Meski janji Allah tidak teragukan lagi, bahwa laki-laki baik untuk wanitawanita baik dan laki-laki tidak baik untuk wanita tidak baik pula. Meski
meski disisi lain, Allah kerap menguji keberimanan hamba-Nya dengan
ujian yang memberikan hikmah kesabaran bagi yang mampu
melewatinya. Namun disinilah hakikat penciptaan hati manusia yang
mudah dibolak-balikkan. Bahwa manusia kadang tetap teguh dengan
keberimanannya meski ujian seberat apapun menggelayutinya, namun
sepersekian detik berikutnya hatinya bisa begitu mudah terguncang oleh
cobaan yang lain, terlebih cobaan yang berkaitan dengan hal-hal yang
berdekatan dengan emosi seperti, orang tua, jodoh dan lain-lain.
Hal itu terbukti dari sekian banyaknya wanita-wanita muslimah yang
begitu resah dan galau hatinya saat-saat memasuki usia pernikahan
karena belum tergambarkan sesosok bayangan pun mengenai calon
pendamping. Sementara usia terus merambat naik, seolah sosok
bayangan itu terasa semakin menjauh dan terbang menghilang. Pada
fase inilah terkadang banyak muslimah yang 'menggadaikan'
kesholehahannya untuk 'ditukar' dengan laki-laki yang jauh dari
harapannya saat masih menjadi aktifis dahulu. "Yang biasa aja harus
nunggu kepala tiga dulu, apalagi yang luar biasa" komentarnya. Ini
memang fase yang amat rentan bagi seorang muslimah, namun disinilah
fase pembuktian muslimah-muslimah yang konsisten dan yakin akan
janji Allah.
Khawatir, galau, gundah, resah dan segenap perasaan ketakutan tidak
mendapatkan jodoh memang sangat peka dirasakan oleh kalangan
muslimah, terlebih saat usia memasuki dasawarsa kedua. Karena bisa
jadi -pikir mereka- semakin tambah usia mereka, semakin kecil
probabilitasnya karena jumlah laki-laki belum menikah yang seumur
mereka disinyalir terus berkurang. Saat seperti ini pulalah yang
kemudian secara tidak disadari memindahkan fokus perhatian tidak
sedikit para muslimah, dari ghirah meningkatkan ketaqwaan
memperbaiki kualitas diri menjadi semangat mencari pasangan hidup.
Padahal, sangat berbanding lurus antara peningkatan kualitas diri dengan
peluang mendapatkan jodoh yang berkualitas.
Bicara soal kualitas, perlu kiranya memperhatikan kembali hal-hal yang
mungkin belum ditingkatkan oleh para muslimah berkenaan dengan soal
kesiapan mengarungi rumah tangga. Karena tentu saja, -ini yang sering
dilupakan- yang menentukan kesiapan bukan hanya kita yang seringkali
hanya melihat segi zahir saja, seperti usia dan materi. Padahal Allah-lah
sang penentu utama kesiapan seseorang dalam memasuki jenjang rumah
tangga. Sangat bisa, Allah menetapkan kita dalam status tidak memiliki
persiapan apa-apa meski secara usia sudah lebih dari cukup dan materi
juga tidak ada masalah.