Di susun Oleh:
Kelompok 5
Aldira Zada Azarine F 32115007
Radhiatul Mar ah
Dedi Wicaksosno
Ajat Sudrajat
F 23115019
F 2311542
F 23114062
Moh Fikram
Beth Noel Salu
F 231140
F 23115030
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah merupakan suatu bagian yang meliputi segala sesuatu di permukaan bumi
dihuni manusia yang meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan
penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Definisi
wilayah menurut Murty (2000) yaitu sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat, yang
dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik (kabupaten), dan
perdesaan. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
di suatu wilayah adalah faktor fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Faktor sosial adalah karakter demografinya, struktur dan organisasi sosial, dan relasisosial di
antara penduduk yang menghuni wilayah tersebut tersebut. Faktor budaya
yang
mempengaruhi adalah tradisi setempat, pengetahuan IPTEK. Faktor ekonomi adalah daya
beli masyarakat, mata pencaharian, transportasi dan komunikasi. Faktor politik adalah
pemerintah dan kebijakan setempat (Sumaatmadja dalam Taufiqurrahman, 2010).
Menurut Peraturan Mendagri RI No. 4/ 1980 Kota adalah suatu wilayah yang memiliki
batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti
suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota
kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. Pada dasarnya
suatu daerah terdiri dari dua elemen, yaitu Settlement centers dan Production areas.
Settlement centers merupakan tempat yang populasinya adalah di mana orang-orang berada.
Unsurnya adalah wilayah perkotaan yang banyak aktivitas dan infrastuktur juga sarananya.
Sedangkan Production areas merupakan tempat kegiatan ekonomi yang produksi daerahnya
dikonsumsi sendiri oleh daerah tersebut. Unsurnya adalah area pedesaan yang sebagian
besar dijadikan tanah pertanian. Analisis mengenai ruang digunakan untuk menguji kondisi
yang ada, mengenai sruktur ruangnya yang membahas hirarki tempat pusat dan pengaruh
daerahnya.
Analisis hierarki pada suatu kabupaten dapat dilakukan melalui analisis fungsi wilayah.
Analisis fungsi wilayah merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang terdapat
di wilayah yang diamati.Analisis yang dilakukan menggunakan cara analisis fungsi
pemukiman. Analisis yang dilakukan menggunakan instrumen-instrumen fasilitas pelayanan
METODE ANALISIS PERENCANAAN
seperti : pendidikan, kesehataan, dan jasa. Oleh karena itu tulisan ini akan menganalisis pusat
pelayanan yang ada di Kabupaten Donggala untuk mengetahui pusat perkotaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan manakah yang layak di jadikan sebagai Ibu Kota di Kabupaten Donggala,
Provinsi Sulawesi Tengah?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Ibu Kota di Kabupaten Donggala dengan
melihat kelengkapan fasilitas pelayanan yang ada di kecamatan-kecamatan yang dianalisis
menggunakan metode skalogram.
Kabupaten Donggala,
Kabupaten Donggala terletak antara 0,30 Lintang Utara dan 2,20 Lintang Selatan serta
119,45- 121,45 Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kota
Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan.
Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, social,
ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan
kehidupan modern dan menjadi wewenang pemerintah kota, dan juga suatu sistem jaringan
kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang
heterogen, dan bercorak.
Peranan Kota
Kota yang telah berkembang memiliki peranan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
kabupaten tersebut . dalam terbentuknya kota, ada faktor yang ditinjau yang menjadikan
daerah tersebut layak dan di sebut sebagai Ibu Kota Kabupaten.
2.2 Kota Ditinjau Dari Fisik Morfologi
Kota ditinjau dari fisik morfologi merupakan salah satu elemen suatu wilayah dapat
dilihat luas atau sempit wilayah tersebut dengan melihat kondisi alam maupun lingkungannya
dapat dilihat dari bentuk tumbuh dan berkembangnya suatu kota yang mengalami perubahan
sesuai dengan sifat dinamikanya perkembangan dan pertumbuhan kota yang bersangkutan.
2.3 Kota Ditinjau Dari Jumlah Penduduk
Dalam hal ini dimaksudkan adalah daerah tertentu dalam wilayah yang mempunyai
aglomerasi jumlah penduduk minimal yang telah ditentukan dan penduduk mana bertempat
tinggal pada satuan permukiman yang kompak.oleh karena sebaran permukiman dapat terjadi
secara sporadis,dan untuk mengenali aglomersi penduduknya yang memungkinkan
terciptanya sistem kekotaan yang solid maka adanya satuan permukiman yang kompak
adalah suatu persyaratan yang tidak boleh diabaikan. .maka dari itu dengan melihat
konsentrasi maupun tingkat penduduknya yang tinggi, maka daerah tersebut dikatakan
sebagai ibu kota
2.4 Kota Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Disuatu wilayah khususnya di kecamatan, pendidikan merupakan suatu cara yang
baik untuk mengubah tingkat kehidupan di masa yang akan datang. Dengan melihat kondisi
fasilitas pendidikan di kecamatan terlebih dipelosok yang masih kurang, Maka dari itu
adanya fasilitas yang menunjang pendidikan. Semakin banyak fasilitas tingkat pendidikan
disuatu wilayah, maka daerah tersebut bisa saja termasuk dalam kriteria terbentuknya ibu
kota.
2.5 Kota Ditinjau Dari Tingkat Ekonomi
Dengan melihat perekonomian disuatu wilayah, dapat ditinjau dari aktifitas ekonomi
lewat perdagangan dan bisnis yang berjalan dikehidupan masyarakat, dan juga dilihat dari
tingkat pendapatan dari para pekerjanya. Jika kedua hal tersebut terus menerus berjalan,
pemasukan dan pengeluaran ekonomi yang tinggi, pendapatan yang tinggi, maka daerah
tersebut layak dan termasuk ibu kota.
2.6 Kota Ditinjau Dari Tingkat Transportasi
Transportasi merupakan sarana penunjang masyarakat untuk melakukan aktifitas
maupun kegiatan yang jangkauannya cukup jauh.dengan melihat tingkat atau jumlah
transportasi yang tinggi disuatu daerah, maka daerah tersebut termasuk dalam kriteria ibu
kota.
No
1
2
3
4
Unsur pembeda
Mata pencaharian
Ruang kerja
Musim / Cuaca
Keahlian /
Desa
Agraris homogin
Terbuka /Lapangan
Penting / Menentukan
Umum / Menyebar
Kota
Non agraris heterogin
Ruang tertutup
Tidak penting
Spesialisasi dan
Keterampilan
Jarak rumah dengan
Dekat (relatif)
mengelompok
Jauh (terpisah) -relatif
6
7
8
9
10
11
tempat kerja
Kepadatan penduduk
Kepadatan rumah
Kontak sosial
Strata sosial
Kelembagaan
Kontrol sosial
Rendah
Rendah
Frekuensi rendah
Sederhana
Terbatas
Adat /tradisi
Tinggi
Tinggi
Frekuensi tinggi
Kompleks
Kompleks
Adat /tradisi tidak
berperanan besar
12
13
14
Sifat masyarakat
Gotong-royong
berperanan besar
Patembayan
Mobilitas penduduk
Status sosial
(paguyuban)
Rendah
Stabil
Tinggi
Tidak stabil
dalam
suatu
set
pernyataan
harus
bersifat
apabila seorang responden menyetujui pernyataan yang lebih berat bobotnya, maka
dia diharapkan akan menyetujui pernyataan-pernyataan yang lebih rendah/ringan.
Untuk lebih memahami tentang persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Guttman
seperti tersebut di atas, berikut ini diberikan suatu contoh. Contoh ini merupakan salah satu
dari tiga perangkat variabel yang digunakan dalam mengukur ketiga fungsi. Variabel-variabel
tersebut ialah sebagai berikut: 1) Jumlah penduduk pusat perkembangan kota (kota
kecamatan); 2) jumlah tenaga kerja di sektor perkotaan, yang mencakup tenaga kerja sektor
perdagangan, industri, jasa dan pegawai negeri; 3) jumlah sekolah lanjutan pertama; 4)
jumlah sekolah lanjutan atas, 5) jumlah akademi dan perguruan tinggi.
Dari variabel-variabel tersebut di atas, jelas bahwa seperangkat variabel tersebut
memiliki sifat-sifat homogen dan kumulatif. Semua variabel berusaha untuk dapat mengukur
objek tunggal guna mengukur tingkatan perkembangan pusat-pusat (ibukota-ibukota
kecamatan), dan variabel-variabel tersebut kemungkinan untuk dipunyai pada pusat
perkembangan, tersusun dari yang mudah didapat sampai ke tingkat yang sulit didapat atau
sebaliknya (sifat kumulatif).
Kemudian dari contoh tadi, diharapkan suatu pusat perkembangan akan cenderung
memiliki variabel 1 daripada 2, atau variabel 3 daripada 4. Hal ini disebabkan menurut logika
atau kebutuhan dan batas ambang penduduknya bahwa suatu pusat terlebih dahulu memiliki
penduduk daripada tenaga kerja di sektor perkotaan, atau akan terlebih dahulu membutuhkan
SLP daripada akademi dan perguruan tinggi. Jadi dengan perangkat variabel-variabel
tersebut, diharapkan setiap pusat perkembangan dapat dinilai. Jika pusat tersebut memiliki
variabel 2 maka akan memiliki variabel 1, atau jika pusat tersebut memiliki variabel 5, maka
akan memiliki variabel 4 dan 3. Akan tetapi jika pusat perkembangan memiliki variabel 1,
maka tak akan selalu memiliki variabel 2, 3, 4, dan 5.
Lebih lanjut dalam perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel skala
Guttman dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data dasar, yang
mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang digunakan untuk
mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan masyarakat, dan tingkat sumberdaya
manusia; 2) perhitungan dengan menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong
adalah suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara kelompok-kelompok
objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian terhadaap variabelvariabel yang ada. Jadi, tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah
tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian tersebut. Dalam studi ini
(Rondinelli,
1985:
125).
Pusat-pusat
pelayanan
tersebut
selanjutnya
t
C= T
C= Bobot dari atribut suatu fasilitas
t = Nilai sentralitas gabungan
T = Jumlah total atribut fasilitas
Setelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat menentukan indeks sentralitas dengan
mengalikanya dengan jumlah fasilitas yang ada. Berdasarkan range yang kemudian dapat
ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masig kota.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengertian Metode Skalogram
B. Solidarity
Adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktifitas social. Fasilitas ini menunjukkan
tingkat kegiatan social dari kawasan/kota. Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus
persen merupakan kegiatan social namun pengelompokkan tersebut masih dimungkinkan jika
fungsi sosialnya relative lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi
pada keuntungan (benefit oriented).
C. Centrality
Adalah fasilitas
Fasilitas
ini
yang
menunjukkan
hubungan
dari
masyarakat
dalam
sistem
kota/komunitas. Sentralitas ini diukur melalui perkembangan hierarki dari insitusi sipil,
misalnya kantorpos, sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya
BAB IV
ANALISIS SISTEM PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN DONGGALA
4.1 Analisis Skalogram
Dalam
menentukan hierarki
pelayanan
fasilitas
sarana
dan
prasarana
di
Kabupaten Donggala dapat dilihat berdasarkan orde yang didapat dari analisis Skalogram.
Perhitungan skalogram dijabarkan melalui tabel yang berisi fasilitas sarana dan prasarana per
kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
Angka 1 menunjukkan keberadaan fasilitas sarana dan prasarana pada setiap
kecamatan
Angka 0 menunjukkan kecamatan yang tidak memiliki fasilitas.
Tabel tersebut kemudian dijumlahkan secara horizontal dan vertikal, lalu diurutkan
dari angka terbesar yang diletakkan paling atas dan paling kiri. Setelah diurutkan maka
nilai kesalahan (error) dan hierarki dapat dicari.
Selanjutnya mencari COR menggunakan rumus COR (Coeffisien of Reproducibility)
yang berfungsi untuk pengujian kelayakan skalogram. Dalam hal ini koefisien dianggap layak
apabila bernilai 0,91. Hirarki yang didapat menggunakan rumus dan perhitungan
menjelaskan banyaknya kelas atau orde fasilitas sarana dan prasarana. Semakin Tinggi nilai
orde (orde I) maka semakin tinggi hirarki. Berikut adalah tahapan dan analisis yang
dilakukan:
1+ 3,3 (0.602059991)
= 2.987 dibulatkan menjadi 3
0
(CR)= 1 12 4
(CR) = 1 - 0
(CR) = 1
telah tersedia)
Menghitung bobot dari tiap fasilitas. Bobot masing-masing fasilitas ini didapatkan
dari rumus :
dimana
C=
t
T
C:
t:
T:
melihat ketersediaan fasilitas yang ada di masing-masing kecamatan berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik. Kabupaten Donggala terdiri atas 16 Kecamatan dengan persebaran tiap
jumlah fasilitasnya berbeda-beda. Dalam analisis ini, fasilitas yang digunakan ada 12 fasilitas
diantaranya adalah fasilitas pendidikan yang terdiri SD, SMP, SMA. Fasilitas Kesehatan
yang terdiri atas Puskesmas, Rumah Sakit dan Rumah bersalin. Serta fasilitas peribadatan
yang terdiri atas Masjid, Musholla, Gereja protestan, gereja khatolik, vihara dan pura.
Setelah menganalisis sistem pusat pelayanan permukiman di Kabupaten Donggala
dengan analisis skalogram dan indeks marshall akan diketahui hierarki pelayanan atau kota
pada suatu permukiman per kecamatan. Hieraki atau tingkatan tersebut diketahui dengan
melihat data sekunder yang berisi informasi pada kecamatan mana sajakah yang memiliki
fasilitas paling lengkap. hingga yang berada dibawah standar. Dengan melihat jumlah fasilitas
pelayanan di Kabupaten Donggala per kecamatan maka Hierarki atau tingkatan akan
diketahui. Kecamatan yang memiliki fasilitas paling lengkap dan banyak maka daerah
tersebut dapat dijadikan daerah pusat permukiman atau kota. Tabel-tabel fasilitas pendidikan,
kesehatan, dan jumlah penduduk per kecamatan membantu dalam menganalisis hirarki
daerah di Kabupaten Donggala. Sehingga dapat ditentukan hirarki wilayah yang memiliki
fasilitas yang lengkap sebagai hierarki paling tinggi yang diindikasikan menjadi pusat
permukiman, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.1
Jumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Donggala 2015
No
1
2
Kecamatan
Rio pakava
Pinembani
Sekolah
23
9
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
37
38
15
17
19
31
19
15
25
35
27
47
39
11
407
Banawa selatan
Banawa
Banawa tengah
Labuan
Tanantovea
Sindue
Sindue tombusabora
Sindue tobata
Sirenja
Balaesang
Balaesang tanjung
Dampelas
Sojol
Sojol utara
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Donggala 2016
Tabel VI. II
Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Donggala 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kecamatan
Rio pakava
Pinembani
Banawa selatan
Banawa
Banawa tengah
Labuan
Tanantovea
Sindue
Sindue tombusabora
Sindue tobata
Sirenja
Balaesang
Balaesang tanjung
Dampelas
Sojol
Sojol utara
Jumlah
Rumah Sakit
1
1
Rumah Bersalin
1
1
Puskesmas
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
16
Tabel IV.III
Jumlah Sarana Peribadatan, Kabupaten Donggala 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kecamatan
Rio pakava
Pinembani
Banawa
selatan
Banawa
Banawa
tengah
Labuan
Tanantovea
Sindue
Sindue
tombusabora
Sindue
tobata
Sirenja
Balaesang
Balaesang
tanjung
Dampelas
Sojol
Masjid
Musholla
Gereja
Gereja
Pura
Vihara
protesta
katholi
33
46
16
11
n
32
29
39
k
1
1
31
3
42
18
6
-
1
-
1
-
16
28
28
16
12
1
-
18
32
41
22
2
-
9
12
9
1
-
44
47
21
10
17
1
2
-
15
4
16
Sojol utara
Jumlah
12
443
2
62
166
53
Kecamatan
1
2
3
4
Rio Pakava
Pinembani
Banawa
Banawa
Selatan
Banawa
Tengah
Labuan
Tanantovea
Sindue
Sindue
Tombusabora
Sindue
Tobata
Sirenja
Balaesang
Balaesang
Tanjung
Dampelas
Sojol
Sojol Utara
Jumlah
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Laki-laki
12592
3261
17065
12828
Perempuan
11413
3489
16387
12071
Rasio jenis
Jumlah
24005
6750
33452
24899
kelamin
110
93
104
106
5509
5168
10677
107
7265
8141
9794
6166
6895
7829
9535
5952
14160
15970
19329
12118
105
104
103
104
4786
4496
9282
106
10723
12124
5615
10407
11834
5359
21130
23958
10974
103
102
105
15496
13825
5034
14747
13108
4828
30243
26933
9862
105
105
104
150224
143518
293742
104,6
SD
SM
SM
Ruma
Rumah
Puskesma
Masji
Musholla
Gereja
Gereja
Pur
h sakit
bersali
protesta
katholi
Vihara
Rio Pakava
Pinembani
Banawa
Banawa Selatan
Banawa Tengah
Labuan
anantovea
Sindue
indueTombusabo
a
Sindue Tobata
Sirenja
16
8
26
29
10
13
14
25
15
6
1
10
9
4
4
4
5
3
1
1
1
1
1
1
1
-
1
-
2
1
1
1
1
1
1
1
33
46
42
18
16
28
28
16
16
11
-
32
29
39
6
12
1
1
1
1
-
31
3
-
1
-
11
25
4
4
18
32
1
1
Balaesang
28
41
12
Balaesang
Tanjung
Dampelas
Sojol
Sojol utara
20
1
1
22
33
28
8
12
10
3
2
1
-
1
2
1
44
47
12
21
10
2
17
1
-
2
-
15
4
-
309
90
13
443
62
166
53
Jumlah
16
camatan
o Pakava
nembani
nawa
nawa
latan
nawa
ngah
buan
antovea
ndue
dueTombu
ora
Jum
SD
SM
SM
Ruma
Rumah
Puskesma
Masji
Musholla
Gereja
Gereja
h sakit
bersali
protesta
katholik
Pura
Vihara
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
9
4
9
9
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
5
6
6
ndue
bata
renja
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
9
8
5
laesang
laesang
njung
mpelas
jol
jol utara
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
Pada tabel di atas, terdapat 12 jenis fasilitas di Kabupaten Donggala yang telah dipilih, seperti
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Dapat dilihat bahwa
kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas tertinggi adalah Kecamatan Banawa dengan 9
fasilitas, dan kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas terendah adalah Kecamatan Banawa
Tengah dengan 4 fasilitas. Tahap selanjutnya dari analisis skalogram adalah mengkonversi
seluruh fasilitas yang ada ke dalam angka (1) dan fasilitas yang tidak ada ke dalam angka (0),
kemudian menjumlahkan seluruh fasilitas berdasarkan baris dan kolom,. Setelah itu
menentukan total kesalahan (eror)
Berikut disajikan kembali tabel analisis skalogram dengan lebih terurut:
Fasilitas
Kecamatan
Rio pakava
Banawa
Dampelas
Sirenja
Sindue
Balaesang
Balaesang
tanjung
Sojol
Sindue
tombusabora
Tanantovea
Banawa
selatan
Sojol utara
Labuan
Banawa tengah
Sindue tobata
Pinembani
Jmlh
SM
Masji
Puskesma
SM
Gereja
Gereja
Musholla
Pur
Vihara
pnddk
protesta
katholi
240
05
675
0
334
52
248
99
106
77
141
60
159
70
n
1
k
1
193
29
121
18
928
2
211
30
239
58
109
74
302
43
269
33
986
2
Berdasarkan ketersediaan fasilitas di atas, dapat dilihat bahwa fasilitas yang ada
(sudah tersedia) di seluruh kecamatan di Kabupaten Donggala adalah fasilitas SD, dan
SMP Sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti Masjid, Musholla, SMA, Rumah Sakit,
rumah bersalin, posyandu, gereja, pura, vihara dan lainnya hanya terdapat di beberapa
kecamatan. Kecamatan yang memiliki fasilitas terlengkap adalah Kecamatan Banawa
dan Rio Pakava sedangkan ketersediaan fasilitas terminim berada di Kecamatan
Pinembani.
Hasil analisis skalogram di Kabupaten Donggala di atas dapat dilihat jumlah eror
dari 16 kecamatan (N) dan 10 fasilitas (k) adalah 6 kesalahan. Jumlah kesalahan (eror)
ini dilihat dari nilai 0 yang ada di atas tangga dan jumlah nilai 1 yang ada di bawah
anak tangga. Berdasarkan tingkat kesalahan yang ada tersebut, dapat diperhitungkan
nilai coefficient of reproducibility (COR) nya dengan rumus:
Dimana: Total jenis fasilitas
Total kesalahan
= 16 kec. x
=
fasilitas =
kesalahan
buah