Nama Mahasiswa
NIM
: 030.11.228
Bagian
Periode Kepaniteraan
Judul Case
: Stroke haemoragic
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan
izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Laporan
kasus ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD
Budhi Asih Jakarta.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Ibnu Benhadi, SpBS yang telah
membimbing penulis dalam mengerjakan laporan kasus ini, serta kepada seluruh dokter yang
telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD
Budhi Asih Jakarta. Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di
kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan
kepada penyusun.
Penyusun sadar laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
penyusun harapkan. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat
berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................. i
Bab I. Pendahuluan.............................................................................................................. 1
Bab II. Laporan Kasus.......................................................................................................... 2
I. Identitas pasien................................................................................................. 2
II. Subjektif.......................................................................................................... 2
2
III. Objektif........................................................................................................... 3
IV. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 9
V. Ringkasan ........................................................................................................ 12
VI. Assessment ..................................................................................................... 12
VII. Planning........................................................................................................ 13
VIII. Prognosis.................................................................................................... 13
IX. Follow-Up..................................................................................................... 14
Bab III. Pembahasan............................................................................................................ 23
Bab IV. Kesimpulan............................................................................................................. 31
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu sindrom hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global)
yang berkembang cepat, berlangsung lebih 24 jam atau menyebabkan kematian, yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan peredaran darah terjadi karena
adanya proses patologis pada pembuluh darah, seperti oklusi pada lumen pembuluh darah
yang disebabkan oleh emboli, atau thrombus, pecahnya pembuluh darah dikarenakan
perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah atau peningkatan visikositas, atau
perubahan kualitas darah yang melalui pembuluh darah serebral. Secara umum stroke
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hemoragik dan iskemik.1
Menurut WHO, dalam International Statistical Clasification of Disease and Related
Health Problem 10th Revision. Stroke hemoragik dibagi atas, perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intraserebral adalah perdarahan primer yang berasal
dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Kejadian
paling sering terjadi akibat cedera vaskuler yang dipicu oleh hipertensi dan rupturnya salah
satu arteri yang memperdarahi otak.2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Tempat tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Kawin/tidak
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Nomor CM
: Tn. L
: Makasar, 19 Mei 1952
: 64 tahun
: Laki- laki
: Menikah
: Khatolik
: D3
: Pensiunan
: Jl. Kebon nanas selatan VIII No. 2, Jatinegara
: 14 November 2016
: 01066881
II. SUBJEKTIF
A. Keluhan utama
Lemah pada sisi tubuh sebelah kiri
B. Keluhan tambahan
Muntah, nyeri kepala, bicara pelo, penurunan kesadaran
2
5 tahun lalu , bicara pelo namun tidak ada kelemahan pada tubuh pasien.
pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak usia 40 tahun
Keluarga mengaku pasien sering mengalami nyeri kepala
pasien mempunyai riwayat vertigo 1 tahun lalu.
riwayat diabetes melitus, riwayat operasi, dan riwayat kecelakaan disangkal.
.
OBJEKTIF
A. Status Pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan di ruang pre op pada tanggal 14 November 2016.
KU
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 170/90 mmHg
: 80x/menit
: 20x/menit
: 36C
3
(-)
Perkusi :
Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga V
Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba pada 4 cm di lateral linea
Abdomen
Inspeksi : datar , ikterik (-), venektasi (-), smiling umbilicus (-), caput medusae (-),
sikatriks (-).
Auskultasi : BU (+) 3x/mnt
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-), Hepar tidak teraba. Lien tidak
teraba. Ballotement (-).
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)
Ekstremitas
Atas
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-).
Bawah
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-).
Status Neurologis
1. Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-) / (-)
Laseque
: (-) / (-)
Kernig
: (-) / (-)
2. Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Pulsasi
Simetri
: Normocepali
: (-)
: (-)
: (+)
3. Leher
Sikap
Pergerakan
: Tegak
: Aktif
4. Afasia
Afasia motorik
Afasia sensorik
: (-)
: (+)
5. Nervi Kanialis
N. I (Olfactorius)
Subjektif
Dengan beban
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Melihat Warna
Fundus okuli
N. III (Oculomotorius)
Sela mata
Pergerakan bulbus
Strabismus
KANAN
KIRI
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
(-)
Tidak dilakukan
(+)
(-)
5
Nistagmus
(-)
(-)
Eksoftalmus
(-)
(-)
Pupil
Besar
3mm
3mm
Bentuk
Bulat isokor
Bulat isokor
Refleks Cahaya langsung
(+)
(+)
Refleks Cahaya tidak langsung (+)
(+)
N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan mata
Baik
Baik
Sikap bulbus
Baik
Baik
N. V (Trigeminus)
Membuka mulut
(+)
(+)
Mengunyah
Tdk dilakukan
Tdk dilakukan
Menggigit
Tdk dilakukan
Tdk dilakukan
Refleks kornea
Tdk dilakukan
Tdk dilakukan
Sensibilitas muka
Tdk dilakukan
Tdk dilakukan
N. VI (Abducen)
Pergerakan mata (ke lateral)
Baik
Baik
Sikap Bulbus
Baik
Baik
N. VII (Fascialis)
Motorik
Mimik
Terdapat adanya kerutan pada kening
Menutup mata
Simetris
Meniup sekuatnya
Tidak dilakukan
Memperlihatkan gigi
Sudut mulut tertarik ke kanan
N. VIII (Vestibulokokhlearis)
Detik Arloji
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Suara berbisik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes swabach
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Weber
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N. IX
(Glossofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 belakang)
Sensibilitas faring
N. X (Vagus)
Arkus faring
Menelan
Refleks Okulokardiak
N. XI (Accecorisus)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
N. XII (Hipoglossus)
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
B. Badan dan Anggota Gerak
1. Badan
Respirasi
Gerakan kolumna vertebralis
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
Lateralisasi ke kiri
(-)
Pelo
Baik
Bebas aktif
6
Aktif
5555
Normotrofi
Normotonus
Tidak aktif
1111
Normotrofi
Normotonus
+2
+2
+2
+2
(-)
(-)
Taktil
Suhu
Nyeri
Diskriminasi 2 titik
Normotrofi
Normotonus
5555
Berbaring
Normotrofi
Normotonus
1111
+2
+2
+2
+2
Babinski
(-)
(+)
Chaddock
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Refleks Fisiologis
Bisep
Trisep
Refleks Patologis
Hofman-Tromner
Sensibilitas
Klonus
7
Paha
(-)
(-)
Kaki
(-)
(-)
Taktil
Suhu
Nyeri
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas
IV.
D. Gerak abnormal
Tremor
Athetose
Mioklonik
Chorea
(-)
(-)
(-)
(-)
E. Alat vegetatif
Miksi
Defekasi
Refleks anal
Reflex kremaster
Reflex bulbokavernosus
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
F. Patrick
G. Kontra patrick
(-)
(-)
(-)
(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 14 November 2016, pukul 03:59 WIB
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Leukosit
Eritrosit
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
14.900
4.1
/uL
juta/uL
5000-10.000
4,6-6,2
Hemoglobin
13,2
g/dL
14-16
8
Hematokrit
Trombosit
KIMIA KLINIK
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Clorida (Cl)
37
424.000
%
ribu/uL
42-48
150.000-450.000
31
1,25
mg/dl
mg/dl
17-43
0,6-1,1
138
4,4
98
mmol/L
mmol/L
mmol/L
134-146
3,4-4,5
96-108
Hasil
Satuan
13.600
3,6
/uL
juta/uL
5000-10.000
4,6-6,2
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
10,6
31
266.000
g/dL
%
ribu/uL
14-16
42-48
150.000-450.000
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Clorida (Cl)
132
4,0
100
mmol/L
mmol/L
mmol/L
134-146
3,4-4,5
96-108
Hasil
136
3,56
90
Nilai rujukan
134-146
3,4-4,5
96-108
Satuan
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Nilai rujukan
134-146
3,4-4,5
96-108
bronkovaskuler normal
kesuraman
costofrenikus dan diafragma baik
V.
RINGKASAN
10
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan lemah pada sisi tubuh sebelah kiri,
3 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sempat mengeluh nyeri kepala, setelah
makan malam OS muntah mendadak dan merasa lemah pada sisi tubuh sebelah kiri, OS
mengalami penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Sejak mengalami
penurunan kesadaran OS tidak dapat diajak berkomunikasi, hanya terkadang terdengar suara
dari mulut OS. tidak ada demam, maupun sesak.
Pasien sebelumnya pernah mengalami stroke ringan namun hanya bicaranya pelo, dan
memiliki riwayat hipertensi yang masih terkontrol, tidak ada riwayat DM. keluarga
mengatakan pasien sering mengeluhnyeri kepala. Kakak pasien mempunyai riwayat
hipertensi, dan ibu pasien mempunyai riwayat DM. Pasien seorang pensiunan dan sehari hari
pasien sering merokok dan mengkonsumsi kopi.
Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan kesadaran somnolen, tekanan darah 170/90 mmHg.
Status generalis dalam batas normal, status neurologis terdapat hemiparese sinistra dan parese
nervus VII dan XII sinistra sentral. Hasil laboratorium darah rutin didapatkan
eritropenia,leukositosis, penurunan hemoglobin, dan penurunan hematocrit, pemeriksaan
elektrolit didapatkan hiponatremia. Pemeriksaan Pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras
menunjukkan perdarahan pada hemisfer dekstra. Rontgen thoraks AP dalam batas normal.
VI.
Diagnosis klinis
Diagnosis etiologis
Diagnosis topis
Diagnosis patologis
AX2
VII.
PLANNINGS
Medikamentosa :
Assering Infus/ 12 jam/ 1 kolf
Citicolin Injection 2x500 mg
Manitol 3x 150 cc
Amlodipin 5 mg 1x1
Captopril 3x25 mg
Ceftriaxone 2x1 gr
Omeprazole 1x 40 mg
Transamin 3x1 amp
Vit.k 3x1 amp
Asam tranexamat 3x1
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Ad Functionam
: Dubia ad Bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad malam
11
12
IX.
FOLLOW-UP
Tanggal
Subjektif
Selasa
15 Lemah sisi sebelah kiri
November1
6
14.00 WIB
(H+2)
Objektif
Assessment
Planning
GCS (E3M2V2)
CVD haemoragic post
Infus Assering 14 tpm
KU tampak sakit berat
craniotomi
Citicolin injection 2x500 mg
BP 140/70 mmHg
Infus Manitol 3x125 ml
HR 54 x/m
Ceftriaxon 2x1 gr
RR 22 x/m
Transamin injection 3x1
o
T 36,7 C
Vit.K 3x1 amp
Kepala : Tertutup elastis perban
Amlodipine 1x10 mg
post op craniotomy
Kateter usage
thorax, abd, eks: dbn
Status neurologis :
Tanda meningeal: tidak dapat
diperiksa
Lesi nervus kranial (+): Parese
N.7 and 12 sinistra sentral
Motorik: kesan Lateralisasi ke
kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+3/+3,
T+3/+3, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis : (-)
13
Selasa
15 Lemah sisi sebelah kiri
November1
6
14.00 WIB
(H+2)
Senin,
8 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
2016
06.00 WIB
H+4
GCS (E3M2V2)
KU tampak sakit berat
BP 140/70 mmHg
HR 54 x/m
RR 22 x/m
T 36,7oC
Kepala : Tertutup elastis perban
post op craniotomy
thorax, abd, eks: dbn
Status neurologis :
Tanda meningeal: tidak dapat
diperiksa
Lesi nervus kranial (+): Parese
N.7 and 12 sinistra sentral
Motorik: kesan Lateralisasi ke
kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+3/+3,
T+3/+3, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis : (-)
GCS (E3M6V4)
X1
BP 160/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 100 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 28 x/m
n.XII sinistra central
o
T 37 C
Etilogi: ICH
Kepala, thorax, abd, eks: dbn
Topis: Right cerebri
hemisphere
Selasa,
9 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
2016
05.30 WIB
H+5
Status neurologis :
Patologis: Hematoma
Tanda meningeal: (-)
X2
Lesi nervus kranial (+): Parese
Hiponatremi
N.7 and 12 sinistra sentral
X3
Motorik: 5555/1111
Hypertension grade II
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/+, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 145/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 108 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 20 x/m
n.XII sinistra central
T 37,1 oC
Etilogi : ICH
Kepala, thorax, abd, eks: dbn
Topis : Right cerebri
hemisphere
Status neurologis :
Patologis : Hematoma
Tanda meningeal: (-)
X2
Lesi nervus kranial (+): Parese
Hiponatremi
N.7 and 12 sinistra sentral
X3
Motoric: 5555/2222
Hypertension grade II
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
15
Rabu,
10 Lemah sisi sebelah kiri
agustus 2016 Batuk
06.30 WIB
H+6
Kamis,
agustus 2016
06.00 WIB
(H+7)
Batuk
BP 145/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 128 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 24 x/m
n.XII sinistra central
o
T 38.2 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topis : Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
Patologi : Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Hiponatremi
Paru: SNV +/+, RH -/-,
X2
Wh -/- , Schlem +/+
Hypertension grade II
Cor: BJ I dan II regullar,
M (-), G (-)
Abdomen dan ekstremitas: dbn
Status neurologis :
Tanda meningeal : (-)
Lesi nervus krania (+) : Parese
N.7 and 12 sinistra sentral
Motorik: 5555/1111
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 160/100 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 116 x/m
sinistra, parese n.VII &
(H+8)
Sabtu,
12 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
Batuk
2016
06.00 WIB
(H+9)
RR 40 x/m
n.XII sinistra central
o
T 38 C
Etilogy : ICH
Kepala
Topical : Right cerebri
hemisphere
Mata: Isokor, RCL+/+,
Pathologi : Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Hypertension grade II
Paru: SNV +/+, RH -/-,
X3
Wh -/-, Schlem +/+
Suspect Pneumonia
Cor: BJ I dan II regullar,
M (-), G (-)
Abdomen dan ekstremitas: dbn
Status neurologis :
Tanda meningeal : (-)
Lesi nervus kranial (+) : Parese
N.7 and 12 sinistra sentral
Motorik: 5555/2222
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensorik: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 140/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 100 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 32 x/m
n.XII sinistra central
o
T 37.2 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topis : Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
Pathology : Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Hypertension grade II
Paru: SNV +/+, RH -/-,
Wh -/-, schlemm +/+
Cor: BJ I dan II regullar,
M (-), G (-)
Abdomen dan ekstremitas: dbn
Status neurologis :
Tanda meningeal : (-)
Lesi nervus kelinan (+) : Parese
N.7 dan 12 sinistra sentral
Motorik: 5555/2222
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 140/100 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 92 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 22 x/m
n.XII sinistra central
o
T 37.4 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topics: Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
RCTL +/+
Patologi : Hematoma
Captopril 3x25 mg
Thorax
X2
Hypertension grade II
Paru: SNV +/+, RH -/-,
Wh -/-, schlemm +/+
Cor: BJ I dan II regullar,
M (-), G (-)
Abdomen dan ekstremitas: dbn
Senin,
14 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
Batuk berkurang
2016
06.00 WIB
H+11)
Status neurologis :
Tanda meningeal : (-)
Lesi nervus kranial (+) : Parese
N.7 dan 12 sinistra sentral
Motoris: 5555/2222
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoric: cant be assess
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 140/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 120 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 24 x/m
n.XII sinistra central
o
T 36,6 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topis: Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
Patologis : Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Selasa,
15 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
2016
06.00 WIB
(H+12)
Hypertension grade II
Status neurologis :
Tanda meningeal: (-)
lNK (+) : Parese N.7 dan 12
sinistra sentral
Motoric: 5555/2222
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris : Tidak dapat dinlai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 140/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 96 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 24 x/m
n.XII sinistra central
o
T 36,7 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topis : Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
Patologis: Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Hypertension grade II
Paru: SNV +/+, RH -/-,
Wh -/-, schlemm +/+
21
Rabu,
16 Lemah sisi sebelah kiri
Agustus
2016
06.00 WIB
(H+13)
Status neurologis :
Tanda meningeal : (-)
Lesi nervus kranial (+) : Parese
N.7 dan 12 sinistra sentral
Motorik: 5555/2222
5555/1111
Lateralisasi ke kiri
Sensoris: Tidak dapat dinilai
Reflek
fisiologis:
B+2/+2,
T+2/+2, P+2/+2, A+2/+2
Refleks Patologis: B-/-, C-/GCS (E3M6V4)
X1
BP 140/90 mmHg
Klinis:
Hemiparese
HR 96 x/m
sinistra, parese n.VII &
RR 20 x/m
n.XII sinistra central
o
T 36 C
Etilogi : ICH
Kepala
Topics : Right cerebri
hemisphere
Mata : Isokor, RCL +/+,
Patologis : Hematoma
RCTL +/+
X2
Thorax
Hypertension grade II
Paru: SNV +/+, RH -/-,
Wh -/-, schlemm +/+
Cor: BJ I dan II regullar,
M (-), G (-)
Nebulizer 3x1
Cefixime 2x1
Citicolin 2x1 tab
Neulin tab 2x1
Asam folat 2x1 tab
Amlodipine 1x10 mg
Captopril 3x25 mg
Paracetamol 4x500 mg
22
23
BAB III
PEMBAHASAN
Stroke adalah suatu sindrom hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global)
yang berkembang cepat, berlangsung lebih 24 jam atau menyebabkan kematian, yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Keluhan utama pasien yaitu lemah pada sisi
tubuh sebelah kiri di tangan dan kaki, diikuti dengan bicara pelo hal ini disebabkan karena
gangguan peredaran darah otak, sehingga menyebabkan suplai darah berkurang, hal ini dapat
terjadi pada stroke hemoragik maupun stroke iskemik.
Stroke hemoragik dibagi atas, perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Perdarahan intraserebral ditandai dengan adanya perdarahan primer yang berasal dari
pembuluh darah ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superficial dan bukan disebabkan oleh trauma. Adapun
penyebab perdarahan intraserebral antara lain, hipertensi (80%), aneurisma, malformasi
arteriovenosus, neoplasma, gangguan koagulasi seperti hemophilia, antikoagulan, vaskulitis,
traumatis, idiopatik. Stres merupakan salah satu faktor presipitasi pada penderita stroke
hemoragik.3
Gambar 3. Common locations of cerebral aneurysms are near the anterior communicating
and anterior cerebral arteries,at the junctions near the middle cerebral artery and at the
junction between the basilar and posterior cerebral artery.
Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah <140/90 mmHg.
Merokok
mengiringi kejadian perdarahan intraserebral. Muntah, lebih sering terjadi pada awal
perdarahan intraserebral dibandingkan pada infark, hal ini juga menunjukkan adanya
pendarahan sebagai penyebab dari hemiparesis akut. Sakit kepala hebat umumnya dianggap
sebagai gejala yang selalu ada pada perdarahan intraserebral. Pasien sering sadar dan
merespon ketika pertama kali ditemui. Hal ini dapat terjadi meskipun ketika cairan
serebrospinal sudah dipenuhi darah. dengan demikian perdarahan ke dalam sistem ventrikel
selalu akan membuat penurunan kesadaran menjadi koma tidak selalu benar, kecuali jika
terjadi perdarahan masif di ventrikel atau adanya distorsi midbrain akan membuat pasien
menjadi koma. 8
27
CT scan
Penatalaksanaan umum di ruang rawat
1. Cairan
a. Cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi.
b. Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari
c. Balans cairan
d. Elektrolit (natrium, kalium, kalsium, dan magnesium) harus selalu diperiksa
dan diganti bila terjadi kekurangan
e. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGD
f. Hindari cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa
2. Nutrisi
Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25- 30 kkal/kg/ hari
3. Pencegahan dan penanganan komplikasi
a. Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut
b. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
c. Pencegahan dekubitus
4. penatalaksanaan medis lain
Penatalaksanaan hipertensi
a. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut (AHA/ ASA,Class Iib, Level of
eevidence C), apabila TDS>200 mmHg atau Mean Arterial Pressure (MAP) >150
mmHg, tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena secara kontinu dengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
b. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150- 220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mm cukup aman
(AHA/ASA, Class Iia, Level of evidence B).
c. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta (labetalol dan
esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena, digunakan
hubungannya
dengan
aspirasi
pneumonia,
segera
diberikan
pipa
jika pada pasien terdapat syok hemoragik, Pada pasien juga diberikan
citicoline yang
berguna sebagai neuroprotektan, dengan harapan dapat mengurangi defisit neurologis dan dan
memperbaiki outcome fungsional. Manitol pada pasien diberikan untuk menurunkan tekanan
intrakranial yang tinggi akibat adanya edema serebri. Transamin diberikan sebagai anti
fibrinolitik dan anti hemoragik pada perdarahan yang dialami oleh pasien. Tatalaksana
tekanan darah tinggi pada pasien diberikan amlodipine dari golongan calsium channel
blocker, dan captopril dari golongan ace inhibitor. Selain itu untuk mengatasi infeksi
sekunder yang dialami pasien maka diberikan antibiotik berupa ceftrixone
Prognosis pada pasien perdarahan intraserebral lebih berat dibanding stroke iskemik.
Hemoragik biasanya sering meluas dan berbahaya, khususnya pada orang- orang yang
mempunyai riwayat hipertensi kronis. Kurang lebih setengah dari pasien yang mempunyai
lesi luas
prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam, ad functionam adalah bonam, dan ad sanationam
adalah dubia ad malam.
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke hemoragik dibagi atas, perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Perdarahan intraserebral ditandai dengan adanya perdarahan primer yang berasal dari
pembuluh darah ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superficial dan bukan disebabkan oleh trauma. Adapun
penyebab perdarahan intraserebral antara lain, hipertensi (80%), aneurisma, malformasi
arteriovenosus, neoplasma, gangguan koagulasi seperti hemophilia, antikoagulan, vaskulitis,
traumatis, idiopatik. Stres merupakan salah satu faktor presipitasi pada penderita stroke
hemoragik.
Pada perdarahan intraserebral, akan didapatkan gejala defisit neurologi yang muncul
mendadak disertai gejala tekanan intracranial yang meningkat diakibatkan adanya edema
serebri. Perdarahan intraserebral harus dibedakan dari stroke iskemik, perdarahan
subarachnoid, dan penyebab lain defisit neurologis akut seperti kejang atau hipoglikemia.
Pengukuran gula darah harus segera dilakukan, CT scan dan MRI penting untuk
mengkonfirmasi diagnosis stroke hemoragik. Jika pada neuroimaging menunjukkan tidak ada
29
perdarahan namun secara klinis didapatkan gejala perdarahan, maka perlu dilakukan pungsi
lumbal
Perawatan suportif penting mungkin termasuk untuk mengatasi hipertensi pada pasien
dengan target 140/90 mmHg. Pertimbangkan evakuasi bedah untuk perdarahan luas 3040cm3
BAB
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak.12
3.2 Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan. 13 Sekitar
0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya akan meninggal
30
pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga
sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke
sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.14
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana 10-15%
merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral. Mortalitas dan morbiditas
pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20%
saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 4080% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%
meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%
wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun.
Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome
yang lebih buruk.2
3.3 Etiologi Stroke Hemoragik
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 6
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%
terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah
dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
31
Hipertensi
Seks
Riwayat
keluarga
dizigotik
yang
menunjukkan
kecenderungan
mellitus
Merokok
bahwa
risiko
merokok
stroke
untuk
jelas
menyebabkan
segala
usia
dan
hematokrit
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
atau
paraproteinemia,
biasanya
trombosit
akibat
trombositosis.
Perdarahan
tingkat
fibrinogen
dan
system
pembekuan
Hemoglobinopat
Sickle-cell disease :
hy
Penyalahgunaan
obat
Hiperlipidemia
subarachnoid
dan
difarction
otak
telah
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko
stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen
menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama
sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang
34
Homosistinemia
atau
homosistinuria
Migrain
Suku bangsa
dan
perdarahan
lebih
umum
dari
aterosklerosis.
dan Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi
Sirkadian
faktor
dewasa,
musim dan siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa
perubahan diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin
relevan untuk stroke. Hubungan antara variasi iklim
musiman dan stroke iskemik telah didalihkan. Peningkatan
dalam arahan untuk infark otak diamati di Iowa. Suhu
lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif dengan
kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman
telah berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark
dalam usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif,
dan pada orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
36
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu, ketika
perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh.
Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah
arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding
arteri itu.7
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat
kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah
hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya
koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak.
Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya
diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup
jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan
menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7
3.6 Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu
15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga sepuluh menit.
Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas (stroke).
Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia.
Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.8
Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+
dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K + ekstrasel sehingga menimbulkan
depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan
kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat
kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca2+.8
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada
kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi,
yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi
yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.8
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan
otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus
37
lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia,
gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan
hemineglect.8
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik
kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior
dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan
bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem
limbik.8
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial
dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori.8
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang
disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia
basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus (hemianopsia) akan
terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di talamus terutama akan
menyebabkan defisit sensorik.8
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan otototot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark
pada serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan
tergantung dari lokasi kerusakan:8
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral
dan
ekstremitas
kontralateral
(saraf
trigeminus
[V]
dan
traktus
spinotalamikus).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan
persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf okulomotorik
[III], saraf abdusens [V]).
tetap dipertahankan).
3.7 Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan
intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi
biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke
hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan
tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.2
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika
belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan,
kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong,
dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah
sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan
memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan
pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.2
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi
batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea,
dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain:
ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis,
hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang
mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia,
wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.2,9
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah
penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun, pada
orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan
perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan.
kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu
sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu
atau hilang.
Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik
sampai menit.2,9
39
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan
pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang
menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:2,9
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut sakit
kepala halilintar)
Penglihatan ganda
Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.2,9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan
mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran
singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit.
Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun,
merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin
menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 2,9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan
jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala terus,
sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 2
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan kerusakan
pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan
subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: 2,9
Hydrocephalus
Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku. Darah beku
dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal) dari pengeringan seperti
biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam
tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala,
40
Vasospasm
Sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan itu, arteri di otak dapat kontrak (kejang),
membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak mendapatkan oksigen
yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan
gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi
terganggu.
Pecah kedua
Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
41
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
menyingkirkan lesi non vaskuler
Reversal of anticoagulation 1
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh
frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K dependent
coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih cepat
dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman
untuk jantung dan ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yang memakai
warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini
43
Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan
intraserebral disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life
saving.
Dioperasi bila: 1
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang
memburuk.
Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalam ruangan dengan
lingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif.
Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainankelainan neurologi yang timbul.
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih
intensif: 1
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang
gawat darurat.
Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas
yang adekuat.
Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.
Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aan menyulitkan
penilaian status neurologi.
2.
3.
45
rumit. Untuk keadaan klinis lain, operasi yang segera atau ditunda
direkomendasikan tergantung pada situasi klinik khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi untuk
perdarahan ulang.
4.
5. Antifibrinolitik
46
Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah
sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90
mmHg (sebelum tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan TDD
lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit
sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse dosisnya 50-200
mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena menyebabkan
vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan
vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra
yang mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila
perlu diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat
terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam
pertama.1
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau 0,4
mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya
dihindari karena menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan
untuk pengobatan hiponatremi.1
8. Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian
antikonvulsan tidak direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada
pasien-pasien yang mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas,
aneurisma arteri serebri media, kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk
menghindari risiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti
konvulsan sebagai profilaksis.1
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV. Initial
dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400 mg/oral/hari
47
Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi (atau
drainase eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya dapat terjadi
perdarahan ulang dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
9.
Terapi Tambahan 1
a. Laksansia (pencahar) iperlukan untuk melembekkan feses secara regular.
Mencegah trombosis vena dalam, dengan memakai stocking atau pneumatic
compression devices.
b. Analgesik:
Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis maksimal 4 g/hari.
Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6 jam.
Tylanol dengan kodein.
Hindari asetosal.
Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan:
Antagonis H2
Antasida
48
49
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi
seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan sebagainya.
SIRIRAJ STROKE SCORE (SSS)10
CATATAN
50
DAFTAR
PUSTAKA
1. Ropper
AH,
Brown RH.
Adams and
Victors
Principles
of
Neurology.
Major
Categories
of
51
10. Merckmanual
professional
version.
Available
at
Stroke.
Diperoleh
dari:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html
13. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
14.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline Stroke
2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3. Neurological
Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis in Neurology
and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.
Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New
York, 2005.
7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York. Thieme
Stuttgart. 2000.
8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta, 2007.
9. MERCK,
2007.
Hemorrhagic
Stroke.
Diperoleh
dari:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 23 Mei 2010].
10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007. Diunduh
dari:
http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAA
FbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927
[Tanggal: 24 Mei 2010]
53
11. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006. Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/
13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal: 24 Mei 2010]
12. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6. EGC, Jakarta.
2006.
54