Anda di halaman 1dari 11

TEKTONOFISIK

Pendahuluan
Tektonik adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari hubungan dan evolusi deformasi
skala besar di bagian luar bumi yang diakibat oleh gaya-gaya yang bekerja didalam bumi.
Secara umum arti kata tektonik sama dengan strukrut geologi yaitu membangun atau
merekonstruksi dalam skala yang lebih besar (global atau regional). Tektonofisik adalah
bagian dari ilmu tektonik yang mempelajari mekanisme tektonik dari sudut sifat fisika bumi.
Tektonik Lempeng adalah suatu kesatuan teori yang berdasarkan observasi serta bukti-bukti
dari fisika, kimia, biologi, mekanika serta kinematika dari bumi. Teori sebenarnya sudah
dimulai pada tahun 1920 dan baru dikembangkan secara luas sejak tahun 1960 oleh para ahli
kebumian, dimana teori ini dianggap sangat penting karena dapat menjelaskan phenomena
alam seperti gempa bumi, vulkanisme, palung, pegunungan lipatan dan juga pengapungan
benua (Continental Drift).
Batasan umum dalam adalah bahwa bagian luar dari struktur bumi bersifat rigid yang
dinamakan lithosphere yang terpecah-pecah menjadi kira-kira 10 pecahan yang besar dan
mungkin 20 pecahan yang kecil2. Pecahan ini dinamakan sebagai Lempeng (Plate) yang
biasanya mempunyai ketebalan rata-rata: 60 100 km.

TEKTONIKA LEMPENG
Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20.
Teori Tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam
bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga
menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama
abad ke-20 dan konsep seafloor spreadingyang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratasmantel bumi yang kaku dan padat.
Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian
mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu
yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempenglempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang
lainnya di batas-batas lempeng,

baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan),ataupun transform (menyamping). Gemp


a bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral
lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya
Prinsip-prinsip Utama
Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer dan astenosfer berdasarkan perbedaan
mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Litosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan
astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya
melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas
melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat
berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer
sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel. Suatu bagian mantel bisa saja menjadi
bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan,
dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempeng adalah bahwa litosfer terpisah
menjadi lempeng-lempeng tektonik yang berbeda-beda. Lempeng ini bergerak menumpang di
atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan
lempeng biasanya bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti
di Mid-Atlantic Ridge, ataupun mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti
di Lempeng Nazca. Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel
litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalahkerak samudera atau yang sering disebut dengan sima, gabungan
dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua yaitu kerak benua yang sering disebut sial,
gabungan dari silikon dan aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di
mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak
samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10
km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di
mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan
topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi
yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng
terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian
dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah
berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak
benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan
lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih
bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah
permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke
atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).


Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang
berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami
gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform
fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan
dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan
pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan
(rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua
(continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut
yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan
air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat
di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island
arc).
Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai
sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui
sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer
samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat
pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada
mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan
ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan.
Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya
memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga
menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan
astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona
subduksi Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan
lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti
lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami
subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan
diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi
(tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral
di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan),
mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal
dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi

mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara
langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari
dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus
dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang
utama dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga
pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung
samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di
mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel,
meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan
bawah
Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic
ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang
merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini
tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit
inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada
pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya
sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat
berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang
paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng
yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa mempengaruhi topografi.
Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah
topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat
yang turun ke mantel di palung samudera. Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi
juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic
ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik
Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti
ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah
cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab
pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang
lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi
lempeng seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi
juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan

penggerak utama untuk pergerakan lempeng dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi
bahan riset yang sedang berlangsung
Gaya dari luar
Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat
bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan
pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah
bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan permuikaan bumi kembali ke
barat. Beberapa juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga
menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena
ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang
di bumi. Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan
oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang
fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang
diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.
Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat
dasar Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di
Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel
bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng
Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini menunjukkan
arah dan magnitudo gerakan.
Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya
yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap proses
ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat
setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut
secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk
setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin. Salah satu hubungan terpenting
yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang
tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng
Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada
lempeng di Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng
tersubduksi. Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab
pull dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng
kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan
penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset para
ilmuwan
Lempeng-lempeng utama
Peta lempeng-lempeng tektonik
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50


sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua

Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut Lempeng
benua

Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca,Lempeng Cocos, Lempeng
Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring
berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua
atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu
dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua
sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi
superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah
menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi
benua sisanya).
ERUPSI
BENTUK GUNUNG API
Ekstruksi/Erupsi magma adalah proses keluarnya magma sampai permukaan bumi.
Berdasarkan kekuatan letusannya, ekstrusi dibedakan sebagai berikut :
1) Erupsi Efusif
Erupsi Efusif adalah proses keluarnya magma dari gunung api yang berupa lelehan lava dan
lahar. Jenis ini terjadi jika magma relatif encer.
2) Erupsi Eksplosif
Erupsi Eksplosif adalah keluarnya magma ke permukaan bumi yang disertai letusan/ledakan
yan cukup dahsyat. Jenis ini terjadi jika cairan magma kental dan memiliki kandungan gas
yang relatif banyak.
Berdasarkan celah/lubang keluar, ekstrusi magma dibedakan sebagai berikut :

1) Erupsi Linier
Proses keluarnya magma melalui celah/retakan yang memanjang, sehingga membentuk
deretan gunung api. Misalnya, deretan gunung api sepanjang pulau Jawa.
2) Erupsi Areal
Proses keluarnya magma yang terjadi karena letak magma yang dekat dengan permukaan
bumi, sehingga magma membakar dan melelehkan lapisan batuan yang berada diatasnya.
Lubang magma berukuran besar, contohnya seperti pegunungan di Argentina dan Paraguay.
3) Erupsi Sentral
Proses keluarnya magma melalui satu lubang sehingga membentuk kerucut gunung api yang
terpisah-pisah. Erupsi sentral menghasilkan bentuk gunung sebagai berikut:

Pembeda

Strato

Perisai/Tameng

Maar

Efusif dan Eksplosif

Efusif

Eksplosif

cair dan kental

cair

padat/kental

Sedang

lemah

kuat

Sedang

dangkal

dangkal dan dalam

kerucut/berlapis-lapis

tameng/landai

seperti danau

Sifat letusan

Sifat magma

Tekanan gas

letak dapur magma

bentuk gunung

contoh gunung

G. Merapi

G. Maona Lea

G. Lamongan

G. Merbabu

G. Maona Kea

G. Kelud

G. Semeru

G. Kelimutu

G. Kelud

Gambar
Tipe gunung api ditentukan berdasarkan kedalaman dapur magma, volume dapur magma dan
kekentalan (viscositas) magma. Menurut tipe letusan, gunung api dibedakan sebagai berikut :

sifat lava

tekanan
gas

letak dapur
magma

hasil letusan
contoh

Hawaii

encer

rendah

dangkal

lava cair

Stromboli

encer

sedang

dangkal

eflata

Vulkano kuat

encer agak Tinggi


kental
encer
sedang
kental
rendah

dalam

eflata

Vulkano lemah
Merapi

Perret/Plinian

encer
sampai
kental

Tinggi

Pelee
Sint Vincent

kental
kental

Tinggi
sedang

dangkal
eflata
sangat dangkal lava pijar,
awan panas,
lahar dingin
sangat dalam gas sangat
tinggi dan
dihiasi awan
berbentuk
bunga kol
dalam
awan pijar
dangkal
lahar panas

- G. Maona
Loa- G.
Maona KeaG. Kilauea
- G.
Vesuvius- G.
Raung- G.
Batur (Bali)
- G. BromoG. EtnaG. Semeru
G. Merapi

G. Krakatau

G. Pelee
G. Kelud

Letusan gunung api mengeluarkan material yang bermacam-macam. Material/benda vulkanis


ini dapat berbentuk padat, cair dan gas.
a.

Benda padat/eflata, antara lain sebagai berikut :

1) Bom
2) Kerikil
3) Lapili,
4) Pasir Vulkanik
5) Abu Vulkanik
6) Scoria

7) Batu Apung

b.

batu-batu sebesar kepal tangan manusia yang keluar dari gunung


api saat terjadi letusan.
batu kerikil yang keluar saat terjadi letusan
batu-batu sebesar biji kacang hijau yang keluar saat terjadi letusan
batu-batu kecil sebesar pasir yang dikeluarkan dari lubang
kepundan gunung api.
abu yang dikeluarkan gunung api
material magmatik berwarna kehitaman, kecoklatan hingga
kemerahan, mempunyai struktur agak berongga, agak berat, dan
cenderung tenggelam di dalam air.
batuan berongga yang berasal dari buih magma yang cepat
membeku pada saat buih tersebut terlempar keatas pada waktu
terjadi letusan gunung api.

Benda cair, terdiri dari :

1) Lava
2) lahar panas

3) lahar dingin
c.

magma yang berada di kawah (lubang kepundan ) dan akan


meleleh di lereng gunung apabila terjadi letusan/erupsi.
lelehan lumpur panas yang terbentuk dari lava bercampur air yang
berasal dari lubang kepundan (kawah yang terisi sebagai danau
kepundan),
lelehan lumpur dingin yang dihanyutkan oleh air hujan

Benda gas, terdiri dari :

1) Solfator
2) Fumarol
3) Mofet

gas belerang (H2S)


berupa uap air (H2O),
berbentuk CO2 yang berbahaya

Manfaat gunung api bagi kehidupan :


a)

sebagai daerah penangkap atau mendatangkan hujan

b) abu vulkanik dapat menyuburkan tanah


c)

menjadikan letak mineral (tambang) dekat dengan permukaan bumi.

d) dapat dijadikan tempat pariwisata


Usaha mengurangi bahaya dari gunung berapi :
a)

membuat terowongan atau jalur untuk tempat mengalirnya lahar

b) mengadakan pos-pos pengamatan gunung api


c)

mengungsikan penduduk yang bertempat tinggal di lereng-lereng gunung api.

Gunungapi adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava)
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat
erupsi. Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam bumi. Erupsi dapat dibedakan
menjadi erupsi letusan (explosive erupstion) dan erupsi non-letusan(non-explosive eruption).
Jenis erupsi yang terjadi ditentukan oleh banyak hal seperti kekentalan magma, kandungan
gas di dalam magma, pengaruh air tanah, dan kedalaman dapur magma (magma chamber).
Pada erupsi letusan, proses keluarnya magma disertai tekanan yang sangat kuat sehingga
melontarkan material padat yang berasal dari magma maupun tubuh gunungapi ke angkasa.
Pada erupsi non-letusan, magma keluar dalam bentuk lelehan lava atau pancuran lava (lava
fountain), gas atau uap air.
Berdasarkan bentuknya, jenis gunungapi dibedakan atas :
a. Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk
suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi

sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.


b. Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat
membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan
susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunungapi ini terdapat di
kepulauan Hawai.
c. Cinder Cone
Merupakan gunungapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling
gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang
tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
d. Kaldera
gunungapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas
gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
Klasifikasi Gunungapi di Indonesia :
a. Tipe A
Gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah
tahun 1600an.
b. Tipe B
Gunungapi yang sesudah tahun 1600an belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun
masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
c. Tipe C
Gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat
tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Sebelumnya saya akan sedikit membahas awal terlahirnya teori continental


drift adalah sebuah pemikiran yang menerangkan bahwa dahulu muka bumi ini
bersatu dalam satu daratan luas yaitu PANGEA pemikiran tersebut di dasarkan
pada bukti- bukti yang cukup banyak. Teori ini mulai berkembang saat pertama
peta dunia di buat para ilmuan menemukan subuah hubungan antara benua
AMERIKA dan Afrika yang terlihat seperti potonga puzzle yang bila di dekatkan
sangat cocok dari situlah sebuah awal pemikiran bahwa dulu daratan benua
tersebut bersatu muncul. Mulailah berkembang pemikiran pemikiran yang
menerangkan proses yang mungkin dapat memisahkan benua tersebut. Dari
mulai pandagan terbentuknya samudra atlantik karena banjir nuh. Aliran fix yang
menerangkan topografi di bumi ini (fix), sejak benua dan cekungan samudra
terbentuk tidak mengalami perubahan sama sekali, teori pengabungan benua,
serta prinsip isontansi yang memberi informasi mengenai bumu akan membukit
saat ringan dan depresi saat pembenukanya berat lalu mulai muncul istilah kimia
untuk bagian kerak benua sial dan sima untuk kerak samudra. Lalu sues
menyatakan bahwa sebenarnya ada daratan penghubung antara Amerika dan
Afrika. Junga adanya aliran mobilist (arus horizontal ). Dan tidal force ( kekuatan
pasang surut ) yang menyebabakan benua berpindah dari semua pemikiran dan
hipotesia tersebut barulah muncul teori continental drift pada awal 1900 yang di
etuskan oleh

A.Wegener, lahirnya teori ini di dukung oleh berbagai macam data geologi dan
paleoclimatalogi , saya percaya bahwa continental drift terjadi karena teori ini
membawa kesimpukan pada kita bahwa memang benar dahulu kalahkan
sebelum zaman es terjadi selu benua di dunia ini bersatu dalam daratan yang
besar yang di sebut PANGEA, dan berikut ini akan saya paparkan bukti- bukti
yang mendukung bahwa teori ini benar.

B. bukti paleotologi bersumber pada bukti paleontologi bahwa banyak di


temukanya fosil- fosil dalam genus yang sama di daerah amerika afrika,
antartika dan australia dari mulai fosil reptile hinga serangga. Namun ada yang
berpendapat bahwa mungkin saja reptile tersebut berpindah dari tempat satu ke
tempat yang lain begitu pula serangga yang dapat terbang jauh, namun di
temukanya tanaman yang bernama GLOSSOPTERIS melimpah di bawah benua
amerika, afrika , australia,dan antartika, membuat para ilmuan mulai yakin
bahwa dulunya benua- benua bergabung menjadi 1 daratan luas,sebab
tanaman GLOSSOPTERIS ini memiliki bijih bermili- mili meter yang cukup bear
apa bila tertiup angin dan membuatnya berpindah dari benua satu ke benua
lainya bukti lainya datanng dari dari fosil lystrostaurus yang merupakan fosil
reptil yang di temukan berlimpah di afrika, india dan antartika jenis reptile ini
tidak dapat berenang ribuan kilometer untuk

Anda mungkin juga menyukai