Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PROGRAM TANGGAP

DARURAT KECELAKAAN PADA PT. KAI


SEBAGAI PERUSAAHAN
TRANSPORTASI NASIONAL (BAGIAN 1:
TINDAKAN PREVENTIF & REFERSIF)
- By : WS
Angkutan kereta api merupakan tulang punggung angkutan darat yang memegang peranan
yang sangat penting dalam menunjang berbagai bidangpembangunan di Indonesia. Peranan
kereta api adalah sebagai penyedia jasa untuk memindahkan barang dan penumpang dari
suatu lokasi dengan tujuan tertentu dengan ciri sebagai angkutan masal, jarak jauh, hemat
energi dan tidak berpolusi. Kereta api sebagai salah satu bagian dari sistem transportasi dan
mempunyai tujuan pokok yaitu memberi pelayanan kepada pelanggan serta berorientasi
kepada pasar, baik penumpang maupun barang yang dilayaninya. Tingkat keselamatan yang
diberikan oleh jasa kereta api sangat berpengaruh kepada jumlah pelanggan atau pengguna
jasa transportasi, oleh karena itu pengguna jasa kereta api memerlukan ketegasan atas
jaminan keselamatan dalam perjalanan kereta api, disamping kepastian atas ketepatan
jadual dan kecepatan kereta api, penumpang kereta api harus merasa aman dan nyaman
terhadap bahaya kecelakaan.
Saat ini banyak orang masih menganggap kecelakaan sebagai kehendak Tuhan atau
merupakan nasib yang tak dapat dihindari. Pada prinsipnya. kecelakaan kereta api bukanlah
masalah yang tidak dapat dihindarkan atau tidak dapat dikontrol, dengan kontrol dan
perencanaan yang baik akan membuahkan kesadaran, kewaspadaan dalam berlalu lintas
bagi para pemakai jalan, sehingga tingkat kecelakaan yang timbul tentu dapat dikurangi.
Mengingat kecelakaan yang ditimbulkan kereta api di Indonesia hampir selalu menyebabkan
kerugian, baik kerugian jiwa maupun kerugian material. Berikut ini kondisi kecelakaan yang
selalu terjadi pada jasa angkutan perkeretaapian, yaitu (1). Tabrakan kereta api dengan
Kereta api; (2). Tabrakan kereta api dengan kendaraan roda empat atau dua jalan raya; (3).
Anjlokan roda dari rel kereta atau kereta terguling; (4). Orang tertabrak kereta api dan (5).
Banjir atau longsor.
Setiap kejadian kecelakaan selalu berbeda penyebabnya, oleh karena itu diperlukan adanya
penanganan kecelakaan dengan baik. Adapun untuk bisa mengatasi kejadian kecelakaan
kereta api perlu diupayakan usaha- usaha antara lain :
1. Tindakan preventif mencegah kecelakaan.
Tindakan preventif adalah tindakan atau usaha pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan.
Salah satu bentuk tindakan preventik yaitu perbaikan dan atau pembuatan palang pintu
kereta otomatis, pembenahan pos jaga perlintasan dan petugasnya, alarm dan kelengkapan

lintasan, service berkala mesin kereta dan gerbongnya. Uji kelaikan jalan semua kereta,
pengawasan dan evaluasi standart terahadap porsi dan kapasitas gerbong penumpang atau
barang. Bentuk tindakan preventif dapat berupa penggunaan aplikasi alarm dan evaluasi diri
PT. KAI.
a. Aplikasi penggunaan sistem alarm pada lintasan
Di setiap lintasan KERETA API baik yang memiliki, maupun yang tidak dilengkapi palang
pengaman disamping harus memasang rambu-rambu juga memasang alarm/ sirine, sebab
seluruh panca indra yang paling sensitif adalah telinga (pendengaran), sebab pendengaran
dapat merespon informasi tanpa dilihat oleh indera penglihatan terutama lintasan yang
disekitranya banyak bangunan tinggi. Secara psikologi jika mendengar alarm (sirine) maka
akan kecenderungan untuk lebih hati-hati dibanding panca indra lainnya. Misalnya Indra
penglihatan (mata) walaupun sudah ada tulisan tanda peringatan tetapi kecenderungan
pengaruh ketidaksabaran tetap lebih besar. Alarm atau sirine dipasang pada setiap lintasan
terutama yang tidak memiliki palang pintu pengaman. Untuk amannya sensor atau switch
alarm/ lampu indikator dipasang 500 meter menjelang pelintasan, sehingga para
pengendara cepat mengetahui posisi KERETA API, untuk mengambil langkah-langkah
pengamanan
b. Evaluasi Pihak PT. KAI terhadap efektivitas rambu-rambu peringatan
Walaupun sudah ada palang pintu pengaman tetapi tampaknya ketertiban terhadap pintu
lintasan Kereta api di Indonesia belum memiliki garis zebra batas keamanan yang
dipersyaratkan misalnya batas STOP 8-10 meter dari palang pintu, sehingga bahaya akibat
kecerobohan petugas penjaga lintasan maupun kendaraan yang akan menerobos bisa
diminimalkan. Bandingkan dengan traffic light di persimpangan jalan umum disamping
dilengkapi garis pembatas STOP juga kadang- kadang masih dijaga POLISI lalu-lintas.
2. Tindakan represif penanggulangan kecelakaan
Yaitu tindakan atau usaha penanggulangan setelah terjadi kecelakaan. Salah satu bentuk
tindakan represif yaitu Pembekalan kesigapan SDM petugas jaga bila terja di darurat
kecelakaan, evakuasi korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat dan sebagainya yang
dianggap perlu. Usaha-usaha baik berupa tindakan preventif maupun represif tersebut
diatas diharapkan dapat menekan terjadinya kecelakaan kereta api di Indonesia.

ANALISA PROGRAM TANGGAP


DARURAT KECELAKAAN PADA PT. KAI
SEBAGAI PERUSAAHAN
TRANSPORTASI NASIONAL (BAGIAN 2 :
SENTUHAN TEKNOLOGI TIK) -

By : WS
Hampir di sepanjang tahun, kita sering melihat banyak terjadi kecelakaan pada jasalayanan
kereta api. Tanpa kecuali hampir semua pihak merasa haru, iba, terpukul, trauma dari
kecelakaan yang baik berupa mareril mapun imateril, bahkan beberapa pihak saling
menyalahkan akibat yang diderita dari kecelakan yang di alami.Kecelakan demi kecelakaan
lainnya terus berulang silih berganti dari tahun ketahun tanpa ada solusi yang pasti dalam
bertindak baik tindakan preventif ataupun represif yang lebih kongkrit dalam meminimalisir
terjadinya kecelakaan. Dalam tulisan ini, saya mencoba mencari solusi untuk meminimalisir
kecelakaan di lintasan kereta api. Solusi yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan teknologi CBI (Computer Based Interlocking) atau SIL03 (System
Interlocking Len seri-3).
Banyaknya kecelakaan ini salah satunya karena banyaknya pintu perlintasan yang tidak
ditutup dan tidak dijaga . Salah satu cara untuk pintu perlintasan yang tidak ditutup/ tidak
dijaga adalah dengan menempatkan alat yang mampu mendeteksi akan datangnya kereta
api dengan cara menggunakan persinyalan yaitu menggunakan teknologi CBI (Computer
Based Interlocking) atau SIL03 (System Interlocking Len untuk seri yang ke-3). Dengan
teknologi ini masinis pun akan menerima sinyal bahwa ada perlintasan kereta api yang
belum aman untuk dilewati. Antisipasi kondisi darurat tersebut dapat ditangani karena
teknologi ini menyajikan alat bantu berupa palang pintu otomatisyang bekerja secara
otomatis walaupun tanpa petugas jaga, pintu otomatis bisa menutup sendiri dan terkunci
secara otomatis. Setelah kereta lewat pintu lintasanpun terbuka kembali bagi kendaraan di
jalanraya.
b. Teknologi ATP (Automatic Train Protection)
Cara lain untuk mengurangi laju kereta api adalah teknologi ATP (Automatic Train
Protection) adalah perangkat keselamatan yang fungsi dasarnya melakukan pengereman dan
pengaturan kecepatan kereta berdasarkan informasi kompatible dari sinyal atau batas
kecepatan yang diizinkan. Informasi tersebut dikirim dari jalur kereta ke sarana/lokomotif
dengan cara kopling medan magnet resonansi saat loco balise melewati track balise.
Informasi dari jalur tersebut mengaktifkan proses kendali prosedur masinis saat
mengendarai kereta/lokomotif. Jika dibutuhkan sistem ATP akan melakukan pengereman
demi meningkatkan nilai keselamatan perjalanan kereta bila masinis kurang memperhatikan
sinyal atau tidak menurunkan kecepatan pada lintasan yang ada pembatasan kecepatan atau
pada jalur lengkung.
Fungsi ATP mirip dengan Automatic Train Stop (ATS), namun ATS lebih terfokus pada fungsi
pengereman saja yaitu langsung melakukan emergency break pada titik tertentu bukan
pengendalian kecepatan. ATP merupakan pengembangan yang memiliki kelebihan seperti :
dapat dibuat secara online monitoring, menggunakan recorder, reliability, independent,
kompatibel, failsafe, dan ada tahapan gradasi pengereman.
Analisis SWOT Kondisi SDM dan TIK

ANALISA PROGRAM TANGGAP


DARURAT KECELAKAAN PADA PT. KAI
SEBAGAI PERUSAAHAN
TRANSPORTASI NASIONAL (BAGIAN 3 :
ANALISA DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN)
- By : WS

Untuk menentukan strategi pengembangan dan peningkatan adalah dengan mengetahui isu
strateginya. Identifikasi isu strategis memiliki peranan yang sangat vital, terutama untuk
pengambilan keputusan atau perumusan suatu kebijakan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Bryson (1995) bahwa isu strategis
adalah pilihan kebijakan mendasar yang mempengaruhi mandat, misi, nilai, tingkat dan
kombinasi pelayanan, klien biaya, organisasi atau manajemen tentang efektivitas suatu
strategi. Bryson (1995) mengemukakan beberapa kriteria, yaitu secara teknis dapat
dikerjakan, secara polistis dapat diterima olah para stakeholders, harus sesuai dengan
filosofi dan nilai-nilai organisasi, bersifat etis, moral, legal dan merupakan keinginan
organisasi untuk lebih baik, dan harus sesuai
dengan isu strategis yang hendak dipecahkan.
Penyusunan strategi untuk peningkatan kinerja dilakukan dengan membuat matriks
keterkaitan
antara aspek strategis internal dan eksternal yang menghasilkan beberapa rumusan.
Peningkatan kinerja berdasarkan matriks keterkaitan antara faktor strategis internal dan
eksternal dilakukan dengan mengembangkan beberapa stetegi sesuai dengan positioning
PT. KAI. Adapun PT. KAI pada saat sekarang ini ada pada taraf lembaga yang membutuhkan
strategi pengembangan secara stabil dengan pendekatan agressive maintenance strategy
(Strategi perbaikan agresif), adalah strategi konsolidasi internal dengan mengadakan
perbaikan-perbaikan berbagai bidang. Ringkasnya adalah perlu melakukan perbaikan
faktor- faktor kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang. Pilihan strategi
berdasarkan isu strategis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tahapan yang dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat bagi pengembangan dan
peningkatan adalah berdasarkan hasil evaluasi diri, yaitu: Analisis faktor strategis internal
dan eksternal adalah pengolahan factor-faktor strategis pada lingkungan internal dan
eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis. Faktor
strategis adalah faktor dominant dari kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan
memberikan keuntungan bila dilakukan tindakan positif (Robert G Dyson, 1980: 8-12 dalam
Singarimbun, 1995: 54).
Penyusunan strategi untuk pengembangan dilakukan dengan membuat matrik keterkaitan
antara aspek strategis internal dan eksternal yang menghasilkan beberapa rumusan.
Tahapan pengembangan dan peningkatan berdasarkan matriks keterkaitan antara faktor
strategis internal dan eksternal dilakukan dengan mengembangkan beberapa strategi sesuai
dengan posisi atau keadaan PT. KAI yang membutuhkan strategi pengembangan dengan
pendekatan aggressive maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah strategi
konsolodasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang.
Perbaikan faktor- faktor kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang.

Berdasarkan hasil uraian analisa dan strategi untuk pengembangan program Tanggap
Darurat Kecelakaan PT. KAI, maka dapat disusun beberapa tahapan pengembangan dari
tabel diatas dengan pilihan strategi yaitu sebagai berikut:
1. TahunI(Pertama)
Kebijakannya meliputi pembaharuan dan pemutakhiran sistem layanan data dan informasi
pada PT. KAI yang terintegrasi meliputi :
1. 1.1. Pelaksanaan pelatihan Sumber Daya Manusia sesuai tuntutan kemajuan
Teknologi Informasi dan Komputer.
2. 1.2. Merumuskan dan mengagendakan MoU dengan pihak terkait untuk menunjang
program Tanggap Darurat Kecelakaan PT. KAI dengan sentuhan teknologi Informasi
dan Komputer.
3. 1.3. Merealisasikan sistem jaringan data dan informasi baik software maupun
hardware yang terintegrasi mulai dari pusat stasiun, gardu penjagaan sampai ke
pintu lintasan kereta dan gerbong lokomotif serta gerbong penumpang.
2. Tahun II (Kedua)
1.1. Bila ditahun pertama Kebijakan menitik beratkan pada sektor peningkatan kualitas
SDM, perapihan data, informasi dan jaringan yang terintegrasi, maka ditahun kedua
kebijakan yang diterapkan adalah pada penempatan dan pemasangan alat sensor sebagai
berikut :
1.2.
1. 1.1.1. Pemasangan perangkat berbasis teknologi CBI (Computer Based Interlocking)
atau SIL03 (System Interlocking Len untuk seri yang ke-3).
2. 1.1.2. Pemasangan perangkat berbasis teknologi ATP (Automatic Train Protection)
Pemilihan jalur lintasan sebidang antara jalan raya dengan kereta
Pemilihan jalur lintasan ini merupakan proses uji coba seperangkat alat CBI dan ATP yang
terintegrasi sehingga diketahui kehandalannya dalam mengurangi tingkat resiko kecelakaan
kereta.
3. Tahun III (Ketiga)
Setelah uji coba alat di evaluasi di tahun kedua , ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu
apakah alat tersebut mengurangi tingkat kecelakaan di lintasan kereta tersebut atau tidak
ada perubahan sama sekali. Bila ternyata dengan pemasangan alat berteknologi CBI dan ATP
terintegrasi tersebut berpengaruh positif mengurangi resiko kecelakaan, maka di tahun
ketiga ini mulai mencoba membuat perlakuan yang sama pada setiap lintasan sebidang jalur
lintasan kereta di jalan raya. Di tahun ketiga ini juga dilakukan pembuatan masal model
perangkat CBI dan ATP secara nasional.

Anda mungkin juga menyukai