Malin Kundang
Malin Kundang
Entahlah nak, kita harus bersabar dan terus berdoa kepada Tuhan.
Malin: Ibu biarkan malin pergi untuk memperbaiki nasib keluarga kita. Aku bertemu seorang
saudagar kaya di pasar, ia menawariku pekerjaan.
Ibu:
Baiklah jika itu memang keinginanmu. Tapi kamu harus pegang janjimu untuk
kembali kesini. (Malin mengangguk)
Apa? (terkejut). Jika kamu pergi bagaimana dengan ibu? Apakah ia mengizinkanmu
pergi?
Malin: Ibu sudah menyetujui aku pergi. Karena itu, aku kesini untuk memintamu menjaga
ibu hingga aku kembali kesini.
Ruli:
baiklah kak. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa untuk kembali.
Malin: Iya.
(ADEGAN 3 Pelabuhan)
Narator: Keesokan harinya Ibu dan Ruli mengantarkan Malin ke pelabuhan.
Ibu:
Malin: ya bu. Doakan malin supaya Malin mendapatkan rejeki yang banyak.
Putri Ibu rindu dengan Malin. Kapan kira-kira Malin akan pulang? Ibu khawatir
dengan keadaan Malin.
Iya bu. Kak Malin pasti kembali ia telah berjanji pada kita.
Putri: Mana ibu? Aku melihat Malin di dermaga. Ia sudah kembali. Malin sudah menjadi
orang yang kaya.
Ruli:
Ibu:
(ibu keluar dan terkejut) Hah? Benarkah? Apa itu benar-benar malin?
Ruli:
Risa: Malin siapa mereka? Apakah kau mengenalnya? Dia berteriak memanggilmu.
Malin: Aku tak mengenalnya.
Putri: Malin ini ibumu.
Risa: Benarkah Malin ini adalah ibumu? (menatap ibu Malin dengan jijik)
Malin: Bukan dia bukan ibuku. Ibuku tidak seperti dia.
Ruli:
Ibu:
Malin ini ibu nak. Kenapa kau tidak mengenal ibu? Siapa gadis cantik ini?
(memegang tangan Risa)
Risa: (memukul tangan ibu Malin) Heh! Jangan sentuh aku tanganmu itu kotor.
Malin: Jangan sentuh dia! Penjaga usir mereka!
Pengawal: Baik tuan. Ayo sana pergi!
Narator: Penjaga lalu mendorong mereka bertiga dengan kasar.
Pengawal: kenapa kalian keras kepala! Ayo cepat pergi dari sini! (mendorong mereka)
Ruli:
Kak Malin kau tak perlu sekasar ini. Ibu sudah lama menantimu. Kau sudah berjanji
untuk kembali. Mana janjimu?
Malin: Janji apa? Aku tidak pernah berjanji kepada ibu tua ini. Jangan mengaku-ngaku kamu
sebagai ibuku.
Ibu:
Malin anakku. Ibu sangat sedih kau berkata seperti ini. Ini aku ibumu nak. Aku yang
melahirkanmu.
Malin: Apa? Aku tak sudi menjadi anakmu. Aku tidak sudi dilahirkan oleh ibu tua sepertimu.
Risa: kau dengar? Kalian jangan membual. Kalau kalian ingin uang, ambil ini (meleparkan
uang kewajah ibu Malin)
Pengawal: Ayo ambil uangnya dan pergi dari sini sebelum tuan marah besar! (mendorong ibu
malin)
Ibu:
Malin! Kau sudah keterlaluan! Ibu sangat kecewa padamu. Kau anak yang durhaka.
Mulai hari ini ibu tidak mempunyai anak yang bernama Malin.
Malin: Memang begitu seharusnya. Lagi pula aku tidak merasa kau ibuku. Pergi dari
hadapanku!
Ibu:
Malin! Anak durhaka sepertimu tak pantas menjadi manusia. Ibu sangat kecewa
Malin, semoga kau menjadi Batu! Ku kutuk kau menjadi Batu!
Malin: hahaha aku tak percaya kutukanmu. Aku kita kembali berlayar.
Pengawal: Baik tuan. Kapal siap berangkat sekarang.
Narator: Kapal Malin pun berlayar. Belum jauh dari dermaga, awan menjadi gelap gulita.
Suara petir bergemuruh. Malin dan Risa menjadi ketakutan. Seketika petir membelah
kapal tersebut dan membuat Malin berubah menjadi Batu dalam sekejap. Seluruh
pasang mata tercengang dengan peristiwa tersebut. Itulah hukuman yang harus
diterima bagi anak yang durhaka terhadap ibunya.