Lapkas Bedah Ika
Lapkas Bedah Ika
PENDAHULUAN
Sembilan puluh lima persen dari kanker lambung adalah adenokarsinoma. Manajemen
kanker lambung telah banyak mengalami perubahan, terutama dengan adanya skrining
individual dengan endoskopi seperti yang dilakukan di Jepang, Korea, dan China, sehingga
kanker ini dijumpai pada stadium dini. Pembedahan invasif minimal dengan endoskopi dan
laparoskopi telah banyak dilakukan pada negara-negara tersebut di atas. Mukosektomi
endoskopik merupakan manajemen kanker lambung stadium dini, terutama jika kanker
lambung hanya mengenai lapisan mukosa dan submukosa saja. Laparoskopi juga penting
untuk melakukan evaluasi resektabilitas kanker lambung.1
Penggunaan modalitas kemo-radioterapi, juga terbukti meningkatkan DFS (Diesease
Free Survival) dan OS (Overall Survival) penderita kanker lambung, demikian juga teknik
pembedahan yang baik akan meningkatkan survival penderita kanker lambung. Survival yang
meningkat juga disebabkan adanya skrining endoskopi yang menemukan kanker lambung
dalam stadium dini yang banyak dilakukan di negara di mana insiden kanker lambung tinggi
seperti di Jepang, Korea, dan China. Demikian juga teknik bedah yang semakin baik seperti
melakukan diseksi KGB sesuai dengan lokasi tumor primer yang terus mengalami
modifikasi.1
Secara epidemiologis, kanker lambung merupakan kanker ke 14 tersering di AS, dan
merupakan penyebab kematian no. 8 akibat kanker di AS. Adapun yang merupakan faktor
resiko adalah makanan yang bergaram, panggang, siap saji, dan kurang mengkonsumsi sayur
dan buah segar. Infeksi Helicobacter pylori juga dikatakan sebagai faktor resiko. Insiden yang
tinggi dari infeksi H. pylori berhubungan dengan insiden yang meningkat dari kanker
lambung. Infeksi H. pylori sebagai faktor resiko berhubungan dengan kanker lambung bagian
distal. Hal ini menunjukkan bahwa kanker lambung bagian proximal (korpus dan kardia)
mempunyai patofisiologi yang berbeda.1
Ada beberapa pandangan menarik mengenai frekuensi dan lokalisasi karsinoma
lambung yang berubah-ubah dalam sejarah. Pernah ada pendapat sekitar tahun 1920 dan 1930
bahwa di sekitar daerah tropik tidak terdapat ulkus peptik dan kanker. Pendapat ini kemudian
dibantah oleh penyelidikan-penyelidikan Snijders dan Straub (1921) di Deli. Sekaligus ada 2
hal yang disimpulkan yaitu : pertama, bahwa cukup banyak tumor terdapat di daerah tropik.
Cuma predileksi dan lokaliasi berbeda; kedua, bahwa pada suku Jawa tidak ada ulkus dan
kanker lambung. Penelitian Bonne di Ujung Pandang menemukan dari 3000 kasus hanya
1
terdapat 1 kanker lambung pada seorang Bugis.1 Hal tersebut sekarang berbeda, terdapat
lebih banyak ulkus dan kanker pada suku Bugis dan Toraja. Kini pada suku Jawa pun cukup
banyak ditemukan ulkus dan kanker lambung. Meskipun demikian, frekuensi kanker lambung
termasuk kecil bila dibandingkan dengan banga-bangsa lainnya antara lain Jepang dan Chili.2
Sebagian besar patologi dari kanker lambung adalah adenokarsinoma yang berasal
dari epitel kelenjar muksin dan bukan dari epitel yang menghasilkan asam lambung.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Embriologi Gaster
Terdapat hubungan erat antara lambung, duodenum, pancreas, hati, saluran empedu dan
limpa karena pada masa embrio alat tersebut bersama-sama terletak di dalam
mesoperitoneum. Akibat proses pemanjangan pada tumbuh kembang usus-depan, terjadi
pemutaran lambung terhadap alat lain. Akhirnya, hubungan anatomi alat cerna berubah
sedemikan rupa sehingga pancreas terletak retroperitoneal, sedangkan hati, lambung dan
limpa terletak intraperitoneal.3
B.
kapasitasnya bisa >3000 mL. Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan dan mengatur makanan masuk duodenum dalam ukuran sedikit dan teratur. Enzim
proteolitik pepsin akan memulai proses pencernaan dan asam lambung yang berfungsi
antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol dan glukosa dapat diabsorbsi pada
lambung. Struktur anatomi lambung normal terdiri dari 5 regio yaitu: kardia, fundus, korpus,
antrum dan pilorus. Kardia berada di sekitar muara esofagus. Fundus merupakan bagian
kranial yang melebar dan berbatas pada kubah diafragma sebelah kiri. Korpus terdapat di
antara fundus dan antrum. Pilorus merupakan daerah sfingter yang menebal disebelah distal
untuk membentuk muskulus sfingter pilorus guna mengatur pengosongan isi gaster melalui
ostium pylorikum ke dalam duodenum.4
Lambung tertutup oleh peritoneum kecuali pada lintasan pembuluh darah sepanjang
kurvatura lambung dan pada daerah kecil di sebelah dorsal ostium kardiakum. Kedua lembar
omentum minus meluas, mengelilingi lambung dan melepaskan diri pada kurvatura lambung
mayor sebagai omentum majus. Permukaan ventral lambung bersentuhan dengan diafragma,
lobus hepatis sinister dan dinding abdomen ventral.5
Secara mikroskopik lambung terdiri dari lapisan-lapisan mukosa, submukosa,
muskularis yang tebal dan serosa. Pada lambung terdapat dua sfingter, yaitu sfingter
gastroesofageal yang mencegah refluks isi lambung yang bersifat asam ke esofagus, dan
sfingter pilorus yang mengatur kecepatan pengosongan lambung dan mencegah refluks
empedu ke dalam lambung.4
Bagian dalam lambung terdapat rugae dan bila lambung terisi penuh maka permukaan
rugae menjadi datar. Epitel yang melapisi permukaan mukosa dan gastric pit adalah sel
permukaan foveolar yang berbentuk torak, mengekskresi musin, dengan inti di basal. Pada
bagian dasar gastric pit terdapat mucous neck cell, yang berisi sedikit musin dan merupakan
bakal sel permukaan dan sel kelenjar. Pada bagian ini sering ada mitosis. Sel permukaan
mukosa akan berganti setiap 2-6 hari.4
Jenis-jenis sel utama pada kelenjar lambung adalah:
-Sel Mukus, banyak pada kelenjar regio kardia, antrum serta mengekskresi lendir dan
pepsinogen II.
-Sel Parietal, terutama pada separuh bagian atas kelenjar regio fundus dan korpus.
Sitoplasma eosinofil oleh karena banyak mitokondria. Bagian apikal membran sel
menunjukkan invaginasi membentuk kanalikuler intraseluler dengan banyak
mikrovili.
-Sel Chief banyak ditemukan pada dasar kelenjar fundus dan korpus, mengekskresi
pepsinogen I dan II. Sitoplasma basofil, banyak granula sekretori pada apikal.
Stimulasi sel ini menyebabkan pepsinogen yang ada dalam granula dilepaskan dengan
cara eksositosis. Pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin oleh pH rendah dalam
lambung dan inaktivasi pada pH > 6 waktu masuk ke duodenum.
-Sel Endokrin atau enteroendokrin, tersebar di antara sel epitel fundus, korpus, dan
antrum, sitoplasma berbentuk segi 3 berisi granula eosinofil yang terkonsentrasi pada
bagian basal sel. Sel ini melepaskan produk dalam sirkulasi atau secara parakrin
melalui sekresi ke dalam jaringan lokal. Sel endokrin pada kelenjar antrum
menghasilkan gastrin.4
C.
Epidemiologi
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas.6
Tumor gaster banyak ditemukan pada orang tua (50-70 tahun), Perbandingan laki-laki :
wanita = 2:1. Pasien dengan umur muda (< 30 tahun) tumornya lebih agresif dengan
prognosis lebih buruk. Setelah tahun 1950, lokasi tumor berpindah dari yang awalnya banyak
ditemukan di antrum ke korpus dan fundus. Dan pada tahun 1976 mulai banyak ditemukan di
kardia dan esophagogastric junction. 50% tumor terletak di antrum (kurvatura minor), 30% di
corpus dan fundus, 25% di cardia, dan 5% mengenai seluruh organ. Diagnosa kanker
lambung dini sangat jarang (80% tidak ada keluhan/asimptomatik). Pada umumnya, penderita
didiagnosis sudah dalam stadium lanjut dan sulit disembuhkan.6
D.
Klasifikasi
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan bertangkai.
Pemeriksaan Gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan lokasinya terutama di
daerah antrum dan angulus. Setiap polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsi
untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa keluhan, sebaiknya dilakukan
pemantauan secara teratur. Jika terlihat adanya komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi.6
Adenoma Hiperplastik pada Gastritis atrofi kronis permukaan mukosa dan alveolar,
berubah menjadi hyperplasia. Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.6
2.
Adenoma Heterotropik
Anomali pancreas paling sering didapatkan.
Kira-kira 0,5% dari autopsy. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 22-55
tahun. Lokasi terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil
(diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis.6
Bruninoma
Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada pemeriksaan radiologis
didapatkan polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di daerah pilorus dan antrum.6
Tumor Jinak Non Epitel
Tumor jinak non epitel ini penting karena sering menimbulkan komplikasi berupa
ulserasi dan perdarahan.
1. Tumor Neurogenik.
Sering didapatkan Schwannoma yang tumbuh dalam submukosa dan menonjol ke
dalam lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa centimeter, dapat terjadi
ulcerasi dan perdarahan.6
2. Leiomioma.
Sering didapatkan pada pasien dewasa pada otopsi. Biasanya tunggal dengan diameter
2 cm di daerah antrum dan pilorus. Dapat menyebabkan hipertrofi pilorus stenosis.6
3. Fibroma.
Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti neurofibroma, miofibroma,
lipofibroma dan lain-lain. Fibroma ini lebih jarang ditemukan daripada schwannoma.
Gejala yang sering timbul adalah perdarahan dan rasa nyeri.6
4. Lipoma
Lipoma ini didapatkan pada autopsy lebih kurang 0,03%. Lipoma tumbuh di dalam
sub mukosa dengan keluhan rasa nyeri dan kadang-kadang ada perdarahan.6
B. Tumor Ganas
E.
Patologi
Letak karsinoma lambung di dalam lambung adalah sebagai berikut: pilorus dan
antrum, 50% hingga 60%, kardia 25%, serta sisanya di korpus dan fundus. Kurvatura minor
terkena pada sekitar 40% dan kurvatura minor terkena pada sekitar 40% dan kurvatura
mayor 12% kasus. Oleh karena itu, lokasi yang disukai adalah kurvatura minor regio
antropilorus. Walaupun lebih jarang, lesi ulseratif di kurvatura mayor lebih besar
kemungkinannya ganas.7
Karsinoma
lambung
diklasifikasikan
berdasarkan
kedalaman
invasi,
pola
pertumbuhan makroskopik, dan subtipe histologi. Gambaran morfologik yang paling besar
dampaknya pada prognosis klinis adalah kedalaman invasi. Karsinoma lambung dini
didefinisikan sebagai lesi yang terbatas di mukosa dan submukosa, tanpa memandang ada
tidaknya metastasis ke kelenjar getah bening perigastrik. Karsinoma lambung lanjut adalah
neoplasma yang telah meluas melewati submukosa ke dinding otot dan mungkin telah
tersebar luas. Displasia mukosa lambung adalah lesi prekrusor yang diperkirakan untuk
kanker lambung dini, yang pada akhirnya berubah menjadi lesi lanjut.7
Tiga pola pertumbuhan makroskopik karsinoma lambung, yang mungkin nyata pada
stadium dini dan lanjut adalah (1) eksofitik, dengan penonjolan massa tumor ke dalam lumen;
(2) rata atau cekung, tidak jelas massa tumor di dalam submukosa; dan (3) berlubang,
terdapat kawah erosif dalam atau dangkal pada dinding lambung.7
Terdapat banyak klasifikasi gambaran histologik kanker lambung, tetapi dua tipe yang
terpenting adalah tipe intestinal dan tipe difus. Varian intestinal terdiri atas sel ganas yang
membentuk kelenjar intestinal neoplastik mirip dengan yang terdapat pada adenokarsinoma
kolon. Varian difus terdiri atas sel mukosa tipe lambung yang umumnya tidak membentuk
kelenjar, tetapi menembus mukosa dan dinding sebagai sel signet ring yang tersebar atau
kelompok kecil pada pola pertumbuhan infiltratif.7
Apapun varian histologiknya, semua karsinoma lambung akhirnya menembus dinding
dan mengenai serosa, menyebar ke kelenjar getah bening regional dan jauh, serta
bermetastasis secara luas. Karena sebab yang belum diketahui, metastasis kelenjar getah
bening terdini kadang-kadang mengenai kelenjar supra klavikula (nodus virchow). Cara
penyebaran intraperitoneum yang agak tidak lazim lainnya pada perempuan adalah ke kedua
ovarium, sehingga terbentuk apa yang disebut tumor Krukenberg.7
F.
G.
Gambaran Klinis
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena
lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjjadi metastasis.3
Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar seperti
rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan,
dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia dan penurunan berat badan. Anemia terjadi
karena kehilangan darah kronik, tetapi jarang ditemukan perdarahan masif. Disfagia
kemungkinan besar oleh tumor di kardia atau fundus. Karsinoma di dekat pilorus dapat
9
memberikan tanda obstruksi. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada
colok dubur, dan kelenjar limf supraklavikuler kiri yang membesar menunjukkan bahwa
penyakit sudah lanjut dan menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya
penyebaran di porta hepatik.3
H.
Diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis kanker lambung memberikan gejala berupa
dispepsia, rasa tidak nyaman di epigastrik, turunnya berat badan secara onkologis, nausea,
muntah, hematemesis, melena, dan obstruksi pada distal lambung/ antrum. Turunnya berat
badan, anoreksia dan vomitus merupakan simptom yang sering dijumpai menurut MSKCC
(Memorial Sloan Kettering stomach /gastric cancer). Nyeri epigastrik dapat berkurang
dengan makan menyerupai ulkus benigna, dan disfagia atau odinofagia biasanya
berhubungan dengan tumor di daerah kardia atau esofagus distal. Pada kanker lambung yang
lanjut, sering teraba massa pada daerah epigastrium, dan terdapat pembesaran KGB pada
umbilikus (Sister Marry Joseph Node), dan pembesaran KGB supraklavikuler (Virchow
Node). Metastasis jauh dapat dijumpai di liver, paru ataupun peritoneum.1
Pemeriksaan standar diagnosis kanker lambung adalah endoskopi fiberoptik, dengan
tujuan melihat lokasi lesi, tipe lesi (makroskopis) dan melakukan biopsi. Evaluasi
makroskopik dikenal dengan klasifikasi dari Borrman, yang dibagi atas 4 tipe. Karena
klasiffikasi Borrman terutama ditujukan pada kanker lambung yang lanjut (disebut sebagai
tipe 1-4), kanker lambung yang dini (terbatas pada mukosa) dimasukkan ke dalam tipe 0,
seperti yang diajukan oleh Japan Gastroenterological Endoscopic Society (1995)-Rules of
Macroscopic Classification of Early Gastric Cancer.1
Pemeriksaan pencitraan dilakukan jika tidak tersedia pemeriksaan endoskopi.
Pemeriksaan foto thoraks, USG liver untuk melihat metastasis. CT scan abdomen untuk
kepentingan diagnosis, stadium tumor dan operabilitas. EUS (endoscopic ultrasonography)
diperlukan untuk melihat kedalaman infiltrasi tumor pada dinding lambung. Laporoskopi
dilakukan, terutama untuk melihat stadium Metastasis. Adanya Metastasis yang tersembunyi
pada CT dapat diumpai pada laparoskopi dan dapat menentukan intensi terapi, yaitu paliatif.
Laparoscopic Ultrasonography (LUS) juga dapat mempertajam diagnosis, stadium dan
operabilitas kanker lambung.1
Peritoneal sitologi yang dilakukan preoperatif ataupun durante operatif dapat
membantu menentukan stadium tumor dan intensi terapi kuratif atau paliatif. Lymphhatic
mapping terutama ditujukan untuk menentukan ekstensi diseksi KGB pada saat pembedahan
10
gastrektomi kuratif dilakukan. Ekstensi KGB yang harus dilakukan diseksi telah
dikemukakan oleh Marumayama, et al., 1995, yang dikenal sebagai R1, R2, R3 Gastrectomy
yang kemudian diganti menjadi D1, D2, D3 Gastrektomi.1
Penggunaan Positron Emission Tomography, terutama untuk mengevaluasi adanya
metastasis tersembunyi, terutama ekstraabdominal. Kerugiannya adalah biaya yang mahhal
dan keterbatasannya. Pemeriksaan tumor CEA juga terbatas, dan hanya meningkat pada
kurang lebih 30% pasien, dan hanya pada CEA inisial yang meningkat saja, dapat
dipergunakan untuk monitoring adanya rekurensi tumor.1
I.
Tumor Primer
Tis : Carcinoma insitu
T1 : Invasi ke lamina propria atau submukosa
T2 : Invasi ke muskularis propria
T3 : Penetrasi ke serosa
T4 : Invasi ke struktur adjacent
III
IV
Tis
T1
N0
N0-1
M0
M0
T2
N0
M0
T1
N2
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T2
T3
T4
T4
T1-4
N2
N1-2
N0-1
N2
N1-2
M0
M0
M0
M0
M1
11
J.
Terapi
Pembedahan
Pembedahan terhadap Tumor Primer
Modalitas bedah merupakan terapi utama pada kasus yang operabel dan kuratif.
Teknik bedah pada kanker lambung tergantung dari kedalaman infiltrasi sel tumor pada
dinding lambung, lokasi tumor primer (pada kardia, korpus, kurvatura, ataupun pada antrum),
ada tidaknya KGB yang terkena dan lokasi dari KGB tersebut.1
1. Kanker lambung dini : sel tumor terbatas pada mukosa. Dilakukan mucosectomy
dengan endoskopi.
2. Kanker lambung pada kardia : teknik bedah adalah total gastrectomy dan
rekonstruksi (esphago-jejunostomy/ Y and Roux) ataupun jejunal transposition (antara
esofagus dan duodenum).
3. Kanker lambung bagian distal/antrum
12
kemoterapi terapeutik. Beberapa obat-obat kempoterapi yang banyak digunakan antara lain
fluorouracil doxorubicin, mitomycin C, epirubicin, etoposide, cisplatinum, leucoverin (FAM,
FA, FU-leucoverin-epirubicin, EAP-FU-LV).1
Radioterapi
Rasional dari pemberian radioterapi adalah rekurensi lokal meningkat dengan
semakin dalamnya penetrasi sel tumor pada dinding gaster, dan merupakan problem yang
cukup menyulitkan.1
Pemberian radioterapi bersamaan dengan kemoterapi sebagai photosensitisizer (5FU),
dikatakan memberikan lokal kontrol yang lebih baik. Pemberian radioterapi intraoperatif
(IORT) juga dilaporkan memberikan kontrol lokal dan regional yang lebih baik meskipun
masih pada taraf penelitian. Pemberian radioterapi dengan intensi paliatif juga dilaporkan,
terutama untuk menghentikan perdarahan, mengurangi obstruksi dan nyeri.1
Terapi neoadjuvant
Terapi neoadjuvant, yaitu diberikan sebelum pembedahan pada kanker lambung lanut
lokal, bertujuan untuk mengecilkan tumor sehingga dapat dilakukan R0 reseksi dari kanker
lambung. Dari MAGIC (MRC Adjuvant Gastric Infusional Chemotherapy) Trial, dan
Postoperative intragroup 116 trial, menunjukan adanya peran yang cukup penting dari terapi
neoadjuvant, yang harus diberikan secara multimodalitas (kemoterapi dan radioterapi).1
Terapi target
Beberapa obat-obat target molekul yang telah digunakan pada kanker lambung adalah
bevacizumab, dan obat-obat Epidermal Growth Factor Receptor Tyrosine Kinase Inhibitors
seperti erlotinib dan gefitinib, masih memerlukan penelitian yang lebih luas dan multisenter.
Obat yang serupa, yaitu cetuximab suatu antibodi terhadap EGFR Receptors juga masih
dalam fase percobaan klinis.1
K.
Prognosis
Prognosis tergantung pada :
-stadium tumor
-jenis atau subtipe hiostopatologis
14
-resektabilitas
-pemberian adjuvant therapy
Tabel1. Survival rate berdasarkan stadium penyakit
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IV
Observed survival
71%
57%
46%
33%
20%
14%
9%
4%
5-year survival rate relatif dari karsinoma gaster secara keseluruhan adalah 29 %. 5year survival rate relatif dilakukan dengan cara membandingkan penduduk yang terkena
kanker lambung yang survive dengan penduduk tanpa kanker lambung. Sejak banyak orang
yang meninggal akibat kanker lambung, 5-year survival rate sangat baik digunakan untuk
menilai dampak dari kanker lambung.8
Survival rate telah diteliti dan digunakan selama 30 tahun. Salah satu alasan survival
rate di Amerika Serikat jelek karena kanker lambung biasanya ditemukan pada stadium lanjut
daripada stadium dini. Stadium dari kanker lambung sangat mempengaruhi prognosis pada
pasien.8
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. FL
Umur
: 47 tahun
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan terakhir
: SMP
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Tempat tinggal
Anamnesis
Keluhan Utama
Januari, penderita mulai mengalami BAB hitam. Sejak bulan Februari, penderita
16
merasakan adanya benjolan di perut bagian kanan atas. Sejak sekitar bulan April berat
badan penderita turun sampai kira-kira 30 kg disertai dengan penurunan nafsu makan.
Demam tidak pernah. Buang air kecil biasa. Selanjutnya pada bulan Februari
penderita masuk Rumah Sakit Prof R. D. Kandou dan dirawat di bagian peyakit dalam
selama kurang lebih 2 bulan dengan diagnosa tumor intraabdomen (susp. tumor kolon
transversum dd tumor gaster), susp tumor caput pankreas, nefrolithiasis bilateral,
hipertensi terkontrol, syndroma dispepsia. Penderita sudah dikonsulkan ke bagian
bedah, tetapi penderita waktu itu masih menolak untuk dioperasi.
Riwayat Penyakit dahulu
Penderita memiliki riwayat penyakit rematik sejak kira-kira 5 tahun yang lalu dan
sakit maag sejak sekitar 10 tahun yang lalu.
B.
Pemeriksaan Fisik
1.
Status Present
2.
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
: TD
: 130/80 mmHg
: 84 x/menit
: 20 x/menit
: 36,6 oC
Status Generalis
Kepala
: normocephal
Mata
Pupil kanan/kiri
Lidah
: beslag (-)
Gigi
: caries (-)
Leher
Dada
: simetris
Jantung
Paru-paru
Perut
: Inpeksi
: cembung
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
tegas
Hati
: tidak dievaluasi
Limpa
: tidak dievaluasi
Kulit
: Sawo matang
Kelamin
: Perempuan, Normal
Tangan
: Deformitas (-)
Kaki
: Deformitas (-)
Status neorologis
: Refleks Fisiologis
++ ++
++ ++
C.
Pemeriksaan Penunjang
2 Oktober 2014
MCH
24,5 (pg)
MCHC
32,8 (g/dL)
MCV
74,6 (fl)
Leukosit
6.900 (/mm3)
Eritrosit
4,61 (/mm3)
Hemoglobin
11,3 (g/dL)
Hematokrit
34,4 (%)
Trombosit
476.000 (/mm3)
Creatinin Darah
2,1 (mg/dL)
Ureum Darah
41 (mg/dL)
SGOT
34 (U/L)
SGPT
19 (U/L)
Protein Total
8 g/dL
Asam Urat
16,9 mg/dL
Albumin
4,3 g/dL
Globulin
3,7 g/dL
Natrium
141 mmol/L
Kalium
Chlorida
3,78 mmol/L
96 mmol/L
11 Oktober 2014
X- foto thorax : cor dan pulmo dalam batas normal
18
Refleks Patologis - - - --
--
3 Maret 2014
CT scan abdomen :
D.
Resume Masuk
Penderita laki-laki unur 47 tahun masuk rumah sakit tanggal 1 Oktober 2014, dengan
keluhan mual muntah yang dialami sejak sekitar 2 tahun SMRS. Muntah berwarna
coklat disertai sisa makanan dan air. Muntah disertai dengan nyeri di bagian ulu hati.
Buang air besar pada awalnya biasa, nanti bulan januari mulai terdapat BAB berwarna
19
hitam. Penurunan berat badan dialami penderita disertai dengan penurunan nafsu
makan. Penderita didiagnosa dengan tumor gaster. Pada pemeriksaan fisik didapati
TD 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 36,6 oC. Status
generalis, pada abdomen inspeksi cembung dan palpasi teraba massa di epigastrium,
mobile, batas tak tegas.
E.
Diagnosa Klinis
Tumor gaster
F.
Terapi
Rencana gastroscopy
G.
H.
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia et malam
Quo ad fungtionam
: Malam
Follow up
2 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
88 x/menit
Respirasi :
24 x/menit
Suhu :
36,6 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
20
Terapi
Rencana Gastroscopy
3 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
80 x/m
Respirasi :
22 x/m
Suhu :
36,5 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
Rencana Gastroscopy
4 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
21
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
Rencana Gastroscopy
5 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
Rencana Gastroscopy
6 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
22
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
Rencana Gastroscopy
7 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
Rencana Gastroscopy
Konsul toleransi operasi
Konsul interna
8 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
23
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
9 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Diagnosis
Tumor Gaster
Terapi
10 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
24
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Abdomen
Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal
Palpasi: lemas, NT (-)
Perkusi: timpani
Diagnosis
Terapi
Cek albumin
IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1
Menunggu PA
Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1
11 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
25
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Abdomen
Diagnosis
Terapi
12 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Abdomen
Inspeksi: datar
26
Terapi
Cek albumin
IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1
Menunggu PA
Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1
13 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Drain
200 cc
NGT
1000 cc hijau
Abdomen
Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal
27
Palpasi: lemas,
Perkusi: timpani
Diagnosis
Terapi
14 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :
Pemeriksaan Fisik
KU :
Cukup
Kesadaran :
CM
Tekanan darah :
120/80 mmHg
Nadi :
82 x/m
Respirasi :
20 x/m
Suhu :
36,0 0C
Drain
100 cc
NGT
minimal
Abdomen
Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal
Palpasi: lemas, NT sekitar luka operasi
Perkusi: timpani
28
Diagnosis
Terapi
BAB IV
PEMBAHASAN
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas.6
29
Tumor gaster lebih banyak ditemukan pada orang tua yang berusia 50-70 tahun.
Perbandingan laki-laki : wanita = 2:1. 6 Pada penderita ini didapati jenis kelamin laki-laki
dengan usia 47 tahun.
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena
lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjjadi metastasis.3
Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar seperti
rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan,
dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia dan penurunan berat badan. Anemia terjadi
karena kehilangan darah kronik, tetapi jarang ditemukan perdarahan masif. Disfagia
kemungkinan besar oleh tumor di kardia atau fundus. Karsinoma di dekat pilorus dapat
memberikan tanda obstruksi. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada
colok dubur, dan kelenjar limf supraklavikuler kiri yang membesar menunjukkan bahwa
penyakit sudah lanjut dan menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya
penyebaran di porta hepatik.3
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis kanker lambung memberikan gejala berupa
dispepsia, rasa tidak nyaman di epigastrik, turunnya berat badan secara onkologis, nausea,
muntah, hematemesis, melena, dan obstruksi pada distal lambung/ antrum. Turunnya berat
badan, anoreksia dan vomitus merupakan simptom yang sering dijumpai menurut MSKCC.
Nyeri epigastrik dapat berkurang dengan makan menyerupai ulkus benigna, dan disfagia atau
odinofagia biasanya berhubungan dengan tumor di daerah kardia atau esofagus distal. Pada
kanker lambung yang lanjut, sering teraba massa pada daerah epigastrium, dan terdapat
pembesaran KGB pada umbilikus (Sister Marry Joseph Node), dan pembesaran KGB
supraklavikuler (Virchow Node). Metastasis jauh dapat dijumpai di liver, paru ataupun
peritoneum.1
Pada penderita ini berdasarkan anamnesis dadapati keluhan berupa mual dan muntah
sejak kira-kira 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Muntah biasanya berwarna coklat dengan
disertai makanan dan air. Mual dan muntah sering disertai dengan nyeri di bagian ulu hati.
Buang air besar (BAB) pada awalnya biasa, nanti sejak sekitar bulan Januari, penderita mulai
mengalami BAB hitam. Sejak bulan Februari, penderita merasakan adanya benjolan di perut
bagian kanan atas. Sejak sekitar bulan April berat badan penderita turun sampai kira-kira 30
kg disertai dengan penurunan nafsu makan.
30
31
BAB V
KESIMPULAN
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor jinak.
Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga
tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan Pankreas.
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena
lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjadi metastasis.
32
-year survival rate relatif dari karsinoma gaster secara keseluruhan adalah 29 %. 5-year
survival rate relatif dilakukan dengan cara membandingkan penduduk yang terkena kanker
lambung yang survive dengan penduduk tanpa kanker lambung. Sejak banyak orang yang
meninggal akibat kanker lambung, 5-year survival rate sangat baik digunakan untuk menilai
dampak dari kanker lambung.
Survival rate telah diteliti dan digunakan selama 30 tahun. Salah satu alasan survival
rate di Amerika Serikat jelek karena kanker lambung biasanya ditemukan pada stadium lanjut
daripada stadium dini. Stadium dari kanker lambung sangat mempengaruhi prognosis pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Manuaba IB, 2010. Panduan penatalaksanaan kanker solid PERABOI 2010. Sagung
Seto. Jakarta. Hal. 210-17.
2.
3.
Wim de Jong.. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005.
4.
5.
Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. 2002.
6.
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, FK UI. 2007.
33
7.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007.
8.
Lampiran
34
35