Teori Dasar
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan
luar organism dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar
Fungsi kulit (Mutschler,1991 hal 577):
-
konfigurasi cis (Swarbrick dan Boylan, 1995 ; Williams dan Barry, 2004).
Etanol dapat meningkatkan penetrasi dari levonorgestrel, estradiol, dan
hidrokortison. Efek peningkatan penetrasi etanol tergantung dari konsentrasi
yang digunakan. Fatty alcohol seperti propilen glikol dapat digunakan
sebagai peningkat penetrasi pada konsentrasi 1-10% (Swarbrick dan Boylan,
1995 ; Williams dan Barry, 2004).
ataupun bisa menggunakan bagian kulit dari hewan uji (membran stratum
korneum ular) (Swarbrick dan Boylan, 1995).
Absorpsi perkutan
Penggunaam obat dengan mengaplikasikannya pada kulit disebut dengan
pemberian obat secara perkutan. Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul
obat dari kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk kedalam
sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Mengacu pada Rothaman,
penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan senyawa dari
lingkungan luar ke bagian dalam kulit dalam peredaran darah dan kelenjar getah
bening. Istilah perkutan menunjukan bahwa penembusan terjadi pada lapisan
epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.
Absorbsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi obat
melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada
umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak
bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum korneum adalah lapisan terluar dari
kulit yang terpapar ke permukaan yang masuk ke dalam bagian epidermis kulit.
Stratum komeum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan
yang semi permeabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif,
jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada
konsentrasi obat (Shargel, 1988).
Asam salisilat
Asam salisilat diabsorpsi melalui kulit dan didistribusikan dalam ruang
ekstraseluler dan kadar plasma maksimum tercapai 6-12 jam setelah pemakaian.
Karena 50-80% dari salisilat terikat pada abumin, maka peningkatan kadar serum
salisilat bebas ditemukan pada pasien dengan hipoalbuminemia. Metabolit dalam
urine dari asam salisilat yang diberikan secara topikal meliputi salicyluric acid dan
glukuronida-glukoronida phenolic dan acyl dari asam salisilat; dan hanya 6% dari
keseluruhan dari asam salisilat yang diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Kirakira 95% dari dosis tunggal salisilat diekskresi di dalam urine dalam waktu 24 jam
Daftar Pustaka
Aiache, J.M. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2.. Surabaya: Airlangga
University Press.
Chien Y.W. 1987. Transdermal Controlled Systemic Medication. New York:
Marcel Dekker Inc.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. ITB. Bandung.
Shargel, L. and Andrew, A. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan..
Surabaya : Airlangga University Press.
Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, Percutaneous Absorption, in Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology, Volume 11, Marcel Dekker Inc., New York,
413-445.
Williams, A.C., dan Barry, B.W. 2004. Penetration Enhancers. Advanced Drug
Delivery Reviews. 5(6): 603-61