Anda di halaman 1dari 9

KESULITAN BELAJAR DAN

CARA MENGATASINYA
10 01 2010

KESULITAN BELAJAR DAN CARA MENGATASINYA


Oleh : Kang Taher
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif, juga
merupakan suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut
bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan
demikian, para ahli banyak yang membuat definisi tentang belajar yang berbeda,
karena perbedaan sudut pandangnya.
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok umat manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di
antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.
Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar menurut beberapa ahli, di
antaranya :
1. Skinner dalam Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology : The
Teaching Learning Process, belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung
secara progressif.
2. Chaplin (1972) dalam Dictionary Psychology membatasi belajar dengan 2
macam :
a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai
akibat dari latihan dan pengalaman.
b. Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya
latihan khusus.
3. Hintzman (1987) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri
organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning belajar adalah perubahan
yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah
laku suatu organisme sebagai suatu hasil.
5. Reber (1989) dalam Dictionary of Psychology. Menurutnya ada 2 definisi
tentang belajar, yaitu :
a. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan
b. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa proses belajar meliputi :

a. Perubahan yang secara umum menetap (relatively permanent)


b. Kemampuan bereaksi (response potentiality)
c. Dapat diperkuat (Reinforced)
d. Melalui praktek dan latihan (Practice)
Raudhatul Athfal (RA) dan Taman Kanak-kanak (TK) sebagai lembaga
pendidikan awal sebelum memasuki lembaga pendidikan resmi adalah penunjang
bagi terlaksananya pendidikan dasar. Pelaksanaan wajib belajar Pendidikan dasar
9 tahun telah dicanangkan pemerintah sejak lama, sesuai dengan amanat UUD
1945 alinea empat yaitu : Mencerdaskan kehidupan bangsa dan pasal 31 UUD
1945 hasil amandemen yang menyatakan sebagai berikut :
1. Setiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia salam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritasakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
(Hasil Amandemen 1999-2002 UUD 1945 : 23)
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang memerlukan perhatian khusus,
keuletan, keteguhan, ketekunan, kerajinan dan kedisiplinan. Oleh karena itu agar
proses pembelajaran yang diselenggarakan berdayaguna dan berhasil guna, maka
proses pembelajaran tersebut benar-benar harus dilaksanakan dengan baik dan
berdisiplin tinggi. Disiplin merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
pembelajaran dan hal ini harus dilakukan oleh semua warga yang terlibat dalam
sebuah lembaga yang melakukan proses pendidikan.
Harapan yang tak pernah sirna dan selalu dituntut oleh guru adalah bagaimana
bahan pelajaran itu yang disampaikan guru dapat disukai anak secara tuntas. Hal
ini merupakan masalah yang cukup rumit dirasakan oleh guru, di mana anak
mempunyai kepribadian yang beraneka ragam, ciri khas individu merupakan
keunikannya. Mereka juga makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.
Pada masa pertumbuhan anak-anak usia dini merupakan masa pertumbuhan yang
positif di mana lingkungan keluarga maupun masyarakat di sekitarnya sangat
mendukungnya. Kehidupan sosialnya tumbuh dan diperkaya dengan kemampuan
bekerja sama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya. Dalam
bergaul, bekerja sama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis. Yang
menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama.
Lingkungan keluarga sangatlah menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi,
status sosial dan lingkungan keluarga ikut berperan dalam keberhasilan proses
belajar. Suasana keluarga yang tenteram akan menciptakan keharmonisan
keluarga. Maka dengan keharmonisan ini anak cenderung lebih giat dalam belajar,
selain itu peran masyarakat pun sangat mempengaruhi dalam kegiatan belajar.

Hal-hal yang menyimpang dari lingkungan masyarakat akan mudah terserap oleh
individu. Dengan hal ini siswa akan membandingkan pengalaman yang ia peroleh
di lingkungan sekolah dengan pengalaman yang ia dapatkan di lingkungan
masyarakat.
Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor yang menunjang
terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Faktor metode mengajar
akan berkaitan dengan model pembelajaran yang diterangkan. Pendidikan
prasekolah sangat penting artinya, bukan hanya sebagai pengisi waktu anak saja,
tetapi juga untuk mempersiapkan anak di masa mendatang. Banyak para tokoh
yang mengakui tentang pentingnya pendidikan prasekolah atau pendidikan anak
usia dini.
Usaha-usaha ke arah tersebut dapat berupa membangkitkan motivasi, seperti guru
berupaya dalam menyampaikan pelajaran dengan tujuan yang jelas dan menarik,
menciptakan suasana yang menyenangkan, memberikan pujian, menghargai
pekerjaan siswa, dan memberikan kritik dengan bijaksana.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam rangka membangkitkan motivasi
belajar untuk pembentukan karakter anak antara lain :
1. Mengusahakan agar tujuan belajar jelas dan menarik
2. Menciptakan suasana yang menyenangkan
3. Mengusahakan agar siswa aktif belajar
4. Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa
5. Memberi ulangan dan tugas sesuai dengan keadaan siswa
6. Memberitahukan hasil pekerjaan siswa
7. Memberikan hadiah dan pujian
8. Memberikan kritik dengan bijaksana
Aktivitas merupakan asas yang terpenting didalam proses belajar mengajar dan
pembentukan karakter. Karena tanpa aktivitas tidak mungkin seseorang dapat
dikatakan belajar, aktivitas tidak hanya jasmani saja melainkan juga aktivitas
rohani. Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas
dan mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, untuk itu guru perlu mengenal
siswa dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran
dengan kebutuhan dan minat siswa.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar
Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi
kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor Intern Belajar
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya
kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.
b. Faktor Ekstern Belajar
Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang
bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat ,
guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.
1 . Faktor Intern
Kematangan

Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan


konsep-konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi
tertentu akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun
rohaninya perlu dipertimbangkan lagi kematangannya.
Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh
tingkat kecerdasannya, misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk
dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia tertentu. Tetapi kecerdasan
individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah
dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal
yang lain, seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak
dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya
individu mampu mengerjakannya dengan baik.
Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan
untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam
individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu yang
bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan guru.
Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan
dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu
tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran
yang telah diterimanya hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak
masuk sama sekali di dalam IQ-nya.
2. Faktor Ekstern
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status
ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta
mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana keluarga yang tentram dan
damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua
dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila anak
menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang
tuanya memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah
belajar anaknya.
Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola
masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat
sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya
bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh individu daripada
pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah
tingkah laku individu dalam proses belajar.
Guru
Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar
kepada siswa, hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan
kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik
mengajar, dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu siswa

merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru
sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor masalahmasalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan
berlangsung.
Bentuk Alat Pelajaran
Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis
menulis dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat
pelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu
oleh alat-alat pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan menunjang
proses pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi
pelajaran yang telah mereka pelajari.
Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah
melalui Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan
tahun pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif
pemberian kesempatan kepada para siswa, terutama bagi mereka yang orang
tuanya berekonomi kurang mampu.
Seorang anak yang tidak memiliki kesempatan belajar karena secara ekonomis
kurang mampu, tetapi di sisi lain anak tersebut berintelegensi tinggi, maka ia akan
menemukan hambatan dalam penyaluran aspirasi cita-citanya secara utuh.
Walaupun motivasi begitu tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkannya,
tetapi apabila tidak didukung oleh ekonomi yang cukup, maka akan menemukan
kendala yang relatif serius. Begitu pula sebaliknya, seorang anak dari keluarga
yang mampu, memiliki intelegensi yang tinggi, bersekolah di sekolah favourit,
dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang serba ada, belum tentu dapat belajar
dengan baik, sebab masih ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak
tersebut untuk belajar dengan baik, seperti motivasi belajar, keharmonisan
lingkungan keluarga, jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sehingga
melelahkan, perhatian khusus dari guru kelas, serta hal-hal lain yang
memungkinkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar
juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
sekolah dan sering minggat dari sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal, seperti :
1) Rendahnya kemampuan intelektual anak
2) Gangguan perasaan / emosi
3) Kurangnya motivasi untuk belajar
4) Kurang matangnya anak untuk belajar
5) Usia yang terlalu muda
6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7) Kebiasaan belajar yang kurang baik
8) Kemampuan mengingat yang rendah
9) Terganggunya alat-alat indera
10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11) Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

C. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar


Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah
Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya
mengembangkan potensi (fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam diri
anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran
sebuah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan
demikian pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk memanusiawikan
manusia memiliki arti penting bagi kehidupan anak. Hanya pendidikan yang
efektif yang mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengantarkan anak survive
dalam hidupnya.
Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan
jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum 1995, pengertian
guru mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah Guru adalah
perencana dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak
dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan
kurikulum.
Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain
sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para
murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan
ungkapan T. Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang
peranan sentral dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan kepribadian
masing-masing yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses
pembelajaran. Pola tingkah laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru
oleh siswa dalam perjalanan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga
ataupun masyarakat, karena setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal
kecakapan maupun kepribadian. Keragaman kecakapan dan kepribadian ini
mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi
dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru
terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang
disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55).
Adapun syarat-syarat bagi guru pada umumnya, termasuk di dalamnya guru
agama, telah tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran
Nomor 4 Tahun 1950 Bab X Pasal 15 yang berbunyi :
Syarat utama menjadi guru selain ijazah dan syarat-syarat lain mengenai
kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan
pengajaran. (Zuhairini, 1983 :35).
Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara
belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang
perlu mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas kerap kali
memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin adalah
pangkal cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya sesuai
dengan perkembangan zaman yang serba kompleks.
Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :
1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam

tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi


kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak.
Kalau suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi.
2. Pemeriksaan Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus mengenai
alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan
tes atau pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena tingkat kesehatan
yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa
pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsung
ke diri individu.
3. Teknik Main Peran
Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana seorang
guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di
sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang
tuanya mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.
Selain itu juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan
masyarakat secara langsung.
4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat
dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana.
Dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara
praktis dari segi dasar, logika dan privasi seseorang.
5. Menyusun Program Perbaikan
Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar
harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator, dan
organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya
yang menunjang pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan
yang lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para
siswa.
Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para pengajar sehingga tidak ada
lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu
tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan
dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan
belajar siswa.
Alternatif lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswanya. Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan
untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini :
a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
adanya perbaikan.
c. Menyusun program perbaikan.
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan
sebagai berikut :

a. Tujuan pengajaran remedial


Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu siswa dapat memahami kata
tinggi, pendek dan gemuk dalam berbagai konteks kalimat.
b. Materi pengajaran remedial
Contoh materi pengajaran remedial yaitu dengan cara lebih khusus dalam
mengembangkan kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seperti di atas.
c. Metode pengajaran remedial
Contoh metode pengajaran remedial yaitu dengan cara siswa mengisi dan
mempelajari hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan
belajar.
d. Alokasi waktu
Contoh alokasi waktu remedial misalnya waktunya Cuma 60 menit.
e. Teknik evaluasi pengajaran remedial
Contoh teknik evaluasi pengajaran remedial yaitu dengan menggunakan tes isian
yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan, contohnya dengan
menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata gemuk.
Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatifalternatif atau cara-cara pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat
dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan.
Selain itu, guru juga sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan
model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau
pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.
Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan.
Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi fikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan
siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya,
padahal pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang telah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Penerapan sikap dan pembentukan kepribadian pada diri siswa harus
dioptimalkan, mengingat keberhasilan suatu proses pembelajaran bukan diukur
oleh adanya penambahan dan perubahan pengetahuan serta keterampilan saja,
namun nilai sikap harus terakomodasi, sebab dengan perubahan sikap akan
menentukan terhadap perubahan kognitif ataupun psikomotor.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses,
yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Pada tahap berikutnya mengjar adalah proses memberikan bimbingan, bantuan
kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah interaksi antara guru dengan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.
Agar proses belajar mengajar tersebut berlangsung secara efektif selain diperlukan
alat peraga sebagai pelengkap yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan
peserta didik diperlukan pula aturan dan tata tertib yang baku agar dalam
pelaksanaannya teratur dan tidak menyimpang.
Dari hakikat proses belajar mengajar, pembelajaran merupakan proses
komunikasi, maka pembelajaran seyogyanya tidak atraktip melainkan harus
demokrasi. Siswa harus menjadi subjek belajar, bukan hanya menjadi pendengar

setia atau pencatat yang rajin, tetapi siswa harus aktif dan kreatif dalam berbagai
pemecahan masalah. Dengan demikian guru harus dapat memilih dan menentukan
pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan kemampuannya, kekhasan
bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan siswa.

Anda mungkin juga menyukai