PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan
di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam dunia kedokteran arsip atau dokumen atau file sering disebut dengan istilah
rekam medis. Rekam medis ini merupakan file-file tempat dimana keseluruhan keberadaan
pasien beserta data-data yang dimilikinya termasuk jenis penyakitnya, tercatat atau terekam
dalam file-file tersebut. Rekam medis ini merupakan suatu sistem pelayanan yang lebih
efisien dan memungkinkan pengguna dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan
dengan lebih efektif (Undang-undang Kesehatan, 2009).
Seperti disebutkan diatas, bahwa rekam medis merupakan bagian dari arsip. Arsip
merupakan salah cabang atau bagian dari Ilmu Perpustakaan. Arsip merupakan naskah atau
dokumen yang menggambarkan segala aktivitas yang telah dilakukan oleh sebuah instansi
dalam kurun waktu tertentu. Setiap rumah sakit harus memiliki rekam medis sebagai suatu
standar pelayanan sebuah instansi yang bergerak dalam bidang kesehatan yang berguna
dalam peningkatan kualitas rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang memuaskan
terhadap seluruh pasien. Keberadaan arsip memegang peranan yang cukup besar dalam
penentuan kebijakan dan pedoman kerja guna pencapaian visi misi sebuah instansi.
Rekam medis mempunyai peranan yang sangat penting untuk menunjang
tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Sebab suatu rekam medis
pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama pasien berobat/dirawat di rumah sakit, baik yang terjadi dimasa lalu, masa kini
maupun perkiraan yang akan terjadi dimasa mendatang. Rekam medis adalah milik rumah
sakit dan isinya merupakan milik pasien yang harus di pelihara karena banyak pihak yang
berkepentingan membentuknya dan sangat bermanfaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit
itu sendiri.
Melihat begitu pentingnya suatu rekam medis, perlu adanya pengelolaan yang baik
dan benar untuk mencapai keberhasilan tertib administrasi dalam peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit kepada masyarakat. Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab
untuk melindungi data yang ada di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya
keterangan atau pemalsuan data yang ada di dalamnya ataupun digunakan oleh orang yang
tidak berhak, serta tidak boleh dibawa keluar dari rumah sakit kecuali permintaan
pengadilan dengan izin tertulis dari direktur rumah sakit tersebut.
Pengelolaan rekam medis membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik.
Petugas atau pegawai rekam medis pada setiap rumah sakit diharapkan adalah orang-orang
yang benar-benar mampu mengelola rekam medis baik fisik maupun isi daripada rekam
medis. Pegawai atau unit rekam medis merupakan unit vital dalam pengelolaan,
pemeliharaan, pelayanan, serta sampai proses pemusnahan rekam medis. Pegawai rekam
medis diharapkan dapat mengontrol siklus daripada rekam medis yang merupakan milik
dari setiap pasien rumah sakit tersebut.
Menurut Departemen Kesehatan RI., Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit,
rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik
yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam medis mempunyai pengertian yang
sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian
sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien
mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang
meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan
untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya
(Depkes RI, 1994).
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) saat ini merupakan kewajiban
bagi masing-masing rumah sakit setelah ditetapkannya UU No 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit. Pada Bab XI Tentang Pencatatan dan Pelaporan, khususnya Pasal 52 (1)
disebutkan bahwa Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang
semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit. Sehingga kebutuhan terhadap SIMRS adalah hal yang wajib, dikarenakan
beberapa hal antara lain dukungan penyediaan informasi yang cepat dan akurat, sebagai
faktor penunjang kinerja pelayanan rumah sakit, serta transparansi dalam bidang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) seperti yang diatur dalam UU No 14 Tahun 2008.
Kelengkapan pengisian rekam medis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: (1) latar belakang pendidikan tenaga kesehatan, (2) masa kerja, (3) pengetahuan
mengenai rekam medis (manfaat, kegunaan, pertanggungjawaban), (4) keterampilan, (5)
motivasi, (6) alat kerja, (7) sarana kerja, (8) waktu kerja, (9) pedoman tertulis, (10)
kepatuhan terhadap pedoman (Mufattikhatus S, 2007).
Pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan tentang rekam medis akan mempengaruhi
pendayagunaan dan informasi yang terhimpun dalam rekam medis untuk pengembangan
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Sastrosmoro S, 2008).
Pengelolaan rekam medis RSU Meuraxa juga menggunakan standar-standar yang
harus dilaksanakan yang tertuang dalam suatu Buku Pedoman Rekam Medis RSU Meuraxa
menjadi acuan dalam melaksanakan tugas-tugas. Tanpa rekam medis pasien tidak dapat
dilayani berobat, oleh karena itu kecepatan dan ketepatannya untuk sampai di tangan dokter
yang memeriksa di poliklinik, sangat diharapkan. Dengan demikian faktor keahlian sumber
daya manusia merupakan hal yang sangat menentukan untuk kelancaran pelayanan rekam
medis.
Tetapi pada kenyataannya, rekam medis tersebut sering terlambat sampai di
poliklinik. Hal ini dapat diketahui dari keluhan pasien yang datang berobat jalan, Mereka
harus menunggu lama supaya dilayani dokter di poliklinik, karena rekam medisnya belum
sampai. Keluhan pasien akan adanya keterlambatan rekam medis merupakan masalah dan
tantangan bagi pengelola rekam medis untuk meningkatkan kualitas pengelolaan rekam
medis. Keterlambatan rekam medis ini kemungkinan disebabkan oleh petugas rekam medis
yang tidak memiliki pengetahuan khusus dalam pengelolaan rekam medis dan perlu waktu
pemulihan seluruh rekam medis pasca gempa bumi yang terjadi. Pengelolaan rekam medis
perlu ditingkatkan lagi guna kepuasan pasien yang dilayani. Pengelolaan rekam medis
dimulai dari pengadaan rekam medis yang baru, penyimpanan, perawatan, serta
penggunaan rekam medis itu sendiri dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rekam Medis
2.1.1. Sejarah Rekam Medis
Sejarah rekam medis di mulai pada zaman batu (paleolithic) lebih kurang 2500SM
dengan ditemukannya lukisan purba tentang trephinasi dan amputasi di dinding gua di
Spanyol, hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman pra sejarah praktik rekam medis
dilakukan bersamaandengan praktik kedokteran (DepKes RI, 1997).
Praktik kedokteran secara ilmu pengetahuan modern dimulai sejak zaman
Hipocrates pada 460SM. Hipocrates sebagai bapak ilmu kedokteran banyak menulis
tentang pengobatan, observasi penelitian yang cermat dan sampai saat ini dianggap benar.
Hasil pemeriksaan pasiennya (rekam medis) hingga kini masih dapat dibaca oleh para
dokter sehinggakecermatan cara kerja Hipocrates dalam pengelolaan rekam medisnya
sangat menguntungkan para dokter sekarang (DepKes, 1997).
Pada tahun 1137, rekam medis pertama kali dilaksanakan di Rumah Sakit St.
Bathelomew di London. Di Indonesia, kegiatan pencatatan mulai dilakukan pada masa pra
kemerdekaan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan baik, penataannya mengikuti
sistem informasi yang benar. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1960, kepada semua petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia
kedokteran, termasuk berkas rekam medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 034/Birhup/1972, ada kejelasan
bagirumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis kesehatan.
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar penyelenggaraan
rekam medis dapat berjalandengan baik di institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah
sakit. Kurun waktu 1972-1989 penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit belum
berjalansebagaimana yang diharapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
pencatatan, akan tetapi pengertian tersebut sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam
medis, sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari
penyelenggaran rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis adalah proses kegiatan yang
dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan dengan kegiatanpencatatan
data
rekam
medis
selama
mendapatkan
pelayanan
medis
dan
dilanjutkan
ALFREDS
(Administrative,
Legal,
Financial,
Research,
Education,
rekam medis yang memenuhi indikator-indikator mutu rekam medis sebagai berikut :
a. Kelengkapan isian resume medis
Adapun uraian indikator-indikator kelengkapan isian resume medis menurut
Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 adalah sebagai berikut:
Identitas pasien
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
b. Keakuratan
Adalah ketepatan catatan rekam medis,dimana semua data pasien ditulis dengan
teliti, cermat, tepat, dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
c. Tepat waktu
Rekam medis harus diisi dan setelah diisi harus dikembalikan ke bagian rekam
medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada.
d. Memenuhi persyaratan hukum
Rekam medis memenuhi persyaratan aspek hukum (Permenkes 269 Tahun 2008)
yaitu :
Ada tanda tangan oleh yang wajib menandatangani dan nama petugas
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rekam medis merupakan bagian penting dari seluruh pelayanan kepada pasien
mulai saat kunjungan pertaman hingga kunjungan-kunjungan berikutnya. Sebagai
informasi tertulis tentang perawatan kesehatan pasien, rekam medis digunakan dalam
pengelolaan dan perencanaan fasilitas dan pelayanaan kesehatan, juga digunakan untuk
penelitian medis dan untuk kegiatan statistik pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009.
Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam
Medis/Medical Record), 2009.
Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis, cetakan I. Konsil Kedokteran Indonesia.
Jakarta
Mufattikhatus S. Kelengkapan Pengisian dan Ketepatan waktu Pengembalian Rekam Medis
Ke Sub Bidang Rekam Medis dan Determinan Dominannya Penelitian RSU
Dr.Soetomo, 2007
Lumbantobing, Masrita. T, A, 2004. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Organisasi
dan Psikologis Terhadap Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan Pelaporan
Program KIA di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2004, Tesis, Program Studi AKK
USU, Medan.
Megawati, 2005.
RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Tesis, Program Studi IKM AKK USU,
Medan.
Arep, Ishak, dan Tanjung, Masri, 2003. Manajemen Motivasi, PT Grasindo, Jakarta.
Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Aditama, T, Y, 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI Press, Jakarta.
terhadap Kinerja Perawat (Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Semen Gresik), 2009.