Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

ISSUE MUTHAHIR

KOLESTEROL DAN HANCI

KELOMPOK VIII
TUTI NINGSIH NITASARI
NUR ARMADIAH
MUHAMAD ARYADIPA
SYAHRUNI FADILAH
TRI SOFIATUN
SANDY PRATAMA AKSAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, 17 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Bab II Pembahasan
Pengertian Kolesterol
Hubungan kolesterol dengan kesehatan khususnya PJK
Pengertian HANCI
Upaya penyeselaian masalah Gizi di Indonesia yang kaitannya dengan komitmen gizi
Bab III Penutup

Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolesterol adalah lipid (lemak) yang diproduksi oleh hati sesuai dengan yang
tubuh kita butuhkan. Secara normal Tubuh Kita membutuhkan beberapa kolesterol untuk
membuat hormon, vitamin D, empedu, dan zat yang membantu untuk mencerna
makanan. Selain memproduksi sendiri, tubuh kita juga mendapatkan kolesterol dari
beberapa jenis makanan yang kita makan.
Beberapa ilmuan dan buku menjelaskan bahawa kolesterol dapat membahayakan
tubuh. Kolesterol jika terdapat dalam jumlah terlalu banyak dalam darah dapat
menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi
pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada
pembuluh darah otak menyebabkan penyakit serebrovaskular.
Namun hal menemuan baru membuat orang tercengang dikarenakan ada
anggapan baru bahwa kolesterol tidak berbahaya bagi tubuh. Sebelumnya, Dietary
Guidelines for Americans merekomendasikan bahwa asupan kolesterol dibatasi tidak
lebih dari 300 mg / hari. DGAC 2015 tidak akan membawa ke depan rekomendasi ini
karena bukti yang ada tidak menunjukkan hubungan yang cukup antara konsumsi
makanan kolesterol dan serum kolesterol, konsisten dengan kesimpulan dari AHA / ACC
report. Kolesterol bukanlah nutrisi dari kepedulian berlebihan.
Oleh sebab itu, perlu dibahas lebih mendalam mengapa kalesterol dianggap tidak
berbahaya lagi melalui makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kolesterol ?
2. Bagaimana hubungan kolesterol dengan kesehatan khususnya PJK ?
3. Apa yang dimaksud HANCI ?
4. Mengapa Indonesia termasuk dalam urutan ke 7 mempunyai komitmen terhadap gizi
kurang di dunia tetapi masih termasuk dalam golongan Negara yang buruk dalam
mengatasi masalah gizi nya ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Kolesterol

2. Menjelaskan hubungan kolesterol dengan kesehatan khususnya PJK


3. Menjelaskan pengertian HANCI
4. Menjelaskan upaya penyeselaian masalah Gizi di Indonesia yang kaitannya dengan
komitmen gizi yang berada diurutan ke 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal dalam masyarakat. Kolesterol di dalam
tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat
membahayakan bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan dibagian mana
letaknya. Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan
merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol merupakan bahan antara
pembentukan sejumlah steroid penting seperti, asam empedu, asam folat, hormon-hormon
adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron
Kolesterol yang berada dalam darah berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan yang
dikonsumsi dan diproduksi sendiri oleh tubuh, yaitu dalam hati. Kolesterol yang berasal dari
makanan bukan merupakan sumber utama, karena sekitar 70% kebutuhan kolesterol
disintesis oleh hati sedangkan sisanya 30% dari asupan makanan Sekitar kurang lebih
1gr/hari kolesterol berasal dari tubuh atau hasil sintesa oleh hati dari bahan acetyl-co-A,
sedangkan sebagian kecil rata-rata 0,3-0,5 gr/hari berasal dari makanan. Selama kadar
kolesterol darah dalam keadaan normal baik hasil sintesis maupun yang bersumber dari
makanan masih seimbang yaitu 200 mg/dl, maka tubuh akan tetap sehat.
Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan
bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein atau lemak. Jumlah yang disintesis bergantung
pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Kolesterol hanya terdapat di
dalam makanan asal hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning telur.
Setelah itu daging, susu penuh dan keju serta udang dan kerang. Ikan dan daging ayam
sedikit sekali mengandung kolesterol.
2.2 Hubungan kolesterol dengan kesehatan khususnya PJK
Pedoman baru mengalihkan fokus dari menurunkan kadar lipoprotein (LDL) kolesterol
low-density untuk mengobati risiko CVD dan karena itu tidak lagi pedoman kolesterol murni

seperti pendahulunya ATP III. Pedoman baru ini juga mencegah resep obat penurun lipid,
seperti ezetimibe atau niacin, yang tidak memiliki efek terbukti mengurangi risiko CVD.
Perubahan ini merupakan perubahan besar dalam kardiologi preventif.
American College of Cardiology dan American Heart Association (ACC / AHA)
sebelumnya, dalam Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan bahwa asupan
kolesterol dibatasi tidak lebih dari 300 mg / hari. DGAC 2015 tidak akan membawa
rekomendasi ini karena bukti yang ada tidak menunjukkan hubungan yang cukup antara
konsumsi makanan kolesterol dan serum kolesterol, konsisten dengan kesimpulan dari AHA /
ACC report. Kolesterol bukanlah nutrisi dari kepedulian berlebihan.
Robert Eckel, gelar M.D., yang menjabat pada panel yang menulis pedoman kolesterol
dan diketuai panel yang menulis panduan gaya hidup AHA / ACC, mengatakan studi lebih
lanjut diperlukan sebelum rekomendasi definitif tentang diet kolesterol dapat dibuat.
"Kami tidak memiliki informasi yang cukup untuk meletakkan batas pada kolesterol,"
kata Eckel, mantan presiden dari AHA dan seorang profesor kedokteran di University of
Colorado School of Medicine.
"Itu tidak berarti kita tidak boleh membatasi itu -. Itu berarti kita tidak memiliki
informasi yang cukup untuk membuat pernyataan yang kuat"
Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada batasan yang jelas berapa jumlah
kolesterol yang aman dan berbahaya bagi tubuh.
Beberapa hasil penelitian dan argument para Ahli yang mendukung bahwa kolesterol
tidak berbahaya

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)


Pada 2010, rekomendasi dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)
panggilan untuk mengurangi asupan lemak jenuh Anda ke 10 persen hanya dari total
kalori atau kurang. Ini mengejutkan, mengingat fakta bahwa banyak ahli kesehatan

sekarang percaya dari 50 ke 70 persen dari lemak sehat untuk kesehatan yang optimal
Dr Malhotra, Di Inggris
Di mana 60 juta resep untuk statin diisi setiap tahun, tidak ada bukti bahwa
mereka

telah

mengurangi

kematian

kardiovaskular

lebih

dari

yang

dapat

dipertanggungjawabkan oleh penurunan merokok dan hemat hidup perawatan seperti


angioplasty.

dua-pertiga dari orang-orang yang berakhir di rumah sakit akibat serangan jantung
memiliki sindrom metabolik, namun 75% dari mereka memiliki kadar kolesterol normal.

Bukti lebih mungkin, bahwa total kolesterol bukanlah penyebabnya


Penelitian terbaru oleh Herman dkk Hubungan Faktor Risiko yang dapat
Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M. Djamil
Padang
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Kadar kolesterol total, kadar
kolesterol HDL, kadar kolesterol LDL, kadar trigliserida, hipertensi dan diabetes melitus
tidak berhubungan dengan terjadinya PJK.

Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa persentase kadar kolesterol total
tinggi pada pasien PJK adalah 69,7%, namun nilai p > 0,05, yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan kejadian PJK
Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan bahwa nilai p=0,526 yang
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan kejadian
PJK. Sesuai dengan penelitian Sulistyo tahun 2012 membuktikan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan kejadian PJK.11 Penelitian
yang dilakukan oleh Fajri pada tahun 2011, dari hasil analisis bivariat dengan uji kaikuadrat, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kadar kolesterol total terhadap
kejadian PJK dengan nilai p = 0,027.9 Hasil penelitian Diana pada tahun 2012 juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan kadar kolesterol total terhadap kejadian PJK
setelah dianalisis secara bivariat dan multivariat.8 Perbedaan hasil penelitian ini dengan
beberapa penelitian lain mungkin disebabkan karena perbedaan metode penelitian, pada
penelitian ini desain yang digunakan adalah potong lintang sedangkan penelitian lain
banyak menggunakan desain studi kasus.

Pada Tabel 5 terlihat nilai p> 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kadar kolesterol HDL dengan kejadian PJK walaupun pada distribusi
frekuensi menunjukkan pasien PJK terbanyak adalah dengan kadar kolesterol HDL
rendah
Kolesterol HDL mengangkut kolesterol daripembuluh darah kembali ke hati
untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Jadi, makin rendah kadar kolesterol HDL makin besar
kemungkinan terjadinya PJK.10,12 Dari hasil analisis bivariat dengan uji chi-square
didapatkan nilai p=0,550 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kadar kolesterol HDL dengan kejadian PJK. Penelitian oleh Sulistyo tahun 2012 juga
membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol HDL
dengan kejadian PJK.11 Begitu juga dengan Mamat tahun 2008 membuktikan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kenaikan kadar HDL dalam darah dengan
kejadian PJK (p=0,489).6 Perbedaan beberapa penelitian lain dengan penelitian ini
mungkin disebabkan karena perbedaan desain penelitian, pada penelitian ini desain yang
digunakan adalah potong lintang sedangkan penelitian lain banyak menggunakan desain
studi kasus.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai p >0,05 yang artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK, namun persentase
kadar LDL tinggi pada pasien PJK cukup tinggi, yaitu 71,9%.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kadar kolesterol LDL tinggi 73,3% dari
15 orang responden mengalami PJK. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square
didapatkan bahwa nilai p = 0,374 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK. Sesuai dengan penelitian Sulistyo tahun 2012
yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol
LDL dengan kejadian PJK.11 Berdasarkan penelitian Fajri tahun 2011 di Surakarta,
didapatkan hubungan kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK.9 Perbedaan dengan
penelitian tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan metode penelitian, pada
penelitian ini desain yang digunakan adalah potong lintang sedangkan penelitian lain
banyak menggunakan desain studi kasus.
2.3 Pengertian HANCI (Hunger and Nutrition Commitment Index)
The Hunger Dan Nutrisi Komitmen Index (Hanci) adalah sebuah proyek dari Institut
Studi Pembangunan (IDS) dengan dana dari Irlandia Aid, UKAid dan CIFF. Proyek ini
menghasilkan indeks tahunan yang menempati urutan pemerintah pada komitmen politik
mereka untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi. Kami juga bekerja sama dengan
mitra di 6 negara untuk menganalisis tindakan pemerintah pada kelaparan dan kekurangan
gizi secara lebih rinci dan untuk mendukung advokasi.

Kelaparan dan kekurangan gizi adalah satu di antara tantangan pembangunan global yang
paling gigih. nomor global orang kekurangan gizi telah statis pada 870 juta selama 5 tahun
terakhir dan satu dari delapan orang tidak mendapatkan cukup makanan untuk menjadi sehat
dan menjalani hidup aktif. Gizi memberikan kontribusi untuk 2,6 juta kematian anak balita
setiap tahun - sepertiga dari total global.

Di negara berkembang, kelaparan dan kekurangan gizi memiliki efek sosial dan ekonomi
sangat merugikan dan menggagalkan upaya untuk mengurangi kemiskinan. Misalnya ketika
menghadapi kelaparan, keluarga dapat dipaksa untuk menjual harta penting, seperti alat-alat
pertanian, untuk membeli makanan. Menjual aset sering mengabadikan kerentanan
kelaparan.
Ada banyak alasan untuk kemajuan cukup dalam mengurangi kelaparan dan kekurangan
gizi. Salah satunya adalah kurangnya kemauan politik atau prioritas politik. tingkat
komitmen politik yang kuat dan tinggi sangat penting untuk memprioritaskan memerangi
kelaparan dan kekurangan gizi.
Hanci membandingkan dan peringkat kinerja 45 negara berkembang berdasarkan 22
indikator komitmen politik. Indikator tersebut dibagi antara indikator komitmen untuk
pengurangan kelaparan (10 indikator) dan indikator yang berkaitan dengan komitmen untuk
menjawab permasalahan kekurangan gizi (12 indikator). Dengan secara terpisah
menganalisis komitmen gizi dan pengurangan kelaparan komitmen kami mengidentifikasi
bagaimana pemerintah memprioritaskan tindakan pada kelaparan dan / atau kekurangan gizi.
Kami juga menunjukkan bagaimana beragam tingkat komitmen politik berhubungan dengan
tingkat kelaparan dan kekurangan gizi. Dalam kedua set mereka dikelompokkan dalam tiga
tema:
1. Hukum (Kerangka hukum - misalnya tingkat perlindungan konstitusional hak atas
pangan)
2. Kebijakan (program pemerintah dan kebijakan - misalnya sejauh mana fitur gizi di
nasional kebijakan pembangunan / strategi)
3. Pengeluran (belanja publik - misalnya persentase anggaran pemerintah dihabiskan
untuk pertanian)

HANCI unik dalam dua hal. Pertama, desakan metodologis pada decoupling
pengukuran komitmen politik dari hasil (tingkat kelaparan dan kekurangan gizi)
membedakannya dari metrik keamanan pangan lainnya dan kartu skor, seperti Indeks
Kelaparan Dunia (Von Grebmer et al.2013), yang Indeks Global Food Security. Kedua,
Hanci menyajikan komposit sertaanalisis terpisah dari komitmen politik untuk
pengurangan kelaparan (menggunakan sepuluh berbeda indikator) dan pengurangan gizi
(12 indikator). Laporan ini didasarkan pada temuan dari dua isu sebelumnya dari Hunger
Dan Nutrisi Indeks komitmen (Te Lintelo , Haddad, Laksmana dan Gatellier 2013; 2014).
Hal ini mengacu pada data sekunder terbaru yang tersedia untuk memberikan update dari
peringkat tingkat Komitmen pemerintah untuk mengurangi kelaparan dan kekurangan
gizi di 45 tinggi-beban berkembang negara. The Hanci 2014 terus mempekerjakan 22
indikator komitmen

Berikut daftar rangking negara berdasarkan indikator:

2.4 Upaya penyeselaian masalah Gizi di Indonesia yang kaitannya dengan komitmen gizi
yang berada diurutan ke 7.

Berdasarkan data dari HANCI 2014, Indonesia berada pada urutan 10 dalam
komitmennya untuk menyelesaikan masalah gizi dan kelaparan, namun saat ini Indonesia
malah memiliki maslah gizi yang tinggi. Dalam Report Nutrition 2014 Indonesia termasuk
dalam 17 negara diantara 117 negara yang saat ini memiliki 3 masalah gizi (stunting,
wasting, dan overweight); Indonesia termasuk dalam 47 negara dari 122 negara yang
mempunyai masalah stunting pada balita dan anemia pada WUS; dan cakupan 3 intervensi
(IMD, ASI Eksklusif, TTD bumil) di Indonesia masih terbilang rendah.
Berikut beberapa hal menyebabkan maslah gizi di Indonesia masih terbilang tinggi :

Tindakan evaluasi sebagai bentuk refleksi tergolong masih kurang

Data yang ada dipusat berbeda dengan di lapangan dalam hal ini terjadi pengolahan data
yang keliru

Letak geografis yang sulit terjangkau sehingga intervensi tidak merata

Koordinasi antar stakeholder kurang

Banyak terjadi penyimpangan/penyelewengan terhadap kebijakan yang ada

Adanya perbedaan paradigma dalam kebijakan program gizi


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Kolesterol bukan lagi makanan yang dapat menyebabkan penyakit, terutama faktor
yang menyebabkan penyakit jantung coroner
2. Indonesia memiliki komitmen untuk menyelesaikan masalah kelaparan dan
kekurangann tinggi, namun memiliki masalah yang gizi tinggi, hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran bagi setiap pihak bahwa gizi merupakan tanggung jawab
bersama yang tidak dapat diselesaikan hanya satu pihak saja

DAFTAR PUSTAKA
Herman dkk.. 2015. Hubungan Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
volume 4 nomor 2
Scientific Report of the 2015 Dietary Guidelines Advisory Committee

the American Heart Association and American College of Cardiology News

Anda mungkin juga menyukai