Anda di halaman 1dari 4

MALIN KUNDANG

(ADEGAN 1 Rumah Ibu Malin)


Narator: Di suatu desa hiduplah anak laki-laki bersama dengan ibu dan adiknya. Hidupnya
sengsara dan miskin. Anak itu bernama Malin. Malin dan Ruli sangat disayangi ibunya
karena sejak kecil, mereka sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Ketika Malin sudah tumbuh
dewasa, ia mulai berpikir untuk merubah kehidupan ekonomi keluarganya.
Malin: Ibu berapa lama kita akan bertahan dalam kondisi yang seperti ini? Malin ingin
mengubah nasib keluarga kita.
Ibu:

Entahlah nak, kita harus bersabar dan terus berdoa kepada Tuhan.

Malin: Ibu biarkan malin pergi untuk memperbaiki nasib keluarga kita. Aku bertemu seorang
saudagar kaya di pasar, ia menawariku pekerjaan.
Ibu:

Apakah kau menerima tawaran itu nak?

Malin: Iya bu aku langsung menerimanya.


Narator: Ibu Malin tidak bisa melarang apa yang diinginkan Malin karena Malin sudah
bertekad. Walaupun dengan berat hati, ibu malin merelakan anaknya pergi merantau.
Ibu:

Baiklah jika itu memang keinginanmu. Tapi kamu harus pegang janjimu untuk
kembali kesini. (Malin mengangguk)

(ADEGAN 2 Ladang Pertanian)


Narator: Malin pun pergi menemui Ruli adiknya diladang pertanian untuk meminta Ruli
menjaga ibu mereka selama dia merantau.
Malin: Ruli besok aku akan pergi merantau.
Ruli:

Apa? (terkejut). Jika kamu pergi bagaimana dengan ibu? Apakah ia mengizinkanmu
pergi?

Malin: Ibu sudah menyetujui aku pergi. Karena itu, aku kesini untuk memintamu menjaga
ibu hingga aku kembali kesini.
Ruli:

baiklah kak. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa untuk kembali.

Malin: Iya.
(ADEGAN 3 Pelabuhan)
Narator: Keesokan harinya Ibu dan Ruli mengantarkan Malin ke pelabuhan.
Ibu:

Jaga dirimu baik-baik nak. Cepatlah pulang.

Malin: ya bu. Doakan malin supaya Malin mendapatkan rejeki yang banyak.

Ibu dan Ruli: hati-hati dijalan.


(ADEGAN 4 Kapal)
Narator: Malin pun memulai perantauannya. Ia pergi berlayar bersama saudagar kaya.
Saudagar itu memberikan Malin pekerjaan sebagai karyawan. Saudagar tersebut
mempunyai seorang putri bernama Risa. Ketika Malin melihatnya ia langsung jatuh
hati.
(ADEGAN 5 Rumah Ibu Malin)
Narator: Dikampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah dan khawatir dengan anaknya.
Beliau takut kalau malin tidak pulang kembali ke kampung halamannya. Ia
mencurahkan kelu kesahnya pada Ruli dan Putri sahabat Malin.
Ibu:

Putri Ibu rindu dengan Malin. Kapan kira-kira Malin akan pulang? Ibu khawatir
dengan keadaan Malin.

Putri: Jangan takut Bu. Malin pasti baik-baik saja disana.


Ruli:

Iya bu. Kak Malin pasti kembali ia telah berjanji pada kita.

(ADEGAN 6 Ruangan Saudagar Kaya)


Narator: Semakin hari, Malin semakin gigh dalam bekerja. Sehingga pada suatu hari,
Saudagar memanggil Malin.
Pengawal: Malin kamu dipanggil tuan di ruangannya. Ayo cepat ke sana.
Malin: (Mengetuk pintu ruangan saudagar kaya)
Saudagar: Masuk
Malin: Apakah anda memanggil saya?
Saudagar: Ya.. Selamat Malin! Jabatanmu akan saya naikkan! (tersenyum). Semoga kamu
senang dengan jabatan barumu. Kamu bisa melihat ruangan barumu.
Malin: Terimakasih Tuan. (menundukkan kepala dan meninggalkan ruangan saudagar kaya)
(ADEGAN 7 Ruangan Malin)
Narator: Malin merasa sangat senang. Ia duduk dikursi barunya dengan kaki terlipat dan
tersenyum bangga.
Malin: Akhirnya sekarang aku bisa menjadi kaya raya. Aku bisa membeli apa saja yang aku
inginkan.

(ADEGAN 8 Rumah Malin)


Narator: Berkat kerja keras Malin ia pun menjadi seorang yang kaya raya bahkan dapat
membeli kapal. Sesuai dengan keinginannya ia pun menikahi Risa.
Risa: (duduk disamping kursi Malin). Malin.. aku bosan sekali. Bagaimana kalau kita pergi
berlibur?
Malin: Baiklah Risa. Bagaimana kalau kita berlibur ke Pulau Dua Bebek?
Risa: Wah itu pulau yang sangat bagus. Baiklah besok kita kesana yah. (Malin
mengangguk)
(ADEGAN 9 Kampung Halaman Malin)
Narator: Sesuai dengan janji malin, mereka pun berlayar menuju pulau Dua Bebek. Mereka
singgah di kampung halaman Malin untuk mengisi bekal persediaan. Malin tidak
menemui ibunya. Ia hanya berkeliling disekitar dermaga saja. Ketika itu, Putri
sahabatnya, melihat Malin dan Istrinya- Risa.
Putri: Malin? Apakah dia benar Malin? Ya itu pasti Malin. Aku harus memberitahukan ibu
Malin.
(ADEGAN 10 Rumah Ibu Malin)
Narator: Putri berlari menuju rumah Ibu Malin.
Putri: Ruli ibu
Ruli:

Putri ada apa?

Putri: Mana ibu? Aku melihat Malin di dermaga. Ia sudah kembali. Malin sudah menjadi
orang yang kaya.
Ruli:

Apa? Bu ibu... kak Malin sudah pulang.

Ibu:

(ibu keluar dan terkejut) Hah? Benarkah? Apa itu benar-benar malin?

Putri: Iya bu itu Malin. Ayo kita ke dermaga sekarang.


(ADEGAN 11 Dermaga)
Narator: Ibu Malin melihat Malin sedang berjalan di sekitar dermaga.
Ibu:

Malin Malin anakku!!!

Ruli:

Kak Malin!! (Melambaikan tangan sambil berjalan)

Risa: Malin siapa mereka? Apakah kau mengenalnya? Dia berteriak memanggilmu.
Malin: Aku tak mengenalnya.
Putri: Malin ini ibumu.

Risa: Benarkah Malin ini adalah ibumu? (menatap ibu Malin dengan jijik)
Malin: Bukan dia bukan ibuku. Ibuku tidak seperti dia.
Ruli:

Kak Malin! Apa kau sudah lupa dengan kami?

Ibu:

Malin ini ibu nak. Kenapa kau tidak mengenal ibu? Siapa gadis cantik ini?
(memegang tangan Risa)

Risa: (memukul tangan ibu Malin) Heh! Jangan sentuh aku tanganmu itu kotor.
Malin: Jangan sentuh dia! Penjaga usir mereka!
Pengawal: Baik tuan. Ayo sana pergi!
Narator: Penjaga lalu mendorong mereka bertiga dengan kasar.
Pengawal: kenapa kalian keras kepala! Ayo cepat pergi dari sini! (mendorong mereka)
Ruli:

Kak Malin kau tak perlu sekasar ini. Ibu sudah lama menantimu. Kau sudah berjanji
untuk kembali. Mana janjimu?

Malin: Janji apa? Aku tidak pernah berjanji kepada ibu tua ini. Jangan mengaku-ngaku kamu
sebagai ibuku.
Ibu:

Malin anakku. Ibu sangat sedih kau berkata seperti ini. Ini aku ibumu nak. Aku yang
melahirkanmu.

Malin: Apa? Aku tak sudi menjadi anakmu. Aku tidak sudi dilahirkan oleh ibu tua sepertimu.
Risa: kau dengar? Kalian jangan membual. Kalau kalian ingin uang, ambil ini (meleparkan
uang kewajah ibu Malin)
Pengawal: Ayo ambil uangnya dan pergi dari sini sebelum tuan marah besar! (mendorong ibu
malin)
Ibu:

Malin! Kau sudah keterlaluan! Ibu sangat kecewa padamu. Kau anak yang durhaka.
Mulai hari ini ibu tidak mempunyai anak yang bernama Malin.

Malin: Memang begitu seharusnya. Lagi pula aku tidak merasa kau ibuku. Pergi dari
hadapanku!
Ibu:

Malin! Anak durhaka sepertimu tak pantas menjadi manusia. Ibu sangat kecewa
Malin, semoga kau menjadi Batu! Ku kutuk kau menjadi Batu!

Malin: hahaha aku tak percaya kutukanmu. Aku kita kembali berlayar.
Pengawal: Baik tuan. Kapal siap berangkat sekarang.
Narator: Kapal Malin pun berlayar. Belum jauh dari dermaga, awan menjadi gelap gulita.
Suara petir bergemuruh. Malin dan Risa menjadi ketakutan. Seketika petir membelah
kapal tersebut dan membuat Malin berubah menjadi Batu dalam sekejap. Seluruh
pasang mata tercengang dengan peristiwa tersebut. Itulah hukuman yang harus
diterima bagi anak yang durhaka terhadap ibunya.

Anda mungkin juga menyukai