraturan desa wa laupun denda yang diberikan
sangat ringan
105
4.
5.
Pu sat Promosi Kesehatan berharap semua hal di atas merupakan suatu kondisi
sos ial budaya dan potensi yang perlu dijaga dan ditiru o leh kelompok
masyarakat di lu ar Desa Penglipuran sebagai bahan pembelajaran
VI. IKHTISAR
Pengembangan mod el promosi kesehatan yang berbasis sosial budaya Bali,
dalam hal ini melalui banjar. Banjar sebagai bentuk pengelompokan sosial yang
didasarkan atas kesatuan wilayah yang diperkuat oleh kesatuan adat dan
upacara-upacara keagamaan merupakan suatu kekuatan yang potensial dalam
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat.
Kegiatan-kegiatan pendukung lainn ya perlu didesain secara cermat agar
pemberdayaan banjar untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dapat diwujudkan.
Segala sesuatu yang dirancang dengan baik tentu memer lu kan dukungan
dari berbaga i pihak, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. Tentunya
potensi masing-masing daerah berbeda dalam menerapkan model promosi
kesehatan, hal ini akan tercermin dari tersedianya sumber dana (APBN, APBD,
dekonsentrasi , bantuan, hibah, dll), sumber daya manusia pelaksana, komitmen
yang mendukung, kebijakan , peraturan perundang-undangan yang ada, dan
semangat untuk sukses. Untuk itu diperlukan kreativitas dan inovasi dalam
pelaksanaannya.
106
I.
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Sumatera merupakan pulau yang memiliki sej uml ah suku-suku besar yang
mempunyai ci ri khas tradisional, sepert i Aceh, Batak, Minangkabau, dan Melayu.
Namun ada juga suku minoritas yang ada di Sumatera yang masih tinggal di
pedalaman hutan, di antara sunga i-sungai besar, di rawa-rawa atau pulau-pulau
lepas pantai. Sebagian besar dari suk u-suku ini hidup dalam lin gkungan ya ng
masih trad isio nal dan umumnya orientasi hidup masyarakatnya masih terbatas
pada pemenuhan kebutuhan primer. Salah satu suku pedalaman yang masih
hidup da lam lingkungan trad isional tersebut adala h Suku Anak Dalam di Taman
Nasiona l Bukit Du a Belas yang terletak d i antara lim a kabupaten, yaitu kabupaten
Sarolangun, Merangin, Bungo, Tebo, dan Batang Hari Prov in si jambi.
Suku Anak Dalam, atau mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai
Orang Rim ba, hidup di tengah-tengah hutan belantara. Mereka hidup dalam
kesederhanaan , rumah mereka hanya beratap rumbia dan bera las kulit kayu,
mata pencaharian mereka bertani nomaden, pakaian yang dikenakan untuk
lak i-l ak i berupa cawat dari kain da n untuk perempuan menggunakan kain
panjang yang dikenakan dari pusar sampai bawah lutut dan umumnya konsep
pendidikan mereka masih berkisar pada pend idikan tradisional yang artin ya
masih berkaitan dengan alam lingkungannya.
Menurut penelitian yang d il akukan johan W intre (Organisas i Sosial dan
Kebudayaan Kelompok Minor itas Indonesia, 2003) diketahui bahwa masalah
kesehatan Orang Rimba ada lah ln feks i Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang
mungkin disebabkan o leh keb iasaan merokok, penyakit ku lit yang kemungkinan
d isebabkan o leh tingkat kebersihan , luka dan jamur (fungus) yang sul it diatasi
diiklim tropis. Akibat pembukaan ladang mengakibatkan nyamuk malaria
meningkat pesat yang mengganggu kesehatan mereka dan sebagai ak ib at
beraktivitas berat ada gangguan otot dan tulang. Penyak it lain ya ng mengganggu
kesehatan, diantaranya demam , d iare, sakit gigi, anem ia, sakit kepala,
hepatitis, dan lain-l ain. Penyak it yang diderita Orang Rimba sebagian besar
107
berasal dari interaksi dengan orang luar rimba. Kedua faktor itu mendorong
Orang Rimba untuk mencari obat penyembuhan dari tumbuhan hutan dan
ditambah dari obat tradisional dari nenek moya ng.
Upaya Departemen Kesehatan dalam men ingk atka n derajat kesehatan
m asyarakat saat ini ada lah dengan m engemba ngkan Pola Hi d up Bersih
dan Sehat (PHBS). Secara spes ifik Departemen Kesehatan mencanangkan Visi
Indon esia Sehat 2010 dengan mengarahkan paradigma pembangunan kesehatan
leb ih mengutamakan pada upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pe ncegahan penyakit (prevent if), tanpa mengesampingkan upaya-upaya
penanggulangan atau penyembuhan (kuratif) dan pemu lih an (rehabi litatif).
Untuk pencapaian hal tersebut per lu upaya yang komprehensif dan simultan
dari semua pihak terutama pemerintah. Oleh karena itu Pu sat Promosi Kesehatan
merasa perlu untuk mengembangkan model promosi kesehatan berbasiskan
budaya loka l untuk mend apatka n cara ya ng paling efektif dan efisien untuk
mensosialisasikan program kesehatan. Suku Anak Dalam mewakili Komunitas
Ad at Terpenci I (KAT) dalam pengembangan model promosi kesehatan berbasiskan
kondisi sos ial budaya loka l.
108
1.3. Gambaran Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Anak Do lam (SAD)
Pengertian
Suku Anak Dalam merupakan sa lah satu Komunitas Adat Terpencil (KAT)
yang ada di Provinsi jambi yang mempunyai permasalahan spesifik. jika kita
melihat pola kehidupan dan penghidupan mereka, hal ini disebabkan oleh
keterikatan adat ist iadat yang begitu kuat. Umumnya mereka hidup berkelompok
dengan pakaian hanya sebagian menutupi badan dengan kata lain mereka sangat
tergantung dengan hasil hutan/a lam dan binatang buruan.
Penyebutan terhadap Suku Anak Dalam perlu untuk diketahui terlebih
dahulu, karena ada tiga sebutan terhadap dirinya yang mengandung makna
yang berbeda, yaitu:
109
1.
2.
3.
ORANG RIMBA , adalah sebutan yang digunakan oleh etnik ini untuk
menyebut dirinya. M ak na sebutan ini ada lah menunjukkan jati diri mereka
sebaga i etni s yang mengembangkan kebudayaannya yang tidak bisa lepas
dari hutan. Sebutan ini adalah ya ng paling proposion al dan obyektif karena
did asark an kepada konsep Orang Rimba itu send iri dalam menyebut dirinya.
Penge rti an Kubu se ndiri dalam bahasa M elayu j amb i berarti tempat
persembunyian ata u " bodoh " nama ini berasa l dari adanya desa yang bernama
" Kubu Kandang" dan " Pangabuan" ya ng berada di tep i Sungai Batangh ari.
Kemungkinan desa-d esa terse but merupakan perkampungan awal mereka.
Pengerti an Kubu ya ng berarti "bodoh " sa ngat tidak enak did engar, karena ada
kesan mere nd ahkan, o leh karena itu mereka enggan disebut sebagai Orang
Kubu , mereka leb ih suka disebut dirinya sebaga i "Anak Dalam ", "Orang Rimbo"
atau "Orang Kel am", sedangka n orang desa di sekitarnya disebut "Orang Terang".
2.
11 0
3.
Keturunan dari jambi As li yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Saro lang un
Bangko (Much las, 1975)
111
2.
Budaya SAD
1.
112
Budaya Melangun
Apabila ada Sukw Anak Dalam/anggota keluarganya meninggal dunia maka
peristiwa ini merupakan kejadian yang sangat menyedihkan bagi seluruh
warga Suku Anak Dalam terutama keluarganya. Kelompok mereka yang
berada di sekitar itu akan pergi karena menganggap bahwa tempat terjadinya
orang meninggal itu dianggap sial , disamping mereka ingin melupakan
sedihnya. Mereka meninggalkan tempat mereka tersebut dalam waktu yang
cukup lama, biasanya 10- 12 tahun pada waktu dahulu, namun kini karena
w il ayah mereka sudah semakin sempit sudah banyak dijarah oleh orang,
maka masa melangun mereka menjadi semakin singkat yaitu sekitar 4 bulan
sampai satu tahun . Wilayah melangun mereka pun semakin dekat, tidak
sejauh dahulu . Pada masa sekarang apabila terjadi kematian di suatu daerah
juga tidak seluruh anggota Suku Anak Dalam tersebut yang pergi melangun.
Hanya angota keluarga-ke lu arga mendiang saja yang pergi melangun.
MODEL PROMOSI KESEHATAN
2.
3.
Besa/e
Asal kata besale sampai saat ini belum diketahui, namun demikian dapat
diartikan secara harafiah duduk bersama untuk bersama-sama memohon
kepada Yang Kuasa agar diberikan kesehatan, ketenteraman, dan
dihindarkan dari mara bahaya. Besa/e dilaksanakan pada malam hari yang
dipimpin oleh seorang tokoh yang disegani atau biasa disebut dukun. Tokoh
ini harus memil iki kemampuan lebih dan mampu berkomunikasi dengan
dunia ghaib/arwah. Sesaj ian disediakan untuk melengkapi upacara selain
itu juga dibuatkan bale-bale sebagai media para roh/arwah.
113
organ isas i sosial pada masyarakat Suku Anak Dalam terdiri dari:
Tumenggung
Kepala adat/Kepala masyarakat
Wakil Tumenggung
Pengganti Tum enggung jika berhalangan
Depati
Pengawas terhadap kepemimpinan
tumenggung
Menti
Menyidang orang secara adat/hakim
Mangku
Penimbang keputusan dalam sidang adat
Anak Dalam
Menjemput tumenggung ke sidang adat
Debalang Bati n
Pengawal Tumenggung
Tengganas!r engganai
Pemegang keputusan tertinggi sidang adat
dan dapat membatalkan keputusan
Kepercayaan
Komunitas adat terpenc il "Suku Anak Dalam" pada umumn ya mempunyai
kepercayaan terhadap dewa, isti lah etnik mereka yakni "dewo-dewo" .
Kepercayaan mereka yakni bersifat an imi sme dan dinamisme. Mereka
mempercayai roh-roh sebagai sesuatu kekuatan gaib. Mereka mempercayai
adanya dewa yang mendatangkan kebajikan jika mereka menjalankan aturannya
dan sebal ikn ya akan mendatangkan petaka jika mereka tidak menjalankan aturan
sesua i dengan adat istiadat mereka. Hal ini tercermin dari se loko mentera mereka
yang memiliki kepercayaan "Sumpah Dewo Tunggal" yang sangat mempengaruhi
kehidupan mereka.
"Hidup beranyam kuaw, bekambing kijang, berkerbau ruso, rumah (Sudung) beatap
sikai, badinding banir, balantai tanah yang berkelambu resam , suko berajo bejenang,
babatin bapanghulu".
114
"Di bawah idak berakar, diatai idak bepucuk, ka/o ditengah ditebuk kumbang, ka/au
kedarat diterkam rimau, ke air ditangkap buayo ".
Artinya: ji ka warga Suku Anak Dalam melanggar adat pusaka persumpahan
nenek moyang mereka, maka warga Suku Anak Dalam dalam hidupnya akan
menderita atau mendapat bencana, kecelakaan, dan kesengsaraan.
Kategori Suku Anak Dalam
Sesuai dengan kondisi dan tingkat kemajuan dan pengh idupannya serta
untuk penentuan prioritas penanganan d itetapkan 3 (tiga) kategori Suku Anak
Dalam. Ketiga kategori SAD di Provinsi jambi adalah kategori Melangun/ Kelana,
Menetap Sementara, dan Menetap
II.
115
Organisasi Sosial
Budaya
Melangun
Sejak tahun 2004 kelompok Tumenggung Kubung Linggal menetap di Sei
Segandi dan masyarakatnya tidak lagi melangun. Saat ini secara perlahan
paradigma berfikir masyarakat diubah mengenai melangun. Kalau dulu
mereka melangun karena ada anggota keluarganya yang meninggal,
MODEL PROMOSI KESEHATAN
117
sekara ng mereka diberi pengertian yang " melangun" ada lah orang yang
meninggal dengan menguburn ya ditempat ya ng jauh dari tempat tinggal
mereka, hal ini bertu ju an agar mereka t idak perlu melangun lag i kare na
hutan tempat biasa mereka melangun semak in se mpit.
Besale
Pendidikan
Saat ini hanya ada 8 anak yang bersekolah, hal ini dikarenakan sekolah
hanya ada di Desa Nyogan itu pun hanya Sekolah Dasar, yakni SO Negeri No.
78/IX. Sekolah ini berjarak sekitar 7 kilometer dari Sei Segandi. jarak tempuhnya
yang jauh mengakibatkan banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anakanak mereka. Di Sei Segandi saat ini terdapat 68 anak-anak usia sekolah dan
yang bersekolah hanya 8 anak, sedangkan sisanya tidak bersekolah. Aktivitas
sehari-hari yang mereka lakukan adalah membantu orang tua mereka sepert i
mencari ikan di sungai atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Kesehatan
119
Mengacu pada Program Per il ak u Hi dup Bers ih dan Sehat (PHB S) ya ng saat
ini sedang d ikembangkan o leh Departeme n Kese hata n Rl un tuk meni ngkatka n
deraj at kese hatan masyarakat, maka ke bi asaa n ya ng d il ak uka n d i SAD Sei
Segand i sebaga i beriku t:
Pelaya nan Kese hata n
Pelaya nan Kesehata n ya ng se lama ini d iterim a o leh warga Se i Segandi
ada lah adanya kunju ngan petugas pu skes mas 2 kali dalam seb ulan
da n kunj un ga n bid an seb ul an seka li untu k member il ka n pe laya nan
KB. Karena letak puskesmas desa ya ng cukup j auh dan terbatas nya
alat transportas i sampa i saat ini warga hanya menganda lkan kun j un gan
petugas puskesmas dan bidan untuk penyak it-penyakit ya ng tidak dapat
mereka tanga ni. Semen tara ka lau mereka merasa penya kit ya ng
mereka derita mas ih da lam taraf rin gan (seperti sakit kepa la, pusin g,
d ll ) bi asanya mereka menggun akan obat warun g dan kalau tidak bi sa
se mbuh ju ga umumn ya mereka akan minta to lo ng dukun ya ng ad a
untuk di berik an mantera/j ampi.
Peril ak u seh at terkait dengan bud aya setempat, antara lain :
Persa li na n, se lama ini pr oses persa lin an d il aku kan melalui
bantu an du kun beranak ya ng sama se kali be lum dil atih o leh
petugas kese hata n. Ketika si ibu hamil muda bi asa nya mereka
menggun aka n beng/e dan guntin g ata u mereka menye bu tnya
penangkal pontiana k (penangka l kunt ilanak) dan ketika usia
kehamil an memas uki usia 7 bulan (ba hkan ada ya ng 5 bul an)
ibu hamil di beri ramu an rebu sa n akar se lu suh ya ng berfun gsi
untuk memperl ancar proses persa lin an.
M emas uki usia kehamil an 9 bul an umumn ya mereka telah
m em angg il du k un ber anak untuk m enun gg ui ke lahir an
(umumn ya 1 min gg u se belum m elah ir ka n), se lam a m asa
m enun ggu te rseb ut duk un tin gga l d irum ah ibu hamil dan
memberik an perawatan berupa urut. Dalam proses persa lin an
bi asa nya d ukun beranak menggunakan tanga n untuk mendoro ng
bay i kelu ar. Sete lah bayi lahir, dukun akan memoto ng tali pusat
bay i dengan menggun aka n bambu ya ng di taja mkan (sembilu)
kemudi an akan dibubuhi kun y it parut aga r tali pu sat ce pat
kerin g. Sementara itu untuk si ibu, perut bag ian baw ah dan
bag ian atas akan d iikat o leh tali terap (berasa l dari kulit kayu
pohon terap) hal ini dim aksud ka n agar darah tid ak turun dan
tid ak naik ke jantung. Selain itu j empo l kaki si ibu juga akan
di ikat dengan tali terap dan jempol tersebut tidak bo leh menabrak
120
ASI Eksklusif
Seluruh bayi yang ada di Sei
Segandi diberikan ASI, hal ini
lebih didorong oleh faktor ekonomi
yang tidak memungkinkan untuk
membeli susu formula bahkan
dibeberapa keluarga masih ada
yang memberikan air susunya
lebih dari 2 tahun. Namun
pemberian makanan tambahan
pendamping ASI belum tergali.
lbu-ibu SAD sedang memberikan ASI kepada bayinya
Rokok
Merokok merupakan hal yang biasa bagi warga SAD Sei Segandi,
hampir semua warga baik laki-laki maupun perempuan merokok bahkan
ada pula anak-anak yang merokok. Kebiasaan merokok sudah ada
sejak mereka tinggal dihutan, sampai saat ini kebanyakan warga
merokok kretek atau rokok yang diberikan oleh tamu yang datang ke
Sei Segandi. Bahkan dalam Upacara Besale, ada pantangan untuk
makan dan minum kecuali merokok. Merokok sudah dianggap hal
yang biasa dan lumrah sehingga banyak warga Sei Segandi yang
merokok di dalam rumah tanpa mempedulikan anak-anak mereka yang
masih balita terpapar asap rokok.
121
122
hajatnya dijamban. Namun yang disebut jamban disini ada lah sebuah
lobang dengan kedalaman 1 meter yang atasnya ditutup kayu dan diberi
jarak untuk lubangnya (kakus cemp lun g)
Kesesuaian Penghuni dengan Luas Lantai Bangunan
Perbandingan luas bangunan rumah dengan penghuni umumnya kurang
sebanding bahkan ada yang terlalu padat, karena rumah yang dirikan
o leh Dinas KSPM memiliki luas 30 meter dan umumnya hanya dihuni
oleh satu rumah tangga yang terd iri dari 4 - 5 orang
Lantai Bukan Tanah
Hanya sebagian kecil rumah yang memilik i lantai bukan tanah,
sebag ian besar masih berlantai tanah dan hanya pada ruang tamu saja
yang beralaskan papan yang dibuat seperti balai namun pendek.
123
b.
c.
d.
e.
f.
124
V. IKHTISAR
Suku Anak Dalam merupakan Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang
mempunyai pola kehidupan dan penghidupan khas karena keterikatan adat
istiadat yang begitu lekat dan sangat bergantung pada hasil hutan/alam/ binatang
buruan. Hal ini merupakan suatu kekuatan yang sangat potensial dalam
pelaksanaan promosi kesehatan . Kegiatan-kegiatan lainnya perlu didesain secara
cermat agar pemberdayaan SAD untuk peningkatan PHBS dapat diwujudkan.
Pengembangan model promosi kesehatan Suku Anak Dalam Provinsi jambi
perlu mendapat perhatian serius mengingat karakteristik , ciri , dan sifat
masyarakat yang ada di lokasi masih sangat tradisional. Dengan kondisi
masyarakat yang masih sangat sederhana kiranya perlu melakukan upaya
pembinaan yang melibatkan lintas sektor terkait, seperti Dinas Sosial , Dinas
Kesehatan , Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, dan Pemerintah Daerah setempat.
Mengingat pada tahun 2006 ini pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial
melalui KSPM akan berakhir dan SAD Sei Segandi akan diserahkan ke Pemda
dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, untuk itu sangatlah
diperlukan adanya perubahan metode pemberdayaan masyarakat yang lebih
mengedepankan segi kemandirian secara ekonom i dan sosial. Hal ini bertujuan
agar masyarakat Sei Segandi mampu bertahan hidup.
125
Kabupaten Agam
Sumatera Barat
KABUPATENAGAM, SUMATERABARAT
I.
Dl KABUPATEN AGAM ,
SUMATERA BARAT
PENDAHULUAN
Era globalisasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang terjadi saat
ini telah membawa kemajuan pesat di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, masalah kesehatan
juga muncul akibat gaya hidup (seperti pola makan yang tidak seimbang, gaya
hid up merokok, kurangnya aktivitas fisik) dan cara pandang masyarakat terhadap
kesehatan. Masyarakat pada umumnya masih sering memandang kesehatan
dengan sebelah mata. Yang terjadi pada masyarakat kita adalah seseorang
hanya akan pergi ke dokter atau instansi kesehatan (puskesmas/rumah sakit)
jika orang tersebut sudah jatuh sakit. jarang sekali seseorang pergi ke dokter
untuk memeriksakan kesehatannya (medical check up), atau hal tersebut mungkin
hanya terjadi pada masyarakat mampu saja yang melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin . Bahkan pada masyarakat yang tidak mampu, walaupun
dalam kondisi sakit seringkali mereka tidak memeriksaan diri ke dokter atau
puskesmas. Hal ini bisa jadi disebabkan antara lain oleh minimnya informasi
kesehatan, rendahnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan faktor
ekonomi sehingga masyarakat miskin sulit untuk mengakses layanan kesehatan.
Sangat disadari bahwa masyarakat akan dapat mengakses pelayanan kesehatan
jika didasari oleh adanya kebutuhan yang hakiki , pengetahuan yang benar, dan
sumber daya ekonomi yang dimiliki. Masyarakat juga memberikan reaksi yang
beragam terhadap mutu pelayanan kesehatan yang ada. Reaksi tersebut bervariasi
tergantung dari pengetahuan , sikap, dan perilaku masyarakat dalam mengartikan
kesehatan itu sendiri.
Keanekaragaman etnik dan budaya yang ada di Indonesia turut membentuk
pol a peri laku yang berbeda pad a setiap daerah dan perilaku tersebut dapat berubah
melalui proses penerimaan inovasi . Perubahan peri laku dari peri laku yang disadari
atau yang tidak disadari merugikan kesehatan menjadi perilaku yang disadari
menguntungkan kesehatan dapat d icapai melalui penerimaan i novasi. Inovasi
tidak terbatas hanya pada kelompok orang-orang cendekiawan saja, akan tetapi
setiap orang bisa melakukannya, bahkan kadang-kadang tidak menyadari bahwa
mereka sedang melakukan proses inovasi.
127
KABUPATENAGAM, SUMATERABARAT
Salah satu daerah yang merasakan perubahan itu adalah daerah Sumatera
Barat. Masyarakat Sumatera Barat merasakan telah terjadi perubahan secara
gradual dan nyata berupa penurunan kua litas kehidupan masyarakat ditinjau
dari berbagai seg i seperti agama, adat, pendidikan, dan lain sebaga in ya. Oleh
karena itu , masyarakat Sumatera Barat merasa perlu mengembalikan norma
dan nilai kehidupan mereka ke adat dan agama. Masyarakat Sumatera Barat
merasa dalam bentuk pemerintahan nagari kehidupan sosial kemasyarakatan
diatur o leh nilai-nilai adat dan agama, sehingga terlihat kerukunan, sa lin g
menghormati, dan rasa aman yang sangat lekat dalam kehidupan anak nagari.
Pada saat Pemerintahan Orde Baru bentuk pemerintahan daerah di Sumatera
Barat diubah menjadi bentuk pemerintahan desa se irin g dengan diberlakukannya
UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Nagari bukan lagi
berkedudukan sebagai unit pemer in tahan terendah di Daerah Tingkat I Sumatera
Barat, akan tetapi semata-mata merupakan kesatuan masyarakat hukum adat.
Namun, pada perkembangannya kemudian mulai diberlakukan UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini diperkuat dengan adanya Perda
No. 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari. UU No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tersebut telah mengalami perubahan,
d im ana perubahan tersebut telah berhasil disetujui anggota DPR Rl melalui Rapat
Paripurna terbuka tingkat II di Gedung Nusantara pada tanggal 29 September
2004. Undang-undang tersebut ditandatangani o leh Presiden Megawati Soekarn o
Putri, ya itu UU No. 32 Tahun 2004, yang telah memberi peluang kepada
Pemerintah Daerah Sumatera Barat untuk kembali lagi ke pemerintahan nagari
(kembali bernagari). Kemudian undang-undang yang baru tersebut juga diperkuat
oleh Perda Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2005 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2005,
serta Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 140-257-2005 tentang
Pembentukan Nagari Binaan.
128
KABUPATENAGAM, SUMATERABARAT
II.
KESEHATAN
129
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebe lah
Sebelah
Sebelah
Utara
Selatan
Timur
Barat
Kabupaten Agam berik lim tropis dengan suhu berkisar antara 25-30 C
memiliki dua musim, ya itu musim kemarau (Mei-Oktober) dan musim penghujan
(November-April). Keadaan ini se lain menguntungkan karena menyebabkan
subur nya tanah, namun hal tersebut sering mendatangkan be nca na a lam
berupa banjir.
Penduduk Kabupaten Agam menurut registrasi penduduk 2003 tercatat
sejumlah 428.556 orang, yang terd iri dari 207.069 penduduk laki-laki dan
221.487 penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata
191,98 orang per km 2
Kabupaten Agam termasuk salah satu daerah tujuan wisata baik bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara. Lokasi penjajagan di Kabupaten
Agam secara spesifik dilaksanakan di kawasan Danau Maninjau sebagai objek
wisata yang sangat indah merupakan kawah yang terbentuk akibat letusan gunung
berapi. Danau Maninjau hanya berjarak + 27 km (30 men it) dari Kota Bukittinggi
menjadikan daerah ini tempat wisata utama yang ramai dikunjungi. Kawasan
w isata Danau Maninjau ini terdapat 2 objek wisata, yakni objek wisata Puncak
Lawang dan Embun Pagi. Kegiatan yang telah dikembangkan di kawasan wisata
Danau Maninjau antara lain hotel, lintas alam, tracking, paralayang, berkemah,
130
memancing, pacu biduk, dan menikmati matahari tenggelam. Selain itu kegiatan
yang memiliki prospek cerah pengembangannya seperti boat racing, jet ski, ski
air, dan wisata air lainnya.
131
.I
KABUPATENAGAM, SUMATERABARAT
2.
3.
4.
5.
6.
Visi dan misi di atas tidak dapat diwujudkan bila masyarakatnya tidak
mendukung. Agar mendapat dukungan masyarakat, pemerintah kabupaten harus
melalui nagan: Nagari merupakan sistem pemerintahan yang berada di bawah
kecamatan dan membawahi jorong-jorong, sementara jorong-jorongmembawahi
dusun atau kampung. Pemerintahan nagari dipimpin oleh seorang Wali Nagan
yang dibantu oleh Kepala Urusan. Setiap nagari mempunyai Badan Perwakilan
Nagari yang merupakan perwakilan dari masyarakat dalam nagan; yang terdiri
dari unsur Nintk Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Pemuda, Bunda Kanduang,
serta Utusan }orang. Setiap nagari juga mempunyai Majelis Tungku Tigo
Sejarangan sebagai lembaga yang bertugas memberikan pertimbangan kepada
pemerintahan nagari dalam menjaga dan memelihara penerapan "Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi KitabullaH' yang memiliki arti adat berpedoman pada
agama, agama berpedoman pada kitab/AI-quran. Adapun Majelis Tungku Tigo
Sajarangan ini terdiri dari Ninik Mamak, Alim Ulama, dan Cerdik Pandai yang
jumlahnya ditentukan oleh Wali Nagari bersama Badan Perwakilan Nagari.
132
Kerapatan Adat Nagan (KAN) terdiri dari unsur-unsur penghulu adat yang
berlaku sepanjang adat dalam masing-masing nagari sesuai dengan
penerapannya, antara lain: Pucuk Adat/Ketua Adat, Datuk Kaampek Suku,
Penghulu-penghulu Andiko, Urang Ampek Jinih, Manti Nagan: Tugas KAN yaitu:
Mengurus dan mengolah hal-hal yang berkaitan dengan adat
sehubungan dengan sako dan pusako
Menyelesaikan perkara-perkara adat dan istiadat
Mengusahakan perdamaian dan memberikan kekuatan hukum terhadap
anggota masyarakat yang bersengketa serta memberikan kekuatan
hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut adat
Mengembangkan kebudayaan masyarakat nagari dalam upaya
melestarikan kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya khazanah
kebudayaan nasional
Menginvestasi , menjaga, memelihara, dan mengurus serta
memanfaatkan kekayaan nagari untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat nagari
Membina dan mengkoordinir masyarakat hukum adat mulai dari kaum
menurut sepanjang adat yang berlaku di tiap nagari, "berjenjang naik
bartangga turun" yang terpucuk pada KAN serta memupuk rasa
kekeluargaan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat nagari dalam
rangka meningkatkan kesadaran sosial dan semangat gotong-royong
Mewakili nagaridan bertindak atas nama dan untuk nagaridalam segala
perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan untuk kepentingan
dan/atau hal-h al yang menyangkut dengan hak dan harta kekayaan
milik nagari
Diantara seluruh syarat fisik nagari yang dijabarkan, ada beberapa yang
berhubungan dengan bidang kesehatan, yaitu:
Balabuah Batapian
Artinya nagari harus mempunyai prasarana jalan lingkungan dan jalan
penghubung antar nagari serta tepian tempat mandi
Barumah Batanggo
Artinya mempunyai rumah tangga sebagai tempat tinggal
133
_j
135
IV. IKHTISAR
Penjajagan awal telah dilakukan di Nagari Sei Batang, Kecamatan Lubuk
Basung, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat dan akan ditindaklanjuti
dengan tahap penerapan di tahun 2006. Penjajagan awa l dimaksudkan untuk
mendapatkan data dasar dalam pengembangan model promosi kesehatan
menggunakan pendekatan sistem pemerintahan nagari. Sistem pemerintahan
nagari yang memilih Badan Perwakilan Nagari dan Majelis Tiga Tungku
Sejarangan serta Kerapatan Adat Nagari merupakan suatu kekuasaan yang sangat
potensial dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan. Kegiatan-kegiatan
pendukung lainn ya perlu didesain secara cermat agar pemberdayaan nagari
untuk peningkatan PHBS dapat diwujudkan.
136
_j
PENANGGUNGJAWAB
Penanggungjawab
Dr. Bambang Hartono, SKM, MSc., MM.
Pengarah
lsmoyowati, SKM, M.Kes.
Ora. Zuraida, SKM, MPH
drg. james Johnson , MPH
Tim Penyusun
Jr. Dina Agoes S., M.Kes.
Riesparia M. Awang, SKM, M.Kes.
drg. Marlina Ginting, M.Kes
Winitra Rahmani A., S.Sos.
Wiji Astuti, S.Sos
Euni ce Margarini , SKM
Woro Sandra Aryani, SKM
Sugiyono
137