3725 9579 1 PB
3725 9579 1 PB
JURNAL ILMIAH
OLEH
YESSI KURNIA ARJANI MANIK
NIM: 080200266
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
JURNAL ILMIAH
OLEH:
YESSI KURNIA ARJANI MANIK
NIM: 080200266
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
Mengetahui:
Ketua Departemen Hukum Pidana
Editor
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
satu
lembaga
memelihara ketertiban merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh polisi.
Persoalan mulai timbul pada saat dipertanyakan dengan cara bagaimanakah tujuan
tersebut hendak dicapai. Ternyata pekerjaan kepolisian tersebut hanya boleh
dijalankan dengan mengikuti dan mematuhi berbagai pembatasan tertentu. Salah
Ibid.
Ratna Sari, penyidikan dan penuntutan dalam hukum acara pidana, kelompok studi
hukum dan masyarakat fakultas hukum USU, Medan , 1995, halaman 30
4
penyidik apabila seseorang itu: diduga keras melakukan tindak pidana, dan
dugaan itu didukung oleh permulaan bukti yang cukup. Pembuat Undang-undang
menyerahkan sepenuhnya kepada penilaian penyidik. Akan tetapi, sangat disadari
cara penerapan yang demikian, bisa menimbulkan kekurangpastiandalam praktek
hukum serta sekaligus membawa kesulitan bagi praperadilan untuk menilai tentang
ada atau tidak permulaan bukti yang cukup. 7
Menurut ketentuan Pasal 21 ayat 4 KUHAP tidak semua tersangka tindak
pidana pelanggaran tidak dapat ditangkap dan ditahan karena menurut ketentuan ini
penahanan dapat dilakukan terhadap tersangka pelaku percobaan tindak pidana dan
terhadap orang yang memberi bantuan untuk terjadinya suatu tindak pidana.
Setiap dalam melakukan tugasnya, Polisi (dalam hal ini adalah penyidik) harus
selalu bertindak berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku sehingga
tidak boleh melakukan sesuatu hanya dengan sewenang-wenang saja dan tidak
5
boleh melanggar hak asasi manusia, sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 1
ayat (1) KUHP menyatakan tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum, kecuali
berdasarkan ketentuan pidana menurut Undang-undang yang telah ada terlebih
dahulu daripada perbuatannya itu sendiri. 8
Pelaksanaan wewenang sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat
yang dilakukan oleh aparatnya terkadang terjadi penyimpangan tindakan anggota
Polri dari yang seharusnya dengan menyalahgunakan kewenangan yang diberikan.
Padahal Polisi yang sehari-hari dihadapkan pada tugas yang tak menentu dan
berhadapan langsung dengan
dalam
hal
penyidikan
yang
melampaui
dari
batas-batas
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar hukum pidana Indonesia, Citra Aditya bakti, Bandung,
1997, halaman 123
9
Anton Tabah, Menetap Dengan Mata Hati Polisi Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta,1991, Halaman 23
dianiaya kemudian dilepas kemudian diajak belanja beli baju lalu diberi uang Rp1
juta. "Keadilannya dimana, sudah dituduh yang tidak benar, disiksa, lalu sadar telah
salah menangkap, klien dikeluarkan begitu saja tanpa kata maaf dan surat perintah
perhentian penyidikan (SP3)," paparnya. Ujang K sudirman, sehari-harinya bekerja
sebagai tukang ojek. Ia sendiri dituduh terlibat kasus pencurian brankas berisi uang
tunai Rp. 80 juta dan surat-surat berharga di rumah Mintarja, warga Perumahan
Citra Raya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang. 10
Terjadinya salah tangkap terhadap orang-orang yang tidak sama sekali
bersalah, bahkan lebih dari sekedar penangkapan, orang yang tidak bersalah
tersebut terkadang mau tidak mau harus merasakan pahitnya penahanan dengan
kurungan, menghadapi hukuman yang sama sekali tidak diperbuat oleh korban.
Hal ini sudah pasti mengalami mental dan fisik yang negatif pula bagi si korban,
selain mendapati kerugian-kerugian besar bagi keluarga korban salah tangkap
tersebut yang sebagian merupakan tulang punggung bagi kehidupan keluarganya
selama ini, kemudian pada akhirnya di ketahui terjadinya kesalahan Penyidik Polri
dalam melakukan tugasnya sebagai penegak hukum, tetapi hanya dengan
membebaskan atau meminta maaf kepada korban salah tangkap tanpa melihat
kerugian-kerugian yang diterima si korban. Hal tersebut sudah jelas tidak
bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat oleh Polri sebagai penyidik.
Uraian masalah kesalahan yang dilakukan oleh penyidik dapat sampai pada
tahap putusan sehingga korban telah melewati hukuman, maka disini penulis
membatasi masalah tersebut khususnya terhadap bagaimana sanksi terhadap
10
http://www.gatra.com/hukum/20900-sempat-dipukul,-korban-salah-tangkap-diajakshopping-polisi.html , diakses pada tanggal 5 desember 2012 pukul 15.30
B.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
C.
METODE PENULISAN
Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu.
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian lapangan.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
yang berupa bahan-bahan hukum yang terdiri dari :
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat
yang terdiri dari :
a.
D.
HASIL PENULISAN
1. Tugas Dan Fungsi Penyidik Polri Dalam Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
11
10
a.
dari fungsi hukum dimana didalam dasar dari adanya Undang-undang tersebut
yaitu tujuan pokok dari hukum yang dapat direduksi hal yaitu:13
1. Ketertiban
2. Alat pembaharuan masyarakat
Melihat daripada fungsi hukum diatas maka bila ada hukum, undangundang yang tidak menciptakan ketertiban berarti undang-undang itu kehilangan
fungsinya. Hukum demikian harus ditiadakan, dihapus. Hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat
yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan daripada nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Dengan kata lain hukum undang-undang sebagai kaidah sosial
dalam masyarakat bahkan dapat dikatakan hukum, undang-undang itu merupakan
pencerminan daripada nilai-nilai yang berlaku dalm masyarakat. Nilai itu tidak
lepas dari sikap dan sifat yang dimiliki orang-orang yang menjadi anggota
masyarakat yang sedang membangun itu.14
Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002
Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai tujuan untuk mewujudkan
keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat,
tertib
dan
tegaknya
hukum,
terselenggaranya
perlindungan,
B.Simanjuntak, Hukum Acara Pidana dan Tindak Pidana, Tarsito, bandung, 1982,
halaman 11-13.
14
Ibid, halaman 13.
11
menyelesaikan
perselisihan
warga
masyarakat
yang
dapat
12
13
15
14
b.
undang Hukum acara Pidana (KUHAP) maka wewenang yang diberikan Undangundang ini kepada aparat kepolisian adalah kewenangan dalam hal melaksanakan
tugas sebagai penyelidik dan penyidik.
Penyelidikan dalam Pasal 1 butir 5 KUHAP adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang.
Semua pegawai kepolisian negara tanpa kecuali telah dilibatkan di dalam
tugas-tugas penyelidikan, yang pada hakikatnya merupakan salah satu bidang tugas
dari sekian banyak tugas-tugas yang ditentukan di dalam undang-undang Nomor 8
tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang ada hubungannya yang erat dengan
tugas-tugas yang lain, yakni sebagai satu keseluruhan upaya para penegak hukum
untuk membuat seseorang pelaku
dari suatu
16
15
Penangkapan;
b.
Penahanan ;
c.
Penggeledahan;
d.
Penyitaan .
16
sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana seperti dalam tindakan penyelidikan
penyidikan, penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakannya pidana.18
Penegakan hukum yang diharapkan pada akhirnya menimbulkan penyimpangan
oleh aparat hukum seperti oleh Penyidik dalam melakukan tugasnya.
Setiap hari masyarakat banyak memperoleh informasi tentang berbagai
peristiwa kejahatan, baik yang diperoleh dari berbagai media massa cetak maupun
elektronik. Peristiwa-peristiwa kejahatan tersebut tidak sedikit menimbulkan
berbagai penderitaan/ kerugian bagi korban dan juga keluarganya. Berkaitan
dengan
korban kejahatan,
perlu
dibentuk suatu
lemabga
yang khusus
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, halaman 118.
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi perlindungan Korban kejahatan
antara norma dan realita, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, Halaman 52.
19
17
20
Ahmad Samawi, pendidikan hak asasi manusia, Dinamika penegakan hukum dan HAM,
diakses pada jumat 1 februari 2013 15.30 Wib.
21
Hasil Wawancara dengan J. Sirait selaku Kanit I Wassidik, Polda Sumatera Utara, 10
februari 2013.
22
Ibid.
18
23
Wib.
24
19
25
S. WojoWarsito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2005, halaman 234.
20
atau ditahan terdapat kekeliruan, sedangkan orang yang ditangkap tersebut telah
menjelaskan bahwa bukan dirinya yang dimaksud hendak ditangkap atau ditahan. 26
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditelaah bahwa terdapat berbagai
macam istilah atau penyebutan terhadap kondisi atau keadaan dimana penegak
hukum melakukan kesalahan atau kekeliruan pada saat melakukan penangkapan,
penahanan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.
Penangkapan merupakan tugas dan wewenang Polri sebagai penyidik.
Kasus salah tangkap yang dilakukan oleh penyidik bukan merupakan tindak
pidana, sebab tidak mengandung unsur tindak pidana dalam hal melaksanakan
tugas-tugasnya.
27
21
pelakunya dalam melaksanakan tugas, untuk itu Polri sebagai penyidik terkadang
kesulitan untuk menemukan penyelesaian dalam proses penyidikan.29
Kesalahan Polri dalam melakukan penangkapan termasuk kedalam
pelanggaran disiplin maupun Pelanggaran Kode Etik Profesi kepolisian Republik
Indonesia. Kesalahan dalam melakukan penangkapan dapat dikarenakan kelalaian
penyidik dalam bertugas, menyalahgunakan kewenangannya dalam melakukan
penangkapan maupun dalam proses penyidikan, serta kelalaian anggota kepolisian
dalam melaksanakan setiap tugasnya sehingga tidak patuh dalam peraturan disiplin
anggota Kepolisian.30 Kesalahan Polri dalam melakukan penangkapan juga dapat
terjadi, dikarenakan ketidaksesuaian dalam melakukan tahap-tahap prosedur
penangkapan dalam melaksanakan tugasnya. 31
29
Ibid.
Wawancara dengan bapak khairuddin Arifin Siregar , Op.cit.
31
Ibid.
30
22
32
Ibid.
23
suatu perkara yang diajukan. Jadi, tidak ada sidang Praperadilan tanpa adanya
tuntutan dari pihak-pihak yang berhak memohon pemeriksaan Praperadilan.33
Tujuan dan maksud dari praperadilan adalah meletakkan hak dan kewajiban
yang sama antara yang memeriksa dan yang diperiksa. Menempatkan tersangka
bukan sebagai objek yang diperiksa, penerapan asas aqusatoir dalam hukum acara
pidana, menjamin perlindungan hukum dan kepentingan asasi. Hukum memberi
sarana dan ruang untuk menuntut hak-hak yang dikebiri melalui praperadilan.
Yahya Harahap mengemukakan bahwa lembaga peradilan sebagai pengawasan
horizontal atas tindakan upaya paksa yang dikenakan terhadap tersangka selama ia
berada dalam pemeriksaan penyidikan atas penuntutan, agar benar-benar tindakan
itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan Undang-undang.34
Di dalam KUHAP terdapat unsur baru yang perlu mendapat perhatian
dalam pelaksanaan hukum seperti dalam penyidikan, bantuan hukum, praperadilan,
penuntutan, ganti rugi, peninjauan kembali, dan pengawasan pelaksanaan
pengadilan. Akan tetapi bagaimanapun di dalam penerapannya KUHAP meminta
kejujuranpelaksana. Dari pihak kepolisian benar-benar diharapkan disamping
kejujuran harus lebih meningkatkan keterampilan. Polisi yang selama ini sudah
terlalu sibuk sehingga sering menampilkan pandangan yang tidak menggembirakan
masih dibebani lagi dalam KUHAP ini.35
Praperadilan adalah sebuah realisasi dari eksistensi keberadaan hak asasi
manusia dimana praperadilan menurut Pasal 1 Angka 10 KUHAP
33
http://www.profauna.org/suarasatwa/id/2007/02/sekilas_tentang_praperadilan.html, diakses
pada hari jumat 1februari 2013 15.30 wib.
34
http://www.negarahukum.com/hukum/tujuan-dan-wewenang-praperadilan.html, diakses
pada 1februari 15.30 wib.
35
B. Simandjuntak, Hukum Acara Pidana dan tindak Pidana Khusus, Tarsito, Bandung,
1982, halaman 23.
24
E.
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa Fungsi
kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat..
Tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian ini sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan hukum Pidana dan Hukum Acara
Pidana itu sendiri, hal ini dikarenakan proses penyidikan merupakan
36
Lihat Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 10 dan Bab X
praperadilan, Kesindo utama Surabaya, 2010, halaman 143.
37
http://bemhukumuwgms20.blogspot.com/2011/01/pengertian-ruang-lingkup-danproses.html, diakses pada1februari 2013 15.30 wib.
25
peradilan
sebagai
lembaga
penegakan
hukum
didalam
dapat
menjamin
rasa
keadilan
masyarakat,
melindungi
26
27
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku-buku
28
C.
Internet
http://www.gatra.com/hukum/20900-sempat-dipukul,-korban-salah-tangkapdiajak-shopping-polisi.html , diakses pada tanggal 5 desember 2012 pukul
15.30Wib.
http://www.negarahukum.com/hukum/efektivitas-hukum.html, diakses pada hari
jumat tanggal 1 februari 2013 15.30 Wib.
http://www.negarahukum.com/hukum/tujuan-dan-wewenang-praperadilan.html,
diakses pada 1februari 15.30 wib.
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/901/841 , Praperadilan Sebagai
Control Profesionalisme Kinerja Penyidik, diakses Pada 1 februari 2013
15.30 wib.
http://bemhukumuwgms20.blogspot.com/2011/01/pengertian-ruang-lingkup-danproses.html, diakses pada1februari 2013 15.30 wib.