Anda di halaman 1dari 10

THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE MODULES INTEGRATED

SCIENCE BASED ON MULTIPLE INTELLIGENCES WITH THEME OF


FOREST FIRE FOR IMPROVING STUDENTS ACHIEVEMENT AT 7TH
GRADE FOR JUNIOR HIGH SCHOOL
Zuhriya Rohmawati, Widjianto, dan Sulur
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5, Malang 65145 Telepon (0341) 551312
E-mail:zhuzhu_err@yahoo.co.id; wied.leo@gmail.com;
sulurfisika@gmail.com
Pengembangan Modul Interaktif Berbasis Multiple Intelligences pada Mata
Pelajaran IPA Terpadu dengan Tema Kebakaran Hutan untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP. Siswa. This study aims
to determine the validity of interactive modules integrated science and to
determine improvement student achivement after learning by using interactive
modules integrated sciences. This study uses the research and development of
Dick and Carey in SMPN 1 Binangun with population of class VII-i and VII-f.
Type of data is the qualitative validation result of media expert, subject matter
experts, and students as well as from the pretest and posttest. The result of this
research and development is got average value of 3.36 with very valid criteria
and data from pretest and posttest show that learning outcomes increased by
43.85. Based on this data, it can be concluded that the Integrated Sciences of
interactive module with forest fires topic is very valid to be used as a means of
independent learning.
Keywords:

Interactive module, integrated sciences, multiple intelligences,


student achievement

KTSP dalam jenjang SMP/MTs menuntut agar pembelajaran IPA


diintegrasikan dalam bentuk tema. Hasil observasi menunjukkan bahwa guru IPA
di SMP Negeri 1 Binangun lebih sering menggunakan metode ceramah dan belum
menerapkan pembelajaran tematik, akibatnya dari metode ceramah ini siswa
cenderung pasif dan tidak bersemangat untuk menerima pelajaran, sehingga
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada saat ujian semester masih
rendah yaitu 66% dinyatakan tidak lulus KKM, dengan nilai KKM 80. Selain itu
sarana komputer di SMP Negeri 1 Binangun sangat memadai namun belum
dimanfaatkan secara maksimal dalam pembelajaran IPA Terpadu.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Cahyono (2009) mengembangkan
paket IPA Terpadu tema Kebakaran Hutan beserta panduan pelaksanaan IPA
Terpadu dalam bentuk print out. Namun, paket IPA Terpadu dalam bentuk print
out yang dikembangkan Cahyono memiliki beberapa kelemahan yakni (1) waktu
yang dibutuhkan untuk mencetak modul relatif lama; (2) biaya untuk mencetak
modul relatif tinggi; (3) modul cetak tidak disertai animasi dan video; (4)
penyajian materi yang terlalu banyak dapat menyebabkan siswa bosan; (5) modul
cetak tidak tahan air. Peneliti memandang perlu untuk mengembangkan paket
belajar IPA Terpadu tema kebakaran hutan dalam bentuk lain yang lebih menarik
dan efisien yaitu modul interaktif yang berbantuan komputer dengan alasan
menutupi kelemahan paket IPA Terpadu tema kebakaran hutan yang
dikembangkan Cahyono (2009), memanfaatkan sarana komputer di SMP Negeri

Binangun yang sangat memadai, dan tema kebakaran hutan sangat cocok untuk
divisualisasikan dalam komputer.
Modul interaktif IPA Terpadu sangat bagus jika memperhatikan
kecerdasan siswa yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatlah modul interaktif
berbasis multiple intelligences. Karena setiap siswa memliki kecerdasan yang
berberda-berbeda, dan kecerdasan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
(Woolf,2009:9). Kecerdasan mempunyai peranan penting dalam menentukan
prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan baik umumnya mudah
belajar dan hasilnya cenderung baik, sehingga prestasi belajarnya tinggi
(Djamarah, 2002:156). Dengan dikembangkannya modul interaktif berbasis
multiple intelligences diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan prestasi
belajar siswa SMP kelas VII karena setiap halaman dalam modul interaktif IPA
Terpadu yang dikembangkan menggunakan basis multiple intelligences yang agar
dapat membantu mengembangkan kecerdasan siswa yang kurang menonjol
sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan prestasi belajarnya meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian
pengembangan modul interaktif IPA SMP yang dirancang secara terpadu dengan
tema yang bersifat kontekstual. Sehingga peneliti mengambil judul
Pengembangan Modul Interaktif Berbasis Multiple Intelligences pada Mata
Pelajaran IPA Terpadu dengan Tema Kebakaran Hutan untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP.
Tujuan dari penelitian & pengembangan ini adalah untuk: (1) Mengetahui
kelayakan penggunaan Modul Interaktif Berbasis Multiple Intelligences pada
Mata Pelajaran IPA Terpadu dengan Tema Kebakaran Hutan Untuk Siswa Kelas
VII SMP; (2) Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII melalui
penggunaan modul interaktif berbasis multiple intelligences pada mata pelajaran
IPA Terpadu dengan tema kebakaran hutan.
IPA Terpadu
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006:1). IPA terpadu
merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas ke dalam tema. Tema dapat
dibahas dari sudut biologi, fisika, dan kimia. Pembahasan tema juga
dimungkinkan hanya dari aspek biologi dan fisika, atau kimia dan biologi, atau
fisika dan kimia saja. Model pembelajaran IPA terpadu yang diterapkan dalam
penelitian dan pengembangan ini yaitu model jaring laba-laba (webbed), dimana
dalam model ini menggunakan sebuah tema yang memadukan beberapa pokok
bahasan atau sub pokok bahasan yang kemudian dijadikan dalam satu tema.
Modul Interaktif
Menurut Abdullah dkk (2013:5) modul interaktif adalah modul yang
dikembangkan dan dilengkapi dengan beberapa hasil dari program software
sehingga modul menjadi interaktif, sedangkan menurut Riyana (2007:3) modul
interaktif merupakan modul yang disusun sistematis untuk mengatasi
permasalahan belajar yang dihadapi siswa secara mudah dan cepat mencapai
kompetensi yang ingin dicapai. Berdasarkan definisi ini dapat dituliskan bahwa

modul interaktif merupakan modul yang dikembangkan dari beberapa program


software agar menjadi interaktif untuk mengatasi permasalahan belajar siswa.
Dalam modul pembelajaran interaktif memungkinkan terjadinya proses
belajar. Modul interaktif akan membuat pembelajaran menjadi lebih aktif, simpel,
mudah, indah, dan menyenangkan. Bahkan pembelajaran dengan menggunakan
modul interaktif bisa menjadi ekonomis dan praktis.
Karakteristik Modul Interaktif
Karakteristik modul interaktif dapat dilihat dalam buku Pedoman Modul
Multimedia Interaktif (Riyana, 2007:7), yaitu: (1) Self Instructional, siswa mampu
membelajarkan diri sendiri, tidak bergantung pada pihak lain agar siswa mampu
belajar mandiri; (2) Self Contained, seluruh materi pembelajaran dari berbagai
kompetensi dasar yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh; (3)
Stand Alon, modul interaktif yang dikembangkan tidak tergantung dengan bahan
ajar lain atau tidak harus digunakan bersama media lain; (4) Adaptive, modul
interaktif yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel atau dapat digunakan ditempat
manapun; (5) User Friendly, modul interaktif yang akan dikembangkan dikemas
dengan bahasa komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti. Selain itu,
kemasan modul disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik. Salah
satu cirinya ialah setiap instruksi pada modul dan paparan informasinya bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya; (6) Content Representation,
penyusunan modul interaktif tidak sekedar memindahkan teks dalam modul cetak
menjadi bentuk multimedia, melainkan materi harus diseleksi betul-betul agar
representatif. Tidak semua isi direpresentasikan dalam bentuk tulisan melainkan
diubah dalam bentuk animasi, video, simulasi, dan games sehingga
mempermudah pemahaman siswa; (7) Visualization, pembuatan modul interaktif
harus memperhatikan unsur estetika tampilan. Oleh karena itu, materi dalam
modul interaktif dikemas dalam bentuk teks, gambar, animasi dan sound sesuai
tuntutan materi; (8) menggunakan variasi yang menarik dan kualitas resolusi yang
tinggi. Tampilan yang menarik dengan memperbanyak gambar dan obyek yang
sesuai dengan tuntutan materi dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap
materi pengajaran dan dapat mengurangi kebosanan siswa; (9) menggunakan tipetipe pembelajaran yang bervariasi. Terdapat lima variasi tipe pembelajaran yaitu
tutuorial, latihan, simulasi, dan permainan. Penggunaan tipe dapat dirancang
terpisah maupun kolaboratif dengan menyesuaikan tuntutan materi; (10) Respon
pembelajaran dan penguatan, respon pembelajaran dan penguatan sangat
diperlukan dalam suatu modul interaktif. Modul interaktif diprogram dengan
menyediakan database yang berisikan kemungkinan jawaban yang diberikan oleh
siswa dan dilengkapi dengan penguatan untuk masing-masing jawaban. Sehingga
penguatan akan keluar secara otomatis; (11) dapat digunakan secara klasikal atau
individual. Modul interaktif dapat digunakan siswa secara individual di kelas
maupun di rumah dan secara klasikal di ruang komputer, atau kelas biasa, dapat
dipandu oleh guru atau narator dalam program.
Teori Multiple Intelligencess
Pada tahun 1983, seorang psiokolog kognitif dan ko-direktur Project Zero
di Universitas Harvard, Dr.Howard Gardner, mengembangkan teori Kecerdasan

Berganda (multiple intelligences). Dalam karyanaya Gardner menemukan


beberapa jenis kecerdasan, tidak hanya satu yang dapat diukur dan dijumlah
sebagaimana kecerdasan IQ. Teorinya menawarkan pandangan yang lebih luas
mengenai kecerdasan dan menyatakan bahwa kecerdasan adalah suatu
kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup (DePorter, 1999: 96).
Menurut Armstrong (2000:1), Gardner menetapkan cara dengan memetakan
kemampuan rata-rata terbesar yang dimiliki manusia dengan mengelompokkan
kemampuan mereka ke dalam 9 kategori yang luas atau intelligences yaitu
Linguistik-Verbal (Linguistic Intelligences, Spasial-Visual
(Spatial
Intelliegences), Interpersonal (Interpersonality Intelligences), Musikal-Ritmik
(Musical Intelligences), Naturalis (Naturalistic Intelligences), Badan-Kinestetik
(Bodily-Kinesthetic Intelligences), Intrapersonal (Intrapersonality Intelligences),
Logis-Matematis (Logical-Mathematics Intelligences), dan Eksistensial
(Existential Intelligences).
Penelitian ini hanya menggunakan tujuh jenis kecerdasan saja yaitu: (1)
kecerdasan linguistik, yang akan diimplementasikan dalam bentuk teks uraian
materi; (2) kecerdasan spasial, yang akan diimplemetasikan dalam bentuk metode
gambar dan audio visual; (3) kecerdasan intrapersonal, yang akan
diimplementasikan dalam bentuk video refleksi; (4) kecerdasan musikal, yang
akan diimplementasikan dalam bentuk audio; (5) kecerdasan naturalistik, yang
akan diimplementasikan dalam bentuk video eksperimen ekosistem, dan teks
narasi yang memuat konsep yang erat kaitannya dengan alam; (6) kecerdasan
eksistensial, yang akan diimplementasikan dalam ayat Al-Quran pada video
refleksi; dan (7) kecerdasan logis-matematis, yang akan diimplementasikan dalam
soal evaluasi. Alasan tidak digunakannya kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
kinestetik yakni karena dalam modul interaktif yang akan dikembangkan peneliti
tidak terdapat kegiatan yang melibatkan interaksi antar siswa dan tidak ada
kegiatan praktik yang langsung dilakukan oleh siswa.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Binangun, Kabupaten Blitar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development
(R and D) dari Dick dan Carey (Emzir, 2012:276). Model Dick Carey memiliki
10 langkah pokok yang merupakan siklus penelitian pengembangan. Kesepuluh
langkah tersebut antara lain: (1) mengidentifikasikan tujuan instruksional;
(2) melaksanakan analisis instruksional; (3) menganalisis pebelajar dan
lingkungan; (4) merumuskan tujuan performansi; (5) mengembangkan instrumen
penilaian; (6) mengembangkan strategi instruksional; (7) mengembangkan dan
memilih materi instruksional; (8) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif;
(9) revisi instruksional; (10) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Subjek uji coba dalam penelitian dan pengembangan ini adalah 4 orang tenaga
ahli dan 64 siswa kelas VII. Data dalam penelitian pengembangan ini yakni
berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa skor rata-rata
dari angket yang didapat dari hasil uji coba, hasil nilai mengacu pada angka (1, 2,
3, 4). Sedangkan data kualitatif berupa kritik, saran, dan tanggapan yang diberikan
oleh tim penilai terhadap media pembelajaran pada saat uji coba. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan antara lain kuisioner analisis kebutuhan,

kuisioner kelayakan modul interaktif, dan tes prestasi belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Modul Interaktif IPA Terpadu Tema Kebakaran Hutan
Modul interaktif IPA Terpadu tema kebakaran hutan terdiri dari beberapa bagian,
yaitu: (1) Beranda, dengan warna dasar hitam dan terdiri dari teks selamat datang,
teks modul interaktif, gambar colorfull dan teks kebakaran hutan. Teks selamat
datang disajikan dalam bentuk .swf, begitu juga dengan teks modul interaktif yang
diberi script move agar tampilannya menarik. Sedangkan untuk teks kebakaran
dibuat diam dengan menggunakan warna oranye. Pada bagian beranda terdapat
sebuah tombol untuk menuju ke halaman selanjutnya yaitu halaman judul; (2)
Petunjuk, disajikan dalam bentuk flipbook yang berisikan keterangan gambar
tombol navigasi penggunaan modul interaktif; (3) SKKD, merupakan peta jalinan
tema dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mengaitkan tema
kebakaran hutan dengan beberapa KD yang meliputi materi fisika, kimia, dan
biologi. Tema kebakaran hutan dapat mengaitkan beberapa kompetensi dasar
untuk SMP kelas VII; (4) Peta Konsep, menyajikan konsep-konsep pokok materi
pada tema kebakaran hutan yang akan dipelajari. Setiap konsep pokok diberi
background warna gradien yang berbeda dengan konsep pokok lain yang berbeda
KD; (5) Materi, terdapat video kebakaran hutan dan 4 buah tombol navigasi
pembagian materi. Pembagian materi terdiri dari penyebab kebakaran hutan,
dampak kebakaran hutan, perubahan wujud, dan perpindahan kalor. Penyebab
kebakaran hutan disajikan dalam bentuk video yang dilengkapi dengan suara dan
teks. Halaman dampak kebakaran hutan disajikan dengan animasi hutan yang
terbakar serta tombol navigasi pembagian materi dampak kebakaran hutan yang
terdiri dari dampak positif, dampak negatif, upaya pencegahan, dan upaya
penyelamatan. Halaman perubahan wujud ditampilkan dengan teks narasi dan 2
buah tombol navigasi pembagian materi perubahan wujud, yaitu perubahan fisika
dan perubahan kimia. Pada halaman perpindahan kalor diawali dengan pemberian
masalah yang penyelesaiannya disajikan pada halaman berikutnya; (6) Glosarium,
berisikan istilah-istilah IPA yang disajikan secara billingual yaitu dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Untuk melihat istilah IPA dalam bahasa Indonesia
maka siswa dapat mengklik tombol show in Indonesia, sedangkan untuk melihat
istilah IPA dan penjelasannya dalam bahasa Inggris, siswa dapat mengklik tombol
show in English; (7) Evaluasi, sebelum memasuki bagian soal evaluasi, siswa
akan menuju halaman refleksi. Halaman refleksi disajikan dalam bentuk video
dengan iringan musik instrumental. Setelah video selesai diputar, siswa dapat
langsung menuju ke halaman evaluasi. Soal evaluasi terdiri dari 30 butir soal
pilihan ganda. Di akhir soal evaluasi, siswa dapat melihat skor yang diperolehnya;
(8) Daftar Pustaka, menunjukkan buku-buku dan sumber rujukan lain seperti
internet yang digunakan penulis selama mengembangkan modul interaktif IPA
Terpadu.
Data Hasil Penilaian
Data hasil penilaian modul interaktif IPA Terpadu tema kebakaran hutan
diperoleh dari tim penelaah dan siswa. Data hasil penilaian modul interaktif IPA

Terpadu yang diperoleh dari dosen, guru, dan siswa merupakan data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa kuisioner dengan skala likert, sedangkan
data kualitatif berupa komentar, saran, dan kritik dari penelaah. Tim penelaah
adalah 3 orang ahli materi yang terdiri dari 1 dosen Fisika dan 2 guru IPA dan 1
dosen Fisika yang ahli media. Sedangkan siswa yang menjadi subjek uji coba
adalah siswa kelas VII-i dan VII-f SMP Negeri 1 Binangun. Adapun data hasil
penilaian dari tim penelaah ahli materi dan ahli media pada setiap aspek disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Hasil Penilaian Modul Interaktif IPA Terpadu oleh Tim Penelaah
No.
Tim Penelaah
Nilai Rata-Rata
Kriteria
1.
Ahli Materi
3,61
Sangat Layak
2.
Ahli Media
3,10
Cukup Layak
Rata-Rata
3,36
Sangat Layak

Hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu oleh ahli materi
memperoleh nilai rata-rata 3,61 dengan kriteria sangat layak. Dari data penilaian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil pengembangan modul interaktif IPA
Terpadu tidak memerlukan revisi yang signifikan, dan layak digunakan sebagai
sarana belajar mandiri siswa SMP kelas VII. Adapun data hasil penilaian dari tim
penelaah ahli materi pada setiap aspek disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Rata-Rata Hasil Penilaian Modul Interaktif IPA Terpadu oleh Ahli Materi
No
Aspek
Rata-rata
Kriteria
1.
Keluasan Materi
4,00
Sangat Layak
2.
Kedalaman Materi
3,83
Sangat Layak
3.
Keakuratan Fakta dan Konsep
3,00
Cukup Layak
4.
Keakuratan Ilustrasi
3,67
Sangat Layak
5.
Kesesuaian dengan Perkembangan Ilmu
3,33
Sangat Layak
6.
Kontekstual
4,00
Sangat Layak
7.
Salingtemas
4,00
Sangat Layak
8.
Keruntutan Konsep
3,67
Sangat Layak
9.
Kekonsistenan Sistematika
4,00
Sangat Layak
10.
Keseimbangan Antar Bab
4,00
Sangat Layak
11.
Kesesuaian dengan Multiple Intelligences
3,44
Sangat Layak
12.
Berpusat Pada Peserta Didik
3,67
Sangat layak
13.
Mengembangkan Keterampilan Proses
3,00
Cukup Layak
14.
Kelengkapan Isi
3,00
Cukup Layak
15.
Tipe Pembelajaran
3,56
Sangat Layak
16.
Variasi Penyajian
3,67
Sangat layak
17.
Pembelajaran Terpadu
3,50
Sangat layak
18.
Pendahuluan
3,00
Cukup Layak
19.
Evaluasi
3,83
Sangat Layak
20.
Ilustrasi yang Mendukung Pesan
3,33
Sangat Layak
21.
Daftar Pustaka
4,00
Sangat Layak
22.
Glosarium dan Peta Konsep
3,67
Sangat Layak
Nilai Rata-Rata Total
3,61
Sangat Layak

Kriteria hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu oleh ahli materi
pada setiap aspek adalah sangat layak dan cukup layak. Aspek yang memiliki
kriteria sangat layak antara lain keluasan materi, kedalaman materi, keakuratan
ilustrasi, kesesuaian dengan perkembangan ilmu, kontekstual, salingtemas,
keruntutan konsep, kekonsistenan sistematika, kesesuaian dengan multiple
intelligences, berpusat pada peserta didik, tipe pembelajaran, variasi penyajian,

pembelajaran terpadu, evaluasi, ilustrasi yang mendukung pesan, daftar pustaka,


glosarium dan peta konsep. Aspek yang memiliki kriteria cukup layak antara lain
keakuratan fakta dan konsep, mengembangan keterampilan proses, kelengkapan
isi, dan pendahuluan. Aspek-aspek yang memiliki kriteria sangat layak tidak
memerlukan revisi yang signifikan sedangkan aspek yang memiliki kriteria cukup
layak memerlukan revisi pada beberapa bagian yang diperlukan dengan
memperhatikan saran yang diberikan oleh tim penelaah ahli materi seperti yang
tertuang dalam Tabel 3.

Tabel 3 Komentar, Saran, dan Kritik dari Tim Penelaah Ahli Materi
No
Aspek
Komentar, Kritik, dan Saran
1.
Kesesuaian
uraian
materi
Motoriknya perlu dijelaskan
dengan SK dan KD
2.
Keakuratan Materi
Ilustrasi coba kejadian di sekitar siswa
3.
Teknik Penyajian pembelajaran Gambar video diperjelas
Video dalam refleksi terlalu cepat, beri jeda waktu
untuk membaca
Bahasa Inggris sangat minim
4.
Penyajian pembelajaran
Gambar kurang proporsional
Visualisasi dalam bentuk video atau animasi perlu
dilengkapi
5.
Kelengkapan penyajian
Istilah bahasa inggris minim
6.
Komentar secara umum
Modul sudah bagus dan sudah sesuai untuk
pembelajaran IPA di SMP
Secara umum,modul ini sudah bagus dan layak
digunakan. Namun perlu sedikit perbaikan pada
beberapa bagian.
Selama memungkinkan, buatlah dalam bentuk video,
paling tidak animasinya, di samping ada gambar.

Hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu oleh ahli media
memperoleh nilai rata-rata 3,10 dengan kriteria cukup layak. Dari data penilaian
ini, dapat disimpulkan bahwa memerlukan revisi pada beberapa bagian yang perlu
direvisi, dan cukup layak digunakan sebagai bahan ajar mandiri siswa SMP kelas
VII. Adapun data hasil penilaian dari tim penelaah ahli materi pada setiap aspek
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Nilai Rata-Rata Hasil Penilaian Modul Interaktif IPA Terpadu oleh Ahli Media
No Aspek
Rata-rata
Keterangan
1.
Tombol Navigasi Modul
3
Cukup Layak
2.
Penyajian Informasi
3,33
Sangat Layak
3.
Artistik dan Estetika
2,33
Kurang Layak
4.
Unsur Kecerdasan yang Ditingkatkan
3,5
Sangat Layak
5.
Fungsi Modul secara Keseluruhan
4
Sangat Layak
Nilai Rata-Rata Total
3,10
Cukup Layak

Kriteria hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu oleh ahli media
pada setiap aspek adalah sangat layak, cukup layak, dan kurang layak. Aspek

yang memiliki kriteria sangat layak yaitu penyajian informasi, unsur kecerdasan
yang ditingkatkan, dan fungsi modul secara keseluruhan. Aspek yang memiliki
kriteria cukup layak yaitu tombol navigasi modul, dan aspek yang memiliki
kriteria kurang layak yaitu artistik dan estetika. Aspek-aspek yang memiliki
kriteria sangat layak tidak memerlukan revisi yang signifikan sedangkan aspek
yang memiliki kriteria cukup layak dan kurang layak memerlukan revisi pada
beberapa bagian yang diperlukan dengan memperhatikan saran yang diberikan
oleh tim penelaah ahli materi seperti yang tertuang dalam Tabel 5.

Tabel 5 Komentar, Saran, dan Kritik dari Tim Penelaah Ahli Media
No
Aspek
Komentar, Kritik, dan Saran
1.
Tombol navigasi modul
Perlu diperhatikan konsistensi tata letak dan
bentuk tombol navigasi
2.
Artistik dan estetika
Perbaiki bagian yang kurang menarik (efek
transisi halaman peta konsep)
3.
Komentar secara umum
Perlu dibuatkan panduan penggunaan media
Secara keseluruhan modul layak digunakan
sebagai media pembelajaran mandiri dengan
beberapa revisi yang diperlukan

Hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu oleh tim penelaah ahli
materi dan ahli media memperoleh nilai rata-rata 3,36 dengan kriteria sangat
layak. Dari data penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil pengembangan
modul interaktif IPA Terpadu tidak memerlukan revisi yang signifikan, dan layak
digunakan sebagai sarana belajar mandiri siswa SMP kelas VII.
Analisis Data
Berdasarkan data hasil uji kelayakan modul interaktif IPA Terpadu tema
kebakaran hutan oleh ahli materi, diperoleh nilai rata-rata 3,61 dengan kriteria
sangat layak. Dari data penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
pengembangan modul interaktif IPA Terpadu tema kebakaran hutan layak
digunakan sebagai bahan ajar mandiri siswa SMP kelas VII, dan tidak
memerlukan revisi yang signifikan. Sedangkan data hasil uji kelayakan modul
interaktif IPA Terpadu tema kebakaran hutan oleh ahli media, diperoleh nilai ratarata 3,10 dengan kriteria cukup layak. Dari data penilaian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil pengembangan modul interaktif IPA Terpadu tema
kebakaran hutan cukup layak digunakan sebagai bahan ajar mandiri siswa SMP
kelas VII, dan memerlukan revisi pada beberapa bagian yang perlu direvisi.
Selain itu rata-rata nilai pretest peserta didik kelas VII adalah 45,68
sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 89,53. Atau terjadi peningkatan sebesar
43,85. Hal ini disebabkan karena sebelum pretest siswa tidak mendapat perlakuan
pembelajaran dengan modul interaktif berbasis multiple intelligences pada mata
pelajaran IPA Terpadu dengan tema kebakaran hutan sedangkan sebelum posttest
siswa mendapat perlakuan pembelajaran dengan modul interaktif berbasis
multiple intelligences pada mata pelajaran IPA Terpadu dengan tema kebakaran

hutan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 43,85. Modul interaktif IPA Terpadu
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena menggunakan basis multiple
intelligences sehingga dapat mengembangkan kecerdasan siswa yang kurang
menonjol dan kecerdasan
yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar
(Djamarah, 2002:156). Selain itu modul interaktif yang dikembangkan juga
memenuhi semua karakteristik modul interaktif yang dituliskan oleh Riyana
(2007:7). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul interaktif IPA Terpadu
tema kebakaran hasil pengembangan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas VII.
Revisi Produk Pengembangan
Berdasarkan hasil uji kelayakan, dapat disimpulkan bahwa modul
interaktif IPA Terpadu yang dikembangkan sudah layak digunakan. Akan tetapi
berdasarkan komentar, kritik, dan saran dari tim penelaah, beberapa bagian modul
interaktif IPA Terpadu masih perlu diperbaiki. Adapun bagian-bagian dari modul
interaktif IPA Terpadu yang diperbaiki terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Revisi Modul Interaktif IPA Terpadu Berdasarkan Komentar, Kritik, dan
Saran dari Tim Penelaah
No
Aspek
Komentar, Kritik, dan Saran
Revisi
1.
Teknik Penyajian
Gambar video diperjelas
Gambar video diperjelas
pembelajaran
Video dalam refleksi terlalu
Jeda waktu dalam video
cepat, beri jeda waktu untuk
refleksi diperpanjang
membaca
Penjelasan dalam
Bahasa Inggris sangat minim
glosarium disajikan dalam
bahasa Inggris dan
Indonesia
2.
Kesesuaian dengan
Istilah bahasa inggris minim
Glosarium disajikan
multiple
secara billingual yaitu
intelligences
dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris
3.
Tombol navigasi
Perlu diperhatikan konsistensi
Menyamakan bentuk
modul
tata letak dan bentuk tombol
tombol
navigasi
4.
Artistik dan estetika Perbaiki bagian yang kurang
Mengubah efek transisi
menarik (efek transisi halaman
halaman peta konsep
peta konsep)
5.
Komentar secara
Perlu dibuatkan panduan
Membuat panduan
umum
penggunaan media
penggunaan media

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa produk
yang dihasilkan berupa program modul interaktif IPA Terpadu tema kebakaran
hutan berbasis multiple intelligences yang dikemas dalam bentuk CD
Pembelajaran sangat layak digunakan dalam pembelajaran terpadu dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Binangun.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai
berikut.

1. Selain dapat digunakan sebagai sarana belajar mandiri siswa, modul interaktif
ini juga dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk mengajar materi IPA Terpadu.
2. Peneliti lain disarankan untuk melakukan uji lapangan di sekolah selain SMP
Negeri 1 Binangun dengan menggunakan modul interaktif IPA Terpadu ini.
3. Peneliti lain disarankan untuk mengembangkan RPP dan lembar kerja siswa
interaktif sebagai pendamping modul interaktif IPA Terpadu tema kebakaran
hutan.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, Herpratiwi, & Tarkono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Modul
Interaktif Konsep Dasar Kerja Motor Lngkah 4 Langkah Kelas X di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang, (Online),
(http://s2tp.fkip.unila.ac.id diakses 02 Mei 2013).
Armstrong, Thomas. 2000. Multiple intelligences in the classroom 2nd edition.
USA: Association for Supervision and Curriculum.
Cahyono. 2009. Pengembangan Paket Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis
Konstruktivisme dengan Tema Kebakaran Hutan untuk Siswa SMP
Negeri 1 Turen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu untuk
SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
DePorter, Bobbi. 1999. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. 2003. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif & kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Riyana, Cepi. 2007. Pedoman Pengembangan Modul Multimedia Interaktif.
Bandung: Program P3AI Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai