Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman modal asing memerlukan hukum dan konstitusi hokum yang kondusif,
dalam hal ini kepastian hukum merupakan unsur yang sama pentingnya dengan stabilitas
politik dan kesempatan ekonomi. Sementara itu pertumbuhan investasi penanaman modal
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal pertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional.
Pembangunan ekonomi nasional ini bermaksud untuk mewujudkan kedaulatan politik dan
ekonomi Indonesia, dimana untuk merealisasikannya diperlukan peningkatan
penanaman modal atau investasi untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan
ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam maupun dari pihak asing
tersebut.
Pengaturan hukum dalam bidang alih teknologi yang berkaitan dengan penanaman modal
asing juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk masuknya teknologi baru di Indonesia,
apakah melalui kerjasama lisensi atau melalui penanaman modal asing secara langsung, dan
apakah pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian lisensi tersebut. Untuk itu, perlu menjabarkan dengan tegas harus bagaimana
mekanisme pengalihan teknologi dari pemilik teknologi asing kepada teknologi Indonesia,
sehingga produksi suatu teknologi akan lebih meluas ke negera-negara berkembang.
Hukum sebagai sarana pembaharuan sosial harus mampu untuk memberikan
pengaturan terhadap perkembangan baru, untuk itu alih teknologi juga perlu diatur dengan
hukum Indonesia agar jelas kepastian hukumnya bagi para pihak yang terkait. Sebagai negara
berkembang yang menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peranan
penting dalam mempercepat pembangunan sosial ekonomi nasional dan khususnya dalam
memperlancar peningkatan produksi barang dan jasa dalam sektor industri serta masuknya
teknologi asing yang tepat dari luar negeri ke dalam negeri dengan ketentuan-ketentuan,
syarat-syarat dan harga yang menguntungkan bagi kepentingan nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Penanaman Modal ?
2. Bagaimana Pengertian Penanaman Modal dalam negeri ?
3. Bagaimana Pengertian Penanaman Modal Asing ?
4. Bagaimana hak dan kewajiban penanaman modal ?
5. Bagaimana asas dan tujuan penanaman modal ?
6. Bagaimana Penyelesaian sengketa penanaman modal?
C. Manfaat Penulisan
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji tentang perbankan syariah.
Sedangkan secara khusus penulisanmakalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mengkaji Pengertian Penanaman Modal
2. Mengetahui dan mengkaji Pengertian Penanaman Modal dalam negeri
3. Mengetahui dan mengkaji pengertian penanaman modal asing
4. Mengetahui dan mengkaji hak dan kewajiban penanaman modal
5. Mengetahui dan mengkaji asas dan tujuan penanaman modal
6. Mengetahui dan mengkaji penyelesaian penanaman modal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penanaman Modal
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia.
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan penanaman modal
dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang tersebut, penanaman modal dalam negeri
adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat
Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun
swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan /disediakan
guna menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1
Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya.
Dalam Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak mengadakan
pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena
itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undangundang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang
terdiri dari dua undang-undang, yaitu Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan UndangUndang Penanaman Modal Dalam Negeri
Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan penanaman modal dari
sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi
disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:
Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya;
1. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;

2. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa


mendatang.
Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri, kegiatan penanaman modal pada
hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua,
B. Pengertian Modal Dalam Negeri

Pengertian
Penanaman Modal Dalam Negeri atau (PMDN) adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanam modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri,
dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia.
Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur
didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal.

Arti Penting PMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan kunci utama pertumbuhan


ekonomi nasional. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan membawa menuju kearah
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa kearah spesialisai dan
penghematan produksi dalam skala yang luas. Investasi di bidang barang modal tidak hanya
meningkatkan produksi tetapi juga meningkatkan penggunaan tenaga kerja.
Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) menghasilkan kenaikan output nasional dan
pendapatan nasional sehingga dapat memecahkan masalah inflasi, neraca pembayaran dan
melunasi utang luar negeri. Sumber-sumber yang dapat diarahkan untuk pembentukan modal
adalah kenaikan pendapatan nasional,

pengurangan tingkat konsumsi, penggalakan tabungan, pendirian lembaga keuangan,


menggerakkan simpanan emas dan sebagainya. Sumber domestik yang paling efektif adalah
tabungan yaitu tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat.
o Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan penggunaan modal untuk
usaha-usaha dalam mendorong pembanguanan ekonomi pada umumnya. Inti dari
pembentukan modal adalah pengalihan sumber daya yang sekarang ada pada
masyarakat dengan tujuan meningkatkan persediaan barang modal sehingga
memungkinkan perluasan output yang dapat dikonsumsi pada masa depan.

Penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mempertinggi


kemakmuran rakyat, modal merupakan factor yang sangat penting dan menentukan

Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri dengan


cara rehabilitasi pembaharuan, perluasan , pemnbangunan dalam bidang produksi
barang dan jasa

Perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan yang


mendorong investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia

Dibukanya bidang-bidang usaha yang diperuntukan bagi sector swasta

Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada kemampuan rakyat Indonesia


sendiri

Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing

Penanaman modal (investment), penanaman uang aatau modal dalam suatu usaha dengan
tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tsb. Investasi sebagai wahana dimana dana
ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau menaikkan nilai atau memberikan
hasil yang positif.
Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan yang dimaksud dengan penanam
modal dalam negeri adalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM)
Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha yang ada di
Indonesia. Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib
dilaksanakan oleh pemerintah

PMDN di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta nasional.


Misal : perikanan,perkebunan
PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal: di bidang telekomunikasi,perkebunan

Tata Cara PMDN

Cara menanam modal dalam negeri adalah dengan menyediakan dokumen pendukung
permohonan berupa:
1. Bukti diri pemohon
Rekaman Akte Pendirian perusahaan dan perubahannya untuk PT, BUMN/ BUMD,
CV, Fa; atau
Rekaman Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; atau
Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk Perorangan.
2. Surat Kuasa dari yang berhak apabila penandatangan permohonan bukan
dilakukaNoleh pemohon sendiri.
3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon.
4. Uraian Rencana Kegiatan :
Uraian Proses Produksi yang dilengkapi dengan alir proses (Flow Chart), serta
mencantumkan jenis bahan baku/bahan penolong, bagi industri pengolahan; atau
Uraian kegiatan usaha, bagi kegiatan di bidang jasa.
5. Syarat
Persyaratan dan/atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh Pemerintah,
seperti yang tercantum antara lain dalam Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penanaman Modal.
Khusus sektor pertambangan yang merupakan kegiatan ekstraksi, sektor energi, sektor
perkebunan kelapa sawit dan sektor perikanan harus dapat rekomendasi dari instansi
yang bersangkutan.
Khusus untuk bidang usaha industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit yang
bahan bakunya tidak berasal dari kebun sendiri,
6. Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan :
Kesepakatan/perjanjian kerjasama tertulis

Akta Pendirian atau perubahannya atau risalah RUPS mengenai penyertaan Usaha
Kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan
saham.
7. Surat Pernyataan di atas materai dari Usaha Kecil yang menerangkan bahwa yang
bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995.
C. Pengertian Penanaman Modal Asing
Pengertian
Penanaman Modal Asing atau (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.
Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal
Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal).
pengertian modal asing dalam undang undang tersebut adalah:
o Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan
perusahaan di Indonesia.
o Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing
dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama
alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
o Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang undang ini keuntungan yang
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di
Indonesia.

Arti Penting Penanaman Modal Asing di Indonesia


o Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar kecilnya keuntungan
bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi yang bebas
bagi perusahaan.
7

o Investasi asing meningkatkan kompetisi di negara tujuan. Masuknya perusahaan baru


dalam sektor yang tidak diperdagangkan (non tradable sector) meningkatkan output
industri dan menurunkan harga domestik, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan.
o Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan negara
tujuan (investment gap).

bentuk-bentuk Penanaman Modal Asing di Indonesia


Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu (Pandji
Anoraga, 1995: 46) :
Investasi Portofolio
Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga
seperti saham dan obligasi. Dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke perusahaan
yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka lapangan kerja baru.
Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas
usahanya atau membuka usaha baru, hal ini berarti pula membuka lapangan kerja. Tidak
sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk memperkuat struktur modal atau
mungkin malah untuk membayar hutang bank. Selain itu, dalam proses ini tidak terjadi
alih teknologi atau alih keterampilan manajemen
Investasi Langsung
Investasi langsung atau disebut juga dengan penanaman modal asing (PMA) merupakan
bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.
Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct investment (FDI) lebih banyak
mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, penanaman modal
asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka
lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan, mengingat bahwa masalah
menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah.
ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional berdasarkan
undang-undang penanaman modal asing No. 1 Tahun 1967 yaitu
a) Joint Venture

Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal
nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual).
a) Joint Enterprise
Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan
penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan
hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint
Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal
dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.

b) Kontrak Karya
Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama
antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal
asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan
perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal
nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja
sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN.
Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika
Serikat.
4. Contoh Penanaman Modal Asing
Sorikmas Mining (SMM) adalah sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang bergerak di bidang usaha pertambangan emas dan mineral pengikut lainnya.
Kertas Kraft Aceh atau yang biasanya disingkat dengan PT. KKA adalah sebuah
perusahaan penghasil kertas kantong semen. Berdasarkan surat persetujuan Presiden
Republik Indonesia No. I/PMA/1983 tanggal 12 april 1983. Kertas Kraft Aceh
ditetapkan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing.
D. Hak dan Kewajiban Penanaman Modal
Hak Penanaman Modal

Mengenai hak penanam modal di atur dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal berhak untuk mendapat hal-hal sebagai
berikut.
Kepastian hak, kepastian hukum, dan kepastian perlindungan
Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh
hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang di tentukan.
Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum dan
ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan
kebijakan bagi penanam modal.
Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanam modal.

Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya


Hak pelayanan berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kewajiban Penanaman Modal
Mengenai kewajiban penanam modal di atur dalam Pasal 15 Undang- undang No. 25 tahun
2007 yang menentukan bahwa setiap penanam modal mempunyai kewajiban untuk:
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, yaitu tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
setempat;
Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada
Badan Koordinasi Penanaman Modal, di mana laporan ini merupakan laporan
kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan
kendala yang di hadapi penanam modal yang di sampaikan secara berkala kepada
BKPM dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal;
Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman
modal;
10

Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.


Kewajiban penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum,
mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola
perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya
masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan
tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha
yang seha, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan
kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong upaya ketaatan penanam modal
terhadap peraturan perundang-undangan. (Penjelasan umum UUPM No. 25 Tahun
2007.)
Adapun yang menjadi kewajiban masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
seperti termuat dalam Bab III pasal 6, Bab V pasal 16, dan Pasal 17 Undang-Undang No.23
Tahun 1997 yaitu:
Pasal 6 : Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan
informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 16 :setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan limbah hasil usaha dan atau kegiatan tersebut. Penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyerahkan
pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain. Ketentuan pelaksanaan pasal ini
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 : setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
Mengenai kewajiban dari penanam modal yang termuat dalam Pasal 15 UUPM No. 25 Tahun
2007, apabila dihubungkan dengan Pasal 6, Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-undang No. 23
Tahun 1997 tentang UUPLH maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman
modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

11

Mengenai tanggung jawab penanam modal di atur dalam pasal 16 Undang-undang No. 25
tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk
Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal
menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara
sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal
lain yang merugikan negara;
Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;
Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Khusus untuk yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, menurut
ketentuan Pasal 17, wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
E. Asas Dan Tujuan Penanaman Modal
Asas Penanaman Modal Menurut Undang Undang
Sejalan dengan tujuan, pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal,
ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menentukan
bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
Kepastian hukum, yaitu asas dalam Negara hukum yang meletakkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan
tindakan dalam kegiatan penanaman modal.
Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman
modal.
Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaukatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

12

Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara,yaitu asas perlakuan
pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara
penanam modal dari suatu Negara asing dengan penanam modal dari Negara asing
lainnya.
Kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara
bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendasaru pelaksanaan penanaman modal
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan

dalam usaha mewujudkan iklim

usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.


Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan
kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa
datang.
Berwawasan lingkungan, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
hidup.
Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya
modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang berupaya
menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional.
(PenjelasanPasal 3 ayat (1) UUPM No. 25 Tahun 2007.
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan
ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi
ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian
dari penyelenggaraan perekonomian nasional. (Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit.,hal 106-107)
Tujuan Penyelenggaran Penanaman Modal
Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaran penanaman modal antara lain menurut
ketentuan Pasal 3 ayat (2) adalah untuk:
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
13

Menciptakan lapangan kerja;


Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasioanal;
Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
Mengolah ekonomi potensial menjadi kegiatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyelenggaran penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor
penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan
perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang
efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing
tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha

G. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal


Pertimbangan utama bagi investor melakukan investasi adalah adanya jamninan hukum
penyelesaian sengketa penanaman modal, adanya cara penyelesaian sengketa melalui
arbitrase luar negeri merupakan pilihan para investor dengan pertimbangan bahwa para
investor khususnya asing tidak mengenal atau memahami sistem hukum di Negara tempat ia
melakukan investasi.
(Tineke Louise Tuegeh Longdong) Di Indonesia sendiri penyelesaian sengketa penanaman
modal di atur di dalam UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Pasal 32 UUPM mengatur sebagai berikut :
1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut
melalui musyawarah dan mufakat.
2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau
alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14

3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut
melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian
sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan
dilakukan di pengadilan.
4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan
penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui
arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
Pemerintah Indonesia juga telah melakukan rativikasi terhadap Convention on the
Settlement of Investment Dispute between States and National of other States dengan UU
No.5 Tahun 1968, dengan adanya rativikasi ini maka investor asing dapat terlindung dari
resiko investasi termasuk dari resiko politik (seperti: pengambil alihan aset/nasionalisasi).
Tindak lanjut dari konvensi ini adalah dibentuknya lembaga penyelesaian sengketa antara
penanam modal dengan Negara penerima modal The International Cebter for the Settlement
of Investmen Dispute (ICSID), akan tetapi yang perlu diingat juga bahwa Pasal 2 UU No.5
Tahun 1968 menyatakan Pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan
bahwa sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara Republik Indonesia dan Warga
Negara Asing diputuskan menurut konvensi dan untuk mewaikili Republik Indonesi dalam
perselisihan tersebut dengan hak subtitusi dengan demikian tidak berarti secara otomatis
setiap sengketa harus di selesaikan di dewan arbitrase ICSID.
Konvensi lain yang berkaitan dengan Arbitrase diatas adalah Konvensi New York 1958
konvensi ini diratifikasii oleh pemerintah RI dengan Keputusan Presiden RI No.34 Tahun
1981. Dalam Pasal III Konvensi New York 1958 disebutkan, tiap Negara peserta dari
konvensi ini akan mengakui keputusan arbitrase luar negeri dan menggapnya sebagai
mengikat serta melaksanakan keputusan arbitrase itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di wilayah dimana keputusan itu diminta untuk dilaksanakan.
Selain peraturan-peraturan tersebut diatas Pemerintah Indonesia juga menerbitkan
Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(UUAAPS), hal ini dilakukan agar tidak ada lagi keraguan tentang pelaksanaan putusan dari
lembaga arbitrase.
Pasal 66 UUAAPS mengatur sebagai berikut :

15

Putusan Arbirase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah Hukum
Republik Indonesia, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu
negara yang dengan negara Indonesia terkait pada perjanjian, baik secara bilateral maupun
multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrasi Internasional.
b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dalam huruf a terbatas pada putusan yang
menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan.
c. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya dapat
dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban
umum.
d. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh
eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan Putusan Arbitrase Internasional
sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai
salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penanaman modal atau investasi merupakan salah satu upaya negara untuk membantu
perekonomian yang telah tertinggal dengan negara maju lainnya. Dengan adanya penanaman
modal ini negara dapat mengelola segala potensi ekonomi yang ada menjadi kekuatan
ekonomi riil.
Oleh sebab itu penanaman modal ini mendapatkan perhatian yang khusus dari
pemerintah karena mengingat kembali begitu besarnya peranan penanaman modal ini bagi
pembangunan nasional. Penanaman modal asing disini artinya bahwa kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
16

Tetapi penanaman modal asing ini telah dibatasi oleh pemerintah Indonesia yaitu
dengan Bidang Usaha Tertutup (Daftar Negatif Investasi) yang artinya penanaman modal
asing telah ditentukan oleh negara apa saja usaha yang boleh dilakukan atau dikembangkan
didalam negara dan tidak boleh dilakukan didalam negara yang akan diinvestasi oleh
penanaman modal asing tersebut.

2. Saran
Dalam penanaman modal asing sebaiknya lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah
agar tidak kecolongan dari adanya pihak-pihak yang menyalah gunakan kekuasaan dengan
memberikan izin penanaman modal asing yang telah dilarang atau yang telah ditentukan oleh
pemerintah dengan bidang usaha tertutup (Daftar Negatif Investasi).
Dan juga agar sumber daya yang ada didalam negara tidak dimamfaatkan oleh
investor asing dengan sembarangan. Lebih diperkuatnya hukum yang ada untuk membatasi
penanaman modal asing atau investasi agar penanaman modal dalam negeri juga dapat
berkembang dan mengelola negara dan bisa bersaing secara adil.
.

DAFTAR PUSTAKA

UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal;

UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa


(UUAAPS);

UU No.5 Tahun 1968 Penyelesaian Perselisihan antara Negara dam Warga Negara
Asing mengenai Penanaman Modal;

Kepres RI No. 34 Tahun 1981

17

Pratama Pupuh Saidu. 2016. Penyelesaian sengketa penanaman modal .


https://fhunram.blogspot.co.id/2016/05/penyelesaian-sengketa-penanamanmodal.html: Diakses pada 11 November 2016.

Akbar Harry. 2014. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Indonesia
http://blogs.unpad.ac.id/kelompok3b-adbis/2014/09/29/penanaman-modal-dalam-negeri-danpenanaman-modal-asing-di-indonesia/: Diakses pada 11 November 2016

Sitorus

Anggi

S.H,.,M,.H.

2011.

Penyelesaian

penanaman

http://anggisitorus.blogspot.co.id/2011/04/penyelesaian-sengketa-penanaman-modal.html:

modal.
Diakses

pada 11 November 2016

18

Anda mungkin juga menyukai