Anda di halaman 1dari 28

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FEBRUARI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
PKMRS
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN

DISUSUN OLEH
Ditha Fadhila
C11111145
PEMBIMBING
dr. Agus Susanto
dr. Ikhsan Ali
SUPERVISOR
dr. Rahmawaty G, M.Kes, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:
Nama : Ditha Fadhila
NIM

: C11111145

Judul : KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, 23 Februari 2015

Pembimbing 1
Pembimbing 2

dr.Agus Susanto
dr.Ikhsan Ali
Supervisor Pembimbing

dr. Rahmawaty G.,M.Kes, Sp.A

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa dan penentu kualitas
sumber daya manusia di masa yang akan datang, sehingga dibutuhkan anak
dengan kualitas yang baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik. Untuk
mendapatkan kualitas anak yang baik harus dipastikan bahwa tumbuh dan
kembangnya juga baik. Sehingga, pemantauan tumbuh kembang harus dimulai
sejak dini dan secara berkala 1,2
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh).
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.3 Tiga tahun pertama
kehidupan seorang anak merupakan masa kritis perkembangan karena pada masa
ini terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan,
berpikir, keterampilan berbahasa, berbicara, bertingkah laku sosial dan
sebagainya.4
Berbagai masalah perkembangan anak seperti keterlambatan motorik,
berbahasa, perilaku, autisme, hiperaktif, dalam beberapa tahun terakhir ini
semakin meningkat. Angka kejadian di Amerika serikat berkisar 12-16%. Kurang
dari 30% anak yang dapat diidentifikasi penyimpangan perkembangan dan hanya
sekitar 2030% penyimpangan dapat terdeteksi sebelum anak sekolah. Thailand
24%, dan Argentina 22%, di Indonesia antara 13%-18%. 4,5
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut
juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. 6
Untuk mengurangi masalah perkembangan, perlu dilakukan upaya
pencegahan sedini mungkin yaitu dengan melakukan deteksi dini. Salah satu cara
deteksi dini perkembangan yang sistematik, komprehensif, efektif, dan efisien
adalah metode skrining yang dapat dilakukan secara informal maupun formal.4
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,
sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik.7
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan hasil skrining perkembangan
yang berbeda-beda, dengan rentang nilai sebesar 13%-28,5%. Tujuh puluh persen
anak dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining. Sedangkan 70%80% anak dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining
perkembangan yang baik.8

Dikenal beberapa metode skrining yang telah terstandarisasi,


(Parents

Evaluation

of

Developmental

Status),

PDQ

yaitu PEDS
(Prescreening

Developmental Questionnaire) yang dikembangkan dari DDST (Denver


Developmental Screening Test), Denver II, salah satu skrining formal yang telah
banyak digunakan oleh profesi kesehatan di dunia termasuk Indonesia yang
merupakan revisi dari DDST. Selain itu, dikenal KPSP (Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan). Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari

Denver

Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI bekerja


sama dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) pada tahun 1966 yang terdiri
dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lainlain pada tahun 1996. 4,5,7
Selain itu, masih banyak skrining lain seperti BSID (Bayley Scales of Infant
Development), Gessel Infant Scale, dan tes-tes lainnya. 3
KPSP direkomendasikan oleh Depkes RI untuk digunakan di tingkat
pelayanan kesehatan primer sebagai salah satu upaya deteksi dini tumbuh
kembang anak. Metode KPSP ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
seorang anak apakah sesuai dengan usianya ataukah ditemukan kecurigaan
penyimpangan.1 KPSP sangat mudah digunakan baik oleh petugas kesehatan
bahkan bagi guru TK (Taman Kanak-kanak), guru PADU (Pendidikan Anak Dini
Usia), maupun orangtua untuk mendeteksi dini adanya kelainan perkembangan
anak sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan intervensi dini. 8

BAB II
ISI
1. Perkembangan
1.2.
Definisi perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai
6

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses


diferensasi selsel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang

sedemikian

rupa

sehingga

masing-masing

dapat

memenuhi fungsinya termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan


tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.3
1.3.
Ciri-ciri dan prinsip perkembangan
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan

disertai

dengan

perubahan

fungsi.

Misalnya

perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai


pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang
anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak
tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain
yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masingmasing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang


tetap, yaitu:
- Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
-

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (polas sefalokaudal).


Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).


f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur
dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum
berjalan dan sebagainya. 10
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang
saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
- Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan
usaha.

Melalui

belajar,

anak

memperoleh

kemampuan

menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang


-

dimiliki anak.
Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.
Dengan

demikian

perkembangan

seorang

anak

dapat

diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke


tahapan spesifik, dan terjadi kesinambungan. 10
Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap
tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,
dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,


tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya.3,10
1.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.4.1. Faktor dalam (internal)
- Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa
Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa
-

Indonesia atau sebaliknya.


Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur

tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.


Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal (dalam kandungan), tahun pertama kehidupan dan

masa remaja.
Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan
berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah
melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih

cepat.
Genetik. Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.


Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai
dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindrom Down

dan sindrom Turner.


1.4.2. Faktor luar (eksternal)

Faktor Prenatal
o Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir
kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
o Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
o Toksin/zat
kimia.
Beberapa
obat-obatan

seperti

Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan


kongenital seperti palatoskisis.
o Endokrin.
Diabetes
melitus

dapat

menyebabkan

makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.


o Radiasi. Paparan radium dan sinar Rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongential mata, kelainan jantung.
o Infeksi. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,
bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
o Kelainan imunologi. Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
o Anoksia embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh
gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu.
o Psikologi ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
-

salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.


Faktor Persalinan. Komplikasi persalinan pada bayi seperti
trauma kepala, asfiksia (suatu keadaan bayi baru lahir yang

10

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir)


-

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.


Faktor Pascasalin
o Gizi. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat.
o Penyakit kronis/ kelainan kongenital. Tuberkulosis, anemia,
kelainan

jantung

bawaan

mengakibatkan

retardasi

pertumbuhan jasmani.
o Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan adalah tempat
anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak
yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
o Psikologi. Hubungan anak dengan orang sekitarnya.
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya
atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
o Endokrin. Gangguan hormon, misalnya pada penyakit
hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan
pertumbuhan.
o Sosio-ekonomi.

Kemiskinan

selalu

berkaitan

dengan

kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan


ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
o Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
o Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
o Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan
menghambat

pertumbuhan,

demikian

halnya

dengan

pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang

11

menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.


3,10

1.5.

Kebutuhan dasar perkembangan


- Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) meliputi:
o pangan/gizi
o perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,

penimbangan yang teratur, pengobatan


o pemukiman yang layak
o kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan pakaian
o rekreasi, kesegaran jasmani
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH). Kasih sayang dari
orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan
dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,

mental, atau psikososial.


Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH). Stimulasi mental
mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan

sebagainya. 3
1.6.
Tahap-tahap perkembangan anak
Tahap perkembangan anak menurut umur
Umur 0-3 bulan

Mengangkat kepala setinggi 45.

Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

Melihat dan menatap wajah anda.

Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

Suka tertawa keras.

Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak.


Umur 3-6 bulan

Berbalik dan tenglungkup ke telentang.

Mengangkat kepala setinggi 90.

Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.


12

Menggenggam pensil.

Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

Memegang tangannya sendiri.

Berusaha memperluas pandangan.

Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

Menegluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain


sendiri.
Umur 6-9 bulan

Duduk (sikap tripod sendiri).

Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat


yang bersamaan.

Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.

Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.

Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.

Bermain tepuk tangan/ciluk ba.

Bergembira dengan melempar benda.

Makan kue sendiri.


Umur 9-12 bulan

Mengangkat badannya ke posisi berdiri.

Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

Dapat berjalan dengan dituntun.

Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan

Menggenggam erat pensil.

Memasukkan benda ke mulut.

13

Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

Menyebut 2-3 suku kata yanga sama tanpa arti.

Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.

Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

Senang diajak bermain CILUK BA.

Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.


Umur 12-18 bulan

Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

Berjalan mundur 5 langkah.

Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu dengan kata


mama.

Menumpuk 2 kubus.

Memasukkan kubus di kotak.

Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa


mengeluarkan suara yang menyenangkan atau mencari tangan ibu.

Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.


Umur 18-24 bulan

Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.

Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

Bertepuk tangan, melambai-lambai.

Menumpuk 4 buah kubus.

Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Menggelindingkan bola ke arah sasaran.

Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.

Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri.


Umur 24-36 bulan

14

Jalan naik tangga sendiri.

Dapat bermain dan menendang bola kecil.

Mencoret-coret pensil pada kertas.

Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.

Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

Melihat gambar dan menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.

Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat


piring jika diminta.

Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

Melepas pakaiannya sendiri.


Umur 36-48 bulan

Berdiri 1 kaki 2 detik.

Melompat kedua kaki diangkat.

Mengayuh sepeda roda tiga.

Menggambar garis lurus.

Menumpuk 8 buah kubus.

Mengenal 2-4 warna.

Menyebut nama, umur, tempat.

Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.

Mendengarkan cerita.

Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.

Mengenakan celana panjang, kemeja, baju.


Umur 48-60 bulan

Berdiri 1 kaki 6 detik.

Melompat-lompat 1 kaki.

Menari.

Menggambar tanda silang.

Menggambar lingkaran.
15

Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.

Mengancing baju atau pakaian boneka.

Menyebut nama lengkap tanpa dibantu.

Senang menyebut kata-kata baru.

Senang bertanya tentang sesuatu.

Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.

Bicaranya mudah dimengerti.

Bisa

membandingakan/membedakan

sesuatu

dari

ukuran

dan

bentuknya.

Menyebut angka, menghitung jari.

Menyebut nama-nama hari.

Berpakaian sendiri tanpa dibantu.

Menggosok gigi tanpa dibantu.

Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.


Umur 60-72 bulan

Berjalan lurus.

Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.

Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap.

Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.

Menggambar segi empat.

Mengerti arti lawan kata.

Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.

Menjawab

pertanyaan

tentang

benda

terbuat

kegunaannya.

Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 10.

Mengenal warna-warni.

Mengungkapkan simpati.

Mengikuti aturan permainan.


16

dari

apa

dan

Berpakaian sendiri tanpa dibantu. 10

Berikut Tabel Developmental Milestones sesuai gerakan motorik


kasar, motorik halus, kemandirian, problem solving, emosi/sosial, dan
bahasa. 11

1.7.

Gangguan perkembangan
a. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan
indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan
berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada
sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,
psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur
tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat
yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down. Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang
dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang
terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang
berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal.
Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia
yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat

17

menyebabkan

keterlambatan

perkembangan

motorik

dan

keterampilan untuk menolong diri sendiri.


d. Perawakan Pendek. Short stature atau Perawakan Pendek
merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada
di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang
berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena variasi
normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
karena kelainan endokrin.
e. Gangguan Autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.
Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga
gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak
secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada
autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
f. Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
inteleginsia yang

rendah (IQ

< 70) yang

menyebabkan

ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap


tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) .
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan

perhatian

yang

seringkali

disertai

dengan

hiperaktivitas.10
2. KPSP
2.2.
Definisi KPSP
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) merupakan tes
pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan kuesioner
berisi suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para
orang tua atau perintah kepada anak dan dipergunakan sebagai alat
untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3
bulan sampai dengan 6 tahun. Bagi tiap golongan umur terdapat 10
pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak.4,8

18

Kriteria penilaian pada aspek perkembangan terdiri dari: motorik


kasar, motorik halus, kemampuan berbicara dan berbahasa serta
kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.9
Skrining perkembangan untuk deteksi dini pada setiap anak penting
dilakukan, terutama pada anak sampai usia 1 tahun agar bila ditemukan
kecurigaan penyimpangan perkembangan dapat segera dilakukan
intervensi dini sebelum terjadi kelainan. Dari beberapa sumber
kepustakaan
kecurigaan

didapatkan

bahwa intervensi

penyimpangan

perkembangan

sebelum usia 3 tahun.1


2.3.
Tujuan KPSP
Tujuan
dari
KPSP

adalah

pada

anak

sebaiknya

untuk

dengan

dilakukan

mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. 10


2.4.
Alat atau instrumen yang digunakan
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 910 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 072 bulan. 8
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,51 cm. 10
2.5.
Petugas yang dapat melakukan pemeriksaan
Tenaga kesehatan
Guru TK
Petugas PADU terlatih 10
2.6.
Jadwal pemeriksaan atau skrining rutin
Jadwal pemeriksaan atau skrining KPSP rutin adalah pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan, jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali
pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Apabila
orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
perkembangan sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda. 10
Umur
Deteksi Dini

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang


Deteksi Dini
Deteksi Dini
19

Anak
0 bulan
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12
bulan
15
bulan
18
bulan
21
bulan
24
bulan
30
bulan
36
bulan
42
bulan
48
bulan
54
bulan
60
bulan
66
bulan
72
bulan

Penyimpangan

Penyimpangan

Penyimpangan Mental

Pertumbuhan

Perkembangan

Emosional

BB/TB

LK

KPSP

TDD

CHAT*

GPPH
*

KMM

TDL

Tabel 6. Jadwal deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya.10
20

Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi
Badan
LK
: Lingkar Kepala
KPSP
: Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan
TDD
: Tes Daya Dengar
TDL
: Tes Daya Lihat

KMME : Kuesioner Masalah Mental


Emosional
CHAT
: Checklist for Autism in Toddlers
GPPH
: Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas
Tanda* : Deteksi dilakukan atas indikasi

21

2.7.

Prosedur KPSP
Kuesioner praskrining perkembangan merupakan kuesioner untuk skrining
pendahuluan anak umur 3 bulan sampai 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua.
Terdapat 10 pertanyaan mengenai kemampuan perkembangan anak, yang harus
diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan jawaban ya dan tidak, sehingga hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit. Terdapat 16 macam KPSP sesuai umur anak
yaitu umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
Petunjuk Penggunaan:

a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.


b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
-

Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: Dapatkah bayi


makan kue sendiri ?

Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan


tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk.

e. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir.
g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
h. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. 10
2.8.

Interpretasi hasil KPSP


Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.

Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah


melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak


sesuai (S) dengan tahap perkembangannya.

Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak


meragukan (M), tentukan jadwal untuk dilakukan pemeriksaan
ulang dua minggu kemudian sambil dilakukan stimulasi.

Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada


penyimpangan

(P)

maka

anak

pemeriksaan lebih lanjut atau dirujuk.


2.9.

tersebut

memerlukan

7,8,10

Intervensi
Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:

o Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
o Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
o Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
o Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini
Usia (PADU), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
o Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan
pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak
umur 24 sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

o Lakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan yang ditemukan


pada anak tersebut. Misalnya, anak mempunyai penyimpangan gerak kasar,
maka yang diintervensi adalah gerak kasarnya.
o Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. Beri petunjuk pada
orang tua /keluarga agar melakukan intervensi pada anak sesering mungkin,
penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengan
anak agar ia tidak bosan.
o Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
o Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
o Jika hasil skrining ulang anak masih belum mencapai perkembangan sesuai
umurnya (nilai perkembangan anak masih M) kemungkinan ada
penyimpangan. Beri kesempatan orang tua/ keluarga untuk mengintervensi
anaknya selama 2 minggu lagi dengan lebih intensif. Bila perlu dampingi
orang tua/keluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya.
o Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian pada
anak.
Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan
kemandirian). 10
2.9.1.

Pada sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan kemampuan


dasar anak anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan
kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung
secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak
dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembaian kelompok umur
stimulasi anak berikut ini: 10
Periode tumbuh kembang

Kelompok umur stimulasi

Masa prenatal, janin dalam kandungan

Masa prenatal

Masa bayi 0 12 bulan

Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan


Umur 6-9 bulan
Masa anak balita 12-60 bulan

Umur 9-12 bulan


Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan

Masa prasekolah 60-72 bulan


2.10.

Umur 48-60 bulan


Umur 6072 tahun

Cara melakukan pemeriksaan ulang dengan KPSP


Pemeriksaan ulang dengan menggunakan KPSP dilaksanakan pada tiga
keadaan dibawah ini :
- Hasil KPSP negatif atau jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, pemeriksaan ulang
dapat dilakukan
o Tiap 3 bulan untuk usia dibawah 12 bulan
o Tiap 6 bulan untuk usia 12 sampai 72 bulan
Walaupun demikian pemeriksaan yang lebih sering akan lebih baik.
-

Hasil KPSP dengan jawaban Ya = 7 atau 8, pemeriksaan ulang dilakukan


dua minggu kemudian setelah pemeriksaan pertama sambil dilakukan

stimulasi.
Hasil KPSP dengan jawaban Ya = kurang dari 7 atau pemeriksaan ulang
tetap 78, anak perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih

2.11.

lengkap.7,8
Hal yang harus dilakukan apabila terjadi penyimpangan perkembangan
Yaitu dengan melakukan rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi atau stimulasi dilakukan bila hasil meragukan. Intervensi
disarankan tiga kali sehari selama 1530 menit selama 2 minggu sehingga
diharapkan perkembangan anak tersebut dapat menjadi sesuai menurut usia.5

Skrining tumbuh kembang

Jawaban Ya 9-10
(Sesuai)

1.Pujiorang tua/pengasuh.
2.Ajarkan orang tua
atau pengasuh untuk
melakukan stimulasi
kepada anak.

Jawaban Ya 7-8
(Meragukan)

Lakukan
intervensi
sesuai dengan penyimpangan
yang
ditemukan.

Jawaban Ya 6
(Penyimpangan)

Rujukan ke Rumah
Sakit
dengan
menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan
perkembangan.

3.Anjurkan orangtua
atau pengasuh untuk
membawa anaknya
3 bulan kemudian
untuk
diskrining
kembali
sesuai
umurnya.
Skrining ulang KPSP 2 minggu kemudian.
Jawaban Ya 9-10
(Sesuai)

Jawaban Ya 7-8
(Meragukan)

Jawaban Ya 6
(Penyimpangan)

Beri kesempatan orang tua/keluarga untuk mengintervensi


anaknya selama 2 minggu lagi dengan lebih intensif. Bila
perlu dampingi orang tua/keluarga.
Skrining ulang KPSP 2 minggu kemudian.
Jawaban Ya 9-10
(Sesuai)

Jawaban <9

Diagram 1. Alur evaluasi tumbuh kembang menggunakan KPSP

Daftar Pustaka
1. Kadi, Fiva A., Herry Garna, dan Eddy Fadlyana. Kesetaraan Hasil Skrining Risiko
Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining Perkembangan
(KPSP) dan Denver II pada Anak Usia 12-14 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Sari
Pediatri Vol.10 No.1 Juni. 2008;10(1):29-33.
2. Lestari, Hesti, dan Rini Sekartini. Penilaian PEDS pada Anak Usia 6-72 bulan. Sari
Pediatri Vol.9 No. 1 Juni. 2007.
3. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi pertama. Jakarta: EGC; 1995.h.???.
4. Dhamayanti, Meita. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri
Vol.8 No.1 Juni. 2006;9-15.
5. Susanti, Anne et al. Manfaat Intervensi Dini Anak Usia 6-12 Bulan dengan
Kecurigaan Penyimpangan Perkembangan. MKB Volume 46 No.2 Juni. 2014.
6. Chamidah, Atien Nur. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Jurnal UNY Vol.1 No.3. 2009.
7. Soedjatmiko. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari Pediatri Vol.3
No.3 Desember.2001;175-188.
8. Ariani, dan Mardhani Yosoprawoto. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor
Risiko Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol.27 No.2
Agustus. 2012.
9. Sain, Sry N.H, Amatus Yudi Ismanto, dan Abram Babakal. Pengaruh Alat Permainan
Edukatif Terhadap Aspek Perkembangan Pada Anak Pra Sekolah di Wilayah
Puskesmas Ondong Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jurnal e-NERS
Vol.1 No.1 Maret. 2013.h.16-20.

10. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
66 Tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak. 2014.
11. Gerber, R.Jason, Timothy Wilks, dan Christine Erdie-Lalena. Developmental
Milestones: Motor Development. Pediatrics in Review Vol.31 No.7 Juli. 2010.
12. American Academy of Pediatrics. Developmental Screening Tools. Pediatrics Vol. 118
No.1 Juli. 2006.
13. Ringwalt, Sharon. Developmental Screening and Assessment Instruments with an
Emphasis on Social and Emotional Development for Young Children Ages Birth
through Five. The National Early Childhood Technical Assistance Center May. 2008.

Anda mungkin juga menyukai