Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
Sembilan puluh lima persen dari kanker lambung adalah adenokarsinoma. Manajemen
kanker lambung telah banyak mengalami perubahan, terutama dengan adanya skrining
individual dengan endoskopi seperti yang dilakukan di Jepang, Korea, dan China, sehingga
kanker ini dijumpai pada stadium dini. Pembedahan invasif minimal dengan endoskopi dan
laparoskopi telah banyak dilakukan pada negara-negara tersebut di atas. Mukosektomi
endoskopik merupakan manajemen kanker lambung stadium dini, terutama jika kanker
lambung hanya mengenai lapisan mukosa dan submukosa saja. Laparoskopi juga penting
untuk melakukan evaluasi resektabilitas kanker lambung.1
Penggunaan modalitas kemo-radioterapi, juga terbukti meningkatkan DFS (Diesease
Free Survival) dan OS (Overall Survival) penderita kanker lambung, demikian juga teknik
pembedahan yang baik akan meningkatkan survival penderita kanker lambung. Survival yang
meningkat juga disebabkan adanya skrining endoskopi yang menemukan kanker lambung
dalam stadium dini yang banyak dilakukan di negara di mana insiden kanker lambung tinggi
seperti di Jepang, Korea, dan China. Demikian juga teknik bedah yang semakin baik seperti
melakukan diseksi KGB sesuai dengan lokasi tumor primer yang terus mengalami
modifikasi.1
Secara epidemiologis, kanker lambung merupakan kanker ke 14 tersering di AS, dan
merupakan penyebab kematian no. 8 akibat kanker di AS. Adapun yang merupakan faktor
resiko adalah makanan yang bergaram, panggang, siap saji, dan kurang mengkonsumsi sayur
dan buah segar. Infeksi Helicobacter pylori juga dikatakan sebagai faktor resiko. Insiden yang
tinggi dari infeksi H. pylori berhubungan dengan insiden yang meningkat dari kanker
lambung. Infeksi H. pylori sebagai faktor resiko berhubungan dengan kanker lambung bagian
distal. Hal ini menunjukkan bahwa kanker lambung bagian proximal (korpus dan kardia)
mempunyai patofisiologi yang berbeda.1
Ada beberapa pandangan menarik mengenai frekuensi dan lokalisasi karsinoma
lambung yang berubah-ubah dalam sejarah. Pernah ada pendapat sekitar tahun 1920 dan 1930
bahwa di sekitar daerah tropik tidak terdapat ulkus peptik dan kanker. Pendapat ini kemudian
dibantah oleh penyelidikan-penyelidikan Snijders dan Straub (1921) di Deli. Sekaligus ada 2
hal yang disimpulkan yaitu : pertama, bahwa cukup banyak tumor terdapat di daerah tropik.
Cuma predileksi dan lokaliasi berbeda; kedua, bahwa pada suku Jawa tidak ada ulkus dan
kanker lambung. Penelitian Bonne di Ujung Pandang menemukan dari 3000 kasus hanya
1

terdapat 1 kanker lambung pada seorang Bugis.1 Hal tersebut sekarang berbeda, terdapat
lebih banyak ulkus dan kanker pada suku Bugis dan Toraja. Kini pada suku Jawa pun cukup
banyak ditemukan ulkus dan kanker lambung. Meskipun demikian, frekuensi kanker lambung
termasuk kecil bila dibandingkan dengan banga-bangsa lainnya antara lain Jepang dan Chili.2
Sebagian besar patologi dari kanker lambung adalah adenokarsinoma yang berasal
dari epitel kelenjar muksin dan bukan dari epitel yang menghasilkan asam lambung.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Embriologi Gaster
Terdapat hubungan erat antara lambung, duodenum, pancreas, hati, saluran empedu dan

limpa karena pada masa embrio alat tersebut bersama-sama terletak di dalam
mesoperitoneum. Akibat proses pemanjangan pada tumbuh kembang usus-depan, terjadi
pemutaran lambung terhadap alat lain. Akhirnya, hubungan anatomi alat cerna berubah
sedemikan rupa sehingga pancreas terletak retroperitoneal, sedangkan hati, lambung dan
limpa terletak intraperitoneal.3
B.

Anatomi dan Histologi Gaster


Lambung adalah organ berbentuk kantong dengan volume 1200-1500 mL tapi

kapasitasnya bisa >3000 mL. Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan dan mengatur makanan masuk duodenum dalam ukuran sedikit dan teratur. Enzim
proteolitik pepsin akan memulai proses pencernaan dan asam lambung yang berfungsi
antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol dan glukosa dapat diabsorbsi pada
lambung. Struktur anatomi lambung normal terdiri dari 5 regio yaitu: kardia, fundus, korpus,
antrum dan pilorus. Kardia berada di sekitar muara esofagus. Fundus merupakan bagian
kranial yang melebar dan berbatas pada kubah diafragma sebelah kiri. Korpus terdapat di
antara fundus dan antrum. Pilorus merupakan daerah sfingter yang menebal disebelah distal
untuk membentuk muskulus sfingter pilorus guna mengatur pengosongan isi gaster melalui
ostium pylorikum ke dalam duodenum.4
Lambung tertutup oleh peritoneum kecuali pada lintasan pembuluh darah sepanjang
kurvatura lambung dan pada daerah kecil di sebelah dorsal ostium kardiakum. Kedua lembar
omentum minus meluas, mengelilingi lambung dan melepaskan diri pada kurvatura lambung
mayor sebagai omentum majus. Permukaan ventral lambung bersentuhan dengan diafragma,
lobus hepatis sinister dan dinding abdomen ventral.5
Secara mikroskopik lambung terdiri dari lapisan-lapisan mukosa, submukosa,
muskularis yang tebal dan serosa. Pada lambung terdapat dua sfingter, yaitu sfingter
gastroesofageal yang mencegah refluks isi lambung yang bersifat asam ke esofagus, dan
sfingter pilorus yang mengatur kecepatan pengosongan lambung dan mencegah refluks
empedu ke dalam lambung.4

Bagian dalam lambung terdapat rugae dan bila lambung terisi penuh maka permukaan
rugae menjadi datar. Epitel yang melapisi permukaan mukosa dan gastric pit adalah sel
permukaan foveolar yang berbentuk torak, mengekskresi musin, dengan inti di basal. Pada
bagian dasar gastric pit terdapat mucous neck cell, yang berisi sedikit musin dan merupakan
bakal sel permukaan dan sel kelenjar. Pada bagian ini sering ada mitosis. Sel permukaan
mukosa akan berganti setiap 2-6 hari.4
Jenis-jenis sel utama pada kelenjar lambung adalah:
-Sel Mukus, banyak pada kelenjar regio kardia, antrum serta mengekskresi lendir dan
pepsinogen II.
-Sel Parietal, terutama pada separuh bagian atas kelenjar regio fundus dan korpus.
Sitoplasma eosinofil oleh karena banyak mitokondria. Bagian apikal membran sel
menunjukkan invaginasi membentuk kanalikuler intraseluler dengan banyak
mikrovili.
-Sel Chief banyak ditemukan pada dasar kelenjar fundus dan korpus, mengekskresi
pepsinogen I dan II. Sitoplasma basofil, banyak granula sekretori pada apikal.
Stimulasi sel ini menyebabkan pepsinogen yang ada dalam granula dilepaskan dengan
cara eksositosis. Pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin oleh pH rendah dalam
lambung dan inaktivasi pada pH > 6 waktu masuk ke duodenum.
-Sel Endokrin atau enteroendokrin, tersebar di antara sel epitel fundus, korpus, dan
antrum, sitoplasma berbentuk segi 3 berisi granula eosinofil yang terkonsentrasi pada
bagian basal sel. Sel ini melepaskan produk dalam sirkulasi atau secara parakrin
melalui sekresi ke dalam jaringan lokal. Sel endokrin pada kelenjar antrum
menghasilkan gastrin.4

Gambar 1. Anatomi Gaster5


4

C.

Epidemiologi
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang

daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas.6
Tumor gaster banyak ditemukan pada orang tua (50-70 tahun), Perbandingan laki-laki :
wanita = 2:1. Pasien dengan umur muda (< 30 tahun) tumornya lebih agresif dengan
prognosis lebih buruk. Setelah tahun 1950, lokasi tumor berpindah dari yang awalnya banyak
ditemukan di antrum ke korpus dan fundus. Dan pada tahun 1976 mulai banyak ditemukan di
kardia dan esophagogastric junction. 50% tumor terletak di antrum (kurvatura minor), 30% di
corpus dan fundus, 25% di cardia, dan 5% mengenai seluruh organ. Diagnosa kanker
lambung dini sangat jarang (80% tidak ada keluhan/asimptomatik). Pada umumnya, penderita
didiagnosis sudah dalam stadium lanjut dan sulit disembuhkan.6
D.

Klasifikasi

Tumor Gaster dapat dibagi menjadi 2 Kelompok :


A. Tumor Jinak
Dapat dibagi atas :
1. Tumor jinak epitel
2. Tumor jinak non epitel
Tumor jinak epitel
Tumor jinak epitel biasanya berbentuk polip dan dapat dibagi atas6 :
a. Adenoma: terisolisasi, bagian dari adenoma generalisata gastrointestinal.
b. Adenoma Hiperplastik: polip sirkumskripta, difus.
c. Adenoma Heterotropik: tumor Pankreas aberan, bruninoma.
1. Adenoma
Adenoma sering terdapat terbatas pada lambung, tetapi dapat merupakan bagian polip
adenoma generalisata pada saluran cerna. Didapatkan pada 1% dari pasien yang dilakukan
pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama didapatkan pada pria, biasanya usia dewasa.
Biasanya berbentuk polip yang bertangkai, dengan permukaan licin, besarnya hanya beberapa
centimeter. umumnya tanpa keluhan, kadang-kadang timbul perdarahan yang dapat
menyebabkan anemia. Lokasi tumor yang tersering daerah pilorus dan antrum (50%), fundus
(20%), kurvatura minor (20%) dan kardia (10%).6
5

Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan bertangkai.
Pemeriksaan Gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan lokasinya terutama di
daerah antrum dan angulus. Setiap polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsi
untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa keluhan, sebaiknya dilakukan
pemantauan secara teratur. Jika terlihat adanya komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi.6
Adenoma Hiperplastik pada Gastritis atrofi kronis permukaan mukosa dan alveolar,
berubah menjadi hyperplasia. Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.6
2.

Adenoma Heterotropik
Anomali pancreas paling sering didapatkan.
Kira-kira 0,5% dari autopsy. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 22-55

tahun. Lokasi terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil
(diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis.6
Bruninoma
Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada pemeriksaan radiologis
didapatkan polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di daerah pilorus dan antrum.6
Tumor Jinak Non Epitel
Tumor jinak non epitel ini penting karena sering menimbulkan komplikasi berupa
ulserasi dan perdarahan.
1. Tumor Neurogenik.
Sering didapatkan Schwannoma yang tumbuh dalam submukosa dan menonjol ke
dalam lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa centimeter, dapat terjadi
ulcerasi dan perdarahan.6
2. Leiomioma.
Sering didapatkan pada pasien dewasa pada otopsi. Biasanya tunggal dengan diameter
2 cm di daerah antrum dan pilorus. Dapat menyebabkan hipertrofi pilorus stenosis.6
3. Fibroma.
Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti neurofibroma, miofibroma,
lipofibroma dan lain-lain. Fibroma ini lebih jarang ditemukan daripada schwannoma.
Gejala yang sering timbul adalah perdarahan dan rasa nyeri.6
4. Lipoma
Lipoma ini didapatkan pada autopsy lebih kurang 0,03%. Lipoma tumbuh di dalam
sub mukosa dengan keluhan rasa nyeri dan kadang-kadang ada perdarahan.6
B. Tumor Ganas

Karsinoma lambung dini (Early Gastric Cancer: EGC)


Istilah EGC ini meliputi semua karsinoma yang tidak invasif kedalam lapisan
muskularis dan masih terbatas pada mukosa dan submukosa. EGC dapat berupa penonjolan
dari fokus kecil dan kadang secara diam-diam meluas, sehingga mengesankan kemungkinan
dari gabungan beberapa fokus (multicentris). Klasifikasi karsinoma lambung menurut Japan
Gastroenterological Endoscopy Society (1962) berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi,
gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas: 6
1. Tipe I (protruded type) : tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan
submukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler, permukaan tidak rata,
perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type) : dapat dibagi atas 3 subtipe:
a. Elevated type :
Tampak sedikit elevasi mukosa lambung, hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi
serta dan lebih meluas dan melebar.
b. Flat type:
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada
warna mukosa.
c. Depressed type:
Didapatkan permukaan yang ireguler dan pinggir yang tidak rata (ireguler) hiperemis/
pendarahan
3. Tipe III (excavated type) : menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering
disertai kombinasi seperti IIc + III atau III + IIc dan IIa + IIc.
Karsinoma lambung lanjut (Advanced Gastric Cancer= AGCr)
Pada tipe lanjut, sel-sel kanker sudah terjadi perluasan pada lapisan mukosa,
submukosa, muskularis, kadang-kadang sampai lapisan propria dan serosa. Bahkan sering
terjadi infiltrasi atau metastase ke kelenjar limfe atau organ lainnya.
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas: 6
1. Bormann I: Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut
sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atrofi dan ireguler
2. Bormann II: Merupakan non infiltrating carcinomatous ulcer dengan tepi
ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus
terlihat nekrosis dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemis
3. Bormann III: berupa infiltrating carcinomatous ulcer, ulkusnya mempunyai
dinding dan terlihat adanya infiltrasi progresif dan difus
4. Bormann IV: berupa bentuk diffuse infiltrating type, tidak terlihat batas
tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
7

E.

Patologi
Letak karsinoma lambung di dalam lambung adalah sebagai berikut: pilorus dan

antrum, 50% hingga 60%, kardia 25%, serta sisanya di korpus dan fundus. Kurvatura minor
terkena pada sekitar 40% dan kurvatura minor terkena pada sekitar 40% dan kurvatura
mayor 12% kasus. Oleh karena itu, lokasi yang disukai adalah kurvatura minor regio
antropilorus. Walaupun lebih jarang, lesi ulseratif di kurvatura mayor lebih besar
kemungkinannya ganas.7
Karsinoma

lambung

diklasifikasikan

berdasarkan

kedalaman

invasi,

pola

pertumbuhan makroskopik, dan subtipe histologi. Gambaran morfologik yang paling besar
dampaknya pada prognosis klinis adalah kedalaman invasi. Karsinoma lambung dini
didefinisikan sebagai lesi yang terbatas di mukosa dan submukosa, tanpa memandang ada
tidaknya metastasis ke kelenjar getah bening perigastrik. Karsinoma lambung lanjut adalah
neoplasma yang telah meluas melewati submukosa ke dinding otot dan mungkin telah
tersebar luas. Displasia mukosa lambung adalah lesi prekrusor yang diperkirakan untuk
kanker lambung dini, yang pada akhirnya berubah menjadi lesi lanjut.7
Tiga pola pertumbuhan makroskopik karsinoma lambung, yang mungkin nyata pada
stadium dini dan lanjut adalah (1) eksofitik, dengan penonjolan massa tumor ke dalam lumen;
(2) rata atau cekung, tidak jelas massa tumor di dalam submukosa; dan (3) berlubang,
terdapat kawah erosif dalam atau dangkal pada dinding lambung.7
Terdapat banyak klasifikasi gambaran histologik kanker lambung, tetapi dua tipe yang
terpenting adalah tipe intestinal dan tipe difus. Varian intestinal terdiri atas sel ganas yang
membentuk kelenjar intestinal neoplastik mirip dengan yang terdapat pada adenokarsinoma
kolon. Varian difus terdiri atas sel mukosa tipe lambung yang umumnya tidak membentuk
kelenjar, tetapi menembus mukosa dan dinding sebagai sel signet ring yang tersebar atau
kelompok kecil pada pola pertumbuhan infiltratif.7
Apapun varian histologiknya, semua karsinoma lambung akhirnya menembus dinding
dan mengenai serosa, menyebar ke kelenjar getah bening regional dan jauh, serta
bermetastasis secara luas. Karena sebab yang belum diketahui, metastasis kelenjar getah
bening terdini kadang-kadang mengenai kelenjar supra klavikula (nodus virchow). Cara
penyebaran intraperitoneum yang agak tidak lazim lainnya pada perempuan adalah ke kedua
ovarium, sehingga terbentuk apa yang disebut tumor Krukenberg.7
F.

Etiologi dan Patogenesis


8

Terjadinya karsinoma lambung dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, lingkungan.


Pengaruh lingkungan sangat penting. Imigran jepang di Amerika menunjukkan ada
penurunan insiden dari generasi ke generasi. Adanya karsinogen seperti senyawa N-nitroso
danm benzopirin merupakan hal penting. Jadi, kurangnya alat pendingin; makanan yang
diawetkan, diasap, dan digarami; air yang terkontaminasi nitrat; kurangnya sayur dan buah
segar; maka hal ini meningkatkan resiko terjadinya karsinoma lambung. Sebaliknya makan
sayur hijau, jeruk sitrus yang mengandung antioksidan seperti vitamin C, E, dan betakarotein
mempunyai korelasi negatif dengan karsinoma lambung. Alkohol belum dibuktikan kalau
meningkatkan resiko, sedangkan merokok meningkatkan resiko 1,5-3 kali. Pengobatan
antasida tidak meningkatkan resiko karsinoma lambung.4
Kedua, host. Faktor host adalah faktor utama kedua. Infeksi Helicobacter Pylori
menyebabkan gastritis kronik dan metaplasia intestinal merupakan kontributor tapi tidak
cukup sebagai faktor karsinogen. Resiko relatif karsinoma lambung pada kedua keadaan ini
kira-kira 3 kali populasi umum (di banyak daerah infeksi Hp > 50% dari populasi umum).
Kebanyakan orang yang terinfeksi Hp tidak pernah berkembang menjadi karsinoma lambung.
Gastritis kronik juga merupakan dasar di mana terjadi karsinoma lambung difus. Penyakit
ulkus peptikum tidak meningkatkan resiko.4
Displasia mukosa adalah jalan terjadinya karsinoma jenis intestinal. Adenoma
lambung telah diketahui dapat berubah menjadi karsinoma dan merupakan lesi menonjol
dengan displasia mukosa. Jenis karsinoma difus tampaknya terjadi langsung tanpa melalui
displasia. Mekanisme molekuler yang mendasari karsinoma belum dapat ditetapkan. 4

G.

Gambaran Klinis
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena

lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjjadi metastasis.3
Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar seperti
rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan,
dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia dan penurunan berat badan. Anemia terjadi
karena kehilangan darah kronik, tetapi jarang ditemukan perdarahan masif. Disfagia
kemungkinan besar oleh tumor di kardia atau fundus. Karsinoma di dekat pilorus dapat
9

memberikan tanda obstruksi. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada
colok dubur, dan kelenjar limf supraklavikuler kiri yang membesar menunjukkan bahwa
penyakit sudah lanjut dan menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya
penyebaran di porta hepatik.3
H.

Diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis kanker lambung memberikan gejala berupa

dispepsia, rasa tidak nyaman di epigastrik, turunnya berat badan secara onkologis, nausea,
muntah, hematemesis, melena, dan obstruksi pada distal lambung/ antrum. Turunnya berat
badan, anoreksia dan vomitus merupakan simptom yang sering dijumpai menurut MSKCC
(Memorial Sloan Kettering stomach /gastric cancer). Nyeri epigastrik dapat berkurang

dengan makan menyerupai ulkus benigna, dan disfagia atau odinofagia biasanya
berhubungan dengan tumor di daerah kardia atau esofagus distal. Pada kanker lambung yang
lanjut, sering teraba massa pada daerah epigastrium, dan terdapat pembesaran KGB pada
umbilikus (Sister Marry Joseph Node), dan pembesaran KGB supraklavikuler (Virchow
Node). Metastasis jauh dapat dijumpai di liver, paru ataupun peritoneum.1
Pemeriksaan standar diagnosis kanker lambung adalah endoskopi fiberoptik, dengan
tujuan melihat lokasi lesi, tipe lesi (makroskopis) dan melakukan biopsi. Evaluasi
makroskopik dikenal dengan klasifikasi dari Borrman, yang dibagi atas 4 tipe. Karena
klasiffikasi Borrman terutama ditujukan pada kanker lambung yang lanjut (disebut sebagai
tipe 1-4), kanker lambung yang dini (terbatas pada mukosa) dimasukkan ke dalam tipe 0,
seperti yang diajukan oleh Japan Gastroenterological Endoscopic Society (1995)-Rules of
Macroscopic Classification of Early Gastric Cancer.1
Pemeriksaan pencitraan dilakukan jika tidak tersedia pemeriksaan endoskopi.
Pemeriksaan foto thoraks, USG liver untuk melihat metastasis. CT scan abdomen untuk
kepentingan diagnosis, stadium tumor dan operabilitas. EUS (endoscopic ultrasonography)
diperlukan untuk melihat kedalaman infiltrasi tumor pada dinding lambung. Laporoskopi
dilakukan, terutama untuk melihat stadium Metastasis. Adanya Metastasis yang tersembunyi
pada CT dapat diumpai pada laparoskopi dan dapat menentukan intensi terapi, yaitu paliatif.
Laparoscopic Ultrasonography (LUS) juga dapat mempertajam diagnosis, stadium dan
operabilitas kanker lambung.1
Peritoneal sitologi yang dilakukan preoperatif ataupun durante operatif dapat
membantu menentukan stadium tumor dan intensi terapi kuratif atau paliatif. Lymphhatic
mapping terutama ditujukan untuk menentukan ekstensi diseksi KGB pada saat pembedahan
10

gastrektomi kuratif dilakukan. Ekstensi KGB yang harus dilakukan diseksi telah
dikemukakan oleh Marumayama, et al., 1995, yang dikenal sebagai R1, R2, R3 Gastrectomy
yang kemudian diganti menjadi D1, D2, D3 Gastrektomi.1
Penggunaan Positron Emission Tomography, terutama untuk mengevaluasi adanya
metastasis tersembunyi, terutama ekstraabdominal. Kerugiannya adalah biaya yang mahhal
dan keterbatasannya. Pemeriksaan tumor CEA juga terbatas, dan hanya meningkat pada
kurang lebih 30% pasien, dan hanya pada CEA inisial yang meningkat saja, dapat
dipergunakan untuk monitoring adanya rekurensi tumor.1

I.

Klasifikasi TNM Karsinoma Gaster6

Tumor Primer
Tis : Carcinoma insitu
T1 : Invasi ke lamina propria atau submukosa
T2 : Invasi ke muskularis propria
T3 : Penetrasi ke serosa
T4 : Invasi ke struktur adjacent

Metastasis Kelenjar Limfe Regional


N0 : None
N1 : Metastasis ke kelenjar perigastrik 3 cm dari tumor primer
N2 : Metastasis ke kelenjar limfe perigastrik lebih dari 3 cm dari pinggir tumor primer
(sepanjang lambung kiri, common hepatic, limpa atau arteri celiac)
Metastasis Jauh
M0 : None
M1 : Metastasis jauh
Staging :
0
I
II

III
IV

Tis
T1

N0
N0-1

M0
M0

T2

N0

M0

T1

N2

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

T2
T3
T4
T4
T1-4

N2
N1-2
N0-1
N2
N1-2

M0
M0
M0
M0
M1
11

J.

Terapi

Pembedahan
Pembedahan terhadap Tumor Primer
Modalitas bedah merupakan terapi utama pada kasus yang operabel dan kuratif.
Teknik bedah pada kanker lambung tergantung dari kedalaman infiltrasi sel tumor pada
dinding lambung, lokasi tumor primer (pada kardia, korpus, kurvatura, ataupun pada antrum),
ada tidaknya KGB yang terkena dan lokasi dari KGB tersebut.1
1. Kanker lambung dini : sel tumor terbatas pada mukosa. Dilakukan mucosectomy
dengan endoskopi.
2. Kanker lambung pada kardia : teknik bedah adalah total gastrectomy dan
rekonstruksi (esphago-jejunostomy/ Y and Roux) ataupun jejunal transposition (antara
esofagus dan duodenum).
3. Kanker lambung bagian distal/antrum

teknik bedah subtotal gastrectomy dan

rekonstruksi (gastrojejunostomy/ Bilroth II) ataupun gastroduodenostomy/ Bilroth I).


Pembedahan terhadap KGB
Pembedahan terhadap KGB tergantung dari lokasi tumor primer di lambung, stadium
T, terkena tidaknya KGB, dan lokasi KGB yang terkena. Pembedahan KGB berdasarkan
Lokasi Tumor Primer di Lambung dapat dibagi atas:
D1 : Pengangkatan semua KGB dalam jarak 3 cm dari tumor primer.
D2 : D1 ditambah dengan pengangkatan KGB hepar, splenik/Lien, celiak dan gastrika
sinistra.
D3 : D2 ditambah dengan omentektomi, splenektomi, distal pankreatektomi, mengangkat
KGB porta hepatis, dan KGB para-aortal.1
Maruyama, 1995 memberikan nomor urut 1 sampai dengan 16 KGB yang ada di
sekitar lambung, dan dengan komputerisasi untuk menentukan KGB nomor berapa saja yang
harus diangkat berdasarkan lokasi tumor primer pada lambung sehingga kemudian dikenal
dengan istilah R1, R2, R3 gastrektomi, yang sekarang digantikan dengan D1, D2, D3 seperti
yang tertera di atas.1
Kontroversi tentang ekstensi dari limfadenektomi masih terus berjalan, dengan adanya
hasil yang masih tidak konsisten, dan adanya morbiditas dan mortalitas yang berbeda-beda.1
Splenektomi

12

Pengangkatan lien pada pembedahan lambung hanya dilakukan jika terdapat


perlengketan tumor pada lien secara gross, ataupun ditemukan pada CT preoperatif.
Sedapat mungkin lien dipertahankan pada pembedahan kanker lambung.1
Jika lien harus diangkat karena adanya inffiltrasi tumor, dipertimbangkan untuk
diberikan vaksin profilaksis terhadap pneumococus, meningococcus, dan haemaphilus
influenzae.1
Penelitian sedang dilakukan di Jepang, untuk melihat peran splenektomi pada
pembedahan terhadap adenokarsinoma lambung.1
Komplikasi Pembedahan
Komplikasi yang terbanyak adalah kebocoran dari anastomosis, yaitu antara 3-21%
yang dapat terjadi lambat. Pemberian makan per-os dapat dimulai pada hari ke 5-7. Adanya
tanda-tanda takikardia, takipnea, dan demam post operatif merupakan indikasi untuk Upper
G.I studies dengan kontras larut air karena merupakan tanda adanya kebocoran anastomosis.1
Pascabedah karena hilangnya reservoir lambung, pasien dianjurkan untuk makan
dengan porsi kecil beberapa kali (biasanya 6 kali) sehari, dan ditingkatkan perlahan-lahan.
Supporting feeding jejunostomy kadangkala diperlukan pada keadaan pasien yang hiponutrisi
berat, dan bisa diberikan segera setelah operasi.1
Sindrom dumping yang significant merupakan komplikasi lain yang cukup sering
terjjadi. Biasanya teradi 15-30 menit pascamakan, ditandai dengan adanya diaphoresis,
abdominal cramps, palpitasi, watery diarhea. Sementara Sindrom dumping yang lebih lambat
munculnya ditandai oleh hipoglikemia dan hiperinsulinemia. Pengobatan terhadap sindrom
dumpingadalah mencegah makanan yang hiperosmolar, yaitu dengan memberikan makanan
yang banyak berserat, dan kadang diperlukan somatostatin analog.1
Terapi Adjuvant
Terapi adjuvant yang diberikan pascagastrektomi, antara lain kemmoterapi,
radioterapiekternal, dan peran dari terapi adjuvant hingga saat ini belum jelas diketahui, dan
sering kali tidak dapat ditoleransi oleh penderita.1
Kemoterapi
Terjadinya rekurensi, baik lokal, regional maupun jauh meningkat bersamaan dengan
semakin meningkatnya stadium tumor meskipun dengan pembedahan kuratif (R0 resection),
sedangkan pada R1, R2 resection, kemoterapi adjuvant lebih sesuai dikatakan sebagai,
13

kemoterapi terapeutik. Beberapa obat-obat kempoterapi yang banyak digunakan antara lain
fluorouracil doxorubicin, mitomycin C, epirubicin, etoposide, cisplatinum, leucoverin (FAM,
FA, FU-leucoverin-epirubicin, EAP-FU-LV).1
Radioterapi
Rasional dari pemberian radioterapi adalah rekurensi lokal meningkat dengan
semakin dalamnya penetrasi sel tumor pada dinding gaster, dan merupakan problem yang
cukup menyulitkan.1
Pemberian radioterapi bersamaan dengan kemoterapi sebagai photosensitisizer (5FU),
dikatakan memberikan lokal kontrol yang lebih baik. Pemberian radioterapi intraoperatif
(IORT) juga dilaporkan memberikan kontrol lokal dan regional yang lebih baik meskipun
masih pada taraf penelitian. Pemberian radioterapi dengan intensi paliatif juga dilaporkan,
terutama untuk menghentikan perdarahan, mengurangi obstruksi dan nyeri.1

Terapi neoadjuvant
Terapi neoadjuvant, yaitu diberikan sebelum pembedahan pada kanker lambung lanut
lokal, bertujuan untuk mengecilkan tumor sehingga dapat dilakukan R0 reseksi dari kanker
lambung. Dari MAGIC (MRC Adjuvant Gastric Infusional Chemotherapy) Trial, dan
Postoperative intragroup 116 trial, menunjukan adanya peran yang cukup penting dari terapi
neoadjuvant, yang harus diberikan secara multimodalitas (kemoterapi dan radioterapi).1
Terapi target
Beberapa obat-obat target molekul yang telah digunakan pada kanker lambung adalah
bevacizumab, dan obat-obat Epidermal Growth Factor Receptor Tyrosine Kinase Inhibitors
seperti erlotinib dan gefitinib, masih memerlukan penelitian yang lebih luas dan multisenter.
Obat yang serupa, yaitu cetuximab suatu antibodi terhadap EGFR Receptors juga masih
dalam fase percobaan klinis.1
K.

Prognosis
Prognosis tergantung pada :

-stadium tumor
-jenis atau subtipe hiostopatologis
14

-resektabilitas
-pemberian adjuvant therapy
Tabel1. Survival rate berdasarkan stadium penyakit
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIIA
Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IV

Observed survival
71%
57%
46%
33%
20%
14%
9%
4%

5-year survival rate relatif dari karsinoma gaster secara keseluruhan adalah 29 %. 5year survival rate relatif dilakukan dengan cara membandingkan penduduk yang terkena
kanker lambung yang survive dengan penduduk tanpa kanker lambung. Sejak banyak orang
yang meninggal akibat kanker lambung, 5-year survival rate sangat baik digunakan untuk
menilai dampak dari kanker lambung.8
Survival rate telah diteliti dan digunakan selama 30 tahun. Salah satu alasan survival
rate di Amerika Serikat jelek karena kanker lambung biasanya ditemukan pada stadium lanjut
daripada stadium dini. Stadium dari kanker lambung sangat mempengaruhi prognosis pada
pasien.8

15

BAB III
LAPORAN KASUS
A.

Identitas Pasien
Nama

: Tn. FL

Umur

: 47 tahun

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan terakhir

: SMP

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Tempat tinggal

: Warukapas Jaga XI, Kecamatan Dimembe


Kabupaten Minahasa Utara

Anamnesis
Keluhan Utama

: mual dan muntah

Riwayat perjalanan penyakit :


Penderita merasakan mual dan muntah sejak kira-kira 2 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Setiap hari biasanya penderita muntah sebanyak 2 sampai 3 kali dalam sehari
dengan volume 1 gelas aqua setiap kali muntah. Muntah biasanya berwarna coklat
dengan disertai makanan dan air. Mual muntah sering disertai dengan nyeri di bagian
ulu hati. Buang air besar (BAB)

pada awalnya biasa, nanti sejak sekitar bulan

Januari, penderita mulai mengalami BAB hitam. Sejak bulan Februari, penderita
16

merasakan adanya benjolan di perut bagian kanan atas. Sejak sekitar bulan April berat
badan penderita turun sampai kira-kira 30 kg disertai dengan penurunan nafsu makan.
Demam tidak pernah. Buang air kecil biasa. Selanjutnya pada bulan Februari
penderita masuk Rumah Sakit Prof R. D. Kandou dan dirawat di bagian peyakit dalam
selama kurang lebih 2 bulan dengan diagnosa tumor intraabdomen (susp. tumor kolon
transversum dd tumor gaster), susp tumor caput pankreas, nefrolithiasis bilateral,
hipertensi terkontrol, syndroma dispepsia. Penderita sudah dikonsulkan ke bagian
bedah, tetapi penderita waktu itu masih menolak untuk dioperasi.
Riwayat Penyakit dahulu

Penderita memiliki riwayat penyakit rematik sejak kira-kira 5 tahun yang lalu dan
sakit maag sejak sekitar 10 tahun yang lalu.
B.

Pemeriksaan Fisik

1.

Status Present

2.

Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: TD

: 130/80 mmHg

: 84 x/menit

: 20 x/menit

: 36,6 oC

Status Generalis
Kepala

: normocephal

Mata

: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterus -/-

Pupil kanan/kiri

: bulat isokor, diameter 3mm/3mm

Lidah

: beslag (-)

Gigi

: caries (-)

Leher

: pembesaran KGB (-)

Dada

: simetris

Jantung

: BJ I-II Normal, bising (-)

Paru-paru

: Sp. vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Perut

: Inpeksi

: cembung

Auskultasi

: Bising Usus (+) Normal

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: teraba massa di epigastrium, mobile, batas tak


17

tegas
Hati

: tidak dievaluasi

Limpa

: tidak dievaluasi

Kulit

: Sawo matang

Kelamin

: Perempuan, Normal

Tangan

: Deformitas (-)

Kaki

: Deformitas (-)

Status neorologis

: Refleks Fisiologis

++ ++
++ ++

C.

Pemeriksaan Penunjang
2 Oktober 2014
MCH

24,5 (pg)

MCHC

32,8 (g/dL)

MCV

74,6 (fl)

Leukosit

6.900 (/mm3)

Eritrosit

4,61 (/mm3)

Hemoglobin

11,3 (g/dL)

Hematokrit

34,4 (%)

Trombosit

476.000 (/mm3)

Creatinin Darah

2,1 (mg/dL)

Ureum Darah

41 (mg/dL)

SGOT

34 (U/L)

SGPT

19 (U/L)

Protein Total

8 g/dL

Asam Urat

16,9 mg/dL

Albumin

4,3 g/dL

Globulin

3,7 g/dL

Natrium

141 mmol/L

Kalium
Chlorida

3,78 mmol/L
96 mmol/L

11 Oktober 2014
X- foto thorax : cor dan pulmo dalam batas normal

18

Refleks Patologis - - - --

--

3 Maret 2014
CT scan abdomen :

Tak tampak cairan bebas dalam cavum abdomen


Massa pancreas belum bisa disingkirkan

D.

Resume Masuk
Penderita laki-laki unur 47 tahun masuk rumah sakit tanggal 1 Oktober 2014, dengan
keluhan mual muntah yang dialami sejak sekitar 2 tahun SMRS. Muntah berwarna
coklat disertai sisa makanan dan air. Muntah disertai dengan nyeri di bagian ulu hati.
Buang air besar pada awalnya biasa, nanti bulan januari mulai terdapat BAB berwarna
19

hitam. Penurunan berat badan dialami penderita disertai dengan penurunan nafsu
makan. Penderita didiagnosa dengan tumor gaster. Pada pemeriksaan fisik didapati
TD 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 36,6 oC. Status
generalis, pada abdomen inspeksi cembung dan palpasi teraba massa di epigastrium,
mobile, batas tak tegas.

E.

Diagnosa Klinis
Tumor gaster

F.

Terapi
Rencana gastroscopy

G.

H.

Prognosis
Quo ad vitam

: Dubia et malam

Quo ad fungtionam

: Malam

Follow up
2 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

88 x/menit

Respirasi :

24 x/menit

Suhu :

36,6 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

20

Terapi

Rencana Gastroscopy

3 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

80 x/m

Respirasi :

22 x/m

Suhu :

36,5 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Gastroscopy

4 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

21

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Gastroscopy

5 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Gastroscopy

6 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

22

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Gastroscopy

7 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Gastroscopy
Konsul toleransi operasi
Konsul interna

8 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

23

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Laparotomy eksplorasi

9 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Diagnosis

Tumor Gaster

Terapi

Rencana Laparotomy eksplorasi hari ini

10 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Nyeri luka post operasi

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

24

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Abdomen

Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal
Palpasi: lemas, NT (-)
Perkusi: timpani

Diagnosis

Post operasi gastrojejunostomy ec tumor gaster

Terapi

Cek albumin
IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1
Menunggu PA
Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1

11 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Nyeri luka post operasi

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

25

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Abdomen

Inspeksi: datar, luka terawat baik, pus(-),


darah(-)
Auskultasi: BU (+) Normal
Palpasi: lemas
Perkusi: timpani

Diagnosis

Post operasi gastrojejunostomy ec tumor gaster

Terapi

Cek albumin, CT, BT


IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1
Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1

12 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Nyeri luka post operasi

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Abdomen

Inspeksi: datar

26

Auskultasi: BU (+) Normal


Palpasi: lemas, NT (-)
Perkusi: timpani
Diagnosis

Post operasi gastrojejunostomy ec tumor gaster

Terapi

Cek albumin
IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1
Menunggu PA
Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1

13 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Nyeri luka post operasi

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Drain

200 cc

NGT

1000 cc hijau

Abdomen

Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal

27

Palpasi: lemas,
Perkusi: timpani
Diagnosis

Post operasi gastrojejunostomy ec tumor gaster

Terapi

IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1


Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1
As. traneksamat inj 3 x 1

14 Oktober 2014
Anamnesis
Keluhan utama :

Nyeri luka post operasi

Pemeriksaan Fisik
KU :

Cukup

Kesadaran :

CM

Tekanan darah :

120/80 mmHg

Nadi :

82 x/m

Respirasi :

20 x/m

Suhu :

36,0 0C

Drain

100 cc

NGT

minimal

Abdomen

Inspeksi: datar
Auskultasi: BU (+) Normal
Palpasi: lemas, NT sekitar luka operasi
Perkusi: timpani
28

Diagnosis

Post operasi gastrojejunostomy ec tumor gaster

Terapi

IVFD RL : D5 : Clinimix : Ivelip = 2 : 1 : 1 : 1


Ceftriaxone inj 2 x 1
Metronidazole inj 3 x 1
Ketorolac inj 3 x 1
Omeprazole inj 2 x 1
As. traneksamat inj 3 x 1

BAB IV
PEMBAHASAN
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas.6

29

Tumor gaster lebih banyak ditemukan pada orang tua yang berusia 50-70 tahun.
Perbandingan laki-laki : wanita = 2:1. 6 Pada penderita ini didapati jenis kelamin laki-laki
dengan usia 47 tahun.
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena
lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjjadi metastasis.3
Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar seperti
rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat kenyang, penurunan berat badan,
dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia dan penurunan berat badan. Anemia terjadi
karena kehilangan darah kronik, tetapi jarang ditemukan perdarahan masif. Disfagia
kemungkinan besar oleh tumor di kardia atau fundus. Karsinoma di dekat pilorus dapat
memberikan tanda obstruksi. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada
colok dubur, dan kelenjar limf supraklavikuler kiri yang membesar menunjukkan bahwa
penyakit sudah lanjut dan menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya
penyebaran di porta hepatik.3
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis kanker lambung memberikan gejala berupa
dispepsia, rasa tidak nyaman di epigastrik, turunnya berat badan secara onkologis, nausea,
muntah, hematemesis, melena, dan obstruksi pada distal lambung/ antrum. Turunnya berat
badan, anoreksia dan vomitus merupakan simptom yang sering dijumpai menurut MSKCC.
Nyeri epigastrik dapat berkurang dengan makan menyerupai ulkus benigna, dan disfagia atau
odinofagia biasanya berhubungan dengan tumor di daerah kardia atau esofagus distal. Pada
kanker lambung yang lanjut, sering teraba massa pada daerah epigastrium, dan terdapat
pembesaran KGB pada umbilikus (Sister Marry Joseph Node), dan pembesaran KGB
supraklavikuler (Virchow Node). Metastasis jauh dapat dijumpai di liver, paru ataupun
peritoneum.1
Pada penderita ini berdasarkan anamnesis dadapati keluhan berupa mual dan muntah
sejak kira-kira 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Muntah biasanya berwarna coklat dengan
disertai makanan dan air. Mual dan muntah sering disertai dengan nyeri di bagian ulu hati.
Buang air besar (BAB) pada awalnya biasa, nanti sejak sekitar bulan Januari, penderita mulai
mengalami BAB hitam. Sejak bulan Februari, penderita merasakan adanya benjolan di perut
bagian kanan atas. Sejak sekitar bulan April berat badan penderita turun sampai kira-kira 30
kg disertai dengan penurunan nafsu makan.

30

Dari pemeriksaan fisik didapatkan teraba massa di bagian epigastrium, mobile,


dengan batas yang tidak tegas. Selain itu dijumpai pula tanda perdarahan masif berupa
konjungtiva anemis.
Pemeriksaan standar diagnosis kanker lambung adalah endoskopi fiberoptik, dengan
tujuan melihat lokasi lesi, tipe lesi (makroskopis) dan melakukan biopsi. Evaluasi
makroskopik dikenal dengan klasifikasi dari Borrman, yang dibagi atas 4 tipe. Karena
klasiffikasi Borrman terutama ditujukan pada kanker lambung yang lanjut (disebut sebagai
tipe 1-4), kanker lambung yang dini (terbatas pada mukosa) dimasukkan ke dalam tipe 0,
seperti yang diajukan oleh Japan Gastroenterological Endoscopic Society (1995)-Rules of
Macroscopic Classification of Early Gastric Cancer.1
Pemeriksaan imaging Upper G.I Study dilakukan jika tidak tersedia pemeriksaan
endoskopi. Pemeriksaan foto thoraks, USG liver untuk melihat metastasis. CT scan abdomen
untuk kepentingan diagnosis, stadium tumor dan operabilitas.1
Pada penderita ini dilakukan pemeriksaan berupa CT scan dan hasilnya berupa tidak
tampak cairan bebas dalam cavum abdomen, massa pankreas belum bisa disingkirkan. Selain
itu telah dilakukan juga pemeriksaan X-foto thorax dengan hasil cor dan pulmo dalam batas
normal.
Modalitas bedah merupakan terapi utama pada kasus yang operabel dan kuratif.
Teknik bedah pada kanker lambung tergantung dari kedalaman infiltrasi sel tumor pada
dinding lambung, lokasi tumor primer (pada kardia, korpus, kurvatura, ataupun pada antrum),
ada tidaknya KGB yang terkena dan lokasi dari KGB tersebut1.
1. Kanker lambung dini : sel tumor terbatas pada mukosa. Dilakukan mucosectomy
dengan endoskopi.
2. Kanker lambung pada kardia : teknik bedah adalah total gastrectomy dan
rekonstruksi (esphago-jejunostomy/ Y and Roux) ataupun jejunal transposition (antara
esofagus dan duodenum).
3. Kanker lambung bagian distal/antrum

teknik bedah subtotal gastrectomy dan

rekonstruksi (gastrojejunostomy/ Bilroth II) ataupun gastroduodenostomy/ Bilroth I).1


Pada penderita ini dilakukan tindakan pembedahan berupa gastrojejunostomy.
Selain itu, tedapat terapi lainnya berupa terapi adjuvant yang diberikan
pascagastrektomi, antara lain kemmoterapi, radioterapiekternal, dan peran dari terapi
adjuvant hingga saat ini belum jelas diketahui, dan sering kali tidak dapat ditoleransi oleh
penderita.1

31

BAB V
KESIMPULAN
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor jinak.
Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga
tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan Pankreas.
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala karena
lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor sudah
cukup besar, sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung,
gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjadi metastasis.
32

-year survival rate relatif dari karsinoma gaster secara keseluruhan adalah 29 %. 5-year
survival rate relatif dilakukan dengan cara membandingkan penduduk yang terkena kanker
lambung yang survive dengan penduduk tanpa kanker lambung. Sejak banyak orang yang
meninggal akibat kanker lambung, 5-year survival rate sangat baik digunakan untuk menilai
dampak dari kanker lambung.
Survival rate telah diteliti dan digunakan selama 30 tahun. Salah satu alasan survival
rate di Amerika Serikat jelek karena kanker lambung biasanya ditemukan pada stadium lanjut
daripada stadium dini. Stadium dari kanker lambung sangat mempengaruhi prognosis pada
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Manuaba IB, 2010. Panduan penatalaksanaan kanker solid PERABOI 2010. Sagung
Seto. Jakarta. Hal. 210-17.

2.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Departemen Radiologi FK UI,. 2009.

3.

Wim de Jong.. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005.

4.

Loho L. Patologi saluran pencernaan. Manado: Bagian Patologi Anatomi Fakultas


Kedokteran Unsrat. 2009.

5.

Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. 2002.

6.

Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, FK UI. 2007.
33

7.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007.

8.

Stomach cancer. American cancer society. www.cancer.org. 2014.

Lampiran

34

Gambar 1. Operasi Gastroejunostomy

35

Anda mungkin juga menyukai