Anda di halaman 1dari 19

BAB 4

HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS


(KASUS BULOG IMPLEMENTASI EKONOMI
PANCASILA)

Kelompok 3
Jurusan Akuntansi
Disusun Oleh :
1. Irda Islaminati

2013020075

2. Siti Wardah

2013020069

3. Suryati Arumsari

2013020071

STIE DHARMA BUMIPUTERA


Jalan Warung Jati No.41 Kel. Kalibata, Kec. Pancoran, Jakarta Selatan

BAB 4
HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS
HAKIKAT EKONOMI
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yaitu pengelolaan rumah, yang berarti cara
rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidup(fisik) anggota rumah tangganya (Capra, 2002). Ilmu ekonomi adalah ilmu yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu
ekonomi
berkembang
berdasarkan
asumsi
dasar
bahwa
adanya
kebutuhan (needs)manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber daya yang terbatas (scarce
resources), sehingga timbul persoalan bagaimana mengeksploitasi sumber daya yang terbatas secara
efektif dan efisien guna memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dengan demikian, ilmu
ekonomi berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran dicapai
melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu sisi, serta peningkatan
pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen di sisi lain.
Paradigma Ilmu Ekonomi Modern
Hakikat manusia:
1. Manusia adalah makhluk ekonomi
2. Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas
3. Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya, manusia bertindak rasional
Dampak:
1. Tujuan manusia hanya mengejar kekayaan materi dan melupakan tujuan spiritual
2. Mengajarkan bahwa sifat manusia itu serakah
3. Manusia cenderung hanya mempercayai pikiran rasionalnya saja dan mengabaikan adanya
potensi kesadaran transedental (kesadaran spiritual, kekuatan tak terbatas, Tuhan) yang dimiliki
manusia
ETIKA DAN SISTEM EKONOMI
Sistem merupakan jaringan berbagai unsur untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem ekonomi
adalah jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori, asumsi dasar, kebijakan,
infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur lainnya yang
semuanya ditujukan untuk meningkatkna produksi dan pendapatan masyarakat.
Dua paham sistem ekonomi ekstrem: ekonomi kapitalis (adanya kebebasan individu untuk
memiliki, mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu) dikembangkan Amerika
Serikat dan Inggris serta sekutu-sekutunya seperti Belanda, Jerman Barat, Perancis, Australia.

Teori kebebasan oleh John Locke (liberalisme): dalam hal kepemilikan kekayaan, manusia
memiliki kodrat dasar yang harus dihormati (life, freedoom, property). Pendapat lain oleh Adam
Smith tentang pasar bebas dalam ekonomi mendukung tumbuhnya sistem ekonomi kapitalis. Ada
dua ciri pokok: liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas. Dengan demikian
sistem ekonomi pasar kapitalis sebenarnya dilandasi oleh teori etika egoisme dan etika hak, serta
mendapat pembenaran dari kedua teori tersebut.
Sebaliknya paham ekonomi komunis yang memperoleh inspirasi dari pemikiran Karl
Marx justru sangat menentang sistem kapitalis ini. Sehingga muncul alternatif sistem ekonomi
komunis: kemakmuran masyarakat secara keseluruhan dan bukan kemakmuran orang per orang.
Sehingga sistem ekonomi komunis mendapat pembenaran dari etika altruisme (utilitarianisme dan
deontologi).
Tujuan sistem ekonomi komunis dan sistem ekonomi kapitalis: keduanya hanya ditujukan
untuk mengejar kemakmuran/ kenikmatan duniawi dengan hanya mengandalkan kemampuan
pikiran rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia (kebahagiaan di akhirat). Soekarno
dan Hatta memperkenalkan falsafah negara: Pancasila. Pokok-pokok pikiran dalam falsafah
Pancasila:
1. Tujuan: mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera (sila ke-5).
2. Landasan operasional: kepercayaan kepada Tuhan YME sebagai landasan spiritual (sila ke-1),
HAM (sila ke-2), persatuan/ kebersamaan rakyat dalam wilayah Indonesia (sila ke-3), dan
kearifan demokrasi (sila ke-4).
Falsafah Pancasila sebenarnya dilandasi oleh semua etika:
1. Teori teonom (sila ke-1)
2. Teori egoisme/ teori hak (sila ke-2)
3. Teori deontologi, teori kewajiban (sila ke-3dan 4)
4. Teori utilitarianisme/ altruisme (sila ke-5).
Etika dan Sistem Komunis
Tujuan sistem ekonomi komunis: untuk memeratakan kemakmuran masyarakat dan menghilangkan
eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal) terhadap mausia lainnya (kaum buruh).
Kelemahan sistem ekonomi komunis:
a. Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh
b. Alat-alat produksi dan kekayaan individu tidak diakui
c. Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk negara tidak termotivasi
untuk bekerja lebih giat
d. Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk karena terjadi
pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi senjata yang dipaksakan dalam
rangka perang dingin menghadapi negara-negara Blok Barat.

Etika dan Sistem Ekonomi Kapitalis


Tujuan sistem ekonomi kapitalis: manusia direndahkan hanya untuk mengejar kemakmuran
ekonomi (fisik) semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi kapitalis di negaranegara Barat telah melahirkan perusahaan-perusahaan multinasional dengan ciri-ciri:
a. Kekayaan mereka sudah demikian besar, bahkan sudah melewati pendapatan negara-negara
yang sedang berkembang.
b. Kekuasaan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara. Bahkan tidak
jarang mereka ini mampu mengendalikan keijakan aparat pemerintah dan legislatif di negaranegara di mana perusahaan ini berada demi keuntungan perusahaan-perusahaa tersebut.
Akibat dari sistem ekonomi kapitalis:
a. Terjadi pemanasan global dan kerusakan lingkungan di bumi akibat kerakusan para pemilik
modal yang didukung oleh aparat pemerintah.
b. Terjadi
ketidakadilan
distribusi
kekayaan
yang
mengakibatkan
timbulnya
kesenjangankemakmuran yang makin tajam.
c. Ancaman kekerasan, konflik antar negara, kemiskinan, dan pengangguran makin meluas.
d. Korupsi, kejahatan kerah putih, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk mengejar kekayaan
pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak telah meluas.
e. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perjudian, kebebasan seks, pembunuhan, perampokan,
pencurian, dan tindakan-indakan amoral lainnya makin meluas.
f. Gaya hidup modern yang boros dan terlalu konsumtif, penumpukan harta kekayaan yang jauh
melampaui ukuran yang normal, serta pamer kemewahan dan kekayaan telah menjadi ciri yang
sangat menonjol.
g. Munculnya tanda-tanda tekanan mental dan psikologis, seperti stres, kasus bunuh diri, tindakan
anarkis massal, pembunuhan karena masalah sepele, percecokan dan perceraian rumah tangga,
dan kasus sejenisnya sudah makin meluas.
h. Penyakit akibat gaya hidup modern, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, HIV/AIDS,
dan penyakit sejenisnya makin mengancam umat manusia.
Etika dan Sistem Ekonomi Pancasila
Ciri-ciri sistem ekonomi Pancasila:
a. Keadilan dan kebersamaan
b. Kebebasan individu
c. Kepercayaan kepada Tuhan YME dengan memberikan kebebasan rakyatnya memeluk
agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Secara teoritis, sistem ekonomi Pancasila merupakan fondasi yang paling baik dan paling
sesuai untuk membangun hakikat manusia seutuhnya. Beberapa periode Indonesia telah berganti
preseiden, akan tetapi dalam penerapan sistem ekonomi Pancasila masih jauh dari harapan, rakyat
masih tetap miskin. Hal ini disebabkan karena perekonomian bangasa Indonesia realitanya

dibangun berlandasakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Hal ini menyimpang jauh dari
konsep Ekonomi Pancasila.
Etika dan Sistem Ekonomi
Etika mempelajari perilaku/tindakan seseorang dan kelompok/lembaga yang dianggap baik
atau tidak baik. Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur (manusia, lembaga, wilayah, sumber
daya) yang terkoordinasi untuk mendukung peingkatan produksi (barang dan jasa) serta pendapatan
untuk menciptakan kemakmuran masyarakat. Bila berpegang pada pemahaman ini, maka pada
tataran konsep, semua sistem ekonomi seharusnya bersifat etis karena seua sistem ekonomi
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan untuk kemakmuran masyarakat.
Dalam pengimplementasian ketiga sistem ekonomi, semua sistem ini memunculkan dampak
negatif yang serupa. Dampak yang mudah dilihat adalah keruskan lingkungan hidup. Selain
itu, kesenjangan dan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan yang sangat besar makin sedikit, dan
sisi lain jumlah orang yang kekayaannya sedikit justru bertambah banyak. Ditambah lagi dengan
munculnya berbagai kecenderungan makin meningkat, seperti berbagai jenis korupsi, kolusi, dan
manipulasi yang dilakukan oleh oknum pejabat pemerintahan dan kalangan pemilik/ manajemen
perusahaan.
Kesimpulan: bahwa sistem ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak persoalan
yang berifat tidak etis. Etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran
individual para pelaku dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat negara, pemimpin
perusahaan), bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatau negara. Di sini yang berperan
adalah tingkat kesadaran dalam memaknai dirinya-hakikat manusia sebagai manusia utuh atau
manusia tidak utuh.

PENGERTIAN DAN PERANAN BISNIS


Seiring dengan pertumbuhan peradaban dan perkembangan zaman, pada fase berikutnya
mulai timbul pertukaran barang antar kelompok yang sering disebut barter. Dengan
diperkenalkannya uang sebagai alat tukar dan ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, saat ini tidak ada satu orang atau negara yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan
barang dan jasanya sendiri. Kegiatan pertukaran atau perdagangan baik antar orang dalam satu
negara atau antar negara sudah menjadi bagian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan produksi karena kegiatan perdagangan berfunsi untuk mendistribusikan barang/jasa dari
pihak produsen ke pihak konsumen.
Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan barang dan jasa tetapi juga
termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke pihak-pihak yang memerlukan.

Terdapat dua pandangan tentang bisnis yang diungkapkan oleh Sonny Keraf (1998) yaitu
pandangan realistis dan pandangan idealis. Pandangan realistis melihat tujuan bisnis adalah untuk
mencari keuntungan bagi pelaku bisnis, sedangkan aktivitas produksi dan distribusi barang
merupakan sarana/alat untuk merealisasikan keuntungan tersebut. Pandangan idealis adalah suatu
pandangan di mana tujuan bisnis yang terutama adalah menghasilkan dan mendistribusikan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis. Pandangan praktis-realistis atas bisnis muncul dari individu
yang paham moralitasnya didominasi oleh teori etika egoisme atau teori hak, sedangakan paham
idealisme dalam bisnis muncul dari individu yang paham moralitasnya didominasi oleh teori
deontologi, teori keutamaan dan teori teonom.
Penjelasan pro-kontra mengenai aktivitas bisnis dilihat dari sudut pandang etika dijelaskan
melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang budaya etis yaitu pemahaman tak terucap
dari semua karyawan pelaku bisnis tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang
menentukan derajat keetisan atau budaya etis dari suatu kegiatan bisnis adalah orang kunci
dibelakang kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnis itu sendiri.

LIMA DIMENSI BISNIS


Dimensi Ekonomi
Dari sudut pandang ini, bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Keuntungan diperoleh berdasarkan rumus yang sudah jamak dikembangkan para
akuntan yaitu penjualan dikurangi harga pokok penjualan dan beban-beban. Bagi akuntan, harga
pokok penjualan dan beban merupakan harta yang telah dikorbankan atau dimanfaatkan untuk
menciptakan penjualan pada periode ini sehingga sering disebut expired cost of assets.
Harta adalah sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat untuk menciptakan
penjualan pada periode mendatang.
Faktor-faktor produksi dari sudut ekonomi terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal,
wirausahawan. Ilmu manajemen dan akuntansi mengajarkan berbagai teknik untuk meningkatkan
penjualan dan beban-beban pada tingkat minimum. Sebenarnya keuntungan merupakan ukuran
efisiensi prusahaan kerana keuntungan menggambarkan hasil yang diperoleh setelah dikurangi
harta yang dikorbankan.
Dimensi Etis
Berbagai teori etika muncul dengan penalaran yang berbeda-beda. Dipakai dua acuan pokok yaitu :
1. Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya perilaku atau tindakan.
2. Ukuran penilaian menggunakan tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran hewani, kesadaran
manusiawi dan kesadran spiritual/transendental (teori teonom).

Dari sudut pandang kesadaran hewani menilai bahwa suatu tindakan dianggap etis bila
tindakan itu bermanfaat bagi seseorang dan suatu tindakan dianggap tidak etis bila merugikan bagi
diri individu yang bersangkutan. Sudut pandang kesadaranm manusiawi menilai semua tindakan
yang bermanfaat bagi diri individu dan masyarakat bersifat etis namun bila tindakan itu merugikan
masyarakat dan alam makan dinilai tidak etis meskipun menguntungkan diri individu. Dari sudut
pandang kesadaran spiritual menilai suatu tindakan tersebut bermanfaat bagi diri individu,
masyarakat dan alam serta sesuai dengan ajaran/perintah agama.
Dimensi Hukum
Dalam kaitannya dengan tinjauan dari aspek hukum ini, De George (Dalam Sonny Keraf,
1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan yaitu legal creator di mana
perusahaan diciptakan secara legal oleh negara sehingga perusahaan adalah sebagai badan hukum
dan perusahaan mempunyai hak dan kewajiban hukum sebagaimana layaknya hukum yang dimiliki
manusia. Dan legal recognition di mana perusahaan bukan diciptakan atau didirikan oleh negara,
melainkan oleh orang yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan. Peranan
negara dalam hal ini hanya mendaftarkan, mengesahkan dan memberi izin secara hukum atas
keberadaan perusahaan tersebut.
Setiap peraturan hukum yang baik memang harus dijiwai oleh moralitas. Namun tidak
semua peraturan hukum berkaitan dengan moral. Ada anggapan bila ditinjau dari aspek moral
dianggap kurang etis misalnya Undang-Undang Lalu Lintas.
Dimensi Sosial
Perusahaan saat ini sudah berkembang menjadi suatu sistem terbuka yang sangat kompleks.
Sebagai suatu sistem, berarti di dalam organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen, unsur,
orang, dan jaringan yang saling terhubung, saling berinteraksi, saling bergantung, dan saling
berkepentingan. Berbagai sistem terbuka terdapat faktor internal seperti faktor sumber daya
manusia dan sumber daya non-manusia lalu ada faktor eksternal yang terdiri atas elemen manusia
dan non-manusia. Faktor eksternal inilah yang pada hakikatnya diciptakan karena sebagai kunci
keberhasilan kinerja perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu perusahaan
sebenarnya ditentukan oleh manusia atau orang baik yang ada di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan yang semuanya memiliki kepentingan dan kekuatan untuk mendukung atau
menghambat keberadaan dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, bila perusahaan dilihat dari
dimensi sosial, tujuan pokok perusahaan adalah untuk menciptakan barang dan jasa yang
diperlukan oleh masyarakat, sedangkan keuntungan akan datang dengan sendirinya. Pandangan ini
selanjutnya akan melahirkan paradigma dan konsep stakeholder dalam pengelolaan perusahaan.
Dimensi Spiritual
Keberadaan perusahaan diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Sepanjang masyarakat
membutuhkan produk perusahaan, maka perusahaan akan tetap exist. Kegiatan bisnis dalam

pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama (kepercayaan), padahal dalam ajaran agama
yang dipercayai oleh manusia ada ketentuan yang sangat jelas tentang melakukan kegiatan bisnis.
Dalam dimensi spiritual, para pengusaha yang ada di dalam perusahaan memaknai pengelolaan
perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan, menjadikan perusahaan yang dikelola
menjadi sejahtera, sekaligus menjaga dan memelihara kelestarian alam. Namun dalam
kenyataannya, masih terdapat banyak pelaku bisnis dan oknumstakeholder yang belum sepenuhnya
mengikuti ajaran agama dalam menjalankan praktek bisnisnya.

PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)


Tanggung Jawab Manajemen dan Teori Pemangku Kepentingan
Dari sudut pandang pengelola perusahaan (manajemen), dijumpai beberapa paradigma
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut
Shroeder (1998), paling tidak ada enam teori pemangku kepentingan yaitu : teori kepemilikan, teori
entitas, teori dana, teori komando, teori perusahaan, dan teori ekuitas sisa residu. Belakangan ini
muncul pandangan baru tentang pengelolaan perusahaan yang menggunakan beberapa istilah
berbeda tapi punya makna yang sama yaitu perusahaan yang tercerahkan (enlightened company)
yang diperkenalkan oleh Hansen dan Allen dalam buku yang berjudulCracking the Millionare dan
perusahaan dengan modal spiritual (spiritual capital) yang diperkenalkan oleh Zohar dan Marshall
dalam buku yang berjudul spiritual capital.
Tujuan pengelolaan perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan
pemilik. Makin banyaknya perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat umum (go public) maka
mulai ada pemisahan antara pengelola (manajemen,eksekutif) dengan pemilik perusahaan
(pemegang saham). Walaupun sudah ada pemisahan antara pengelola dengan pemilik perusahaan,
namun orientasi dan paradigma pengeloaan masih belum berubah, sehingga kepentingan para
pemangku kepentingan selain pemegang saham belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan semua pihak (orang atau lembaga) yang
mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan perusahaan (Lawrence,
Weber, dan Post, 2005). Menurut beberapa pakar, steakeholdersdibagi jadi dua golongan antara lain
:
a) Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) yaitu golongan pemangku kepentingan pasar (market
stakeholders) dan pemangku kepentingan non-pasar (nonmarket stakeholders).
b) Menurut Baron (2006) yaitu golongan lingkungan pasar (market environment) dan lingkungan
nonpasar (nonmarket environment).
c) Menurut Sonny Keraf (1998) menggunakan istilah kelompok primer (orang yang melakukan
transaksi langsung pada perusahaan seperti: pelanggan, pemasok, pemodal) dan kelompok
sekunder (pemangku yang tidak masuk dalam kelompok primer).

Sekarang marak skandal bisnis dalam berbagai manipulasi laporan keuangan yang
melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan besar merugikan banyak pihak yang
berkepentingan, sehingga muncul peraturan baru dari pemerintah untuk mempertegas pengawasan,
wewenang, dan tanggungjawab para eksekutif dalam perusahaan. Perilaku para eksekutif inilah
yang sebenarnya sangat menentukan keberlangsungan perusahaan sehingga mereka dituntut untuk
bersifat etis dan punya tingkat kesadaran transedental atau tingkat kesadaran spiritual. Dalam
tingkat kesadaran spiritual inilah para pengusaha yang ada di dalam perusahaan memaknai
pengelolaan perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan, menjadikan perusahaan yang
dikelola dengan tulus menjadi sejahtera, sekaligus menjaga dan memelihara kelestarian alam.
Perusahaan yang dikelola akan menjadi perusahaan yang tercerahkan (enlightened company).

Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan Perusahaan


Tingkat
Kesadaran
Kesadaran
Hewani

Teori Etika

Paradigma Pengelolaan

Teori
Egoisme

Paradigmakepemilika
n

Teori Hak

Sasaran Perusahaan

Memperoleh keuntungan dan


keuntungan
optimal
bagi
pengelola
yang
sekaligus
Paradigma pemegang merangkap sebagai pemilik
saham
perusahaan
Pengelola sudah terpisah dari
para pemegang saham selaku
pemilik perusahaan
Sasaran perusahaan adalah
memperoleh
kekayaan
dan
keuntungan
optimal
bagi
pemegang saham

Kesadaran
manusiawi

Teori
Utilitatianisme
Teori
keadilan
Teori
kewajiban
Teori
keutamaan

Paradigma Ekuitas

Sasaran pengelolaan perusahaan


untuk meningkatkan kekayaan
dan keuntungan investor

Paradigma perusahaan

Sasaran pengelolaan perusahaan


adalah
untuk
kesejahteraan
seluruh masyarakat

Kesadaran
Transedenta
l

Teori Teonom

Paradigma perusahaan Tujuan pengelolaan perusahaan


tercerahkan
adalah sebagai bagian dari
ibadah kepada Tuhan melalui
pengabdian
tulus
untuk
kemakmuran
bersama
dan
menjaga kelestarian alam

Analis Pemangku Kepentingan (Stakeholder Analis)


Perusahaan adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Hal penting yang perlu dipertimbangkan
dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan
b. Cari tahu kepentingan dan kekuasaan setiap golongan pemangku kepentingan
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan
Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:
a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari keputusan itu
b. Kalaupun ada pihak dirugikan, dampak kerugian hanya menimpa sedikit mungkin pemangku
kepentingan
c. Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok pemangku
kepentingan yang dominan
Kepentingan di sini adalah suatu yang menyebabkan kelompok pemangku kepentingan ini tertarik
atau peduli pada perusahaan, sedangkan kekuasaan di sini diartikan sebagai seberapa kuat
pengaruh/kekuatan kelompok ini dalam menentuka arah dan keberadaan perusahaan.

Kepentingan dan kekuasaan pemangku kepentingan kelompok primer


Pemangku
kepentingan

Kepentingan

Kekuasaan

Pelanggan

Memperoleh produk yang


aman dan berkualitas sesuai
dengan yang dijanjikan serta
memperoleh pelayanan yang
memuaskan

Membatalkan
pesanan
dan
membeli dari pesaing; melakukan
kampanye
negatiftentang
perusahaan

Pemasok

Menerima pembayaran tepat Membatalkan


waktu; memperoleh order memboikot order
secara teratur
pada pesaing

dan

atau
menjual

Pemodal

Pemegang
Saham

Memperoleh
deviden
Tidak mau membeli saham
dancapital gain dari saham perusahaan; memberhentikan para
yang dimiliki
eksekutif perusahaan

Tidak memberikan kredit;


membatalkan/menarik
kembali
pinjaman yang telah diberikan

Kreditur

Memperoleh penerimaan
bunga
dan
pengembalian
pokok pinjaman sesuai jadwal
yang telah ditentukan
Karyawan

Memperoleh gaji/upah yang Melakukan aksi unjuk rasa/mogok


wajar dan ada kepastian kerja; memaksakan kehendak
kelangsungan pekerjaan
melalui organisasi buruh yang ada

Kepentingan dan kekuasaan pemangku kepentingan kelompok sekunder


Pemangku
kepentingan

Kepentingan

Kekuasaan

Pemerintah

Mengharapkan pertumbuhan Menutup/menyegel


perusahaan;
ekonomi dan lapangan kerja; mengeluarkan berbagai peraturan
memperoleh pajak

Masyarakat

Mengharapkan
peran Menekan pemerintah melalui unjuk
perusahaan dalam program rasa missal; melakukan aksi
kesejahteraan
masyarakat; kekerasan
menjaga kesehatan lingkungan

Media massa

Menginformasikan
semua Mempublikasikan
kegiatan perusahaan yang negatif yang
merusak
berkaitan dengan isu etika, perusahaan
nilai-nilai,
kesehatan,
keamanan, dan kesejahteraan

Aktivis lingkungan

Kepedulian terhadap pengaruh


positif
dan
negatif dari
tindakan perusahaan terhadap
lingkungan hidup, HAM dan

berita
citra

Mengkampanyekan aksi boikot


dengan mempengaruhi pemerintah,
media massa, dan masyarakat;
melobi
pemerintah
untuk

sebagainya

TANGGUNG
JAWAB
RESPONSIBILITY CSR)

SOSIAL

membatasi/melarangimpor produk
perusahaan tersebut bila merusak
lingkungan hidup atau melanggar
HAM

PERUSAHAAN

(CORPORATE

SOCIAL

Pengertian CSR
a. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
komitmen bisnis untuk secara terus-menerus berperilaku etis dan berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya,
masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.
b. EU Green Paper on CSR memberikan definisi sebagai suatu konsep di mana perusahaan
mengintegrasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalam operasi bisnisnya serta
dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.
c. Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai suatu bisnis telah melaksanakan
tanggungjawab sosialnya jika keputusan yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan
antar berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda.
d. A.B Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan baik ke dalam maupun
ke luar perusahaan. Tanggung jawab ke dalam diarahkan kepada pemegang saham dan
karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan keluar dikaitkan
dengan peran perusahaan sebagai peningkat kesejahteraan dan kompetensi masyarakat.
e. Elkington mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mencakup tiga dimenti,
yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu: Profit, People, dan Planet.
Konsep CSR memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu: fungsi ekonomis, sosial,
dan alamiah.
Tingkat Lingkup keterlibatan dalam CSR
Keberhasilan CSR dan cakupan program CSR yang dijalankan akan ditentukan oleh tingkat
kesadaran pelaku bisnis dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu: tingkat kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi, dan tingkat
kesadaran transedental. Program CSR akan berjalan efektif jika pihak terkait dalam bisnis
(Pengelola, Pemerintah, dan Masyarakat) sudah mempunyai kesadaran manusiawi dan transedental,
serta menganut teori etika dalam koridor utilitarianisme, deontology, keutamaan, dan teonom.

Lawrence, Weber, dan Post(2005) melukiskan tingkat kesadaran ini dalam bentuk tingkat
keterlibatan bisnis dengan pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan hubungan,
yaitu:inactive, reactive, dan interactive.
Bersarkan tingkat/lingkup keterlibatan ini, Lawrence, Weber, dan Post (2005) membedakan
dua prinsip CSR, yaitu: prinsip amal dan prinsip pelayanan. Perbedaan kedua prinsip ini terletak
pada perbedaan kesadaran dan lingkup keterlibatan.

Ciri-ciri

Prinsip Amal

Prinsip Pelayanan

Definisi

Bisnis seharusnya memberikan Sebagai agen publik, tindakan bisnis


bantuan sukarela kepada kelompok seharusnya
mempertimbangkan
atau orang yang membutuhkan
semua
kelompok
pemangku
kepentingan yang dipengaruhi oleh
keputusan dan kebijakan perusahaan

Tipe Aktivitas

Filantropi
korporasi;
tindakan Mengakui
adanya
saling
sekarela untuk menunjang citra ketergantungan perusahaan dengan
perusahaan
masyarakat;
menyeimbangkan
kepentingan dan kebutuhan semua
ragam kelompok di masyarakat

Contoh

Mendirikan
yayasan
amal,
berinisiatif untuk menanggulangi
masalah sosial, bekerja sama
dengan kelompok masyarakat yang
memerlukan

Pribadi yang tercerahkan, memenuhi


ketentuan hukum, menggunakan
pendekatan
stakeholder
dalam
perencanaan strategis perusahaan

Pro dan Kontra Terhadap CSR


Masih banyak yang menentang implementasi CSR walaupun telah banyak yang menyadari dan
menyetujui pentingnya perusahaan melaksanakan program CSR. Alasan-alasan yang menentang
CSR menurut Sonny Keraf (1998) antara lain:
a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari keuntungan, bukan
merupakan lembaga social
b. Perhatian manajemen akan terpecah dan akan membingungkan mereka bila perusahaan
dibebani banyak tujuan
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambahkan pada harga
produk sehingga pada gilirannya akan merugikan masyarakat/konsumen itu sendiri
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan kegiatan sosial

Sementara itu, alasan yang mendukung CSR adalah :


a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat semakin kritis terhadap dampak negatif dari
tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitar
b. Sumber daya alam yang makin terbatas
c. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggungjawab dan kekuasaan dalam
memikul beban sosial dan lingkungan
d. Bisnis sebenarnya mempunyai sumber daya yang berguna
e. Menciptakan keuntungan jangka panjang

KASUS

Kasus Bulog Implementasi Ekonomi Pancasila


Bulogyang merupakan singkatan dari Badan Urusan Logitsiklahir pada era Orde Baru
di masa pemerintahan Soeharto. Ide awal pembentukan lembaga ini sebenarnya sangat mulia.
Fungsi utama yang dibebankan pemerintah kepada Bulog adalah mengatur pengadaan dan distribusi
barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok rakyat, terutama beras. Ada tiga tujuan pokok
sekaligus ingin dicapai oleh pemerintah melalui Bulog, yaitu: (a) pembelian gabah dari para petani
dengan harga yang pantas sehingga petani tidak dirugikan saat memasuki masa panen; (b)
menyalurkan kelebihan produksi beras dari petani ke daerah-daerah yang masih mengalami defisit
produksi beras; dan (c) melakukan impor beras dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya bila
diperlukanmisalnya pada saat panceklikdan menyalurkan kepada masyarakat melalui operasi
pasar.
Sebagaimana diketahui, Presiden Soeharto sangat peduli dengan nasib dan kesejahteraan
rakyat kecil yang kala itu sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia masih sebagai petani.
Mengingat pola produksi hasil pertanian (terutama beras) bersifar musiman, sering kali para petani
dirugikan oleh jatuhnya harga gabah sampai tingkat yang sangat tidak wajar pada saat menjelang
panen raya. Kejatuhan harga tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) persediaan (supply) yang
mendadak besar saat panen menyebabkan harga gabah turun (sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran); atau (2) karena ada permainan dari para tengkulak bermodal besar yang mampu
mempermainkan harga sehingga petani sebagai produsen beras selalu saja dirugikan. Mengingat
sebagian besar makanan pokok rakyat Indonesia adalah beras, maka untuk memotivasi para petani
sekaligus untuk mencanangkan swasembada beras, pemerintah melalui Bulog diinstrukikan untuk
membeli semua gabah petani saat panen raya dengan harga yang pantas sehingga penghasilan
petani dapat tercukupi untuk hidup layak. Sementara itu, untuk menekan harga beras di daerahdaerah defisit beras, Bulog akan menyalurkan beras yang dibeli dari petani di daerah surplus beras
ke daerah daerah defisit dengan patokan harga yang tidak terlalu tinggi sehingga rakyat di daerahdaerah defisit ini mampu membeli beras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bila perlu, saat
cadangan menipis terutama saat-saat panceklik, Bulog akan mengimpor beras dan menjual kepada
rakyat dengan harga yang terjangkau oleh rakyat, termasuk kepada para petani yang telah kehabisan
persediaan berasnya. Dalam kurun waktu yang cukup lama, Bulog mampu menjalankan fungsi ini
sehingga hasilnya dapat dirasakan. Dengan adanya Bulog, Indonesia sempat menjadi negara
swasembada beras dan bahkan sempat menjadi negara produsen pengekspor beras. Selain itu, stok
dan harga beras juga relatif stabil. Dengan keberhasilan dalam menjalankan fungsi pokok tersebut,
petani beras masih dapat menikmati keuntungan dari hasil produksinya sementara rakyat Indonesia
selaku konsumenyang sebagian besar makanan pokoknya adalah berastidak merasa dirugikan.
Namun belakangan ini fungsi Bulog mulai melenceng dan perannya bukan saja tidak lagi
dirasakan oleh rakyat, tetapi justru merugikan rakyat. Beberapa fakta yang dapat disebutkan antara
lain:

a) Perubahan bentuk hukum Bulog dari lembaga pemerintahan yang murni bersifat sosial
menjadi Perusahaan Umum (Perum), yang tentunya sebagai perusahaan ada target
keuntungan yang harus dicapai.
b) Terjadinya berbagai kasus korupsi dan penyalahgunaan fungsi Bulog yang dilakukan oleh
oknum pejabat tinggi di Bulog, termasuk oleh para mantan Ketua Bulog (kasus Beddu
Amang, Rahardi Ramelan, dan Widjarnako Puspoyo) yang kasusnya telah dan sedang di
gelar di pengadilan.
c) Fungsi Bulog mulai bergeser dari fungsi awalnya sebagai pengendali stok dan harga beras,
padahal masalah beras berkaitan dengan kehidupan para petani dan konsumen yang
sebagian besar tergolong penduduk berpenghasilan menengah ke bawah. Bulog kini lebih
berorientasi mencari keuntungan, misalnya dengan mengimpor daging mahal dari luar
negeri yang sebenarnya daging tersebut lebih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat
golongan kaya.
Akibatnya sudah dapat dirasakan saat ini. Oknum pejabat tertentu dan kroninya kaya raya
dari hasil korupsi, sementara negara kita kembali menjadi pengimpor beras terbesar. Ketahanan
pangan juga menjadi rentan karena petani tidak lagi bergairah untuk memproduksi padi akibat ulah
oknum pejabat Bulog yang sering kali menolak untuk membeli gabah petani. Kalaupun Bulog
bersedia membeli gabah petani, Bulog membelinya dengan harga yang tidak lagi menguntungkan
para petani. Maka tidak heran bila saat ini harga beras terus bergerak naik tak terkendali sehingga
sebagian besar rakyat tidak mampu lagi membeli beras.
PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS
a) Apakah awal pembentukan Bulog merupakan salah satu wujud implementasi system ekonomi
Pancasila?
Berdasarkan kasus Bulog, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa pelanggaran etika bisnis
yang tidak sesuai dengan implementasi Pancasila. Berikut adalah penjabarannya:
1. Implementasi sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada beberapa kasus yang terjadi di Bulog seperti kasus korupsi, hal tersebut tentu
bertentangan dengan ajaran semua agama yang mempunyai ajaran moral yang bersumber
dari kitab suci masing-masing.Tidak ada ajaran agama yang memperbolehkan umatnya
untuk melakukan korupsi, sehingga sila pertama Pancasila tidak diimplementasikan pada
praktik etika bisnis dan profesi Bulog.
2. Implementasi sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Implementasi sila kedua dalam etika bisnis dan profesi adalah suatu tindakan atau
perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi
manusia (HAM). Teori ini sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai
martabat yang sama. Dalam hal ini, Bulog telah melanggar implementasi dari sila kedua,
terbukti dengan kasus korupsi Subsidi Pangan Rakyat Miskin yang dilakukan oleh Akbar
Tandjung pada tahun 2004 silam.
3. Implementasi sila ketiga Persatuan Indonesia

Apabila Bulog terus melakukan pelanggaran etika dan tidak dapat memperbaiki
kinerjanya, hal tersebut tentu dapat menimbulkan perpecahan antara pejabat Bulog dengan
rakyat kecil.Maka implementasi sila ketiga dapat terwujud jika Bulog mengutamakan
kepentingan rakyat kecil.
4. Implementasi sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Dalam hidup bermasyarakat diperlukan landasan kepercayaan antara satu dengan lainnya,
dan untuk menanamkan kepercayaan tersebut diperlukan kejujuran dari semua anggota
kelompok. Bila tidak ada kejujuran sesama anggota kelompok, jangan harap ada
kepercayaan di antara anggota kelompok tersebut, bila tidak ada kepercayaan, maka
kelompok masyarakat tidak akan dapat terbentuk. Maka dari itu Bulog dalam menjalankan
tugasnya, diwajibkan penuh rasa tanggung jawab dan kejujuran. Untuk mendapatkan
kepercayaan dari rakyat Bulog harus bekerja secara bersih tanpa ada korupsi dan
pelanggaran yang lain.
5. Implementasi sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Implementasi sila kelima yaitu suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat
bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat.Meskipun beberapa pelanggaran kasus Bulog
membawa ketidak adilan bagi sebagian rakyat kecil, namun sejauh ini Bulog juga
memberikan manfaat bagi rakyat secara keseluruhan.Hal ini tercermin dari tugas Bulog
dalam penyaluran raskin di seluruh daerah di Indonesia.
b) Mengapa peran Bulog saat ini tidak lagi dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar rakyat
Indonesia jika dikaitkan dengan berbagai konsep system ekonomi, konsep kesadaran, dan
konsep etika?
Berdasarkan Visi dan Misi Bulog mendasari fungsi Bulog sebagai perusahaan Umum
yang mengemban tugas sebagai pengendali ketahanan pangan nasional yang
berkelanjutan.Namun pada kenyataannya, Bulog tidak menjalankan fungsinya sesuai dengan
visi dan misi yang ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan Bulog tidak menjalankan etika bisnis
dan profesi sesuai fungsinya, berikut contoh kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
Bulog :
1) Korupsi Impor Sapi Fiktif
Kasus yang terjadi pada tahun 2001 tersebut, menyeret Direktur Utama Perum Bulog
yaitu Widjanarko sebagai tersangka.Handy (2009) menjelaskan, dalam pengadaan 3.000
ekor sapi, Bulog menunjuk tiga perusahaan rekanan. Masing-masing PT Karyana Gita
Utama, PT Surya Bumi Manunggal dan PT Lintas Nusa Pratama. Dari tiga perusahaan itu
hanya PT Karyana Gita Utama yang bisa menepati kontrak, yakni mendatangkan 1.000
ekor sapi sebelum Lebaran pada tahun 2001.
Sedangkan dua perusahaan lainnya terbukti gagal atau wanprestasi.Dari situlah,
Widjanarko kemudian diseret dalam kasus impor sapi fiktif. Sejumlah dokumen
menunjukkan pada 28 November 2001, Kepala Sub Unit Keuangan Bulog Setiabudi
Hidayat dan Kasubdit Verifikasi Bulog Muchlis berkirim surat ke Bank Bukopin tempat

menyimpan uang Bulog, untuk membatalkan transaksi senilai Rp 11 miliar lebih kepada
PT Surya Bumi Manunggal dan PT Lintas Nusa Pratama karena kedua rekanan Bulog itu
ternyata tidak memenuhi persyaratan kontrak kerja sama.
Namun, dua hari kemudian tepatnya tanggal 30 November 2001, Widjanarko selaku
pucuk pimpinan Bulog menganulir surat tersebut. Widjanarko pun meminta Bank Bukopin
segera mencairkan dana pengelolaan sapi potong kepada PT Surya Bumi Manunggal dan
PT Lintas Nusa Pratama.
2) Korupsi Subsidi Pangan Rakyat Miskin
Kasus ini terjadi pada tahun 1999. Menurut Majalah Trust (2004), Akbar Tandjung
merupakan ketua umum DPP Partai Golkar yang dipercaya untuk menyalurkan subsidi
pangan rakyat miskin di Jawa Timur dan Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena pada masa
itu terjadi kemarau panjang dan sejumlah orang kekurangan pangan.
Sebagai penyalur subsidi, ditunjuklah Yayasan Raudlatul Jannah yang terletak di
bilangan Jakarta Barat. Penyidikan kemudian menyimpulkan bahwa daerah-daerah yang
dikatakan oleh Akbar dibantu dengan dana Bulog itu ternyata tak pernah menerima apa
pun. Hal ini diperkuat oleh keterangan Winfred, kontraktor penyalur sembako tersebut.
3) Keterlambatan Penyaluran Raskin
Barak Banten (2011) mengatakan bahwa, Harga kebutuhan pokok menjelang Hari
Raya Idul Fitri sangat menyulitkan ekonomi Keluarga Miskin (Gakin) disebagian wilayah
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, namun tak membuat pemangku otoritas bergeming.
Gambaran ketidakpedulian tersebut, terlihat dari lambannya Perum Bulog Divre
Jawa Barat mengalokasikan beras untuk rakyat miskin (Raskin) kepada masyarakat
penerima manfaat.Untuk bulan Agustus lalu, masyarakat miskin di Desa Gobang
seharusnya sudah menerima alokasi beras Raskin sekitar delapan ton. Sementara di
Ciampea sekitar 7,5 ton untuk Agustus.
Seharusnya pada pertengahan bulan Agustus sudah disalurkan.bahkan seharusnya
diberikan untuk dua bulan (Agustus dan September). Tapi untuk Agustus pun belum
disalurkan. Keterlambatan penyaluran beras Raskin, adalah buntut dari penutupan gudang
Subdivre Bulog Dramaga sejak beberapa bulan lalu akibat kasus internal Bulog.
c) Apakah keberadaan Bulog saat ini masih diperlukan?
Menjadi pertanyaan kini, apakah keberadaan Bulog masih harus dipertahankan, jika
tidak ada lagi pilar-pilar penopangnya. Pengamat ekonomi Didik J Rachbini menyatakan
dengan tegas, Bulog masih dibutuhkan.Hanya saja, harus dilakukan perubahan paradigma
terhadap lembaga itu.
Jika pada masa lalu Bulog menapakkan kakinya di dua tempat, yaitu sebagai regulator
sekaligus pedagang, maka di masa mendatang, Bulog seyogyanya hanya sebagai regulator,
yaitu menjadi semacam lembaga otoritas pangan nasional (national food authority), khususnya
untuk beras sebagai komoditi pangan pokok."Kalau komoditi lain pelan-pelan dilepas ke
pasar," kata Didik.

Hal yang sama disampaikan oleh mantan Menteri Negara Urusan Pangan (Menpangan)
AM Saefuddin. Sesuai UU No 7/1997 pasal 3 ayat c yang mewajibkan terwujudnya tingkat
kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat."Untuk itu, Pemerintah harus lakukan stabilisasi harga, dan itu fungsinya Bulog,"
katanya.
Selain itu, dalam UU yang sama pasal 45 juga ditegaskan adanya kewajiban Pemerintah
bersama masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sementara pasal 46 menyebutkan,
dalam mewujudkan ketahanan pangan, Pemerintah menyelenggarakan, membina, atau
mengkoordinasikan segala upaya untuk mewujudkan cadangan pangan nasional.Mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi gejala kekurangan pangan,
keadaan darurat, dan atau spekulasi atau manipulasi dalam pengadaan dan peredaran pangan.
Sementara pasal 47 dengan tegas menyatakan, cadangan pangan nasional bukan hanya
pada masyarakat, tetapi juga di tangan Pemerintah. "Kalau Bulog dibubarkan, siapa yang akan
menjalankan amanat UU itu?," kata AM Saefuddin.
Seperti di negara-negara lain, tugas utama dari national food authority, menurut Didik,
adalah menentukan dan menjaga berlakunya harga dasar, menyerap produksi yang tidak
terserap pasar saat panen, dan menyalurkannya pada musim paceklik. Untuk menjalankan
fungsi itu, Bulog harus punya instrumen-instrumen pendukung.
"Tidak bisa kalau instrumennya hanya tarif, seperti yang diminta Dana Moneter
Internasional (IMF) melalui Bappenas.Beras adalah komoditas yang sangat penting, bahkan
menjadi komoditas politik, harus tetap ada yang menjadi lembaga pengendali," ujar Didik.
Sebagai regulator, Bulog harus dilengkapi instrumen yang bersifat legal, yaitu
kewenangan menetapkan harga dasar dan tarif impor.Kedua, tersedianya anggaran yang cukup,
tidak hanya tergantung pada kredit komersial murni seperti saat ini.Selain itu, adanya
instrumen yang sampai ke daerah-daerah seperti KUD, gudang dan aparat yang berada di
tingkat pelaksanaan di daerah-daerah.
Kesungguhan APBN menyediakan anggaran untuk operasi Bulog adalah hal yang tidak
bisa ditawar. Sebab, jika hanya tergantung pada kredit perbankan dengan bunga komersial,
Bulog akan terpuruk dan tidak akan sanggup mengamankan harga. "Beras adalah komoditas
yang untungnya sangat kecil," ungkap Didik.
Kepastian adanya anggaran yang dialokasikan untuk menjaga harga dasar adalah mutlak. AM
Saefuddin berpendapat, itu konsekuensi dari kebijakan melakukan stabilisasi harga."Dan, anggaran
itu bisa diambil dari tarif impor yang diperoleh dari beras, gula, dan sebagainya.Atau dari sumbersumber lain, namun, yang jelas harus ada kepastian alokasi anggaran bagi Bulog untuk membayar
bunga pinjaman bank," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai