LATAR BELAKANG
Di zaman modern ini alat elektronika sudah menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
setiap orang. Di sekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai barangbarang elekronik. Barang elektronik tersusun atas rangkaian elektronika yang dimana dapat
menghantarkan arus listrik, mempunyai tegangan, serta hambatan, hal inilah yang bekerja
dalam suatu rangkaian suatu barang elektronik sehingga barang tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Dalam elektronika terdapat berbagai macam rangkaian elektronika
dari rangkaian yang paling sederhana hingga rangkaian yang sangat kompleks, dimana pada
masing-masing rangkaian tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing.
Rangkaian elektronika ini dasarnya adalah rangkaian yang sederhana hingga menjadi
rangkaian yang kompleks. Rangkaian elektronika yang kompleks merupakan rangkaian
elektronika yang sulit untuk dilakukan pengukuran terhadap rangkaian tersebut karena
rangkaiannya yang rumit. Selain itu, untuk mampu melakukan pengukuran atau mengubah
rangakaian tersebut menjadi rangkaian yang sederhana membutuhkan analisis dan penerapan
beberapa teori untuk bisa menyelesaikan pengukuran pada rangkaian tersebut. Untuk sebuah
perangkat elektronika yang menggunakan rangkaian sederhana yang dapat dengan mudah
dilakukan analisis serta pengukuran besaran-besarannya, namun jika perangkat tersebut
menggunakan rangkaian yang rumit maka akan sangat sulit untuk melakukan analisis
maupun pengukuran terhadap rangkaiannya secara langsung.
Para ilmuan mencari suatu strategi yang nantinya akan dapat digunakan untuk
menganalisis rangkaian elektronika yang rumit hanya dengan menggunakan metode yang
cukup sederhana. Strategi yang umum digunakan dalam meganalisis rangkaian listrik adalah
melakukan penyederhanaan rangkaian seminimal mungkin. Dalam hal ini, bagaimana
caranya agar mendapatkan sub rangkaian paling sederhana dimana paling sedikit elemennya
tanpa mengubah besar arus dan tegangan diluar rangkaian. Rangkaian sederhana dengan
hasil pengukuran yang sama dengan rangkaian aslinya tersebut disebut sebagai rangkaian
setara. Dalam hal rangkaian setara dikenal rangkaian setara thevenin dan norton. Rangkaian
setara thevenin merupakan rangkaian setara dengan hambatan yang disusun seri dengan
sumber tegangan. Sedangkan rangkaian setara norton merupakan rangkaian setara dengan
hambatan yang disusun paralel dengan sumber arus.
Dengan rangkaian setara tersebut kita dapat melakukan pengukuran pada keluaran
suatu rangkaian kompleks. Hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk melakukan percobaan
ini, dimana tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan
pengukuran tegangan thevenin, hambatan thevenin, dan arus norton dari rangkaian-rangkaian
sederhana dan menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output
rangkaian elektronik dengan menggunakan teorema thevenin dan norton. Oleh karena itu
percobaan kali ini diberi judul rangkaian setara thevenin dan norton.
TUJUAN PERCOBAAN
beban saat hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan Thevenin terkadang disebut
dengan tegangan rangkaian terbuka. Definisinya:
V TH =V OC
(1.1)
Hambatan Thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar terminal beban saat
seluruh sumber dibuat nol (dihubungsingkat) dan hambatan beban terbuka. Definisinya:
RTH =R OC
(1.2)
Menurunkan sumber tegangan nol memiliki arti yang berbeda antara sumber tegangan
dan sumber arus. Ketika kita menurunkan sumber tegangan menjadi nol, secara efektif kita
menghubungsingkat sumber karena hal tesebut merupakan satu-satunya cara untuk
menjamin tegangan nol ketika arus melewati sumber tegangan. Ketika kita menurunkan
sumber arus menjadi nol, secara efektif kita membuka sumber hal tersebut merupakan satusatunya cara untuk menjamin arus nol ketika ada tegangan pada sumber arus, secara singkat :
1. Untuk membuat sumber tegangan menjadi nol, hubung singkat sumber.
2. Untuk membuat sumber arus menjadi nol, buka sumber. (Bakri, 2015:41-42)
Gambar 1.1 memperlihatkan sebuah kotak hitam (black box) yang mengandung
rangkaian dengan sumber searah (DC) dan hambatan linier (hambatan yang tidak berubah
dengan naiknya tegangan). (Tim penyusun, 2016).
a
Rangkaian dengan sumber DC dan Tahanan Linier
(a)
+
VTH
_
RTH
b
(b)
a
b
RL
Gambar 1.1. (a) kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya, (b) rangkaian
setara Thevenin.
Thevenin dapat membuktikan bahwa betapapun rumitnya suatu rangkaian dalam kotak
hitam spseti pada gambar 1.1 (a) rangkaian tersebut akan menghasilkan arus beban yang
sama dengan rangkaian sederhana pada gambar 1.1 (b). Penurunan :
I L=
V TH
R TH + R L
Teorema Thevenin merupakan alat bantu aplikatif dalam dunia elektronika. Teorema ini
tidak hanya menyederhanakan perhitungan, tetapi juga memungkinkan kita untuk
menjelaskan operasi rangkaian yang tidak mampu dijelaskan hanya dengan menggunakan
persamaan Kirchhoff. (Tim penyusun, 2016).
Teorema Norton
Arus Norton, IN, didefinisikan sebagai arus beban saat hambatan beban dihubung
singkat. Karena ini, arus Norton terkadang disebut juga dengan arus hubung singkat (Short
Circuit Current, ISC). Sebagai definisi :
Arus Norton : IN = ISC
(1. 3)
Hambatan Norton, RN, adalah hambatan yang diukur oleh ohmmeter pada terminal
beban saat seluruh sumber diturunkan menjadi nol dan hambatan beban dibuka (dilepas).
Sebagai definisi Hambatan Norton :
RN = ROC
(1.4)
Karena hambatan Thevenin dan hambatan Norton memiliki definisi yang sama, maka
dapat dituliskan :
RN = RTH
(1.5)
Penurunan ini menunjukan bahwa hambatan Thevenin sama dengan hambatan Norton.
Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah kotak hitam (Black Box) yang mengandung
rangkaian apa saja dengan sumber searah dan hambatan linier.
a
RL
IN
RN
RL
b
(a)
(b)
Gambar 1.2. (a) kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya, (b) rangkaian
setara Norton.
Norton membuktikan bahwa rangkaian dalam kotak hitam pada seperti pada Gambar
1.2 (a) di atas akan menghasilkan tegangan beban yang sama dengan rangkaian sederhana
Gambar 1.2 (b). Sebagai penurunan, theorema Norton terlihat sebagai berikut.
VL = IN (RN | | RL)
(1.6)
a
(Tim penyusun, 2016)
Dengan kata lain, tegangan beban sama dengan arus Norton dikalikan dengan hambatan
Rangkaian dengan sumber DC dan Tahanan Linier
Norton yang parallel dengan hambatan beban.
(a)
2. Arus beban adalah besarnya arus yang terukur melewati beban ketika potensiometer
mengalami perubahan diukur dengan menggunakan multimeter digital dengan satuan
mA.
3. Tegangan sumber (Vs) adalah tegangan yang berasal dari power supply yang terbaca pada
pada multimeter digital dan satuannya adalah volt.
4. Resistansi resistor adalah nilai dari resistor yang digunakan sebagai penghambat
berdasarkan spesifikasi dari cincin warna yang tertera pada resistor dengan satuan ohm.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan rangkaian setara Theveni-Norton adalah
1. Mencatat spesifikasi masing-masing komponen yang digunakan,
2. Kemudian dibuat rangkaian seperti gambar berikut di atas papan kit (resistor dipilih
sedemikian rupa sehingga nilai R 1, R2 dan R3 tidak terlalu jauh perbedaannya untuk
menghindari disipasi daya berlebih).
3. Setelah itu, tegangan sumber Vs diatur sebesar 2 V lalu diukur tegangan rangkaian buka
(Voc) antara titik A dan B (tanpa beban R L) dan arus dihubung singkat (Isc) dengan
multimeter digital melintasi A-B (Voc dan Isc tidak diukur bersamaan).
4. Diukur pula besar resistansi total rangkaian dengan melepas power supply (rangkaian
dihubung singkat pada posisi sumber dan tanpa beban).
5. Kemudian dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan dan langkah tersebut diulangi
dengan memanipulasi tegangan sumbernya (4 V, 6 V, 8V dan 10 V).
6. Selanjutnya dipasang beban RL pada keluaran rangkaian seperti pada gambar berikut:
7. Kemudian, diatur potensiometer pada posisi minimum dan diukur tegangan keluaran
(Vo) dan arus beban (IL).
8. Dilanjutkan dengan mengubah nilai RL hingga maksimum danhasilnya dicatat pada tabel
hasil pengamatan.
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Pengamatan
R1 =
|1,800 5 | k
|2,200 5 | k
R3 = |3,900 5 | k
R2 =
RTH = 1,58 k
Kegiatan 1
Tabel 1. Hubungan antara tegangan sumber terhadap tegangan thevenin dan arus norton.
No
Vs (volt)
Voc (volt)
IN (mA)
1.
|2,00 0,01|
|0,5 0,01|
|0,30 0,01|
2.
|4,00 0,01|
|1,05 0,01|
|0,64 0,01|
3.
|6,00 0,01|
|1,61 0,01|
|1,01 0,01|
4.
|8,00 0,01|
|2,16 0,01|
|1,34 0,01|
5.
6.
|10,00 0,01|
|2,72 0,01|
|1,70 0,01|
|12,00 0,01|
|3,29 0,01|
|2,06 0,01|
Kegiatan 2
Vs = 12 volt
Tabel 2. Hubungan antara tegangan output dengan arus beban.
No.
Vo (volt)
IL (mA)
1.
|1,26 0,01|
|1,27 0,01|
2.
|1,83 0,01|
|0,92 0,01|
3.
|2,16 0,01|
|0,71 0,01|
4.
|2,35 0,01|
|0,58 0,01|
5.
|2,49 0,01|
|0,49 0,01|
6.
7.
8.
9.
|2,51 0,01|
|0,41 0,01|
|2,57 0,01|
|0,36 0,01|
|2,63 0,01|
|0,32 0,01|
|2,70 0,01|
|0,29 0,01|
Analisis Data
Secara teori
RTh = R3 + R1 // R2
RTh = 22 10
R1 R2
R 1 + R2
RTh = 22 102
(56 10 )+(33 10 )
1848 104 2
2
89 10
RTh = 22 102
RTh = 22 102
+ 20,76 102
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
R Th
RTh
RTh
praktikum
teori
rata rata
|(
100 %
4,25 k 4,276 k
R Th
+R
|(
|(
praktikum
Thteori
0,026 k
4,25 k + 4,276 k
2
0,026 k
8,526 k
2
100 %
R2
R 1+ R 2
100 %
k
|0,026
4,263 k |
VTh =
100 %
Vs
100 %
VTh =
33 10
56 102 +(33 102 )
VTh =
33 10
2
89 10
2V
2V
VTh = 0,3708 2 V
VTh = 0,74 V
Secara praktikum
VTh = 0,668 V
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
V Th
RTh
praktikum
V Th
teori
rata rata
|(
100 %
0,668V 0,74 V
V Th
+V
praktikum
Thteori
100 %
|(
)|
|( )|
0,072V
0,668 V +0,74 V
2
0,072V
1,408V
2
100 %
V
|0,072
0,704 V |
100 %
V Th
RTh
IN =
0,74 V
4,276 k
IN = 0,17 mA
Secara praktikum
IN = 0,15 mA
%diff =
IN
IN
I N
praktikum
rata rata
teori
100 %
100 %
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
|(
0,15 mA0,17 mA
IN
+I
praktikum
N teori
100 %
|(
)|
|( )|
0,02mA
0,15 mA +0,17 mA
2
0,02 mA
0,32 mA
2
100 %
100 %
mA
|0,02
0,16 mA |
100 %
R2
R 1+ R 2
VTh =
33 102
56 102 +(33 102 )
VTh =
33 102
89 102
Vs
4V
4V
VTh = 0,3708 4 V
VTh = 1,48 V
Secara praktikum
VTh = 1,462 V
%diff =
%diff =
%diff =
V Th
RTh
praktikum
V Th
rata rata
|(
teori
100 %
1,462V 1,48V
V Th +V
|(
praktikum
Thteori
0,018 V
1,462V +1,48 V
2
100 %
100 %
%diff =
%diff =
|( )|
0,018V
2,942V
2
V
|0,018
1,471V |
100 %
100 %
V Th
RTh
IN =
1,48 V
4,276 k
IN = 0,35 mA
Secara praktikum
IN = 0,33 mA
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
IN
IN
I N
praktikum
|(
teori
rata rata
0,33 mA0,35 mA
IN
+I
praktikum
N teori
|(
)|
|( )|
0,02 mA
0,33 mA +0,35 mA
2
0,02 mA
0,68 mA
2
mA
|0,02
0,36 mA |
100 %
R2
R 1+ R 2
Vs
100 %
100 %
100 %
100 %
VTh =
33 10
56 102 +(33 102 )
VTh =
33 10
2
89 10
6V
6V
VTh = 0,3708 6 V
VTh = 2,22 V
Secara praktikum
VTh = 2,163 V
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
V Th
RTh
praktikum
V Th
teori
rata rata
|(
100 %
2,163V 2,22V
V Th +V
praktikum
Thteori
100 %
|(
)|
|( )|
0,057 V
2,163 V + 2,22V
2
0,057 V
4,383 V
2
100 %
V
|0,057
2,1915V |
100 %
V Th
RTh
IN =
2,22V
4,276 k
IN = 0,52 mA
Secara praktikum
IN = 0,51 mA
%diff =
IN
IN
I N
praktikum
rata rata
teori
100 %
100 %
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
|(
0,51mA 0,52 mA
IN
+I
praktikum
N teori
100 %
|(
)|
|( )|
0,01 mA
0,51 mA +0,52 mA
2
0,01 mA
1,03 mA
2
100 %
100 %
mA
|0,01
0,515mA |
100 %
4. Data 4
Untuk Vs = 8 V
a. Tegangan thevenin
Secara teori
VTh =
R2
R 1+ R 2
VTh =
33 102
56 102 +(33 102 )
VTh =
33 102
89 102
Vs
8V
8V
VTh = 0,3708 8 V
VTh = 2,97 V
Secara praktikum
VTh = 2,933 V
%diff =
%diff =
V Th
RTh
praktikum
V Th
rata rata
|(
teori
100 %
2,933V 2,97 V
V Th
+V
praktikum
Thteori
100 %
%diff =
%diff =
%diff =
|(
)|
|( )|
0,037 V
2,933 V + 2,97 V
2
0,037V
5,903V
2
100 %
100 %
V
|0,037
2,9515V |
100 %
V Th
RTh
IN =
2,97 V
4,276 k
IN = 0,69 mA
Secara praktikum
IN = 0,68 mA
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
IN
IN
I N
praktikum
|(
teori
rata rata
100 %
0,68 mA0,69 mA
IN
+I
praktikum
N teori
|(
)|
|( )|
0,01 mA
0,68 mA +0,69 mA
2
0,01 mA
1,37 mA
2
mA
|0,01
0,685mA |
100 %
100 %
100 %
100 %
Secara teori
VTh =
R2
R 1+ R 2
VTh =
33 102
56 102 +(33 102 )
VTh =
33 102
89 102
Vs
10 V
10 V
VTh = 0,3708 10 V
VTh = 3,71 V
Secara praktikum
VTh = 3,671 V
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
V Th
RTh
praktikum
V Th
teori
rata rata
|(
100 %
3,671V 3,71V
V Th +V
praktikum
Thteori
100 %
|(
)|
|( )|
0,039 V
3,671V +3,71 V
2
0,039V
7,381V
2
V
|0,039
3,6905V |
V Th
RTh
IN =
3,71V
4,276 k
IN = 0,87 mA
Secara praktikum
IN = 0,84 mA
100 %
100 %
100 %
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
%diff =
IN
IN
I N
praktikum
|(
teori
rata rata
100 %
0,84 mA 0,87 mA
IN
+I
praktikum
N teori
|(
)|
|( )|
0,03 mA
0,84 mA + 0,87 mA
2
0,03 mA
1,71 mA
2
mA
|0,03
0,855mA |
100 %
100 %
100 %
100 %
A. Grafik
(Di file yang satu yang di print, jangan yang ini nah !!!)
Catatan: Hanya untuk grafik ji.
Analisis Grafik
Secara grafik
RL = m
RL = 3,474 k
Secara teori
RTh = R3 + R1 // R2
R1 R2
R 1 + R2
1848 10
2
89 10
RTh = 22 102
RTh = 22 10
RTh = 22 10
)
4
+ 20,76 102
RTh = 22 102
%diff =
%diff =
R Th R
R Th
4,276 k 3,474 k
RTh +R
teori
Lgrafik
ratarata
|(
|
teori
100 %
Lgrafik
0,802 k
4,276 k +3,474 k
2
100 %
100 %
%diff =
%diff =
|( )|
0,802 k
7,75 k
2
k
|0,802
3,875 k |
100 %
100 %
dan 2,2 k .
%. Hal ini menandakan bahwa data yang diperoleh melalui percobaan ini tidak terlalu jauh
berbeda dengan hasil yang diperoleh berdasarkan analisis teori. Berdasarkan analisis yang
telah diperoleh, besar tegangan Thevenin secara teori berturut-turut sebesar 0,74 V, 1,48 V,
2,22 V, 2,97 V dan 3,71 V dengan presentase perbedaannya masing-masing dengan hasil
yang diperoleh secara praktikum berturut-turut sebesar 10,23 %, 1,22 %, 2,6 %, 1,25 % dan
1,06 % dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin besar tegangan sumber yang diberikan
maka akan diperoleh tegangan Thevenin yang semakin besar pula. Dan besar arus Norton
yang diperoleh secara teori berturut-turut sebesar 0,17 mA, 0,35 mA, 0,52 mA, 0,69 mA dan
0,87 mA dengan presentase perbedaannya masing-masing dengan hasil yang diperoleh
secara praktikum berturut-turut sebesar 12,5 %, 5,56 %, 1,94 %, 1,46 % dan 3,51 % dari
hasil tersebut diketahui bahwa semakin besar tegangan sumber yang diberikan maka akan
diperoleh arus Norton yang semakin besar pula. Dari hasil praktikum dan analisis data
diketahui bahwa pada percobaan kegiatan pertama mendekati hasil yang sebenarnya karena
memiliki ketepatan data yang baik dilihat pada persentasi perbedaannya yang tidak terlalu
besar.
Pada kegiatan kedua yaitu mengukur besar tegangan keluaran dan arus beban.
Kegiatan ini menggunakan potensiometer sebagai hambatan beban. Pengukuran terhadap
tegangan keluaran dengan memutar potensiometer sebesar 1 k
dan mengatur
tegangan keluaran mengalami kenaikan setiap 0,5 volt. Dengan tegangan keluaran 0,40 volt,
0,45 volt, 0,50 volt, 0,55 volt, 0,60 volt dan 0,65 volt sehingga ketika potensiometer diputar
berdasarkan kenaikan tegangan keluaran tersebut menghasilkan arus beban yang terbaca
pada amperemeter yaitu 0,74 mA, 0,70 mA, 0,69 mA, 0,69 mA, 0,68 mA dan 0,64 mA. Dari
hasil pengamatan dan analisis data diketahui bahwa tegangan keluaran berbanding terbalik
dengan arus beban dimana semakin kecil tegangan keluaran yang diberikan arus beban akan
semakin besar. Berdasarkan analisis grafik diperoleh nilai hambatan Thevenin sebesar 0,580
yang dieroleh dari nilai m (gradien) pada fungsi y, tetapi memiliki presentase perbedaan
secara teori dan praktikum yang cukup besar dengan nilai hambatan berdasarkan perhitungan
secara grafik yaitu
RTH =3,474 k