STROKE HAEMORAGIK
PEMBIMBING
Dr. Zainal Arifin, Sp.S
Disusun Oleh
Tyas Cempaka Sari
030.06.261
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa laporan kasus
departemen neurologi yang berjudul Stroke Hemoragik dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Zaenal Arifin, Sp.S, selaku
pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus stroke
hemoragik, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaannya pada pasien yang
dirawat inap selama masa kepaniteraan klinik penulis di Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak terdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik di dalam penyusunan
kalimat maupun di dalam teorinya, mengingat keterbatasan dari sumber referensi
yang diperoleh penulis serta keterbatasan penulis selaku manusia biasa yang
selalu ada kesalahan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB 1
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Status Pernikahan
Suku
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Tanggal Masuk RS
: Tn. C
: Laki-laki
: 58 tahun
: KP Jawa Rt01/ Rw10, Ciomas, Jawa Barat
: Menikah
: Sunda
: Buruh
: SMA
: 13 Juni 2012 (09.30)
II.
ANAMNESA
Keluhan Utama
Kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan sejak 6 jam yang lalu
Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan adanya kedua
tangan dan kaki tiba-tiba lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam
sebelum masuk RS. Dikatakan bahwa kedua tangan dan kaki tidak bisa
digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur untuk pergi ke kamar
mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa langkah namun setelah kirakira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi terduduk dan pelipis
kiri terbentur tembok namun pasien menyangkal adanya keluar cairan atau
darah dari lubang hidung atau telinga setelah pasien terjatuh. Pasien
mengatakan tangan dan kaki kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa
digerakkan dibanding yang sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya
bicara yang pelo sejak pasien terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual
namun pasien tidak muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi sejak lama, namun pasien
jarang berobat dan minum obat hipertensi tidak teratur. Pasien menyangkal
kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal, maupun alergi terhadap
makanan maupun obat.
V.
STATUS NEUROLOGI
Kesan Umum
Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5
Pembicaraan :
Disartri
: tidak
Monoton
: tidak
Scanning
: tidak
Afasia
: tidak
Kepala
:
Besar
: normocephali
Asimetris
: tidak
Tortikolis
: tidak
Mask (topeng) : tidak
Fullmoon
: tidak
Lain-lain
: tidak
Pemeriksaan Khusus
: (-)
Nervus II
Visus
: 6/60 6/60
Campus warna
: tidak dilakukan
Melihat warna
: baik
Funduscopi
: tidak dilakukan
: ortoforia / ortoforia
: (+)/(+)
Ke temporal
: (+)/(+)
Ke bawah
: (+)/(+)
Ke temporal bawah
: (+)/(+)
Eksopthalmus
: (-)/(-)
Ptosis
: (-)/(-)
Pupil
Bentuk
: bulat/bulat
Lebar
: 3mm/3mm
Anisokoria
: tidak
: +/+
:+/+
Reaksi akomodasi
:+/+
Reaksi konvergensi
:+/+
Nervus V
Cabang motorik
Otot masseter
Otot temporal
Cabang sensorik
I
: baik
II
: baik
III
: baik
: +/+
: +/+
Nervus VII
Waktu diam
Kerutan dahi
: simetris
Tinggi alis
: simetris
Sudut mata
: simetris
Lipatan nasolabial
: simetris
Sudut mulut
: simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi
Menutup mata
: simetris
Bersiul
: simetris
Memperlihatkan gigi
: tidak dilakukan
Hiperakusis
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus VIII
Vestibular
Vertigo
: (-)
Nistagmus
: (-)
Tinnitus aureum
Cochlear
Weber
: tidak dilakukan
Rinne
: tidak dilakukan
Schwabach
: tidak dilakukan
Nervus IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring
: simetris
Kedudukan uvula
: di tengah
: simetris
Detak jantung
Bising usus
: (+)
Menelan
: dapat
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah
: tidak dilakukan
Refleks muntah
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat bahu
: baik
Memalingkan kepala
: baik
Nervus XII
Kedudukan lidah waktu istirahat
: di tengah
Atrofi
: tidak
Fasikulasi/tremor
: tidak
: baik
Otot pinggang
: baik
Kedudukan difragma
Gerak
: simetris
Istirahat
: simetris
Lengan
M. deltoid (adduksi lengan atas)
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
Tungkai
Fleksi artic. Coxae
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
: 2/4
Gerakan jari-jari
: 2/4
Besar otot
Atrofi
: (-)
Pseudoatrofi
: (-)
: (-)
Reaksi myotonik
: (-)
Palpasi otot
Nyeri
: (-)
Kontraktur
: (-)
Konsistensi
: baik
Tonus otot
Tonus otot
Hipotoni
Spastik
Rigid
Rebound phenomen
Gerakan involunter
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Athetose
: (-)
Myokloni
: (-)
Ballismus
: (-)
Lengan
(-)
(-)
(-)
(-)
Tungkai
(-)
(-)
(-)
(-)
Torsion spasme
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Myokymia
: (-)
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan
: baik
Jari tangan-hidung
: baik
: tidak dilakukan
Tumit-lutut
: baik
Pronasi-supinasi
: baik
: tidak dilakukan
Station
Romberg test: jatuh ke: tidak
4. Sistem Sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superfisial
: baik
: tidak dilakukan
: baik
Rasa propioseptif
Rasa getar
: tidak dilakukan
Rasa tekan
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: (-)
Alexia
: (-)
Agraphia
: (-)
Fingeranogsia
: (-)
: (-)
Acalculia
: (-)
6. Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps
: +/+
Refleks triceps
: +/+
Refleks patella
: +/+
Refleks achilles
: +/+
Refleks patologik
Tungkai
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Rossolimo
Gonda
Gordon
Schaefer
Lengan
Hoffman-tromer: -/Leri
: -/-
Mayer
: -/-
7. SSO
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi keringat
: baik
Salivasi
: baik
Gangguan vasomotor
: tidak ada
: tidak ada
8. Columna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis
: (-)
Khyposis
: (-)
Khyposkoliosis
: (-)
: baik
Ekstensi
: baik
Lateral deviasi
: baik
Rotasi
: baik
: baik
Ekstensi
: nyeri
Lateral deviasi
: nyeri
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: 700/700
: (-)
: (-)
RESUME
Pasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan keluhan kedua tangan dan kaki
yang lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam AMRS. Dikatakan bahwa
kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun
tidur untuk pergi ke kamar mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa
langkah namun setelah kira-kira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi
terduduk dan pelipis kiri terbentur tembok. Pasien mengatakan tangan dan kaki
kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa digerakkan dibanding yang
sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya bicara yang pelo sejak pasien
terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual. Pasien memiliki riwayat hipertensi
namun jarang berobat dan tidak teratur minum obat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah
Nadi
: 260/150 mmHg
: 84x/menit
: 360C
: 28x/menit
Suhu
Pernapasan
Status generalis
Status neurologis
: GCS E4M6V5
Saraf kranialis
Sistem motorik
Lengan kanan/kiri
: 2222/4444
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
: Hemisfer Sinistra
Hasil
13,4
9.770
187.000
39
45
43
113,9
5,18
137
Nilai Rujukan
13 18
4000 10000
150000 400000
40 54
< 42
<47
10 50
0,67 1,36
< 140
IX.
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Tirah baring
Medikamentosa:
X.
IVFD RL 16 tpm
Inj. Takelin 2x500 mg
Inj. Piracetam 3x3 mg
Inj. Ranitidin 2x1
Amlodipin tab 2x5 mg
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.5, 12
3.2 Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama
kecacatan.2 Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang
sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan
hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti
semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab
kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.5
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya
dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.
Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke
iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada
48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%
wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari
60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.2
3.3 Etiologi Stroke Hemoragik
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 6
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%
terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah
Hipertensi
Seks
Riwayat
keluarga
dizigotik
yang
menunjukkan
kecenderungan
mellitus
dan lesi
Karotis bruits
Merokok
bahwa
risiko
merokok
stroke
untuk
jelas
menyebabkan
segala
usia
dan
hematokrit
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
atau
paraproteinemia,
biasanya
trombosit
akibat
trombositosis.
Perdarahan
Peningkatan
tingkat
fibrinogen
dan
system
pembekuan
Hemoglobinopat
Sickle-cell disease :
hy
obat
Hiperlipidemia
subarachnoid
dan
difarction
otak
telah
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko
stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen
menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama
sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang
lebih dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat
koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi
Diet
Homosistinemia
atau
homosistinuria
Migrain
Suku bangsa
dewasa,
dan
perdarahan
lebih
umum
dari
aterosklerosis.
dan Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi
faktor
musim dan siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa
perubahan diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin
relevan untuk stroke. Hubungan antara variasi iklim
musiman dan stroke iskemik telah didalihkan. Peningkatan
dalam arahan untuk infark otak diamati di Iowa. Suhu
lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif dengan
kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman
telah berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark
dalam usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif,
dan pada orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
Namun,
perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak
dianggap sebagai stroke.7
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti
kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya
aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang
menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.7
arteri
serebri
posterior
menyebabkan
hemianopsia
kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan
terjadi kehilangan memori.8
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid
anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis),
dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri
komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.8
Penyumbatan
total
arteri
basilaris
menyebabkan
paralisis
semua
eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri
basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan
medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:8
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot
lidah (saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]),
strabismus (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam
beberapa detik sampai menit.2,9
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah
besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,
seperti berikut:2,9
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke
dokter segera.2,9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah
dan mencapai puncak dalam beberapa detik.
kehilangan kesadaran singkat.
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 2,9
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
yang
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 2,9
Hydrocephalus
Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku.
Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal) dari
pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam
otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan
menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan
muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.
Vasospasm
Sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan itu, arteri di otak dapat kontrak
(kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke
iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik,
seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan
menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua
Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
GCS Score
15
13-14
13-14
7-12
3-6
+
+ or + or -
Fisher grade
Dari keempat grading tersebut yang dipakai dalam studi cedera kepala yaitu
modified Hijdra score dan Fisher grade. Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai
pada kasus SAH primer akibat rupturnya aneurisma. 10
daripada
mengidentifikasi
CT
scan,
malformasi
terutama
vaskular
stroke
yang
iskemik.
mendasari
atau
MRI
dapat
lesi
yang
menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)
untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia
miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.2
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan
subaraknoid,
hematoma
subdural,
kedaruratan
hipertensif,
Reversal of anticoagulation 1
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya
diberikan fresh frozen plasma atau prothrombic complex
concentrate dan vitamin K.
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K
dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR
lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih
rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yang
memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.
Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor
replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer
weight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan
trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat
Dioperasi bila: 1
antifibrinolitik
untuk
mencegah
perdarahan
ulang
resiko
rendah
untuk
terjadinya
vasospasme
atau
Delayed vasospasm:
Stop Nimodipine, antihipertensi, dan diuretika.
Berikan 5% Albumin 250 mL IV.
Pasang Swan-Ganz (bila memungkinkan), usahakan
wedge pressure 12-14 mmHg.
Jaga cardiac index sekitar 4 L/menit/m2.
Berikan Dobutamine 2-15 g/kg/menit.
5. Antifibrinolitik
Obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obatobat yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis
36 g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.1
6.
Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau
tekanan darah sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah
diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum tindakan operasi aneurisma
clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg
dan TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2
mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol
infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid
tidak danjurkan karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan
efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat
diberikan vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan
iskemik penumbra yang mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3
L/hari. Bila perlu diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari.
Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130
mEq/L dalam 48 jam pertama.1
tidak
direkomendasikan
secara
rutin,
hanya
Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari
pertama. Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk
ventrikulostomi (atau drainase eksternal ventrikuler), walaupun
kemungkinan risikonya dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering
terjadi
setelah
PSA.
Dilakukan
pengaliran
cairan
Terapi Tambahan 1
Antagonis H2
Antasida
yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen.2
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi
serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.
Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume
hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat
buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa
meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan
antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga
memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi.2
3.11 Pencegahan Stroke Hemoragik
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun
kelompok risiko tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan adalah:1
pencehagan
sekunder
stroke,
yang
harus
dilakukan
adalah
pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor
risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA,
dislipidemia, dan sebagainya.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia: Jakarta, 2007.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3. Neurological
Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis in
Neurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8.
BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease.
McGraw Hill: New York, 2005.
7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000.
8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta, 2007.
9. MERCK,
2007.
Hemorrhagic
Stroke.
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html
Diperoleh
dari:
[Tanggal: 23 Mei
2010].
10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007.
Diunduh dari:
http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQ
oKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik
%20M.doc?nmid=88307927 [Tanggal: 24 Mei 2010]
11. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006.
Diunduh
dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOt
ak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal: 24
Mei 2010]
12. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6.
EGC, Jakarta. 2006.