I. PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi tanaman. Di dalam tubuh
tumbuhan, air berfungsi sebagai pelarut dan juga merupakan penyusun utama tubuh
tanaman seperti sitoplasma. Jumlah air yang terkandung dalam tubuh tanaman
bergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak
mengandung air bila dibandingkan dengan tanaman perdu. Air yang terkandung
pada keseluruhan tubuh tanaman berkisar 5-95%. Kadar air untuk tiap-tiap bagian
tubuh tanaman juga berbeda-beda, seperti pada biji-bijian 5-10%, dan pada daun
tanaman sekitar 50-95%. Air yang dibutuhkan oleh tanaman diserap dari lingkungan
melalui akar (Tim fisiologi tumbuhan, 2012).
Air diserap masuk ke jaringan tanaman melalui proses difusi, osmosis dan
imbibisi. Kekurangan air bagi tumbuhan tidaklah sama. Hal ini tergantung kepada
ketahanan pada masing-masing tanaman terhadap kekeringan, yang dipengaruhi
oleh sifat-sifat fisiologi, anatomi dan morfologi tanaman tersebut (Dwijoseputro,
1985). Bila persedian air dalam tanah sedikit maka tumbuhan akan menyerap air
sedikit pula, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jika persediaan air
tanah makin kurang maka tumbuhan tersebut akan mengalami kelayuan. Air
merupakan faktor utama pertahanan tumbuhan (Bidwell, 1979).
Fungsi lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi perbesaran
sel dan pertumbuhan, serta membentuk tanaman herba. Turgor penting dalam
membuka dan menutupnya stomata. Kekurangan air dalam jumlah yang besar
menyebabkan kurangnya tekanan turgor pada atau dalam tumbuhan vegetatif
(Kramer, 1972).
Akar mempunyai bagian tertentu yang merupakan daerah penyerapan. Air
dari tanah masuk ke xilem akar melalui dua jalur. Bila air masuk melalui dinding sel
atau ruang antar sel, dikatakan air menempuh jalur apoplas. Apoplas diartikan
sebagai bagian mati dari tumbuhan. Jalur itu ditempuh dari jaringan epidermis ke
korteks. Di bagian dalam korteks terdapat jaringan endodermis yang mempunyai pita
caspary yang tak permeable terhadapat air pada dindingnya, sehingga air harus
atau
BB
Berat Kering (BK) = BB-BK X 100 %
BK
2.3.2 Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan
Potongan daun dibuat dengan menggunakan cork borer sebanyak 10 buah dari
tanaman yang tanahnya dalam keadaan kapasitas lapang dan 10 buah lagi
tanaman yang tanahnya agak kering (beberapa hari tidak disiram). Berat masingmasing potongan daun ditimbang dan dicatat beratnya (Berat segar). Potonganpotongan
daun
kemudian
dimasukkan
ke
dalam
petridish
dan
diisi
= BS- BK X 100%
BT- BK
X 100%
BT-BK
WD = water defisisit dari daun.
2.4 Pengamatan dan Analisa data
2.4.1 Pengamatan
2.4.1.1 Pengukuran kadar Air Jaringan Tumbuhan
Pengamatan pada percobaan pengukuran kadar air jaringan tumbuhan ini yang
diamati yaitu kadar air yang hilang dari daun dan ranting dari tumbuhan Melastoma
malabatrichum.
2.4.1.2 Pengukuran Turgiditas Relatif
Dalam pengukuran Turgiditas Relatif ini diamati mana yang lebih besar Turgiditas
Relatif pada tanah yang basah daripada pada tanah yang kering dan juga diamati
mana yang leih besar water defisit pada tanah yang basah atau pada tanah yang
kering.
2.4.2 Analisa data
Analisa data yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Percobaan a. Data-data yang diperoleh dari tabel percobaan a
Percobaan b. Data-data yang diperoleh dari tabel percobaan b
Perlakuan
Daun 1
Daun 2
Daun 3
Ranting 1
Ranting 2
Ranting 3
BB (g)
10
10
10
10
10
10
BK (g)
3,06
3,00
3,11
2,61
2,48
2,62
% BB
69,4 %
70 %
68,9 %
73,9 %
75,2 %
73,8 %
Perlakuan
Daun 1
Daun 2
Daun 3
Ranting 1
Ranting 2
Ranting 3
BB (g)
10
10
10
10
10
10
BK (g)
3,52
3,23
3,32
4,13
4,35
3,90
% BB
67,5 %
67,7 %
66,8 %
58,7 %
56,5 %
61 %
Tabel percobaan b
Zea mays
No
1.
2.
Perlakuan
Basah
Kering
BS (g)
0,02
0,02
BT (g)
0,03
0,03
BK (g)
0,0041
0,0032
TR
61 %
62 %
BS (g)
0,04
0,03
BT (g)
0,06
0,04
BK (g)
0,0066
0,0081
TR
62,45 %
68,65 %
WD
39 %
37 %
Daun Peceolus
No
1.
2.
Perlakuan
Basah
Kering
WD
37,47%
31,47 %
TR = BS BK X 100%
BT BK
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengukuran kadar air jaringan tumbuhan
Dari tabel dapat dilihat bahwa kadar air untuk tiap-tiap jenis tanaman berbeda-beda.
Kadar air pada daun Melastoma malabathricum rata-rata mencapai 69% sedangkan
kadar air pada daun Ficus benjamina rata-rata mencapai 67% selama 48 jam. Kadar
air pada ranting Melastoma malabathricum rata-rata mencapai 74% sedangkan
kadar air pada ranting Ficus benjamina rata-rata mencapai 58%. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dwidjoseputro (1985) yang menyatakan bahwa kadar air dari
berbagai macam tanaman berbeda dimana tanaman herbacius lebih banyak
mengandung air dari tanaman lignosus.
Jumlah air yang terkandung dalam tubuh tanaman bergantung pada jenis
tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak mengandung air bila
dibandingkan dengan tanaman perdu. Air yang terkandung pada keseluruhan tubuh
tanaman berkisar 5-95%. Kadar air untuk tiap-tiap bagian tubuh tanaman juga
berbeda-beda, seperti pada biji-bijian 5-10%, dan pada daun tanaman sekitar 5095%. Air yang dibutuhkan oleh tanaman diserap dari lingkungan melalui akar (Tim
fisiologi tumbuhan, 2012).
3.2.2 Pengukuran turgiditas relatif jaringan tumbuhan
Dari tabel dapat dilihat bahwa turgiditas relatif tanaman Zea mays pada tanah yang
basah hampir sama besar dengan turgiditas tanaman pada tanah kering (tanaman
yang tidak disiram selama 3hari) yaitu 61% dan 62%. Sedangkan turgiditas relatif
Paceolus pada tanah yang basah cukup jauh berbeda dengan turgiditas pada tanah
kering yaitu 62,45% dan 68,65%. Water defisit pada tanaman Zea mays lebih besar
pada tanaman yang tanahnya basah daripada tanah yang kering yaitu 39% dan
37%. Sedangkan water defisit pada tanaman Paceolus lebih besar pada tanaman
yang tanahnya basah daripada tanah yang kering yaitu 37,47% dan 31,47%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kramer (1972) bahwa turgiditas relative
berbanding terbalik dengan deficit air karena tanaman yang mengalami defisit air
stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga
mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan
menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur
hara dari tanah ke tanaman, karena traspirasi pada dasarnya memfasilitasi laju
aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke
dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air. Lebih lanjut Ritche (1980)
menyatakan bahwa proses yang
pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka
terhadap defisit air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas
dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan
tanaman lebih kecil.
Dalam hal hubungan tanah dengan air, ada beberapa hal yang penting antara
lain yaitu kapasitas lapang dan laju atau titik laju permanen. Kapasitas lapang
merupakan kadar air tanah apabila hujan tidak lagi mengalir ke bawah atau daya
absorbsinya seimbang dengan daya tarik bumi. Kapasitas lapang ini berbeda
menurut jenis tanah, tanah pasir kapasitas lapangnya 3%, sedangkan pada tanah
liat kapasitas lapangnya adalah 40% (Dermawan dan Baharsyah,1983).
1.
Kadar air pada daun dan ranting Melastoma malabathricum lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Ritche, J. T. 1980. Climate and soil water, In Moving up the yield curve. Advace and
obstacle, Spec. Publ. No. 39. p: 123.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB.
Tim Fisiologi Tumbuhan. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Padang:
Universitas Andalas.