Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kadmium
Kadmium merupakan unsur yang dapat ditemukan di kerak Bumi.
Kadmium ditemukan oleh Friedrich Stromeyer pada tahun 1817.
Kadmium adalah logam berwarna perak dengan semburat biru pada
permukaannya. Kadmium memiliki nomor atom 48, massa atom relatif
112,414 gr/mol, titik didih 767oC, dan titik lebur 321,069oC (Royal Society
of Chemistry, 2015).
Kadmium biasa ditemukan berikatan dengan unsur lain, misalnya
dengan oksigen membentuk kadmium oksida, dengan klor membentuk
kadmium klorida, dan dengan sulfur membentuk kadmium sulfat atau
kadmium sulfida. Kadmium berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat
menyebabkan kerusakan pada jantung, saraf, ginjal, sistem pernapasan,
sistem reproduksi, birth defect, dan dapat menyebabkan kanker. Karena
efek

penggunaannya

merugikan

bagi

kesehatan

manusia,

maka

penggunaannya dibatasi (Agency for Toxic Substances & Disease


Registry, 2011).
80% kadmium yang diproduksi digunakan dalam baterai nikelkadmium yang dapat diisi ulang. Namun, penggunaannya sedikit demi
sedikit dikurangi dan digantikan oleh baterai nikel metal hidrida. Selain
itu, kadmium juga digunakan untuk melindungi komponen penting dari
2.2

pesawat terbang (Royal Society of Chemistry, 2015).


Sistem Reproduksi Ikan
Ikan merupakan hewan yang bersifat ovipar atau bertelur. Ikan betina
dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin eksternal. Telur yang
dikeluarkan ikan betina tidak memiliki cangkang, melainkan dalam bentuk
ovum yang tidak akan berkembang jika tidak dibuahi oleh sperma. Ketika
ikan betina akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun oleh
tumbuhan air atau di antara bebatuan di dalam air. Ikan betina
mengeluarkan ovum dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui
lubang urogenital (Miller & Kendall, 2010).

Bersamaan dengan dikeluarkannya ovum oleh ikan betina, ikan jantan


juga mengeluarkan sperma dari testin yang disalurkan melalui saluran
urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui
lubang urogenital, sehingga terjadi fertilisasi eksternal antara ovum yang
dikeluarkan oleh ikan betina dengan sperma yang dikeluarkan oleh ikan
2.3

jantan (Miller & Kendall, 2010).


Komponen Pengukuran Parameter Fertilitas Jantan
Terdapat 2 komponen pengukuran parameter fertilitas jantan, yaitu
jumlah dan persentase motilitas sperma. Sperma diamati menggunakan
mikroskop pada hemasitometer kemudian dihitung jumlahnya dan diamati
motilitasnya. Perhitungan motilitas sperma dibagi menjadi 4 kelompok,
yaitu:
A. Spermatozoa bergerak lurus dan cepat
B. Spermatozoa bergerak tidak lurus dan lambat
C. Spermatozoa bergerak di tempat
D. Spermatozoa tidak bergerak sama sekali
Persentase motilitas sperma dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
A +B
Persentase motilitas =
x 100% (University of
A+ B+C + D
Washington, 2014)
Jumlah sperma dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
jumlah sperma pada perhitungan kedua
Jumlah sperma (juta/mL) =
faktor koreksi
(Origio, 2006)

2.4

Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu jenis nutrisi yang paling penting
bagi mahluk hidup. Vitamin C dikenal sebagai asam askorbat dengan
struktur kimia C6H8O6. Vitamin C memiliki sifat mudah larut dalam air dan
mudah mengalami oksidasi sehingga mudah sekali diserap oleh tubuh
(Stargrove, 2008). Pada mahluk hidup, khususnya manusia, vitamin C
memiliki peran penting dalam proses biosintesis, detoksifikasi, sistem
imun dan juga sangat berguna sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin C
dapat berakibat pada penyakit avitaminosis yang menghambat aktivitas
biologis tubuh.

Vitamin C juga mempengaruhi fungsi kerja berbagai organ pada


ikan. Ikan yang mendapat perlakuan pemberian vitamin C selama 5 bulan
memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan dengan ikan yang
tidak mendapat perlakuan yang sama. Selain itu jumlah telur yang
dihasilkan oleh ikan betina dan menetas jumlahnya lebih banyak. Pada
ikan jantan jumlah sperma yang dihasilkan memiliki kemampuan bertahan
hidup lebih lama. (Gammanpila, 2007)

Gambar 2.1 Molekul Asam Askorbat (Milanesio, 1997)


2.5

Imersi
Imersi merupakan salah satu teknik pendedahan zat pada hewan.
Imersi umumnya digunakan pada hewan akuatik dan dalam percobaan ini
yang digunakan adalah ikan. Teknik pendedahan ini dilakukan dengan
melarutkan zat yang akan didedahkan pada air. Zat akan diadsorbsi oleh
ikan melalui insang dan kulit. Imersi memanfaatkan cara kerja pernapasan
dan pencernaan ikan dimana air mengandung zat melewati insang dan zat
yang dibawa oleh air akan diserap melalui pembuluh darah seperti halnya
pertukaran O2 dan CO2. (Reece, 2012)
Imersi merupakan teknik pendedahan yang mudah untuk dilakukan
pada ikan. Ada 2 teknik imersi yang dapat dilakukan yaitu dip immersion
dan bath immersion. Pada dip immersion ikan mendapat perlakuan imersi
dengan merendam ikan pada air mengandung zat dalam waktu sebentar,
biasanya 30 detik, dengan kadar zat yang lebih tinggi. Sedangkan pada
bath immersion ikan direndam pada air mengandung zat dalam jangka
waktu yang lebih lama, satu atau beberapa jam, namun dengan kadar zat
lebih sedikit. (Komar, 2004)

DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic Substances & Disease Registry. 2011. Cadmium.
http://www.atsdr.cdc.gov/substances/toxsubstance.asp?toxid=15. Diakses
pada 25 Oktober 2015.
Basuki, Fajar., Widyorini, Ninik., Sulistiono, Andi. 2005. Memperbaiki kuantitas
dan kualitas dari ikan hias mas koki (Carassius auratus) melalui efisiensi
teknik reproduksi dan seleksi. Universitas Diponegoro.
Gammanpila, M. 2007.Sri Lanka J. Aquatic Science.Evaluation of the Effects of
Dietary Vitamin C, E, and Zinc Supplementation on Reproductive
Performance of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus).39-60
Gernaey, Krist V. 2001.Water Science and Technology.Practical Identifiability
of

Model

Parameters

by

Combined

Respirometric-Titrimetric

Measurements.1-11
Hutagalung, Horas P. 1984. Logam berat dalam lingkungan laut. Oseana (9): 1
pp 11-20.
Komar,Cedric.

2004.

Understanding

Fish

Vaccination.

[online]

http://www.thefishsite.com/focus/contents/understanding-fishvaccination.pdf. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015


Milanesio,M. 1997.Journal of Molecular Structure:Theochem.Vitamin C at
120 K: experimental and theoretical study of the charge density.139-154
Miller, Bruce S. dan Kendall, Arthur W. 2010. Early Life History of Marine
Fishes. University of California Press.
Origio. 2006. Determining the sperm concentration hand counting.
http://www.origio.com/documents/pjocptit3xr-Determination-of-spermconcentration.pdf. Diakses pada 25 Oktober 2015.
Reece, Jane B. 2012. Campbell Biology Concepts and Connections. San
Francisco: Pearson Education,Inc.
Royal Society of Chemistry. 2015. Cadmium. http://www.rsc.org/periodictable/element/48/cadmium. Diakses pada 25 Oktober 2015.
Stargrove, Mitchell Bebel. 2008. Herb, Nutrient,and Drug Interactions: Clinical
Implications and Therapeutic Strategies. Missouri: Elsevier.

University of Washington. 2014. SEMEN ANALYSIS: Motility & Viability.


http://faculty.washington.edu/cmuller/MFL/Motility.html. Diakses pada
25 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai