DASAR TEORI
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B.
Batticaca).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan
neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada
pembuluh darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau
penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan
kelainan perkembangan (Price, 1995).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu
masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan
mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya
(Bustan, 2007).
Klasifikasi Stroke
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stroke karena pendarahan (Haemorragic)
Pada Stroke Iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atheroklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang
telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau
sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya
pembuluh
darah
di
otak
terdiri
dari
perdarahan
intraserebral,
perdarahan subarakhnoid.
2. Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)
Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan
merusaknya. Hampir 70% kasus stroke ini terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke
otak terhambat atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA),
trombosis serebri, emboli serebri.
Faktor-Faktor Penyebab
Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya
adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena
arteriosklerosis merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi
lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko
yang dapat dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak dapat
dikendalikan, yaitu antara lain :
1.Faktor Risiko Tidak Terkendali
a) Usia.
b) Jenis kelamin.
c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga.
d) Ras dan etnik.
2.Faktor Risiko Terkendali
a) Hipertensi.
b) Penyakit Jantung.
c) Diabetes.
d) Kadar kolesterol darah.
e) Merokok
f) Alkohol berlebih
g) Obat-obatan terlarang
h) Cedera kepala dan leher
i) Infeksi
II.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis
Lebih dari organ-organ lain, otak tergantung pada suplai oksigen yang adekuat
dari sirkulasi darah. Sirkulasi serebral yang konstan di atur oleh baroreseptor dan
refleks vasomotor yang dikontrol batang otak. Pada penelitian hewan, dan mungkin
pada manusia, penghentian aliran darah di otak selama lima menit menyebabkan
kerusakan otak yang ireversibel (Adams dan Victor, 2009).
Efek oklusi ateri fokal sangat tergantung pada lokasi oklusi dan adanya jalur
kolateral dan anastomosis. Misalnya oklusi dari arteri karotis interna di leher, ada
anastomosis melalui arteri komunikan anterior dan posterior menghubungkan arteri
sirkulus Willis dari arteri karotis eksternal melalui arteri opthalmikus (Adams dan
Victor, 2009)
Klasifikasi dan Etiologi Stroke
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik merupakan 80% dari penyebab stroke, disebabkan oleh gangguan
pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak akibat bentukan trombus atau emboli.
Keadaan ini dapat diperparah oleh terjadinya penurunan perfusi sistemik yang
mengaliri otak. Sedangkan stroke hemoragik intraserebral dan subarakhnoid disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah kranial (Smith et al., 2005).
Stroke secara luas diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan hemoragik. Stroke
iskemik merupakan 80% kasus stroke dan dibagi menjadi aterotrombosis arteri, emboli
otak, stroke lakunar, dan hipoperfusi sistemik. Perdarahan otak merupakan 20% sisa
penyebab stroke dan dibagi 10 menjadi perdarahan intraserebral, perdarahan
subarakhnoid, dan hematoma subdural/ ekstradural (Goldszmidt et al., 2003).\
a.Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol
di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak, sekitar 20%
stroke adalah stroke hemoragik (Gofir, 2009). Jenis perdarahan (stroke hemoragik),
Gejala
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala Stroke terbagi menjadi berikut:
1.
fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun,
ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai
Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan
awal Stroke. Pada sumber lain tanda dan gejala Stroke yaitu:
Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah
satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti
terkena cabai, rasa terbakar
Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai
keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya
tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya
sepatah-sepatah kata yang terucap
Vertigo
pusing,
puyeng
),
atau perasan
berputar
yang menetap
Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada
saat beristirahat atau bangun tidur
Hilangnya
penglihatan,
berupa
penglihatan
terganggu,
sebagian
lapang
pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap
atau ganda sesaat
Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau
pendengaran berkurang
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CVA atau stroke adalah kehilangan motorik disfungsi motorik
yang paling umum adalah hemiplegi karena lesi pada otak yang berlawanan,
hemparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Pada awal stroke biasanya paralisis
Diagnosis
Stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan
pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi
kasus Stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD),
yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan
relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari
Stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu
penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau
fluoroskopi.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis CVA atau stroke adalah kehilangan motorik disfungsi motorik
yang paling umum adalah hemiplegi karena lesi pada otak yang berlawanan,
hemparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Pada awal stroke biasanya paralisis
menurunnya reflek tendon dalam, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi,
kerusakan kognitif dan efek psikologis, disfungsi kandung kemih (Smeltzer, 2002 :
213).
III.
Sasaran Terapi
Penyebab stroke hemoragik
IV.
Tujuan Terapi
Mengatasi penyebab dari stroke hemoragik jadi terapi diberikan sesuai dengan
V.
Perdarahan
penyebabnya
Mengatasi perdarahan
Strategi Terapi
A. Tata Laksana Terapi
Guidlines Terapi
Uji klinik acak, prospektif, dan cukup kuat dengan penilaian keluaran tersamar
pada populasi yang representatif atau systematic review yang cukup kuat dari uji klinis
acak prospektif dengan penilaian keluaran tersamar pada populasi yang representatif.
Kelas II
Studi kohort prospektif grup berpasangan pada populasi representatif dengan
penilaian keluaran tersamar ATAU uji berkontrol dan acak pada populasi representatif
yang kurang 1 kriteria untuk evidens Kelas I
Kelas III
Semua Uji berkontrol (termasuk kontrol riwayat alamiah yang jelas atau pasien
sebagai kontrol sendiri) pada populasi representatif yang penilaian keluaran bersifat
independen terhadap perlakuan tatalaksana pasien.
Kelas IV
Evidens dari studi tidak berkontrol, serial kasus, laporan kasus, atau pendapat
ahli.
Terapi Farmakologi
1)
Vitamin K
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dengan meningkatkan biosintesis beberapa factor pembekuan
daraj yaitu protombin, factor VII, IX, X di hepar. Aktivasi X menjadi Xa oleh factor
VIIa, TF dan Ca2+ dari jalur ekstrinsic dan factor IXa, VIIIa dan Ca2+ dari jalur
intrinsic. Kemudian factor Xa dibantu oleh Ca2+ dan factor Va akan mengaktifkan
protombin menjadi thrombin. Trombin kemudian mengaktivasi factor XIII dan XIIIa
yang akan mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Faktor-faktor pembekuan darah mekanisme kerja:
aktivasi tromboplastin
pembentukan thrombin dari protombin
pembentukan fibrin dari fibrinogen
Vitamin K ada 2 jenis : Menadiol Sodium Fosfat yang bersifat larut dalam air dan
Fitomenadion (vitamin K1) yang larut dalam lemak.
1) Menadiol Sodium Fosfat
penyakit hati)
Kontraindikasi: neonatus, bayi, hamil tua
Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-10 mg per hari, dewasa
penyakit hati)
Kontraindikasi: neonates, bayi, hamil tua
Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-20 mg per hari, dewasa
maksimal 50 mg.
Indikasi: Digunakan untuk mengatasi over dosis heparin, namun jika
digunakan berlebihan memiliki efek antikoagulan. Jika perdarahan yang
terjadi saat pemberian heparin hanya ringan, protamin sulfat tidak perlu
diberikan karena penghentian heparin biasanya akan menghentikan
angiodema hereditas.
Mekanisme kerja: asam traneksamat kompetitif menghambat aktivasi
plasminogen sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin
(fibrinolisin), enzim yang mendegradasi gumpalan fibrinogen dan protein
plasma lainnya termasuk faktor prokoagulan V dan VIII. Oleh karena itu,
adrenalin,
hemoragik
retriperitonial,
trombositopenia,
sebagai
penghambat
arus
transmembran.
Nimodipin
serebral.
Mekanisme kerja: kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema serebral
pada hemoragik dapat terjadi karena dari efek gumpalan hematoma. Manitol
bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma darah, mengakibatkan
peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal, ke
dalam cairan interstisial dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan
VI.
Penyelesaian Kasus
A. Kasus
Tn. M, berumur 54 tahun, jenis kelamin laki - laki, ke RSPAD Gatot
Soebroto ke IGD, klien 2 hari sebelumnya demam, kemudian dibawa berobat dan
dikatakan infeksi saluran kemih 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar,
tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak
ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien
dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1.
WIB, Pada tanggal 12 April 2015, Pukul 19.00 WIB, klien pindah keruang
ICU, No. Register 40-38-30, dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi 1 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita seperti klien
2. Objektif
Kesadaran umum soporokoma, terdapat secret di ET dan mulut, RR
38x/menit, terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan, RR 38x/menit,
terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, terpasang ventilator
dengan mode P SIMV dengan FiO2 70%, PEEP + 5 dan SaO2 100%, RR
38x/menit, terdapat retraksi intercosta, napas cepat dan dangkal, Hasil BGA :
PH 7,334; pCO2 27;pO2 236,9;HCO3 16,3; BE -10,2 dengan interprestasi
Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian, Kesadaran soporokoma, GCS
E1M2VET, pupil miosis (2mm), reaksi pupil +/-, Keadaan umum
soporokoma, panas dengan suhu 38,5C, terpasang ET dan infus line, bedrest
total, reflek motorik -/-.
Analisa Data
N
MASALAH
ETIOLOGI
O
1
12/04/15
DS : -
Bersihan
10.20
DO :
napas
WIB
KU
soporokoma, efektif
terdapat secret di ET
dan
mulut,
38x/menit,
2
RR
terdengar
12/04/15
bunyi senkret
DS : -
10.25
DO:
efektif
WIB
RR 38x/menit, terdapat
(infark
retraksi
napas
dangkal,
intercosta,
cepat
dan
pusat
pernapasan
serebri
etcause
terdengar
intracerebral
haemoragie)
basal
paru
terpasang
kanan
ventilator
FiO2
70%,
21/06/10
100%
DS : -
Gangguan
Kegagalan proses
10.30
DO:
pertukaran gas
difusi
WIB
RR 38x/menit, terdapat
retraksi
pada
alveoli
intercosta,
napas
cepat
dan
7,334;
27;pO2
pCO2
236,9;HCO3
Asidosis
Metabolik
4
12/04/15
terkompensasi sebagian
DS : Gangguan
10.35
DO:
WIB
Kesadaran
serebral
soporokoma,
GCS
E1M2VET,
pupil
Perdarahan
miosis ( 2 mm ), reaksi
5
12/04/15
pupil +/DS : -
Resiko
10.40
DO:
infeksi
WIB
Keadaan
umum
soporokoma,
panas
bedrest
total,
Pemeriksaan Penunjang
a) Pada tanggal 12 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 13,8
gr/dl, Ht: 44%, Eritrosit: 5,04 juta/ul, leukosit: 8,4 rb/mmk, trombosit:
84 rb/mmk, Kreatinin 1,5 mg/dl, Albumin 3,6 mg/dl, ureum: 15 mg/dl,
natrium: 140 mEq/L, kalium: 3,6 mEq/L, klorida: 107 mEq/L, AGD:
pH: 7,3, PCO2: 27,6, PO2: 236,9, HCO3: 16,3, saturasi O2: 100%.
b) Pada tanggal 13 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; AGD: pH:
7,32, PCO2: 27, PO2: 199,7, HCO3: 16,9, saturasi O2: 100%.
c) Pada tanggal 14 April 2015 didapatkan hasil laboratorium; Hb: 12,3
gr/dl, Ht: 38%, Eritrosit: 4,48 juta/ul, leukosit: 7,4 rb/mmk, trombosit:
90 rb/mmk, Kreatinin 1,4 mg/dl, Albumin 3,1 mg/dl, ureum: 17 mg/dl,
natrium: 132 mEq/L, kalium: 3,4 mEq/L, klorida: 106 mEq/L, AGD:
pH: 7,33, PCO2: 30, PO2: 189,8, HCO3: 17,9, saturasi O2: 97%.
3. Assesment
1. Nutrisi
Status nutrisi perhari
:FxA
( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas
( 60 x 30 kkal ) x 0,9
1620 kkal/hari
Aminovel/comafusin hepar
Total nutrisi yang diterima
: 200 kkal/botol
: Sonde + 1 botol aminovel/comafusin
hepar
1620 kkal/hari : sonde + 200 kkal
Jadi sonde/hari: 1420 kkal @ shift : 473.3 kkal
2. Cairan 24 Jam
a. Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral 1500 cc, enteral 500 cc,
output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 1000 cc.
b. Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral 1800 cc, enteral 600 cc,
output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 1800 cc.
c. Pada tangal 12 April 2015, Intake, parenteral 500 cc, enteral 200 cc,
output, urin 200 cc, IWL 600 cc, feses 200 cc, balance cairan + 100 cc.
4. Plan
a) Pada tangal 12 April 2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu :
Ceftriaxone 2 mg/24 jam, ranitidine 1 amp/12 jam, Nexium 40 mg/12
jam, Alinamin F 1 amp/12 jam, Brainact 1 amp/12 jam, Dexamethason
1 amp/8 jam, RL/ 24 jam 20 tpm, NaCl 0.9%/24 jam 20 tpm, Asering/
24 jam 20 tpm, Aminovel/24 jam 20 tpm, Methylprednison 40 mg/12
jam, Nebulizer/8 jam.
b) Pada tangal 13 April 2015 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu :
Tidak merokok
b.
tingkat tertentu.
Dosis: Oral 1-1.5 gr (15-25 mg/kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi inravena
perlahan: 0.5-1 gr (10 mg/kg) 3 kali sehari. Dosis infuse kontinyu 25-50
adrenalin,
hemoragik
retriperitonial,
trombositopenia,
serebral.
Mekanisme kerja: kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema
serebral pada hemoragik dapat terjadi karena dari efek gumpalan
hematoma. Manitol bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan
cairan serebrospinal, ke dalam cairan interstisial dan plasma. Akibatnya
edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume dan cairan
Evaluasi Terpilih
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan.
Pada diagnosa keperawatan pertama bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan adanya akumulasi secret di jalan napas. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan jalan napas klien dapat
efektif adekuat, Kriteria hasil : Sekret di ET dan mulut berkurang atau tidak ada, RR
dalam batas normal (16-24x/menit), Suara ronkhi berkurang atau hilang.
Pada diagnosa keperawatan kedua, pola napas tidak efektif berhubungan dengan
depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral
haemoragie), Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan pola napas klien dapat efektif. Kriteria hasil : Napas adekuat spontan (1624x/menit), KU dan VS stabil, Retraksi otot intercosta berkurang, dan Weaning off
ventilator.
Pada diagnosa keperawatan ketiga, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kegagalan proses difusi pada alveoli Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam diharapkan pertukaran gas klien dapat adekuat Kriteria hasil : KU
dan VS stabil, Napas adekuat spontan (16-24x/menit), dan BGA dalam batas normal.
Pada diagnosa keperawatan keempat, gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral, tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral klien
dapat adekuat. Kriteria hasil : Kesadaran membaik, Reflek pupil +/+, Pupil isokor.
Pada diagnosa keperawatan kelima ,resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya prosedur invasif dan bedrest total Tujuan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien. Kriteria
hasil, KU dan VS stabil, Suhu normal (36.5-37.5), Leukosit normal, dan Monitor KU
dan VS termasuk suhu klien/jam.
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
a. Berhenti merokok
b. Terapi gerak tangan (latihan menulis atau menggambar)
c. Tidak boleh mengangkat berat-berat
d. Tidak boleh kedinginan
e. Posisi tidur jangan memberatkan pada tangan kanan
Monitoring Terapi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
Monitor adanya akumulasi secret dan warnanya di jalan napas (ET dan mulut)
Auskultasi suara napas klien
Monitor status pernapasan klien
Monitor adanya suara gargling
Lakukan positioning miring kanan dan kiri
Pertahankan posisi head of bed (30-45)
Lakukan suction sesuai indikasi
Pertahankan teknik aseptic setiap tindakan
Pantau adanya tanda-tanda infeksi
Lakukan personal dan oral care setiap hari
Lakukan early mobilization
Lakukan penilaian CPIS setelah 48 jam perawatan
Monitor status neurologi
Pantau tanda-tanda vital tiap jam
Evaluasi pupil, refleks terhadap cahaya
Pantau adanya peningkatan TIK
Pantau adanya tanda-tanda hipoksia
Pantau adanya retraksi otot intercosta
Monitor saturasi oksigen klien
VIII. Kesimpulan
Dalam kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik head to toe dengan
hasil dapat diketahui klien mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa medis
stroke hemoragik.
Hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien stroke ditemukan beberapa
diagnosa. Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas, Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause
intracerebral haemoragie), Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan
proses difusi pada alveoli, Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
adanya perdarahan intraserebral, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya
prosedur invasif dan bedrest total.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
intervensi kaji keadaan jalan nafas, evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas
pada kedua paru, lakukan suction. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa depresi
pusat pernapasan dengan intervensi napasnya cepat dan dangkal, RR 38x/menit,
terdapat retraksi intercosta, Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan
pertukaran gas, dengan intervensi menunjukkan peningkatan frekuensi napas yaitu RR
Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. Hal. 250-3