Anda di halaman 1dari 25

IMMUNOSEROLOGI II (P)

Pemeriksaan AFP (Alpha Fetoprotein) dan CEA (Carcinoembryonic Antigen)

Disusun oleh
Kelompok

:1

Tingkat

: 3A

Nama Kelompok

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Afifah Irbah
Aulia Octaviani
Dian Eka Susanti
Irma Astianti
Mega Surya Sukma Jaya
Meliyanti Rahayu
Wulan Kurniasih

(P27903114002)
(P27903114004)
(P27903114011)
(P27903114018)
(P27903114022)
(P27903114024)
(P27903114045)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Pemeriksaan AFP (Alpha Fetoprotein) dan CEA (Carcinoembryonic
antigen).
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita untuk meningkatkan kinerja dan mutu
perencanaan program kesehatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tangerang, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
ii

Kata Pengantar .......................................................................................

ii

Daftar Isi .................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Petanda Tumor Maker ..........................................................

2.2 Klasifikasi Lain dari Petanda Tumor.....................................

2.3 Alpha Fetoprotein (AFP).......................................................

2.4 Carcinoembryonic antigen (CEA).........................................

11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...........................................................................

21

Daftar Pustaka ......................................................................................

22

Lampiran

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor marker adalah substansi yang dihasilkan oleh sel tumor atau oleh
sel lain di dalam tubuh akibat respon dari adanya sel kanker.(National Cancer
Institute). Substansi tersebut dapat ditemukan pada bermacam cairan tubuh atau
spesimen jaringan.
Tumor marker merupakan substansi protein ; hormon, enzim, atau antigen
yang dapat timbul dan meningkat secara signifikan pada berbagai tipe dari kanker.
Tumor marker sangat penting untuk memperkuat diagnosa, follow up, dan melihat
efektifitas pengobatan kanker.Setiap tumor marker memiliki profil yang berbeda.
Tumor marker dapat dideteksi melalui serum penderita atau melalui
spesimen jaringan tumornya secara radioimmunoassai, immunoradiometric assay
dan enzyme-linked immunosorbent. Pendeteksian melalui spesimen jaringan
tumornya adalah melalui pemeriksaan imunohistokimia
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tumor marker ?
2. Apa yang dimaksud dengan AFP dan CEA beserta fungsinya ?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan AFP dan CEA ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tumor marker
2. Untuk mengetahui definisi serta fungsi dari AFP dan CEA
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan AFP dan CEA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Petanda Tumor Maker
Pentanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel sel
tumor, masuk dalam aliran darah, dan dapat dideteksi jumlah/nilainya dengan
pemerikaan. Petanda-petanda

tumor,

idealnya

mempunyai

potensi

untuk

membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal aktivitas penyakit dalam
keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian memberikan
suatu metode skrining untuk penyakit pre-klinik, memantau status tumor selama
pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini. Karena kemajuan dalam teknologi
antibodi monoklonal, banyak petanda tumor sekarang dapat terdeteksi dalam
sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin, atau asites. Untuk dapat
dipakai secara klinik maka petanda tumor harus memiliki sensitivitas dan
spesifitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada pemakaian klinis suatu
petanda tumor adalah spesifitas.
Dalam teori, petanda tumor yang ideal harus mempunyai beberapa
atribut:
1. Petanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada
individu sehat atau pada individu yang mengalami kelainan non
neoplastik.
2. Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak
sehingga kadar dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah
relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker.Kadar petanda tumor akan seusuai
dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar serialnya secara
akurat akan mencerminkan perkembangan klinis penyakit dan regresi ke
kadar normal akan terkait dengan kesembuhan.

2.2 Klasifikasi Lain dari Petanda Tumor


2

2.2.1 Produk yang dihasilkan oleh sel Tumor itu sendiri (tumor-derived
product)
Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh sel
normal yang undifferentiated tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Kadar
senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker. Contoh :
Carcinoembryonic Antigen (CEA), Alfa Fetoprotein (AFP).
2.2.3 Produk yang menyertai proses keganasan (tumor associated
product)
Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai
akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara bermakna
pada penderita kanker. Contoh: Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9), Cancer
Antigen 125 (CA 125), Ferritin, B2-microglobulin. Nilai Cut-Off values
Penentuan batas (Cut-Off) pada penggunaan petanda tumor, baik untuk diagnosis
uji saring, prognosis maupun pemantauan terapi sangat mempengaruhi interpretasi
hasil pemeriksaan. Karena penentuan cut-off akan menentukan sensitivitas dan
spesifisitas diagnosis yang kita kehendaki. Sebagai contoh bila kita menggunakan
nilai cut-off 35 U/ml pada pemeriksaan CA 125 untuk kanker ovarium (35 U/ml =
rata-rata wanita normal + 3 SD). Peningkatan kadar di atas 35 U/ml ini akan
terlihat pada 82% penderita dengan kanker ovarium, 1% pada wanita normal dan
6% pada penyakit yang bukan keganasan.

2.3 Alpha Fetoprotein (AFP)


2.3.1 Pengertian
Alpha-fetoprotein
fetoprotein,

(AFP,

alpha-1-fetoprotein,

alpha-

fetoglobulin, atau alpha fetal protein)


adalah suatu protein yang pada kondisi
3

normal diproduksi oleh hati (liver) dan kantung kuning telur (yolk sac) ketika
terjadi pembentukan bayi selama proses kehamilan. Pengukuran AFP di dalam
tubuh manusia umumnya dilakukan untuk membantu mendeteksi adanya kelainan
atau penyakit hati, pemantauan terapi atau pengobatan beberapa jenis kanker, dan
juga uji saring kelainan pada perkembangan bayi selama masa kehamilan.
2.3.2 Fungsi
Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat besar sebagai indeks
kekambuhan penyakit. Pada pasien karsinoma hepatoselular yang diterapi,
hilangnya AFP mengisyaratkan eliminasi sel-sel ganas, dan peningkatan kadar
mencerminkan rekurensi kanker.
Setelah intervensi terapeutik, pengukuran AFP sebaiknya diulang setiap
satu bulan untuk memberikan waktu agar AFP yang sudah ada dapat dibersihkan
dari sirkulasi.
Menetapnya AFP setelah interval tersebut mengisyaratkan sintesis yang
berkelanjutan oleh tumor, karena kadar AFP serum proporsional dengan massa
tumor.
Penderita dengan sirosis atau hepatitis B kronis, sebaiknya dimonitor AFP
nya secara reguler karena mempunyai resiko menjadi kanker hati. Jika penderita
sudah terdiagnosa sebagai kanker hepato seluler AFP harus diperiksa secara
periodik untuk membantu mengetahui respon terapinya. Disamping berperan
sebagai suatu petanda yang bermanfaat untuk kanker hati, AFP juga berperan
sebagai petanda adanya kanker testikular, dan tumor-tumor sel germinal tertentu
pada ovarium. AFP juga meningkat pada penyakit hati jinak dan dalam persentase
yang kecil dari kanker paru dan gastrointestinal.
2.3.3 Jenis AFP
AFP pada kehamilan
Protein ini mulai terbentuk di plasma saat janin (fetus) berusia empat
minggu dan dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai 12-16
minggu. Setelah melahirkan, AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah.
Untuk membantu memperkirakan adanya kelainan pada janin, seperti sindrom
down (kelainan genetik), sindrom turner, dan spina bifida, pemeriksaan AFP
biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan 16-22 minggu.
Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang mengandung

bayi kembar. Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan


pemeriksaan hormon estriol dan HCG, serta pemeriksaan USG (Ultrasonografi).
AFP pada kanker
Pada pasien penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker
ovarium, dan kanker saluran empedu, kadar AFP di dalam tubuh pasien akan
meningkat. Selain kanker atau tumor, kadar AFP yang meningkat di dalam darah
juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit sebagai berikut : infeksi virus
hepatitis dan sirosis hati. Pemeriksaan AFP tidak boleh dilakukan pada populasi
umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila ada gejala atau hasil pemeriksaan
lain menunjang kecurigaan ke arah kanker tertentu. Sebagai penanda tumor, AFP
bukanlah protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilanya
dapat berbeda apabila diukur dengan metode yang berbeda antarlaboratorium.
Oleh karena itu diperlukan pendampingan dokter dalam menerjemahkan hasil
AFP pasien.
2.3.4 Tes AFP dilakukan pada:
a. saat seseorang telah di diagnosa dan tengah menjalani pengobatan
kanker hati, testis atau ovarium pemeriksaan AFP/AFP-L3% ini
dilakukan untuk memonitor keefektifitasan pengobatan
b. saat memonitor kekambuhan akibat penyakit kanker hati
c. untuk follow up pasien dengan hepatitis kronik atau sirosis hati
2.3.5 Interpretasi Hasil
Kadar normal dari AFP adalah di bawah 10 ng/ml. Kenaikan sedang
sampai 500 ng/ml dapat terjadi pada penderita hepatitis kronik. Sedangkan kadar
di atas 500 ng/ml hanya terdapat pada :
1. Kanker hati
2. Kanker testis dan ovarium
3. Proses penyebaran kanker yang telah mencapai hati
2.3.6 Arti dari nilai kadar AFP
a. peningkatan kadar AFP dapat mengidentifikasi kehadiran dari
kanker, umumnnya pada kanker hati, ovarium dan testis. Akan
tetapi, tidak semua kanker hati, ovarium atau testis mengahasilkan
peningkatan AFP yang signifikan
b. peningkatan kadar AFP dapat juga disebabkan karena hal lain
seperti kanker perut, usus, paru paru, payudara dan lymphoma.
5

Peyakit lain seperti sisrosis dan hepatitis juga dapat meningkatkan


kadar AFP
c. saat AFP digunakan untuk memonitor pengobatan, penurunan
kadar merupakan indikasi terhadap respon pengobatan. Jika
kadarnnya setelah pengobatan tidak mengalami penurunan yang
signifikan, biasannya mendekati nilai normal, maka hal tersebut
menandakan masih terdapatnnya jaringan tumor.
2.3.7 Pemeriksaan Alpha Fetoprotein (AFP)

Sampel : (minimal 0,5 ml)

Persiapan pasien: tidak diperlukan persiapan khusus

Kondisi sampel:

serum
plasma (EDTA, Heparin)

Hemolysis Mild OK; Gross reject


Lipemia Mild OK; Gross OK

Stabilitas spesimen:

refrigerated 7 hari
beku 90 hari

Nilai normal: 10-15 g/L (8.3-12.4 kU/L)

Metode: Immunoenzymatic Assay

Prinsip:

Gambar : Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA)


Menggunakan instrumen Beckman Coulter UniCel DXI 800. Beckman
Coulter

Access

alpha-fetoprotein

(AFP)

immunoassay

terdiri

dari

immunoenzymatic sandwich assay. Spesimen dimasukkan bersama dengan


monoklonal anti- AFP(konjugat alkaline phosphatase), dan paramaknetik partikel
yang telah dilapisi monoklonal anti- AFP(antibodi). AFP yang berasal dari
spesimen terikat pada monoklonal anti-AFP pada solid phase berlangsung, pada
saat yang sama, monoclonal anti-AFP-alkaline phosphatase conjugate bereaksi
dengan antigen lain yang ada pada spesimen AFP. Setelah inkubasi dan bereaksi,
partikel yang terikat pada saat solid phase akan tertahan pada magnetic field saat
material yang tidak terikat akan dicuci dan dibuang.
Chemiluminescent substrate Lumi-Phos 530 ditambahkan pada reaksi dan
cahaya (nyala warna) dihasilkan dari reaksi, diukur dengan luminometer. Hasil
sebanding dengan jumlah AFP di dalam spesimen. (Package insert: Access AFP,
Beckman Coulter Inc., Fullerton, CA, 2010)
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil tes :

Kontaminasi dari darah fetus, Yang dapat terjadi saat ammiocentesis.


Perokok.
7

Gestational diabetes.
Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radio aktif dalam
waktu 2 minggu sebelumnya.

2.3.7.1 Pemeriksaan AFP Rapid Test


9

Prinsip
AFP cepat tes adalah sandwich immunoassay. Ketika sampel serum

ditambahkan untuk sampel pad, bergerak melalui konjugat pad dan mobilizes
emas-antibodi monoklonal anti-AFP tikus konjugat. Yang dilapisi pada konjugat
pad. Prosedur perlakuan yang bergerak sepanjang membran oleh aksi kapiler dan
bereaksi dengan antibodi monoklonal anti-AFP tikus yang dilapisi pada tes
wilayah. Jika AFP hadir, hasilnya adalah pembentukan pita berwarna dalam tes
wilayah. Emas konjugat akan terus untuk bermigrasi sampai adalah ditangkap di
daerah kontrol oleh menghentikan kambing Anti-tikus ig antibodi dan
mengumpulkan dalam garis merah, yang menunjukkan validitas uji .
Prosedur
1. Membawa semua bahan dan spesimen sampai suhu kamar.
2. Menghapus menguji dari foil tertutup kantong.
3. Menempatkan test kit di sebuah flat kering sripurface.
4. Menggunakan disediakan pipet plastik, membuang 30l serum
sampel (1 tetes) dan 1 tetes baik dari kartu tes solusi untuk sampel.
mulai waktu.
5. Membaca hasil pada 10 menit setelah menambahkan sampel.
Catatan: Hasil setelah 20 menit mungkin tidak akurat .

Interpretasi Hasil

Positif : Jika dua berwarna band yang terlihat dalam waktu 10 menit,
hasil tes positif dan valid.

Negatif : Jika daerah uji tidak memiliki warna band dan area kontrol
menampilkan pita berwarna, hasilnya adalah negatif dan valid.

10

Hasil yang tidak valid : Hasil tes tidak valid jika berwarna band tidak
membentuk

di

daerah

kontrol.

Sampel

harus

kembali-diuji,

menggunakan tes baru perangkat.


2.4 Carcinoembryonic antigen (CEA)
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh
epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa. Ditemukan tahun 1965 oleh Gold & Freedman. Glikoprotein
dengan BM 180.000 dalton. CEA di bentuk di saluran gastro-intertinal dan
pancreas sebagai antigen pada permukaan sel yang selanjutnya disekresikan ke
dalam cairan tubuh. CEA sebagai petanda tumor untuk kanker kolorektal,
oesofagus, pankreas, lambung, hati, payudara, ovarium dan paru-paru.
Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus
besar,

khususnya

ardenocarcinoma.

Pemeriksaan

CEA

merupakan

uji

laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan
CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan
pula pada keganasan esophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara,
kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit
inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar
CEA dapat meningkat pada perokok.
Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan,
diagnosis, penentuan stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker
payudara setelah terapi awal, juga tidak untuk memantau respon penyakit
metastasis terhadap pengobatan. Namun, peningkatan kadar CEA dapat digunakan
untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada parameter penyakit yang lain
(Sacher, 2004).

2.4.1 Manfaat Carcinoembryonic Antigen (CEA)


11

Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan penanda berbagai jenis


kanker yang dikombinasikan dengan penanda tumor lainnya. Memiliki manfaat
pemeriksaan diantaranya :
1. Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma saluran
cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker ovarium (CA 125),
kanker paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan kanker
lambung,
2. Prognosis dan follow up kanker kolorektal,
3. Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan prognosis kanker.
Yang paling sering diperbincangkan petanda tumor adalah CEA. Sebagai
ilustrasi CEA berguna untuk diagnosis kanker stadium menengah hingga lanjut
dengan sensitifitas yang berbeda pada kanker pankreas 88-91%, kanker paru 76%,
kanker usus besar 73%, kanker payudara dan indung telur 73%. CEA yang tinggi
juga didapatkan pada kanker kandung kecing, leher rahim, endometrium,
lambung, dll. Karena CEA meningkat secara mencolok hanya pada kanker
stadium menengah dan lanjut, juga tidak terbatas pada jenis tumor tertentu , maka
CEA tidak membantu dalam diagnosa dini kanker tertentu. Perubahan kadar CEA
meningkat sesuai progresi kankernya.
Petanda tumor CEA memberi nilai yang baik untuk prognosa dan
pemantauan hasil pengobatan. Bila sebelum pengobatan CEA tinggi dan setelah
pengobatan turun atau normal ,maka pengobatan itu mempunyai nilai respon yang
baik. Yang juga harus dinilai adalah progres kenaikan kadar CEA, bila kadar
meningkat dibanding pemeriksaan sebelumnya tentunya menunjukan bahwa sel
kanker juga makin aktif dan makin berkembang.

2.4.2 Pemeriksaan Carcinoembryonic Antigen (CEA)

12

Persyaratan dan jenis sampel yaitu 0,25-0,50 ml Serum, dengan stabilitas


sampel berada pada 2-8C selama 48 jam, -20C selama > 48 jam. Prosedur
pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

Ambil 10 ml darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah

atau jingga muda. Hindari hemolisis


Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan

karena mempengaruhi hasil


Tidak perlu pembatasan makan dan cairan

Berdasarkan kit untuk CEA serum rapid test (sumber dari kit ams,
Carcinoembryonic Antigen (CEA) Device (2-30C)):

Prinsip :
Perangkat CEA Rapid Test mendeteksi antigen Carcinoembryonic
manusia (CEA) melalui interpretasi visual pembangunan warna pada strip
internal. Antibodi CEA bergerak diwilayah uji membran. Selama
pengujian, spesimen berekasi dengan natibodi CEA konjungasi partiker
berwarna

dan

precoated

ke

sampel

test.

Setelah

tercampur

bermigrasi/berpindah melalui membran dengan tindakan kapiler, dan


berinteraksi dengan reagen pada membran. Jika ada antigen CEA cukup
dalam spesimen, sebuah band berwarna akan terbentuk di wilayah uji
membran. Kehadiran pita berwarna menunjukkan hasil yang positif,
sementara ketiadaan menunjukkan hasil negatif. Penampilan band
berwarna di wilayah kontrol berfungsi sebagai kontrol prosedural,
menunjukkan bahwa volume tepat dari spesimen telah ditambahkan dan

wicking membran telah terjadi.


Pengumpulan dan penyimpanan sampel :
1. CEA rapid Test menggunakan spesimen darah manusia, serum,
plasma,
2. Tidak hemolisis baik darah, serum, dan plasma
3. Spesimen serum dan plasma sebaiknya tetap diseimpan di 2-8C
untuk selama 3 hari. Untuk penyimpanan yanglama, sebaiknya
spesimen disimpan di bawah di -20C. Whole Blood dari
venipuncture sebaiknya disimpan di 2-8C jika pemeriksaan
13

dilakukan dengan 2 hari. Spesimen Whole Blood jangan disimpan


pada freezer. Dapat menggunakan Whole Blood yang berasal dari
kapiler (Fingerstick).
4. Antikoagulan yang dapat digunakan berupa EDTA, sitrat, atau
heparin
5. Sebelum pengujian letakkan pada suhu kamar, saat spesimen beku
harus di cairkan dan di campur terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk pengujian.
6. Jika spesimen untuk dikirim, pacs kan sampel sesuai dengan semua
peraturan yang berlaku untuk transportasi.
7. Sampel yang ikterik, lipemik, hemolisis dapat menyebabkan hasil
yang salah.
8. Catatan kriteria penolakan sampel Hemolisis : Mutlak; Beku ulang :
Mutlak. Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah

atau partikel lain.


Prosedur :
1. Dibuka rapid test dari segelnya dan diletakkan pada permukaan yang
bersih, diberi label pasien dan uji kontrol.
2. Diteteskan 3 tetes darah/serum/plasma

untuk

spesimen

menggunakan pipet sekali pakai yang telah disediakan, dan mulai


timer
3. Jika pengujian gagal untuk bermigrasi atau berpindah melintasi
membran setelah 1 menit, tambahkan 1 tetes buffer untuk spesimen
dengan baik (S).
4. Tunggu band berwarna (s) muncul. Hasilnya harus dibaca pada 15

menit. Jangan menginterpertasika hasil setelah 20 menit.


Interpretasi hasil :
Positif : dua band berwarna muncul pada membran. Salah satu band
yang muncul di daerah kontrol (C) dan band lain muncul di wilayah

uji (T).
Negatif : hanya satu band/pita berwarna muncul, di daerah kontrol

(C). Tidak ada pita/band berwarna jelas muncul di wilayah uji (T).
Invalid : kontrol band/pita gagal untuk muncul. Hasil dari setiap tes
yang belum menghasilkan band/pita kontrol pada saat membaca
ditentukan harus dibuang. Harap tinjau prosedur dan ulangi
14

pemeriksaan baru. Jika terjadi masalah terus-menerus, hentikan


menggunakan alat/kit segera hubungi distributor.
Nilai

Rujukan :

Dewasa:
o Tidak merokok
o Merokok
o Gangguan inflamasi akut
o Neoplasma

: <2,5 ng/ml,
: <3,5 ng/ml,
: 10 ng/dl,
: 12 ng/dl.

Pemeriksaan Carcinoembryonic Antigen (CEA) yang menggunakan


ELISA berdasarkan Diagnostic Automation, Inc :

Test

: CEA ELISA

Metode

: ELISA: Enzyme Linked Immunosorbent ELISA

Prinsip

: Peroksidase-konjugasi ELISA

Uji kualitatif CEA kit didasarkan pada uji ELISA fase padat enzymelinked. Sistem uji menggunakan satu monoklonal anti-CEA antibodi untuk fase
padat (sumur mikrotiter) imobilisasi dan antibodi anti-CEA monoklonal tikus
yang berada di dalam larutan konjugat antibodi-enzim (horseradish peroxidase).
Standard dan specimen (serum) ditambahkan ke dalam sumur mikrotiter yang
telah dilapisi CEA antibodi. Kemudian CEA antibodi berlabel dengan horseradish
peroxidase (konjugasi) ditambahkan. Jika CEA manusia hadir dalam spesimen, itu
akan menggabungkan dengan antibodi pada baik dan kongjugat enzim
menghasilkan molekul CEA yang terjepit diantara fase padat dan antibodi enzyme
linked. Setelah 1 jam inkubasi pada suhu kamar, sumur dicuci dengan air untuk
menghapus antibodi terikat berlabel. Sebuah solusi dari TMB ditambahkan dan
diinkubasi selama 20 menit, sehingga dalam pengembangan warna biru.
Pengembangan warna dihentikan dengan penambahan 2 N HCl. Warna berubah

15

menjadi kuning dan diukur spektrofotometri pada 450 nm. Konsentrasi CEA
adalah berbanding lurus dengan intensitas warna dari sampel uji.

Bahan dan komponen


1. Material yang disediakan dalam kit test
a. Antibody-coated microtiter plate with 96 wells
b. CEA standards containing; 0, 3, 12, 30, 60, and 120 ng/ml 2
set of 0,5 ml
c. Enzyme Conjugate Reagent 12 ml
d. Substrate TMB 12 ml
e. Stop Solution 12 ml
f. Wash buffer concentrate (50X) 15 ml
2. Material yang tidak disediakan dalam kit test
a. Precision pipettes : 0,04 ml 0,2 ml
b. Tip pipet disposible
c. Distilled water
d. Vortex mixer or equivalent
e. Absorbent paper or paper towel
f. Graph paper
g. Microtiter plate reader

Persiapan sampel (berdasarkan kit)


1. Darah harus diambil dengan menggunakan teknik venipuncture
standar dan serum harus dipisahkan dari sel darah merah sesegera
mungkin. Hindari lipemik atau sampel keruh
2. Sampel plasma dikumpulkan dalam tabung yang berisi EDTA,
heparin, atau oksalat dapat mengganggu tes prosedur dan harus
dihindari.
3. Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 48 jam pada 28C.

Penyimpanan test kit dan instrumentasi


16

Ketika test belum dibuka harus disimpan pada 2-8C setelah menerima.
Pelat microtiter harus disimpan pada 2-8C, dalam segel didalam bag, untuk
meminimalkan paparan lembab udara. Membuka test kit akan tetap stabil sampai
tanggal kadarluasa, asalkan kits disimpan seperti dijelaskan diatas. Sebuah
microtiter plate reader dengan bandwidth 10 nm atau kirang dan optik berbagai
kepadatan 0-2 OD atau lebih besar, di 450 nm panjang gelombang, dapat diterima
untuk digunakan dalam absorbansi pengukuran.

Preparasi reagen
1. Semua reagen harus dibawa ke suhu kamar (18-22C) dan dicampur
dengan homogen. Jangan sampai berbusa.
2. Melarutkan dengan 0,5 ml aquades, bahan dilarutkan setidaknya 20
menit. Standar dilarutkan harus didimpan disegel pada 2-8C.
3. Encerkan 1 volume wash buffer (50X) dengan 49 volume air suling.
Misalnya, encerkan 15 ml wash buffer (50X) ke dalam air suling
untuk mempersiapkan 750 ml cuci penyangga (1x). Aduk rata sebelum
digunakan.

Prosedur
1. Ambil 50l dari standar spesimen, dan kontrol ke sumur yang sesuai.
2. Tambahkan 100 l enzim konjugat reagen untuk setiap sumur.
3. Homogenkan selama 10 menit.
4. Inkubasi pada suhu kamar (18-22C) selama 60 menit.
5. Hapus campuran inkubasi dengan mengosongkan isi piring ke dalam
wadah limbah.
6. Bilas dan mengosongkan sumur mikrotiter 5 kali dengan mencuci
penyangga (1x).
7. Lap tetesan yang tersisa dengan kertas serap atau dengan kertas
handuk.
8. Tambahkan 100 l larutan TMB ke masing-masing dengan baik.
Homogenkan selama 5 detik
9. Inkubasi pada suhu kamar selama 20 menit.

17

10. Untuk menghentikan reaksi dengan larutan stop solution sebanyak 100
l.
11. Homogenkan selama 30 detik untuk memastikan bahwa warna biru
benar-benar berubah menjadi kuning.
12. Baca pada panjang gelombang 450 nm dengan pembaca microtiter
plate dalam waktu 15 menit.
2.4.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu kriteria penolakan sampel seperti
hemolisis, beku, sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau
partikel lain.
2.4.5 Peningkatan Kadar
Yang memiliki Indeks CEA melebihi batas normal memiliki risiko kanker
hingga 60%. Penelitian menunjukan, bahwa 97% CEA dari orang normal adalah
5,2 ng/ml, walaupun terdapat 3% orang-orang sehat yang melebihi batas normal,
tetapi biasanya masih berada di rentang 5,2-7,5 ng/ml. Pasien diwajibkan waspada
dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ketika indeks CEA melebihi 10 ng/ml.
Karena jika sudah melebihi batas normal CEA, ini berarti pasien memiliki risiko
terkena kanker hingga 60%. Mungkin saja orang-orang ini tidak mengalami gejala
apapun, karena tumor dalam tubuhnya masih sangat kecil, sehingga masih sulit
terdeteksi melalui CT, MRI, PET/CT dan Endoskopi, tetapi menurut pengamatan
para ahli, kanker akan terdeteksi 6 bulan hingga 5 tahun setelahnya. Jika
ditemukan indeks CEA melebihi batas normal, pasien dapat melakukan upaya
peningkatan kekebalan tubuh, memperbaiki lingkungan mikro tumor, menghindari
faktor-faktor pertumbuhan kanker dan upaya pencengahan lainnya. Hal ini dapat
secara efektif mengontrol perkembangan tumor, memperpanjang kelangsungan
hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peningkatan CEA dapat terjadi pada siapa saja. Penelitian saat ini
menunjukan, CEA pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, radang paru-paru
dan radang lambung akan mengalami peningkatan. Jenis penyakit lainnya antara
lain penyakit bronkitis kronis, tumor paru-paru, maag, gastritis atrofi, kolesistitis,
dan sebagainya. Tentu saja, jika indeks CEA melebihi 7.5 ng/ml atau bahkan
18

melebihi

10

ng/ml,

anda

sebaiknya

wasapada.

Mencari

dokter

yang

berpengalaman di bidang kanker dan tumor adalah kunci pengobatan.


Ketika CEA Menunjukan Peningkatan :
1. Sebaiknya melakukan tumor marker lanjutan seperti CA19-9, AFP,
CA724, CA 242 dan lain-lain. Untuk kaum pria bisa ditambah dengan
melakukan tes PSA dan pada kaum wanita bisa ditambah dengan
pemeriksaan CA 125 dan CA 153. Jika ada peningkatan pada indeks
pemeriksaan lainnya, sebaiknya anda melakukan pemeriksaan lebih lanjut,
sampai kanker terindeksi.
2. Jika hasil indeks pemeriksaan di atas adalah tidak normal, sebaiknya
pasien melakukan pemeriksaan non-invasif, seperti darah tinja okultisme,
USG, termasuk hati, empedu, pankreas, tiroid, kelenjar getah bening
superfisial, ginekologi dan payudara.
3. Jika pasien mengalami gejala gangguan pada sistem pernapasan atau
pasien

memiliki

riwayat

merokok,

disarankan

untuk

melakukan

pemeriksaan CT di bagian paru-paru.


4. Melakukan pemeriksaan gastroskopi, kolonoskopi. Jika diperlukan, pasien
juga dapat melakukan pemeriksaan kapsul endoskopi, untuk menghindari
kesalahan pada saat mendeteksi perubahan di usus halus.
5. Jika semua hasil pemeriksaan di atas tidak menunjukkan adanya masalah,
pasien boleh mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan PET/CT,
ini dapat membantu mendeteksi lesi dengan ukuran di bawah 5 mm,
misalnya lesi kelenjar getah bening, dinding lambung dan dinding usus.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor marker adalah substansi yang dihasilkan oleh sel tumor atau oleh
sel lain di dalam tubuh akibat respon dari adanya sel kanker. Substansi tersebut
dapat ditemukan pada bermacam cairan tubuh atau spesimen jaringan dan dapat
dideteksi secara radioimmunoassai, immunoradiometric assay dan enzyme-linked
immunosorbent dan pemeriksaan imunohistokimia.
20

AFP (alpha fetal protein) adalah suatu protein yang pada kondisi normal
diproduksi oleh hati (liver) dan kantung kuning telur (yolk sac) ketika terjadi
pembentukan bayi selama proses kehamilan. Pengukuran AFP di dalam tubuh
manusia umumnya dilakukan untuk membantu mendeteksi adanya kelainan atau
penyakit hati, pemantauan terapi atau pengobatan beberapa jenis kanker, dan juga
uji saring kelainan pada perkembangan bayi selama masa kehamilan. AFP juga
berperan sebagai petanda adanya kanker testikular, dan tumor-tumor sel germinal
tertentu pada ovarium serta meningkat pada penyakit hati jinak dan dalam
persentase yang kecil dari kanker paru dan gastrointestinal.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh
epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa/kanker usus besar (ardenocarcinoma) dan sebagai petanda tumor
untuk kanker kolorektal, oesofagus, pankreas, lambung, hati, payudara, ovarium
dan paru-paru. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik
karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan
pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan esophagus,
lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati,
pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca
operasi. Yang penting diketahui bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.
DAFTAR PUSTAKA
Biomedika.

2012.

Pemeriksaan

Petanda

Tumor.

http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/36/pemeriksaan-petandatumor.html. diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 9:05


Daniel N. Sacks MD, West Palm Beach, David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie,
https://medlineplus.gov/ency/article/003573.htm, diakses pada 2 Oktober
2016
Insert Kit AMS Carcinoembryonic Antigen (CEA) Device (2-30C).
21

Jilani S, Prystupa A, Krakowski P, Zauska W, Mosiewicz J, 2012, A clinical


guide to tumor markers categorized under cancer types: A review, Baltic
J Comp Clin Systems Bio, 1:3-25
Keyoumars Soltani, Alpha-Fetoprotein:A Review, 1979, The Journal of
Investigative Dermatology, vol.72, no.5, U.S.A
Labtes online,https://labtestsonline.org/understanding/analytes/afp-tumor/tab/test/.
Diakses pada 2 Oktober 2016
Mayo

Clinic,

http://www.mayomedicallaboratories.com/test-catalog/Clinical

%2Band%2BInterpretive/8162, diakses pada 2 Oktober 2016


Permatasari,

Yossi.

2016.

Petanda

tumor.

http://analiskesehatansederhana.blogspot.co.id/2016/01/petanda-tumor.html.
diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 20:08
Prasetyo,

Dimas.

2008.

Petanda

Tumor

(Tumor

Markers).

https://labklinik.wordpress.com/tag/cea/. Diakses pada 17 Oktober 2016


pukul 16:00
Sturgeon M Catharine M. Sturgeon, Diamandi Eleftherios, dll, 2010, Laboratory
Medicine Practise Guidelines, National Academy of Clinical Biochemistry,
Washington, DC
Tarek D. Hussein , 2014, Evaluation Of Serological Tumor Markers-A Review,
International Journal of Advanced Scientific and Technical Research, issue
4, vol. 2, ISSN 2249-9954, Saudi Arabia

22

Anda mungkin juga menyukai