Anda di halaman 1dari 53

BAB 47

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I


24. NUSA TENGGARA TIMUR

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I


24. NUSA TENGGARA TIMUR
I.

PENDAHULUAN

Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur, terletak


antara 8-12 lintang selatan dan 118-125 bujur timur, merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri atas ratusan pulau besar dan kecil,
dan berbatasan di sebelah utara dengan Laut Flores, di sebelah
timur dengan Propinsi Timor Timur dan Propinsi Maluku, di
sebelah selatan dengan Samudra Indonesia, dan di sebelah barat
dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur mencakup areal seluas
47.350 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur meliputi areal hutan seluas
9.707 kilometer persegi atau.20,5 persen, areal semak belukar
seluas 15.341 kilometer persegi atau 32,4 persen, areal padang
rumput seluas 9.517 kilometer persegi atau 20,1 persen, areal tanah
ladang seluas 3.220 kilometer persegi atau 6,8 persen, areal dataran
tinggi seluas 2.500 kilometer persegi atau 5,3 persen,
473

areal sawah seluas 1.278 kilometer persegi atau 2,7 persen, areal
perkebunan seluas 331 kilometer persegi atau 0,7 persen, areal
perairan darat seluas 47 kilometer persegi atau 0,1 persen, areal
tanah tandus seluas 189 kilometer persegi atau 0,4 persen, dan
areal permukiman, serta budi daya lainnya seluas 5.209 kilometer
persegi atau sekitar 11,0 persen dari seluruh luas wilayah.
Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan
yang terdiri atas 566 pulau besar dan kecil. Di antaranya pulaupulau yang cukup besar, antara lain adalah Pulau Flores, Pulau
Sumba, Pulau Rote, Pulau Alor, dan Pulau Timor (bagian barat).
Keadaan topografi daerah yang berbukit-bukit yang mencakup 70
persen luas wilayah mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 50
persen sehingga menyebabkan kondisi alam di Nusa Tenggara
Timur pada umumnya rawan erosi. Iklim daerah Nusa Tenggara
Timur termasuk tropis kering dengan musim kemarau yang cukup
panjang, yaitu sekitar 8 bulan per tahun dengan penyebaran curah
hujan yang tidak merata. Suhu udara beragam antara 21,2 celcius
- 33,4 celcius. Kondisi iklim ini menyebabkan kurang suburnya
sebagian lahan pertanian di daerah tersebut. Curah hujan tertinggi
terdapat di bagian barat Flores, Timor bagian tengah, dan Sumba
Barat. Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai beberapa
kawasan rawan bencana alam geologis terutama di beberapa bagian
dari Pulau Flores dan Kepulauan Alor.
Lahan pada beberapa pulau besar di Propinsi Nusa Tenggara
Timur sebagian besar telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian
yang meliputi tanaman perkebunan, hortikultura, tanaman pangan,
peternakan, dan tanaman hutan seperti lontar, cendana, dan asam.
Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya kelautan (maritim)
yang potensial untuk dikembangkan.
Pada tahun 1990 penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur
berjumlah 3.227.400 jiwa, dengan kepadatan penduduk 69 jiwa per
kilometer persegi. Daerah tingkat II yang terpadat penduduknya
adalah Kabupaten Sikka dengan kepadatan 143 jiwa per kilometer

474

persegi, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sumba Timur


dengan kepadatan 22 jiwa per kilometer persegi. Penduduk yang
tinggal di kawasan perkotaan berjumlah 372.734 jiwa atau 11,4
persen dari jumlah penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Jumlah penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan
yang cukup berarti dengan rata-rata laju pertumbuhan antara tahun
1971 dan 1990 sebesar 5,72 persen per tahun.
Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di
propinsi ini berjumlah 2.462.776 orang (75,3 persen). Dari
jumlah tersebut yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak
1.658.1 12 orang dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah
1.647.274 orang. Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja tersebut, sebagian besar terserap di sektor pertanian (76,0 persen).
Sisanya terserap di berbagai sektor lain, yaitu sektor industri (12,3
persen) dan jasa (11,7 persen).
Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan budaya yang
beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan
bahasa. Masyarakat Nusa Tenggara Timur terdiri atas berbagai
suku, antara lain suku Sumba, Manggarai, Alor, Sawu, Rote, Timor,
Ende, dan suku lainnya yang masing-masing memiliki kebudayaan
dan adat istiadatnya sendiri. Tenun ikat merupakan salah satu
warisan budaya yang masih berkembang dengan bermacam ragam
corak tenunan tradisional dari masing-masing suku yang memiliki
nilai seni yang tinggi. Penduduk propinsi ini sebagian besar
beragama Katolik dan Kristen Protestan (90,9 persen), serta
selebihnya beragama Islam (8,8 persen), Hindu (0,04 persen), dan
Budha (0,08 persen).
Secara administratif, Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
terdiri atas 12 kabupaten daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Sumba
Barat dan Sumba Timur di Pulau Sumba, Kabupaten Manggarai,
Ngada, Ende, Sikka dan Flores Timur di Pulau Flores, Kabupaten
Alor di Kepulauan Alor, serta Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu di Pulau Timor bagian
475

barat. Dalam wilayah Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur


terdapat 1 kota administratif, yaitu Kupang, sebagai ibukota propinsi, 114 wilayah kecamatan, serta 1.723 desa dan kelurahan.
II. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PJP I
Perkembangan kependudukan di Propinsi Nusa Tenggara
Timur selama PJP I menunjukkan makin menurunnya laju
pertumbuhan penduduk dari 1,95 persen per tahun dalam periode
1971 - 1980 menjadi 1,79 persen per tahun dalam periode 1980 1990. Dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di
kawasan timur Indonesia dan di tingkat nasional, yang masingmasing sekitar 2,4 persen dan 1,97 persen per tahun dalam periode
1980 - 1990, laju pertumbuhan penduduk propinsi ini termasuk
cukup rendah.
Dalam PJP I pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Timur
telah meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk
domestik regional bruto (PDRB) nonmigas Propinsi Nusa Tenggara
Timur atas dasar harga konstan 1983 adalah sebesar Rp712.398
juta. Jika dilihat dari pangsa sumbangan sektoral terhadap pembentukan PDRB nonmigas, sektor pertanian memberikan sumbangan tertinggi (51,14 persen), diikuti sektor pemerintahan dan
pertahanan (14,49 persen), dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (12,05 persen).
Dalam periode 1983 - 1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas
tercatat sebesar 5,24 persen per tahun. Sektor yang menunjukkan
pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor bank dan lembaga
keuangan (13,19 persen); sektor pengangkutan dan komunikasi
(12,86 persen); sektor listrik, gas, dan air minum (12,4 persen);
serta sektor pertambangan dan galian (10,1 persen).

476

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga
konstan 1983 di Propinsi Nusa Tenggara Timur mencapai Rp218
ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang besarnya
Rp173 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata
sebesar 3,4 persen per tahun.
Laju pertumbuhan ekonomi daerah Nusa Tenggara Timur
tersebut didukung oleh laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata
sebesar 8,0 persen per tahun antara tahun 1987 dan 1992 dengan
komoditas andalan, yaitu kayu cendana, hasil laut, dan kerajinan
tangan.
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, telah menghasilkan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan
oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf meningkat
dari 61,87 persen pada tahun 1971 menjadi 78,1 persen pada tahun
1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup menurun
dari 128 pada tahun 1971 menjadi 66 pada tahun 1990, dan usia
harapan hidup penduduk meningkat dari 48,8 tahun pada tahun
1971 menjadi 60,9 tahun pada tahun 1990.
Peningkatan kesejahteraan tersebut didukung oleh peningkatan
pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1990 telah ada 23 unit rumah sakit dengan
kapasitas tempat tidur 1.634 buah, dan pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 655 unit dengan
jangkauan pelayanan mencakup luasan 73,1 kilometer persegi dan
dengan penduduk yang dilayani sebanyak 4.989 orang per puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Jika dibandingkan dengan
keadaan tahun 1972, jumlah puskesmas baru mencapai 25 unit
dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 877,3 kilometer
persegi dan dengan penduduk yang dilayani sebanyak 93.605 orang
per puskesmas.
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Nusa Tenggara Timur
telah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Hal ini
477

diperlihatkan oleh angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) yang


pada tahun 1992 telah mencapai 111,7 persen, dibandingkan tahun
1972 yang baru mencapai 91,7 persen. Angka partisipasi tahun
1992 tersebut lebih tinggi daripada tingkat nasional, yaitu sebesar
rata-rata 107,5 persen pada tahun 1992. Tingkat partisipasi
pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang makin
meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 3.868 unit SD yang berarti
rata-rata lebih dari 2 unit SD pada setiap desa. Pada tahun 1972
jumlah SD baru mencapai 2.248 unit. Peningkatan jumlah SD dan
murid didukung oleh peningkatan jumlah guru. Pada tahun 1992
tercatat 28.385 orang guru dan setiap guru SD melayani 20 murid.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari
makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990,
penduduk miskin di Propinsi Nusa Tenggara Timur berjumlah
790.350 orang atau sekitar 24,2 persen dari seluruh penduduk.
Pada tahun 1984 penduduk miskin masih berjumlah 955.107 orang
atau kurang lebih 32,5 persen dari jumlah penduduk:
Pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur didukung oleh
pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II.
Di bidang prasarana transportasi, sampai dengan tahun 1992 telah
dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat
meliputi angkutan penyeberangan dan jaringan jalan yang mencapai
lebih dari 13.000 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan tersebut
telah makin baik, seperti terlihat dari tingkat kepadatan yang
mencapai rata-rata 312,1 kilometer per 1.000 kilometer persegi.
Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah seperti prasarana transportasi taut dan transportasi
udara juga telah meningkat. Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki 28 pelabuhan laut yang tersebar di hampir seluruh kabupaten,
dengan pelabuhan laut Kupang sebagai pelabuhan laut utama. Pelayaran antarpulau sudah dapat dilayani secara rutin oleh kapal pelayaran perintis, kapal milik perusahaan pemerintah, dan kapal milik
perusahaan rakyat serta swasta. Kapal penyeberangan (ferry) telah

478

beroperasi secara teratur menghubungkan Kupang, Rote, Sabu,


Ende, Larantuka, dan Kalabahi. Transportasi udara dilayani oleh
empat belas bandar udara (bandara), dengan Bandara El Tari di
Kupang yang dapat didarati oleh pesawat A-300, dan telah melayani penerbangan ke Darwin Australia dua kali seminggu. Sedangkan bandara lainnya telah beroperasi secara teratur, kecuali Banda ra Belu.
Di bidang pengairan, meskipun masih terbatas, telah ada
peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan
irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi
sawah seluas kurang lebih 44.000 hektare sehingga membantu
peningkatan dan menunjang produksi pertanian. Untuk sebagian
Pulau Timor, Flores, Sumba, Sawu, dan Alor karena iklim yang
kering penyediaan air irigasi baru dapat mencukupi kebutuhan air
secara teratur di musim hujan. Untuk mengatasi kesulitan air pada
daerah rawan air, telah dibangun embung-embung sebanyak kurang
lebih 104 buah dan jebakan air yang merupakan usaha masyarakat
dengan bantuan Pemerintah.
Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah XI yang
meliputi Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan Timor Timur, dan sampai dengan tahun 1991 telah
menghasilkan daya terpasang sebesar 152,56 megawatt.
Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Nusa Tenggara
Timur melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan
yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan dana
sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV dan V
masing-masing berjumlah Rp597,7 miliar dan Rpl.106,3 miliar.
Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan
yang cukup berarti, dengan rata-rata pertumbuhan selama Repelita

479

V kurang lebih 13,19 persen per tahun. Dalam masa itu PAD telah
meningkat dari Rp7,2 miliar pada tahun 1989/1990 menjadi Rp
11,8 miliar pada tahun 1993/1994. Peningkatan yang cukup berarti
dari PAD dan bantuan pembangunan daerah dari tahun ke tahun
mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Nusa
Tenggara Timur. Pada tahun pertama Repelita V belanja
pembangunan daerah berjumlah Rp 17, 5 miliar dan pada tahun
terakhir Repelita V meningkat menjadi Rp50,3 miliar. Bagian
terbesar dari belanja pembangunan dipergunakan untuk sektor
perhubungan dan pariwisata.
Meskipun masih relatif kecil, investasi swasta telah menunjukkan peningkatan. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek
baru penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui
Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 18 proyek
dengan nilai Rp615,6 miliar dan 2 proyek perluasan PMDN yang
bernilai Rp34,4 miliar. Dalam kurun waktu itu telah disetujui 4
proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$13.7
juta.
Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I
yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan
RTRW kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang berupa rencana umum tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun
meskipun pada akhir PJP I masih dalam proses ditetapkan sebagai
peraturan daerah.
III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG
PEMBANGUNAN
Pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur selama
PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh
masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian
yang didukung oleh meningkatnya ketersediaan prasarana dan

480

sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan dan makin


tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pendidikan
dasar dan kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah
yang dihadapi.
Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Tingkat
I Nusa Tenggara Timur selama PJP I, dalam PJP II akan dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu
ditemukenali berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi,
serta peluang yang dapat dimanfaatkan.
1. Tantangan
Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Namun secara keseluruhan, taraf kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan oleh
berbagai indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapita dan
laju pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf, dan usia
harapan hidup, relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata
nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan daerah
Nusa Tenggara Timur adalah meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi
daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas dan
perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi
ketenagakerjaan di Propinsi Nusa Tenggara Timur ditandai dengan
masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang
produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian
tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di
sektor nonpertanian, khususnya sektor industri dan jasa. Sektor
industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju
pertumbuhan ekonomi daerah, memerlukan tenaga kerja dengan
produktivitas yang tinggi. Di Propinsi Nusa Tenggara Timur
481

kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi


tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor
ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Nusa Tenggara
Timur, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia
yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi,
menciptakan, dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha.
Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Nusa Tenggara
Timur yang relatif rendah dan diperkirakan akan lebih menurun
lagi, antara lain disebabkan selain oleh rendahnya angka kelahiran
alamiah juga oleh tingginya angka migrasi ke luar Nusa Tenggara
Timur. Tingginya migrasi ke luar daerah meskipun mengurangi
tekanan pertambahan penduduk di Propinsi Nusa Tenggara Timur,
dikhawatirkan akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan berpendidikan. Hal ini akan memperburuk kondisi sumber daya manusia yang ada di Propinsi Nusa
Tenggara Timur sehingga menjadi tantangan pula untuk mengembangkan motivasi tenaga muda dan berpendidikan untuk berprakarsa dan berwiraswasta membangun daerah, menciptakan lapangan
kerja yang lebih luas, terutama di luar sektor pertanian. Dengan
demikian, hal itu akan mengurangi arus migrasi ke luar dan sekaligus meningkatkan perekonomian daerah.
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan
investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah
terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha.
Sehubungan dengan itu, Propinsi Nusa Tenggara Timur harus
mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk
mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Nusa Tenggara Timur
dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang
menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka

482

menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah, tantangannya


adalah mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang
dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja,
dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.
Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan
dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi,
tenaga listrik, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meski pun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar daerah Nusa
Tenggara Timur belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan
kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk daerah yang
kondisi geografisnya seperti Nusa Tenggara Timur diperlukan
suatu sistem transportasi antarmoda yang menekankan sistem
transportasi regional, pelayaran antarpulau oleh pelayaran armada
rakyat yang terpadu dengan pelayaran perintis dan pelayaran
nasional, serta sistem transportasi darat yang dapat meningkatkan
keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan
efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa,
diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang
memadai. Di pihak lain ada keterbatasan kemampuan Pemerintah,
baik pusat maupun daerah, untuk membangun prasarana dan sarana
transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh
karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan ketersediaan serta kualitas dan memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya sistem transportasi antarmoda secara terpadu
dan optimal, dengan mengikutsertakan dunia usaha.
Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Nusa
Tenggara Timur telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik.
Meskipun demikian, propinsi ini relatif tertinggal dibandingkan
dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di
Propinsi Nusa Tenggara Timur masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antargolongan masyarakat dan antardaerah, antara lain
karena masih terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial.
Kondisi di atas menghadapkan Nusa Tenggara Timur pada tantangan untuk meningkatkan, memeratakan dan memperluas

483

jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan


pelayanan sosial lainnya, serta jangkauan informasi sampai ke
seluruh pelosok daerah.
Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih
sebanyak 790 ribu orang atau sekitar 24,2 persen dari jumlah
penduduk Nusa Tenggara Timur. Selain itu, pada tahun 1993
jumlah desa tertinggal masih cukup banyak, yaitu 468 desa atau
sekitar 27.0 persen dari seluruh desa yang ada di Nusa Tenggara
Timur. Masalah kemiskinan yang memerlukan penanggulangan
secara khusus dan menyeluruh ini, merupakan tantangan pula bagi
pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur dalam PJP II, khususnya Repelita VI.
Keadaan daerah Nusa Tenggara Timur, di satu pihak sebagai
daerah kepulauan dengan iklim tropis kering dan musim kemarau
yang cukup panjang serta curah hujan yang tidak merata menyebabkan kurang suburnya sebagian besar lahan untuk pertanian dan
waktu tanam yang relatif singkat. Kepadatan rata-rata secara
agraris yang diperkirakan mencapai 200 jiwa per kilometer persegi
juga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pendapatan per kapita
dan rendahnya produktivitas serta kualitas tenaga kerja di sektor
pertanian serta rendahnya ketersediaan produksi tanaman pangan.
Di pihak lain, propinsi ini memiliki potensi sumber daya kelautan
yang cukup luas. Tantangan yang dihadapi daerah Nusa Tenggara
Timur dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama petani, adalah
meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya kelautan, antara
lain perikanan laut, di samping meningkatkan produktivitas lahan
pertanian potensial yang terbatas.
Kegiatan peternakan terutama peternakan sapi telah lama
dikenal masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan bahkan
merupakan salah satu komoditas pertanian andalan daerah yang
menghasilkan jenis sapi bali dan sapi onggole. Namun, akhir-akhir

484

ini produktivitas dan kualitas ternak sapi di Nusa Tenggara Timur


menurun. Oleh karena itu, menjadi tantangan pula untuk mengembalikan Nusa Tenggara Timur kepada posisinya semula sebagai
daerah penghasil ternak dengan kualitas yang makin meningkat.
Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan
meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam
lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan
menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin meningkat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya
dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan
daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa
merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin
pembangunan yang berkelanjutan.
Sebagai wilayah yang rawan terhadap berbagai bencana alam,
antara lain gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami, letusan
gunung berapi, banjir dan tanah longsor, serta kekeringan, menjadi
tantangan bagi Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan pembangunan secara terpadu yang
memperhatikan kondisi kerawanan tersebut.
Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah
serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola
pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka
memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.
2. Kendala
Upaya pembangunan daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur
dihadapkan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan
kondisi geografis, dan dengan karakteristik fisik wilayah yang
terdiri atas ratusan pulau besar kecil yang dipisahkan Oleh perairan
laut, keterbatasan areal lahan yang dapat dibudidayakan, dan
adanya beberapa kawasan rawan bencana, khususnya bagi
485

pengembangan prasarana dan sarana, antara lain pengembangan


sistem transportasi.
Propinsi ini mempunyai jumlah penduduk yang relatif sedikit
dibandingkan dengan luas wilayah secara keseluruhan, terutama
dikaitkan dengan pengembangan potensi sumber daya kelautan
yang luas. Jumlah penduduk yang relatif sedikit dengan penyebaran yang tidak merata dan terpencar dalam kelompok penduduk
yang kecil di beberapa pulau besar dan kecil, merupakan kendala
dalam menyebarkan kegiatan ekonomi produktif dan dalam
melayani kebutuhan dasar masyarakat secara efisien.
3. Peluang
Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Nusa Tenggara Timur selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang
untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pembangunan berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang
telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi,
serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pembangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan.
Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber daya
alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi
pembangunan yang telah dimanfaatkan tetapi belum optimal
dikembangkan antara lain adalah pertanian lahan kering,
peternakan, perikanan, pengolahan basil hutan, pertambangan, dan
pariwisata.
Propinsi kepulauan Nusa Tenggara Timur memiliki juga
potensi yang cukup besar di bidang perikanan laut yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Potensi perairan laut di Nusa Tenggara Timur di luar ZEE yang luasnya kurang lebih 18 juta hektare,
setiap tahun diperkirakan mampu menghasilkan kurang lebih
200 ribu ton hasil laut. Padahal yang baru dihasilkan sekarang
baru mencapai 49,23 ribu ton. Di samping itu, kepulauan di Nusa
486

Tenggara Timur memiliki daerah pantai sepanjang 5.700 kilometer


persegi yang dapat dikembangkan untuk budi daya hasil laut
dengan potensi lahan pertambakan seluas 18.000 hektare, sedangkan yang dimanfaatkan bare sekitar 1.540 hektare.
Untuk pengembangan kegiatan pertanian lahan kering, potensi
yang dimiliki adalah sekitar 2,4 juta hektare, sedangkan yang
sudah digunakan baru sekitar 1,3 juta hektare. Di samping itu,
terdapat lahan sekitar 1,6 juta hektare yang dapat digunakan untuk
kegiatan peternakan, sedangkan yang digunakan baru sekitar 965
ribu hektare.
Peternakan merupakan kegiatan usaha yang sudah lama dikenal dan dilaksanakan oleh masyarakat. Propinsi Nusa Tenggara
Timur menghasilkan jenis sapi bali dan sapi onggole dan saat ini
merupakan salah satu daerah sumber pengadaan bibit sapi di
Indonesia. Potensi peternakan ini dapat dikembangkan.
Propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi hasil hutan,
berupa antara lain pohon lontar, asam, kemiri, dan kayu cendana.
Kayu cendana yang mempunyai nilai pasar yang tinggi hanya
terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur. Kayu
cendana merupakan hasil hutan di Pulau Sumba dan Pulau Timor,
dan sudah berhasil dibudidayakan meskipun bare pada tahap awal,
tetapi memiliki potensi untuk dikembangkan dalam skala pengusahaan yang besar.
Pariwisata juga merupakan sektor yang berpeluang untuk
dikembangkan. Nusa Tenggara Timur memiliki obyek wisata yang
beragam, baik wisata alam, wisata bahari maupun wisata budaya.
Objek wisata yang potensial untuk dikembangkan antara lain
adalah taman laut di Teluk Maumere, taman laut di Teluk Kupang,
Pantai Pede di Labuhan Bajo, Taman Laut 17 Pulau Riung di
Ngada, Taman Nasional Pulau Komodo di Manggarai, serta danau
tiga warna Kelimutu di Ende. Di samping itu, Nusa Tenggara
Timur memiliki latar belakang sejarah dan beraneka ragam tradisi,
487

seni, dan budaya setempat yang unik untuk dikembangkan sebagai


obyek wisata budaya dengan lokasinya yang tersebar di seluruh
wilayah Nusa Tenggara Timur, seperti di Pulau Sumba, Flores,
Sawu, Rote, Alor, dan Timor.
Di bidang pertambangan, Propinsi Nusa Tenggara Timur
memiliki potensi berbagai bahan galian dan mineral seperti batu
kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silika, marmer, belerang, barit,
mangan, logam mulia, dan logam dasar besi. Bahan galian yang
telah diolah umumnya bahan galian C, termasuk tanah liat dan
batu kapur yang dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi pabrik
semen di Kupang. Salah satu potensi pertambangan yang dapat
mempengaruhi perekonomian Nusa Tenggara Timur di masa
mendatang adalah kemungkinan adanya sumber minyak di celah
Timor yang sekarang sedang dalam tahap eksplorasi.
Lokasi Propinsi Nusa Tenggara Timur sangat strategis karena
terletak di antara jalur pariwisata Bali dan Sulawesi Selatan serta
berdekatan dengan Australia. Hal ini tidak hanya membawa
kemungkinan dan peluang untuk pengembangan kegiatan pariwisata, tetapi juga kegiatan perdagangan antarpulau dan bahkan perdagangan global di kemudian hari. Hubungan yang telah terjadi
antara Kupang dan Darwin di Australia dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi pendorong pertumbuhan wilayah ini.
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN
1. Arahan GBHN 1993
GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah
diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan
prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta meningkatkan
pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam
488

mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam upaya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah
air, pembangunan daerah dan kawasan yang kurang berkembang,
seperti di daerah terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwujudan
Wawasan Nusantara.
Dengan mengacu kepada arahan GBHN 1993, pembangunan
Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pelibatan masyarakat setempat secara penuh; peningkatan peran serta masyarakat dan
dunia usaha; peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga kerja
setempat dan perbaikan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan
dan pelatihan; peningkatan produktivitas perekonomian daerah;
penganekaragaman kegiatan perekonomian daerah; peningkatan
pertumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan jumlah dan kualitas
investasi swasta; peningkatan kesejahteraan sosial dan percepatan
penanggulangan kemiskinan; pengembangan sistem transportasi
antarmoda yang terpadu yang akan meningkatkan aksesibilitas
daerah-daerah terpencil dan terbelakang; penguatan kelembagaan
dan aparatur pemerintah di daerah dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya alam yang memiliki potensi dan keunggulan
komparatif dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan
hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan; dan pengembangan
kawasan andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah
sekitarnya.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
dalam PJP II sesuai dengan GBHN 1993 adalah mantapnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta
makin meratanya pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
489

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 6,1
persen per tahun. Sasaran lainnya adalah meningkatnya ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana dasar ekonomi, serta
kualitas pelayanannya, terutama terciptanya sistem transportasi
antarmoda yang mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah
propinsi secara ekonomis; meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat dalam pembangunan, sehingga dapat mendukung
penciptaan lapangan kerja; serta meningkatnya sumbangan daerah
kepada ekonomi nasional.
Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan gizi masyarakat yang diukur, antara lain dari dua
indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan
hidup menjadi 72,8 tahun dan menurunnya angka kematian bayi
menjadi 19 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertumbuhan penduduk; dan telah mantapnya pemerataan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar dan kejuruan serta terselesaikannya
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Dalam PJP II masalah kemiskinan di daerah Nusa Tenggara
Timur berdasarkan kriteria yang sekarang digunakan telah terselesaikan.
b.

Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur


dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang
nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat
pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan
dalam merencanakan dan mengelola pembangunan termasuk dalam
mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana yang
dibangun di daerah, seiring dengan meningkatnya kemampuan
pemerintah daerah untuk menggali dan mengerahkan sumber
keuangan serta meningkatnya efisiensi belanja daerah.

490

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 5,1
persen per tahun, dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu pertanian rata-rata sekitar 3,1 persen; industri nonmigas sekitar 9,1
persen; bangunan sekitar 8,7 persen; perdagangan dan pengangkutan sekitar 6,7 persen; jasa-jasa sekitar 6,0 persen; serta lainnya
(mencakup pemerintahan, energi, dan pertambangan) sekitar 6,5
persen. Sasaran laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata untuk
Propinsi Nusa Tenggara Timur rata-rata adalah 13 persen per
tahun. Sasaran laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah rata-rata
3,2 persen per tahun sehingga tercipta tambahan kesempatan kerja
baru bagi 271,2 ribu orang.
Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi, terutama berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan
aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan efisien;
meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam
kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktivitas tenaga
kerja setempat di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.
Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan
usia harapan hidup menjadi 65,3 tahun serta penurunan angka
kematian bayi menjadi 47 per seribu kelahiran hidup; menurunnya
laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional; makin
merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan
kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP), termasuk madrasah tsanawiyah (MTs),
dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), termasuk madrasah aliyah
(MA), masing-masing menjadi sekitar 51,5 persen dan sekitar 29,4
persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun.

491

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan


masyarakat berpendapatan rendah, berkurangnya jumlah penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan berkurangnya jumlah
desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk
miskin di tingkat nasional; serta meningkatnya daya dukung
sumber daya alam dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
3. Kebijaksanaan
Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan
mewujudkan berbagai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan
pembangunan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur dalam
Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelaksanaan otonomi di
daerah yang seiring dengan peningkatan peran serta masyarakat;
pengembangan sektor unggulan; pengembangan usaha nasional;
pengembangan sumber daya manusia; kependudukan; peningkatan
pemerataan pembangunan; penanggulangan kemiskinan; pengembangan prasarana dan sarana ekonomi; pendayagunaan sumber
daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta pengembangan kawasan andalan.
Kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang berbatasan
dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan antardaerah
melalui peningkatan kerja sama antardaerah.
a.

Pelaksanaan Otonomi di Daerah

Dalam rangka memperkukuh negara kesatuan serta memperlancar penyelenggaraan pembangunan nasional, kemampuan pelaksanaan pemerintahan di daerah tingkat I dan daerah tingkat II
Propinsi Nusa Tenggara Timur, terutama dalam penyelenggaraan
tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan ditingkatkan
agar makin mewujudkan otonomi yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab.
492

Pelaksanaan otonomi di Propinsi Nusa Tenggara Timur


ditingkatkan dengan peningkatan kemampuan aparatur melalui
penguatan manajemen dan kelembagaan; peningkatan kualitas
sumber daya manusia, termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); peningkatan
kemampuan memobilisasi berbagai sumber keuangan daerah; serta
peningkatan kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat, dan
peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.
Penataan kembali batas wilayah dan daerah dalam rangka
pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimungkinkan
untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan
administrasi pemerintahan di daerah.
b.

Pengembangan Sektor Unggulan

Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara


berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah
dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Pembangunan pertanian dan industri serta sektor
produktif lainnya akan ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Pembangunan industri di Propinsi Nusa Tenggara Timur
diarahkan, terutama untuk mengembangkan industri yang berorientasi ekspor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia serta memanfaatkan keuntungan lokasi
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang berada dekat dengan Australia. Sehubungan dengan itu, pembangunan industri di Propinsi
Nusa Tenggara Timur dikembangkan secara bertahap dan terpadu
melalui peningkatan keterkaitan industri dengan pertanian
sehingga meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur
ekonomi daerah. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan
industri pengolahan, termasuk agroindustri, ditingkatkan dan

493

didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi


penanaman modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai
daerah tingkat II, diupayakan sesuai dengan potensi masing-masing
dan sesuai dengan rencana tata ruang daerah agar tertata dengan
baik dan agar mendorong pemerataan. Untuk mendukung
pengembangan industri, diupayakan peningkatan prasarana,
peningkatan usaha pemasaran, serta pelatihan tenaga kerja. Untuk
meningkatkan ketersediaan prasarana penunjang sehingga tercipta
kondisi yang menarik bagi pengembangan kegiatan industri
diperlukan investasi yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi
oleh Pemerintah sepenuhnya. Oleh karena itu, usaha swasta
didorong untuk ikut serta membangun prasarana dan sarana yang
dibutuhkan.
Pembangunan pertanian di Propinsi Nusa Tenggara Timur
diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta
menganekaragamkan produksi hasil pertanian yang berorientasi
ekspor, khususnya hasil perikanan dan peternakan. Upaya tersebut
dilaksanakan secara terpadu, serta didukung oleh pengembangan
agrobisnis dan agroindustri yang mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan.
Pembangunan kehutanan di Propinsi Nusa Tenggara Timur
ditingkatkan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan, penyediaan dan perluasan keanekaragaman hasil hutan, terutama kayu
cendana, lontar, dan kemiri, serta mendukung pembangunan industri, perluasan kesempatan kerja, dan kesempatan usaha.
Pengusahaan hutan dan hasil hutan diatur melalui pola pengusahaan
hutan yang menjamin keikutsertaan masyarakat di kawasan hutan
dan sekitarnya dan peningkatan peran serta koperasi, usaha
menengah dan kecil, terutama dalam pengolahan dan pemasaran
hasil hutan.
Pembangunan kepariwisataan di Propinsi Nusa Tenggara
Timur mempunyai potensi yang luas dan prospek yang cerah.
494

Untuk itu, pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan
kerja dan kesempatan usaha, serta mendorong kegiatan ekonomi
yang terkait dengan pengembangan budaya daerah, dan dengan
memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan
alam bahari, keanekaragaman seni dan budaya, serta peninggalan
sejarah, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.
Pembangunan pertambangan di Propinsi Nusa Tenggara
Timur ditingkatkan dengan sekaligus mendorong proses
pengolahan lanjutan untuk meningkatkan nilai tambah, terutama
bahan galian C, marmer, barit, belerang, pasir silika, mangan, emas
dan biji besi, serta sumber minyak di Celah Timor.
c.

Pengembangan Usaha Nasional

Pengembangan usaha nasional yang meliputi usaha menengah


dan kecil, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN) dan badan
usaha milik daerah (BUMD), serta usaha swasta diarahkan agar
mampu tumbuh menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi
daerah, serta memperluas kesempatan usaha dan kesempatan kerja
menuju terwujudnya perekonomian daerah yang tangguh dan
mandiri.
Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk
usaha tradisional dan informal, di Propinsi Nusa Tenggara Timur
ditingkatkan melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha
disertai dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung.
Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta lapisan usaha
kecil yang banyak dan kukuh yang saling menyangga dengan
lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan
usaha besar.
Kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekonomi
rakyat dilakukan pula melalui peningkatan pemberian kemudahan
495

di bidang perkreditan, investasi, perpajakan, asuransi, akses terhadap pasar dan informasi, serta dalam memperoleh pendidikan,
pelatihan keterampilan, bimbingan manajemen, dan alih teknologi.
Dengan demikian, ekonomi rakyat dapat berkembang secara
mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian nasional.
Dalam rangka itu dikembangkan bidang kegiatan ekonomi yang
diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu koperasi dan usaha
kecil termasuk usaha informal dan tradisional, dan jika perlu ditetapkan wilayah usaha yang menyangkut perekonomian rakyat,
terutama yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi dan usaha
kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya. Kebijaksanaan
pemberian prioritas, dapat pula diberikan kepada usaha ekonomi
rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam pengadaan barang
dan jasa yang dibiayai oleh Pemerintah, disertai upaya penyediaan
tempat usaha yang terjamin, khususnya bagi koperasi dan usaha
kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat, antara lain dalam
pemilikan saham perusahaan besar melalui koperasi.
Pembangunan koperasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur
pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan akses dan pangsa
pasar; perluasan akses terhadap sumber permodalan, pengukuhan
struktur permodalan, dan peningkatan kemampuan memanfaatkan
modal; peningkatan kemampuan organisasi dan manajemen
koperasi; peningkatan akses terhadap teknologi dan peningkatan
kemampuan memanfaatkannya; serta pengembangan kemitraan
usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok
tertinggal, seperti nelayan pada umumnya, petani kecil, dan
mereka yang berada di kantung-kantung kemiskinan.
Pembangunan perdagangan di Propinsi Nusa Tenggara Timur
diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlancar distribusi sehingga mampu mendukung upaya pemerataan dan
pengembangan kemampuan usaha, dan peningkatan ekspor
nonmigas dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi, baik
nasional, regional maupun global.

496

d.

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia di Propinsi Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk mewujudkan manusia berakhlak,
beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan
menanamkan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilainilai luhur budaya bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah, serta pendidikan di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembangan sumber
daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
pendidikan, melalui peningkatan kualitas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan agama, serta pelayanan
kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan ketersediaan dan sebaran prasarana dan sarana dasar secara makin
berkualitas dan merata.
Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas, nilai tambah, daya saing, kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui kegiatan
pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan efektif,
serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek serta pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas tenaga kerja
di propinsi ini diarahkan pada bidang industri yang memanfaatkan
sumber daya alam, yakni perkebunan, peternakan, perikanan,
pariwisata, kehutanan, dan pertambangan.
e.

Kependudukan

Kebijaksanaan di bidang kependudukan di Daerah Tingkat I


Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta mengarahkan persebaran
penduduk yang lebih merata, terutama ke daerah jarang penduduk
disertai upaya mengurangi migrasi keluar yang cukup besar,

497

dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya


tampung lingkungan hidup.
Pertumbuhan penduduk dikendalikan, antara lain dengan
upaya peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan
itu, upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan
meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja,
serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam pembangunan. Propinsi Nusa Tenggara Timur telah meningkat, diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan pembinaannya.
Persebaran penduduk dalam rangka mengendalikan perambah
hutan, diupayakan melalui transmigrasi lokal. Dalam rangka
memeratakan persebaran penduduk dan tenaga kerja ke berbagai
kawasan andalan dan pusat pertumbuhan di daerah Nusa Tenggara
Timur, diupayakan antara lain melalui transmigrasi umum dan
transmigrasi swakarsa mandiri.
f.

Peningkatan Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pertumbuhan antarsektor ekonomi di Propinsi


Nusa Tenggara Timur diupayakan dengan menyerasikan secara
bertahap peranan dan sumbangan setiap sektor ekonomi, dalam
rangka meningkatkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi
daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga
kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan
perencanaan dan pelaksanaan program antarsektor dan program
regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara
terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di
sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan, antara lain dengan
penerapan teknologi yang tepat serta pendekatan baru dalam
produksi dan pemasaran hasil. Untuk meningkatkan nilai tukar
komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan,
ditingkatkan keterkaitan antarsektor, terutama antara sektor
pertanian dengan industri dan jasa.
498

Pemerataan pembangunan antardaerah di Propinsi Nusa


Tenggara Timur diupayakan dengan lebih menyerasikan pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan
antardaerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui koordinasi
dan keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan sektoral,
pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan
sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta
penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan
swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggunaan tanah
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak rakyat atas
tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum pemilikan
tanah, serta pencegahan penelantaran tanah termasuk upaya
mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan kepentingan rakyat.
Dalam rangka pemerataan pembangunan antardaerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur ditempuh pula berbagai upaya, antara
lain meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah
yang dikembangkan berdasarkan pendekatan wilayah atau kelompok wilayah dalam satu propinsi dengan menciptakan keterkaitan
fungsional antardaerah, antarwilayah, antardesa, antarkota, dan
antara desa dan kota. Selanjutnya, penyerasian pertumbuhan
antardaerah diupayakan pula dengan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah
dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan dalam rangka
menciptakan iklim usaha yang makin baik.
Untuk mengatasi kesenjangan antargolongan ekonomi dilakukan penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan
ekonomi rakyat banyak seperti kepemilikan hak atas tanah,
perizinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan mekanisme pasar, serta pemberian fasilitas dan kemudahan berusaha
bagi pengusaha kecil, termasuk untuk ikut dalam melaksanakan
proyek-proyek Pemerintah di daerah, sehingga masyarakat

499

golongan ekonomi yang lemah mendapat kesempatan yang lebih


besar untuk meningkatkan peranannya dalam pembangunan dan
dengan demikian kesejahteraannya.
g.

Penanggulangan Kemiskinan

Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di


Propinsi Nusa Tenggara Timur, Inpres Desa Tertinggal (IDT)
merupakan salah satu kebijaksanaan untuk menumbuhkan dan
memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan
kegiatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian
masyarakat miskin di desa atau kelurahan tertinggal, dengan
menerapkan prinsip gotong-royong, keswadayaan, dan partisipasi,
serta menerapkan semangat dan kegiatan produksi dan kooperatif.
Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan
produksi dan pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia
di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya itu,
ditingkatkan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan serta
disediakan dana sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk
membangun dan mengembangkan kemampuannya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri.
Dalam kerangka itu, program IDT diupayakan pula untuk memantapkan segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat perdesaan
termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf hidup dapat
berlangsung secara berkelanjutan. Kebijaksanaan ini dilaksanakan
khususnya di 468 desa tertinggal menurut pedoman yang telah
ditetapkan secara nasional.
h. Pengembangan Prasarana dan Sarana Ekonomi
Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi di Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur diarahkan untuk meningkatkan
ketersediaan, efisiensi pemanfaatan, kualitas pelayanan, keterjangkauan pelayanan, efektivitas operasi dan pemeliharaan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut. Dalam Repelita VI
500

sistem transportasi dikembangkan secara lebih luas dan terpadu


terutama dengan mengembangkan sistem transportasi antarmoda
dan antarpulau yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah
terisolasi dan terbelakang.
Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya
pembangunan prasarana ekonomi lainnya, seperti tenaga listrik dan
pelayanan jasa telekomunikasi serta prasarana pengairan, akan
dilanjutkan dan ditingkatkan.
Untuk mempercepat pembangunan berbagai prasarana dan
sarana ekonomi tersebut, didorong dan ditingkatkan peran serta
masyarakat dan dunia usaha.
i.

Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian


Fungsi Lingkungan Hidup

Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam ditingkatkan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan dilaksanakan
dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu, ditingkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan
pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup, serta pengendalian pencemaran dan
kerusakan fungsi lingkungan hidup. Upaya pelestarian fungsi hutan
dan lingkungan pesisir; rehabilitasi hutan dan tanah kritis; konservasi sungai, danau, hutan bakau dan hutan lindung; pelestarian
flora dan fauna langka; serta pengembangan fungsi daerah aliran
sungai (DAS) ditingkatkan.
j.

Pengembangan Kawasan Andalan

Kawasan andalan dikembangkan secara terencana dan terpadu


dengan memperhatikan rencana tata ruang daerah, keterkaitan kota
dengan daerah penyangganya, pertumbuhan penduduk, pengelolaan
dan pembangunan lingkungan permukiman, lingkungan usaha, dan
lingkungan kerja.
501

Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan


yang mengalami pertumbuhan pesat, ditingkatkan penyediaan dan
perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan,
termasuk peningkatan pengelolaannya.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
Dalam upaya mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai
kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan Propinsi Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur dalam Repelita VI, dilaksanakan
melalui beberapa program yang meliputi program peningkatan
kemampuan aparatur pemerintah daerah; peningkatan kemampuan
keuangan pemerintah daerah; peningkatan prasarana dan sarana
daerah; pengembangan usaha nasional; peningkatan produktivitas
dan kualitas tenaga kerja; penataan ruang daerah; pengembangan
kawasan andalan dan sektor unggulan; peningkatan kualitas lingkungan hidup; peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan
peran serta masyarakat; percepatan penanggulangan kemiskinan;
dan pengelolaan pembangunan perkotaan; dengan didukung berbagai program penunjang.
1. Program Pokok
a.

Program Peningkatan Kemampuan Aparatur


Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:


1) meningkatkan kemampuan, disiplin, dan wawasan aparatur
pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur
kelembagaan pemerintah daerah terutama aparatur pemerintah
daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;
meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah yang
meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
502

pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik


antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga
pemerintah pusat dan daerah;
3) menyempurnakan dan melengkapi
perundang-undangan daerah;

perangkat

peraturan

4) mengembangkan sistem informasi manajemen pembangunan


daerah;
5) meninjau kembali status dan Batas daerah otonom dan wilayah
administratif daerah tertentu, antara lain mengkaji usul
peningkatan status Kota Administratif Kupang menjadi kotamadya.
b. Program Peningkatan Kemampuan Keuangan
Pemerintah Daerah
Program ini meliputi upaya:
1) meningkatkan PAD dengan mengintensifkan sumber
pendapatan yang ada, baik pajak, retribusi, maupun laba
perusahaan daerah, serta menggali sumber pendapatan yang
baru;
2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk
Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan
rekening pembangunan daerah;
3) meningkatkan keikutsertaan dunia usaha dalam pembangunan
daerah;
4) memantapkan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan
penggunaan keuangan daerah;
5) meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMD.
503

c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah


Program ini meliputi upaya:
1) meningkatkan prasarana jalan dan transportasi darat, laut, dan
udara, yang meliputi kegiatan:
a)

rehabilitasi dan pemeliharaan jalan, yang antara lain


meliputi ruas Tenau-Kupang-Oesao-Bokong; NoelmutiKefamenanu-Halilulik; Waepare-Larantuka; RutengMalwatar-Labuan Bajo; Bajawa-Poma; Aegela-Donga;
Detusuko-Wologai;
Waikabubak-Padedeweri-Katiala;
serta persiapan pembangunan jalan lintas utara pulau
Flores yang mencakup ruas Larantuka-Maumere-DongaReo-Labuhan Bajo; dan lintas selatan Pulau Timor yang
mencakup ruas Kupang-Soe ke perbatasan Timor Timur;
serta pengkajian dan persiapan pembangunan lintas selatan pulau Sumba;
pengembangan transportasi darat meliputi kegiatan
pengembangan fasilitas lalu lintas jalan berupa pengadaan
dan pemasangan rambu jalan sebanyak 1.000 buah;
pengadaan dan pemasangan pagar pengaman jalan 15.000
meter; pembuatan marka jalan sepanjang 75 kilometer;
pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan
bermotor (PKB) berjalan sebanyak 3 unit; pembangunan
terminal penumpang/barang di 1 lokasi; pengadaan bus
kota/perintis sebanyak 75 buah; serta pemasangan lampu
lalu lintas 5 unit;

c)

504

pengembangan transportasi laut meliputi kegiatan


pembangunan fasilitas pelabuhan laut di Tenau,
Maumere, Reo, Ende, Palue, Maritaim, Labuan Bajo,
Nagalili, Waibadan, Kolbano, Mborong, Raijua, Rua,

Sabu Timur, Ndao, Booking, Maumbawa dan Naikliu;


serta pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran dan
pengoperasian 3 kapal perintis;
d) pengembangan transportasi udara meliputi kegiatan
peningkatan fasilitas pelabuhan udara di Waingapu,
Maumere, Ruteng, Labuhan Bajo, Bajawa, dan Kalabahi;
peningkatan fasilitas keselamatan penerbangan di Kupang,
Waingapu, Maumere, Ruteng, Labuan Bajo, Ende dan
Lewolebo, dan Kalabahi; serta pengoperasian penerbangan perintis 1 rute per tahun;
2) meningkatkan penyediaan tenaga listrik yang meliputi
kegiatan:
a)

pembangunan pusat listrik tenaga mikrohidro (PLTM)


tersebar di Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas 4,1
megawatt; pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik
yang bersumber pada tenaga diesel (PLTD) lokasi
tersebar dengan kapasitas 12,5 megawatt; pembangunan
PLTP Ulumbu dengan kapasitas terpasang 3 megawatt;

b) peningkatan sarana distribusi PLN berupa pembangunan


jaringan tegangan menengah (JTM) desa sepanjang 228
kilometersirkit, dan jaringan tegangan rendah (JTR) desa
sepanjang 2.946 kilometersirkit, serta pembangunan
gardu distribusi dengan lokasi tersebar sehingga dapat
melayani 95.000 pelanggan baru;
c)

penyediaan tenaga listrik perdesaan dengan tambahan


pelayanan listrik bagi 676 desa;

3) meningkatkan penyediaan bahan bakar minyak (BBM) yang


meliputi kegiatan pembangunan depot pengisian pesawat udara
(DPPU) di Ende dan peningkatan DPPU di Waingapu dan
Maumere, untuk melayani peningkatan kebutuhan avtur dan
505

avgas mengikuti perkembangan transportasi udara yang pesat;


4) meningkatkan jaringan telekomunikasi, yang antara lain
meliputi kegiatan pembangunan telepon, termasuk sarana
penunjang dengan kapasitas 29.000 satuan sambungan, perluasan kapasitas telepon umum, dan pembangunan warung
telekomunikasi (wartel) secara tersebar, pembangunan stasiun
monitoring frekuensi radio tetap sebanyak 2 unit, dan
pengadaan perangkat radio komunikasi sebanyak 1 unit;
5) meningkatkan pelayanan jasa pos dan giro, yang antara lain
meliputi pengadaan dan peningkatan fasilitas fisik pelayanan di
kecamatan, perdesaan, daerah transmigrasi dan daerah terpencil lainnya, yang antara lain meliputi pembangunan kantor pos
pembantu sebanyak 10 unit, kantor pos tambahan sebanyak 2
unit, pos keliling kota/angkutan sebanyak 5 unit, pos keliling
desa/antaran sebanyak 25 unit, dan berbagai sarana penunjang;
6) memantapkan prasarana pengairan, yang meliputi kegiatan
penyusunan rencana induk wilayah sungai di Sumba dan
Flores, perbaikan dan pengendalian sungai sekitar 18
kilometer antara lain Sungai Kambera, Talao, Wanokaka,
Kambaniru, Manikin, Nungkurus dan Dendeng; pemeliharaan
jaringan irigasi seluas kurang lebih 59.000 hektare dengan
lokasi tersebar; perbaikan jaringan irigasi sekitar 17.000
hektare antara lain di Mbay, Mangili, Petawang dan
Haekesak; pembangunan jaringan irigasi sekitar 14.500
hektare antara lain di Soa, Mataiyang, Mbay Kiri, Waekelo
Sawah, Netemanu, dan Toikula; serta pengembangan embungembung secara tersebar;
7) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan yang
meliputi kegiatan pembangunan stasiun pemancar televisi (TV)
di Aimere, Weera, Boawai dan Wolowaru; dan peningkatan
pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) Kupang;

506

8) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai ke


daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan perpustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan
memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyarakat;
9) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai ke
daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan perpustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan
memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyarakat; dan
10) meningkatkan kemampuan pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana dan sarana yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
d.

Program Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi upaya:


1) mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain berupa
penanaman modal swasta, termasuk PMDN dan PMA, dengan
memanfaatkan keunggulan komparatif daerah;
2) meningkatkan dan mengarahkan investasi, baik PMDN
maupun PMA pada berbagai wilayah, sektor, dan golongan
ekonomi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis
di perdesaan; serta berbagai sektor jasa pendukung;
3) menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan kegiatan
dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika usaha
yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan
dinamis yang menjamin kepastian dan kesempatan berusaha,
serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing
dunia usaha di daerah;

507

4) meningkatkan pengembangan usaha menengah dan kecil,


termasuk usaha informal dan tradisional melalui hubungan
kemitraan usaha; meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar;
dan meningkatkan bantuan permodalan dengan memanfaatkan
dana lembaga perbankan, seperti kredit usaha kecil (KUK),
kredit umum perdesaan (Kupedes), serta dana lembaga
keuangan nonbank, seperti modal ventura;
5) meningkatkan pembimbingan, pendidikan, pelatihan, dan
magang dalam rangka peningkatan kemampuan teknologi dan
manajemen, serta pengembangan usaha baru yang bersifat
terobosan;
6) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan dan pendayagunaan dana masyarakat, antara lain dengan mendorong
pengembangan bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi bank
perkreditan rakyat (KBPR), bank perkreditan rakyat syariat
(BPRS), dan lembaga modal Ventura;
7) meningkatkan pengembangan koperasi melalui pemantapan
kelembagaan koperasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
koperasi, pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan
koperasi, peningkatan dan perluasan usaha koperasi, kerja
sama antarkoperasi dan kemitraan usaha, pembangunan
koperasi di daerah tertinggal, serta pengembangan informasi
perkoperasian;
8) mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha
menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan daerah,
melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup tenaga
kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam, kelembagaan,
permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan potensi pasar;
serta meningkatkan kegiatan promosi tentang potensi daerah;
9) meningkatkan kegiatan perdagangan antara lain berupa

508

penyelenggaraan
pelayanan
informasi
perdagangan;
peningkatan pemasaran komoditas hasil pertanian termasuk
pengembangan pasar desa dan pasar lelang; pembinaan
pedagang, pengusaha, dan eksportir menengah dan kecil;
peningkatan perdagangan perintis; peningkatan dan
pengawasan mutu komoditas ekspor; penyusunan identifikasi
potensi pasar komoditas ekspor; serta pengembangan dan
peningkatan ekspor nonmigas, termasuk produk agroindustri.
e.

Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas


Tenaga Kerja

Program ini meliputi upaya:


1) meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat di
daerah, melalui pemasyarakatan produktivitas yang didukung
dengan penyebarluasan informasi, penyuluhan, pembinaan
melalui media massa, dunia pendidikan, forum masyarakat
produktivitas Indonesia, dan organisasi masyarakat lainnya;
penetapan standar mutu produktivitas di perusahaan-perusahaan, melalui analisis, penelitian, pengembangan, dan pengukuran produktivitas, serta pengembangan unit-unit produktivitas;
2) meningkatkan keterampilan dan keahlian serta profesionalisme
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan, melalui
pelatihan institusional, noninstitusional (mobile training unit)
bagi kader-kader pembangunan desa secara terpadu; pemagangan untuk membentuk tenaga kerja mandiri dan profesional; serta pendayagunaan tenaga kerja terdidik, yang pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha;
3) meningkatkan pembinaan hubungan industrial yang serasi
antara pekerja dan pengusaha, antara lain melalui pembinaan
fungsi lembaga ketenagakerjaan dan pendidikan; penyuluhan
ketenagakerjaan bagi kader-kader serikat pekerja dan organisasi pengusaha, dan pelaksanaan uji cobs sistem deteksi dini;
509

4) meningkatkan perlindungan tenaga kerja, khususnya tenaga


kerja wanita di sektor formal maupun informal dan perlindungan anak yang terpaksa bekerja.
f.

Program Penataan Ruang Daerah

Program ini meliputi upaya:


1) menyempurnakan dan menjabarkan rencana tata ruang wilayah
propinsi daerah tingkat I dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kotamadya daerah tingkat II terutama tata ruang
kawasan andalan ke dalam rencana terinci dan program
pembangunan daerah;
2) menyiapkan penatagunaan tanah bagi kawasan yang
mempunyai potensi pertumbuhan cepat seperti di daerah
perkotaan, antara lain Kupang, Soe, dan Maumere serta di
daerah wisata dan kawasan industri di Kupang Selatan.
g.

Program Pengembangan Kawasan Andalan dan


Sektor Unggulan

Program ini meliputi upaya:


1) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri yang
menitikberatkan pada kegiatan pengembangan industri yang
berdaya saing kuat, memperluas kesempatan kerja, dan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah; pengembangan
industri di Propinsi Musa Tenggara Timur bertumpu baik pada
pengembangan industri yang memanfaatkan sumber daya alam
maupun industri padat karya yang makin padat ketrampilan,
yang meliputi kegiatan:
a)

510

pengembangan industri kecil dan menengah, termasuk


industri kerajinan dan rumah tangga, meliputi kegiatan:

(1) pola kemitraan usaha antara industri kecil, menengah


dan besar; (2) penumbuhan dan pengembangan wirausaha
industri kecil; (3) penumbuhan dan pengembangan
industri perdesaan termasuk di desa tertinggal, dan (4)
pengembangan industri kecil melalui pembinaan 165
sentra industri kecil;
b) peningkatan kemampuan teknologi di perusahaanperusahaan industri melalui diseminasi teknologi; pengembangan dan pelayanan teknologi industri, penerapan
standar serta pengujian mutu produk; meningkatkan kemitraan litbang terapan antardunia usaha, perguruan tinggi,
dan Pemerintah; serta peningkatan sarana litbang industri,
termasuk milik Pemerintah;
c)

pendalaman dan penguatan struktur industri melalui


pengembangan agroindustri, industri pengolahan hasil
tambang dan industri yang berorientasi ekspor antara lain
industri semen, pengolahan hasil laut, pengolahan peternakan, cendana, dan kerajinan tradisional;

d) peningkatan promosi investasi industri serta mendorong


berkembangnya keterkaitan antarindustri dan aglomerasi
industri di berbagai kawasan andalan khususnya di zona
industri Kupang;
2) meningkatkan produktivitas dan produksi sektor unggulan
pertanian utama di Propinsi Nusa Tenggara Timur, melalui
pengembangan usaha pertanian terpadu yang mencakup
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan
perikanan, yang diarahkan pada kawasan andalan antara lain di
kawasan Kupang Selatan, Larantuka dan sekitarnya serta
kawasan Maumere, Ende, Bajawa dan Manggarai; selain itu di
seluruh daerah tingkat II dikembangkan pertanian rakyat
terpadu yang antara lain meliputi kegiatan:

511

a)

peningkatan mutu dan luas areal intensifikasi path, jagung, ubi kayu, dan palawija;

b)

pengembangan komoditas hortikultura terutama mangga,


pisang, jeruk, dan alpukat;

c)

peningkatan perikanan tangkap terutama kerapu, cumi,


kakap, dan hiu;

d)

pengembangan perikanan budi daya terutama nila,


teripang, dan rumput laut;

e)

pengembangan komoditas peternakan terutama sapi


potong, kambing, kerbau, babi, dan kuda;

f) pengembangan komoditas perkebunan terutama kelapa,


kakao, dan jambu mete;

g) peningkatan kegiatan penyuluhan dalam rangka


meningkatkan penguasaan dan penerapan teknologi
pertanian;
3) meningkatkan produktivitas dan produksi sektor unggulan
kehutanan, antara lain melalui pemantapan lokasi kawasan
hutan, penatagunaan hutan konversi secara terpadu, pembangunan hutan rakyat, dan hutan kemasyarakatan serta
pengembangan usaha rakyat dalam mengolah hasil hutan;
4) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata
melalui pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata,
peninggalan sejarah, dan budaya; antara lain pengembangan
obyek dan daya tarik wisata bahari di kawasan Maumere,
Sumba dan Timor; pengembangan obyek dan daya tarik wisata
alam dan wisata minat khusus antara lain di Pulau Komodo,

512

Kawah Tiga Warna di Kelimutu, wisata burn di Dataran Bena;


di samping pengembangan taman rekreasi dan hiburan yang
lokasinya tersebar;
5) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan, terutama kegiatan pemetaan geologi dan geofisika, penyelidikan
bahan galian, mitigasi bencana alam geologis, eksplorasi air
tanah, serta kegiatan khusus pemantauan gunung api; selanjutnya di seluruh daerah tingkat II dilaksanakan bimbingan usaha
pertambangan golongan C.
h.

Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Program ini meliputi upaya:


1) melestarikan fungsi lingkungan hidup dan kemampuan sumber
alam hayati dan nonhayati melalui kegiatan:
a)

peningkatan pengelolaan hutan, termasuk pelestarian


fungsi dan kemampuan hutan alam;

b) pengembangan dan pemeliharaan kelestarian plasma


nutfah, penangkaran satwa dan flora, seperti di Pulau
Komodo, Flores, Sumba, dan Timor; pengembangan dan
pembangunan Taman Nasional Komodo dan Kelimutu;
c)

pencegahan kerusakan dan pelestarian terumbu karang;

d) perbaikan, pemeliharaan, pengamanan, dan pengembangan wilayah sungai untuk daerah aliran sungai (DAS)
Benain Aisessa;
e)

perlindungan pemukiman masyarakat tradisional;

f)

penanggulangan bencana alam dan bencana lainnya;


513

2) mengendalikan pencemaran lingkungan hidup untuk mengurangi kemerosotan mutu dan fungsi lingkungan hidup di perairan, tanah, dan udara, yang mencakup pengendalian
pencemaran industri dan pertambangan;
3) merehabilitasi lahan kritis seluas 58 ribu hektare di areal
pertanian tanah kering di DAS Benain Aisessa melalui bantuan
pemerintah,
swadaya
masyarakat,
dan
swasta;
mengembangkan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup
dan sumber alam secara lebih terpadu; serta melaksanakan
pembinaan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, antara
lain dengan mengembangkan pusat studi lingkungan hidup di
perguruan tinggi di Kupang.
i.

Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat


Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan pada


semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan terutama dalam
rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi penyediaan
prasarana dan sarana pendidikan serta tenaga kependidikan
sesuai dengan keperluan; penyelenggaraan kelompok belajar
Paket A, Paket B, magang, dan kelompok belajar usaha;
perluasan atau peningkatan sekolah menengah kejuruan dalam
berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha
dan tuntutan pembangunan daerah; dan pengembangan
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta sehingga lebih
terkait dengan kebutuhan daerah; peningkatan kualitas dan
jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai kebutuhan; selain itu akan dikembangkan pula politeknik
keteknikan (engineering) dan politeknik pertanian;
2) meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan kesehatan

514

termasuk perbaikan gizi serta menambah dan menyebarkan


tenaga medis spesialis dan paramedis termasuk bidan desa;
yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan penerapan
sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian vitamin A
kepada anak balita di desa tertinggal, dan peningkatan status
gizi anak sekolah melalui pemberian makanan tambahan bagi
anak-anak SD dari keluarga miskin terutama di desa
tertinggal; serta pembangunan 5 unit puskesmas,
pembangunan 131 unit puskesmas pembantu, pengadaan 135
unit puskesmas keliling, penyelenggaraan pendidikan bidan
program A dan C, serta pencegahan dan penanggulangan
penyakit acquired immuno deficiency syndrome (AIDS), serta
pembangunan Rumah Sakit Maumere;
3) meningkatkan penyediaan dan memperluas jangkauan
pelayanan prasarana air bersih serta meningkatkan kualitas
sanitasi lingkungan permukiman di daerah perdesaan dan
perkotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi
pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa
sebanyak 50 desa, penyediaan dan pengelolaan air bersih
perdesaan untuk 616 desa, termasuk pulau-pulau terisolasi
seperti Alor, serta pengelolaan air limbah perdesaan untuk 196
desa;
4) meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial termasuk
masyarakat terasing, fakir miskin, lanjut usia, anak terlantar,
di samping pembimbingan dan pembinaan keluarga sejahtera,
yang antara lain meliputi kegiatan:
a)

pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin sebanyak


7.500 kepala keluarga;

b) pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat


sebanyak 8.080 orang;
c)

pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial sebanyak 380


orang;
515

d) pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing


sebanyak 2.500 kepala keluarga;
e)

rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti wredha


milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 2 panti, rehabilitasi, dan peningkatan kelengkapan panti asuhan milik
pemerintah dan masyarakat sebanyak 5 panti;

f)

pembangunan dan rehabilitasi loka bina karya sebanyak 7


gedung;

g) pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling dan kelengkapannya sebanyak 2 unit;


h) pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah bidang
kesejahteraan sosial;
5) mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui kegiatan
keluarga berencana (KB), termasuk KB transmigrasi yang
didukung oleh sektor terkait antara lain kesehatan, pendidikan,
dan agama, serta mengarahkan persebaran dan mobilitas
penduduk, yang antara lain melalui program transmigrasi yang
meliputi kegiatan:
a)

penyiapan lahan permukiman transmigrasi beserta prasarana dan sarana pendukungnya;

b) penempatan transmigran dengan sasaran keseluruhan


sebanyak 4.970 kepala keluarga, yang semuanya
diperuntukkan bagi alokasi penempatan penduduk daerah
transmigrasi (APPDT), yang dilaksanakan melalui
transmigrasi umum dengan pola pertanian lahan kering
sebanyak 4.970 kepala keluarga; selain itu transmigrasi
swakarsa mandiri sekitar 500 kepala keluarga;
516

c)

pembinaan usaha ekonomi dan sosial budaya transmigran


yang sudah ada di permukiman transmigrasi; dan

d)

pelatihan bagi 3.750 kepala keluarga calon transmigran


agar mereka siap mengembangkan daerah baru,
penyediaan fasilitas angkutan dan akomodasi bagi
transmigran umum yang akan ditempatkan ke daerah
transmigrasi;

6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya dan seni


budaya daerah Nusa Tenggara Timur untuk memperkaya
khazanah budaya setempat serta memelihara peninggalan
sejarah, yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran
kompleks megalitik Praiyawang dan Kewar;
7) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan serta
pengamalan ajaran agama untuk memantapkan keimanan dan
ketaqwaan umat beragama, yang kegiatannya antara lain
meliputi bimbingan dan peningkatan kerukunan hidup umat
beragama; penyediaan bantuan pembangunan prasarana dan
sarana kehidupan beragama dengan mendorong peran serta
masyarakat; penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dasar
dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun; pembinaan pendidikan agama tingkat
menengah dan tingkat tinggi, baik negeri maupun swasta; serta
pembinaan kelembagaan seperti pondok pesantren dan tenaga
penyuluh keagamaan. Secara khusus akan dilakukan pula
pembangunan asrama haji di Kupang.
j.

Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini meliputi upaya:


1) menumbuhkembangkan peranan swadaya masyarakat untuk

517

mampu memecahkan masalah bersama melalui kelompok


swadaya masyarakat di daerah terutama di desa-desa
tertinggal;
2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya
membangun keluarga sejahtera, serta mengembangkan usaha
yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain
melalui program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);
3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang taruna, pramuka, dan organisasi kepemudaan, yang antara lain
meliputi kegiatan pembinaan terhadap 608 karang taruna;
4) membina dan meningkatkan kemampuan dan kualitas lembaga
masyarakat atau organisasi nonpemerintah, yang kegiatannya
antara lain meliputi pembinaan terhadap 120 organisasi sosial,
dun pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat
sebanyak 2.822 orang;
5) meningkatkan pembinaan kesadaran masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara melalui penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan
pendahuluan bela negara, pelatihan dan pengorganisasian
perlindungan masyarakat (linmas) dalam kegiatan penanggulangan bencana, serta pembinaan masyarakat terhadap
ketertiban dan keamanan lingkungan.
k.

Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Program ini meliputi upaya:


1) meningkatkan ketersediaan dan persebaran jumlah serta
kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar sosial dan
ekonomi terutama di 468 desa tertinggal, antara lain meliputi
kegiatan pemugaran perumahan dan permukiman di 510 desa
sebanyak 7.329 unit rumah;
518

2) meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha


masyarakat, khususnya kelompok masyarakat miskin dengan
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif yang dikelola
melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan, termasuk
kegiatan pengelolaan hak pengusahaan hutan (HPH) Bina Desa
Hutan;
3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas program khusus seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan program sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk
menanggulangi masalah kemiskinan.
1.

Program Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Program ini meliputi upaya:


1) membangun prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu,
yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan perumahan
dan permukiman daerah perkotaan dengan membangun rumah
sederhana sebanyak 5.000 unit; perbaikan dan peremajaan
kawasan perumahan dan permukiman kumuh di daerah
perkotaan meliputi peremajaan kawasan sebesar 100 hektare,
dan perbaikan lingkungan permukiman kota/permukiman
nelayan seluas 848 hektare tersebar di 3 lokasi; pengelolaan
air limbah untuk 15 kota sedang dan kota kecil; pengelolaan
persampahan untuk 5 kota sedang dan kota kecil; penanganan
drainase untuk 13 kota sedang dan kota kecil; penyediaan dan
pengelolaan air bersih perkotaan dengan peningkatan kapasitas
produksi sebesar 1.400 liter per detik; serta penataan kota dan
penataan bangunan;
2) meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan
perkotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi pemantapan
fungsi kota yang meliputi identifikasi sistem kota-kota di
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dan pemantapan
519

fungsi kota-kota tersebut; pengembangan ekonomi perkotaan


termasuk pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil;
peningkatan peran serta sosial masyarakat kota; pemantapan
keuangan perkotaan; pemantapan kelembagaan pemerintahan
kota; penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata
ruang kota dengan penyiapan program jangka menengah
perkotaan untuk 8 kota; penyusunan rencana program jangka
menengah (PJM) untuk 3 kawasan andalan; penyusunan
rencana tata bangunan dan lingkungan untuk 6 kawasan; serta
peningkatan pengelolaan administrasi dan tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan;
3) meningkatkan kualitas lingkungan hidup di daerah perkotaan,
yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan konservasi
kawasan budaya dan bernilai historis, serta pemantapan luasan
ruang terbuka hijau.
2.

Program Penunjang

Program penunjang meliputi seluruh program sektoral dan


regional yang dilaksanakan dan berlokasi di Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur.

520

TABEL 47 -24
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR
1990, 1993, DAN 1998

Catatan:
Jumlah Penduduk tahun 1990, 1993, dan 1998: Angka perkiraan (Sumber : BPS, 1994)

521

--I-

Anda mungkin juga menyukai