Anda di halaman 1dari 9

BERDUKA

Pengertian :
Kehilangan
Merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka
Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Faktor yang mempengaruhi individu menghadapi kehilangan:
a. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b. Tahap perkembangan
c. Kekuatan mekanisme koping
d. Support system
Tahap Reaksi Berduka
(Potter, 1989 dan Tarwoto, 2003)
1. Pengingkaran (Denail)
Tahap kejutan dan penolakan awal diagnosa penyakit
Respons individu : itu tidak mungkin!, saya tidak percaya.
Fokus pada denial tidak dapat memperhatikan fakta yang
dijelaskan.
Perasaan tidak percaya, syok
Tanda : menangis, gelisah, lemah, letih, pucat.
2. Marah (Anger)
Perasaan marah yang tidak terkendali, dapat diproyeksikan pada benda atau
orang
Respons individu : saya?, tidak, mengapa saya. Dan muncul perasaan sedih,
rasa bersalah dan marah
Tanda : Muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan
prilaku agresif.
Merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan pada kesehtan dan kehidupan.
3. Tawar menawar (bargaining)
Individu mampu mengungkapkan marah akan kehilangan, ia akan merefleksikan

rasa bersalah, takut dan rasa berdosa


Respons individu/keluarga: ya, benar., tapi, kalau terjadi sesuatu pada saya,
biarlah setelah saya tobat
Kesempatan menyelesaikan urusan dunia at, pembagian harta).
Semua permohonan hendaknya dipenuhi karena merupakan hal yang wajib
dibereskan sebelum mati.
4. Depresi
Proses menghadapi kematian sehingga klien dan keluarga mengalami perasaan
kehilangan yang mendalam disertai depresi dan putus asa
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa
Prilaku : menolak makan, susah tidur dan dorongan libido menurun
Respons Klien : ya, benar saya. \
5. Menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang terpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
Individu menyadari dan menerima proses kematian sehingga minat dan aktivitas
jangka panjang menurun.
Diagnosa Keperawatan : Berduka
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami
yang melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau
dirasakan (orang, objek, fungsi, status, hubungan)
Diagnosa keperawatan : Berduka, antisipasi
Keadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam
berespons terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.
Diagnosa keperawatan :
Berduka Disfungsional
Keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami berduka yang
berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang.
http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/kehilangan-dan-berduka59888/

2.2 Berduka
2.2.1 Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1.

Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan
pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)


Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau
pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)


Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus
asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)


Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

1.

Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku
dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a)

Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak, tidak mungkin
seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum dilontarkan klien.
b)

Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.
c)

Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d)

Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.
Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
e)

Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah
pada pengunduran diri atau berputus asa.

1.

Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang
tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor
yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan
biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5
tahun.

1.

Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:

1.

Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

1.

Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.

1.

Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani
hidup dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964)

KUBLER-ROSS
(1969)

MARTOCCHIO
(1985)

Shock dan tidak percaya

Menyangkal

Shock and disbelief Penghindaran

Berkembangnya kesadaran

Marah

Yearning
protest

Restitusi

Tawar-menawar

Anguish,
Konfrontasi
disorganization and
despair

Idealization

Depresi

Identification
bereavement

Reorganization
come

the

out Penerimaan

RANDO (1991)

and

in

Reorganization and akomodasi


restitution

BAB III
ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL
Pengkajian
Data
a.

yang

dapat
Perasaan

dikumpulkan
sedih,

adalah:
menangis.

b.
Perasaan
putus
asa,
c.
Mengingkari
d.
Kesulitan
mengekspresikan
e.
Konsentrasi
f.
Kemarahan
yang
g.
Tidak
berminat
dalam
berinteraksi
dengan
h.
Merenungkan
perasaan
bersalah
secara
i.
Reaksi
emosional
yang
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

kesepian
kehilangan
perasaan
menurun
berlebihan
orang
lain.
berlebihan.
lambat

Diagnosa keperawatan: Berduka disfungsional


Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan dimana
individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang
terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat
yang mengganggu fungsi kehidupan.
Kemungkinan Etiologi (yang berhubungan dengan)

Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu

Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple
yang belum terselesaikan)

Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

Tidak adanya antisipasi proses berduka

Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep


kehilangan.
Batasan Karakteristik (dibuktikan dengan)

Idealisasi kehilangan (konsep)

Mengingkari kehilangan
Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-basarkan tidak sesuai
dengan ukuran situasi.

Regresi perkembangan

Gangguan dalam konsentrasi

Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan

Afek yang labil

Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat aktivitas, libido.
Sasaran/Tujuan

Sasaran jangka pendek


Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang
Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan
tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam
proses berduka sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan
masalah.
Intervensi dengan Rasional Tertentu
1.

Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-perilaku


yang berhubungan dengan tahap ini.
Rasional
Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan keperawatan yang
efektif bagi pasien yang berduka.

1.

Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati dan


perhatian. Jujur dan tepati semua janji
Rasional
Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.

1.

Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan


perasaannya secara terbuka
Rasional
Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia merupakan
seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

1.

Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika
permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu pasien
untuk mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara
langsung kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.
Rasional
Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam dapat
membantu pasien sampai kepada hubungan dengan persoalan-persoalan yang belum
terpecahkan.

1.

Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan berpartisipasi


dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)
Rasional

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan
kemarahan yang terpendam.
1.

Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan
dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah
dan marah terhadap konsep kehilangan adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima
selama proses berduka.
Rasional
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan dengan berduka
yang normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah menyebabkan
timbulnya respon-respon ini.

1.

Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan. Dengan


dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam area-area dimana kesalahan
presentasi diekspresikan.
Rasional
Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek positif
maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai seluruhnya.

1.

Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat diterima.
Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan
pasien.

1.

Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan


metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan. Berikan umpan
balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan.
Rasional
Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan.
10. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam bentuk
apapun yang diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu
sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

1.

Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

2.

Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan


mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan
secara jujur.

3.

Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang


berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan
aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri,
dan kehilangan kehidupan/meninggal.
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu :
pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai