Beras
Beras
TANIN
KELOMPOK IV
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
( 15040069 )
( 15040075 )
( 15040083 )
( 15040086 )
( 15040091 )
( 15040095 )
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmakognosi
tentang Tanin. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak, Banu Kuncoro, Mfarm. Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan memberi pengarahan kepada kami.
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum terlalu sempurna, baik
dari segi penyusunan, pembahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen matakuliah
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanin
2.2 Klasifikasi Tanin
2.3 Biosintsesis Tanin
2.4 Indikasi Tanin
2.5 Gambar Tanaman yang mengandung Senyawa Tanin
2.6 Cara Ekstraksi dan Identifikasinya
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan
beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk
menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predator. Beberapa
senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawa
yang dihasilkan dari metabolisme sekunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin
aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan
senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmenkuinon,
melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan (Harbone, 1996).
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yng termasuk ke dalam golongan
polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan
untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu
juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin. Tanin secara umum didefinisikan sebagai
senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000 D) dan
dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan
menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan
(hydrolysabletannins) (Hagerman et al., 1992; Harbone, 1996).
Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tanin
yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka dari
itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai
antioksidan biologis. Maka dari itu semua penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin
mulai dilirik para peneliti sekarang (Hagerman, 2002).
Dalam makalah ini akan dibahas berbagai hal tentang tanin yaitu klasifikasinya dan
contoh senyawanya, sifat umumnya, cara identifikasi serta contoh pemurnian senyawa
tanin (Shorgum Tanin).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tanin
3
Tanin (atau tannin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa
polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam
amino dan alkaloid.
Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna, yang
berarti pohon ek atau pohon berangan) pada mulanya merujuk pada penggunaan
bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar
menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin meluas,
mencakup aneka senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak
gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk
perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain.
Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
Tidak dapat mengkristal.
Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8
atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain
untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan
asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah
prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
2. Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana
adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa
dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul
berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun
berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam
elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam
sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh
asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat.
Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic
(C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin adalah jambu biji.
3.
4.
5.
hilang.
Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
6.
7.
8.
9.
10.
Diindikasikan untuk radang gusi, laring, rongga mulut yang dingin, rhinitis,
laringitis.
Polifenol teh atau yang disebut dengan tanin merupakan zat yang unik karena
berbeda dengan tanin yang berada dalam tanaman lain. Tanin dalam teh tidak bersifat
menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam
teh termasuk tanin terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi
katekin tunggal yang membntuk senyawa dimet kemudian oligomer yang lebih tinggi.
Pada daun the segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin, yang sebagian besar dari
golongan katekin dan daun teh juga dilengkapi enzim polfenol oksidase yang siap
bekerja merubah tanin menjadi senyawa turunan tanin yaitu, theaflavin dan
thearubigin. Pada proses ini daun teh berubah menjadi coklat muda lalu coklat tua
(Bokuchava, 1969).
2. Kaliandra
Kaliandara adalah tanaman leguminosa yang digolongkan kedalam subfamily
Mmmosoidae yang ebrasal dari Amerika Tengah dan masuk ke Pulau Jawa pada tahun
1936. Kaliandara sebagai tanaman leguminosa mempunyai kandungan protein yang
cukup tinggi yaitu sebesar 22% berdasarkan bahan kering. Namun kadar tanin cukup
tinggi yaitu sekitar 10% menyebabkan kecernaannya menjadi rendah yaitu sekitar 3542% (Jayadi, 1991). Kaliandra yang termasuk daun legum diketahui mengandung
8
bagi
hijauan
rendah
10
Isolat hasil KLT preparatif yang diduga senyawa tanin diidentifikasi dengan
menggunakan spektrofotometer FTIR. 0,2 g pelet KBr ditambahkan dengan
satu tetes isolat yang diduga senyawa tanin, dikeringkan kemudian
diidentifikasi dengan spektrofotometer FTIR merk IR Buck M500 Scientific
dengan panjang gelombang 4000-400 cm.
Identifikasinya
Identifiaksi dengan spektrofotometri inframerah (FTIR) hasil pemisahan KLTP
menunjukkan bahwa isolat 2 mengandung gugus fungsi seperti rentangan asimetri O-H
pada bilangan gelombang 3372,4 cm-1, sebagai akibat dari vibrasi ikatan hidrogen
intramolekul. Bilangan gelombang 2071,8 cm-1 menunjukkan puncak serapan C-H
deformasi keluar bidang. Pada spektrum ini tidak terlihat adanya pita serapan karbonil
di daerah 1700 cm-1, tetapi terdapat pita serapan agak melebar di bilangan gelombang
1625,8 cm-1 dimungkinkan merupakan pita gabungan dari uluran C=O dan serapan
ikatan rangkap C=C aromatik. Hal ini mungkin dikarenakan kuatnya efek resonansi
gugus karbonil dengan cincin aromatik. Dugaan senyawa tanin diperkuat dengan
adanya cincin aromatik yang tersubstitusi pada posisi orto yang ditunjukkan dengan
puncak serapan pada bilangan gelombang 782,5. Puncak-puncak spesifik tersebut
merupakan puncak spesifik dari senyawa tanin, sehingga memperkuat dugaan bahwa
dalam isolat 2 hasil pemisahan senyawa tanin dengan KLTP mengandung senyawa
tanin. Jenis senyawa tanin yang diperoleh dari hasil pemisahan ekstrak (isolat 2) daun
belimbing wuluh dengan kromatografi lapis tipis diduga adalah flavan-3,6,7,4',5'pentaol atau flavan- 3,7,8,4',5'-pentaol.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul lebih dari
1000 D yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang
khas baik fisik maupun kimianya. Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai
sistem pertahanan dari predaptor, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan
terasa asam dan sepat, hal ini sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu
tanin juga dapat mengendapkan protein, alkaloid, dan gelatin. Tanin juga dapat
membentuk khelat dengan logam secara stabil, sehingga jika manusia kebanyakan
mengkonsumsi makanan yang memiliki tanin maka Fe pada darah akan berkurang
12
sehingga menyebabkan anemia Tanin diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Masing-masing jenis memiliki struktur dan sifat
yang berbeda. Untuk tanin yang tehidrolisis memiliki ikatan glikosida yang dapat
dihidrolisis oleh asam. Kalau tanin terkondensasi biasanya berbentuk polimer.
3.2 Saran
sebaiknya tanaman yang mengandung senyawa tanin perlu dibudidayakan karena
senyawa tanin banyak mengandung manfaat terutama dibidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia.Edisi ke-2. ITB : Bandung.
Sa'adah, Lailis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam
Negeri : Malang.
13