Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Titik fokus

pelayanan

kesehatan

primer

atau

bisa

penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan masyarakat

disebut
terdepan

adalah Puskesmas, tidak hanya berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan


bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan
bahwa Puskesmas mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai (1) pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, (2) sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat dan keluarga (3) serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada 4
azas penyelenggaraan yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat,
keterpaduan dan rujukan (Departemen Kesehatan, 2004).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten/
kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerja terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

untuk

meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh

derajat

kesehatan

yang

optimal.

Dengan

demikian

pembangunan berwawasan kesehatan dan pusat pemberdayaan kesehatan


strata pertama (Departemen Kesehatan, 1999).
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya
kesehatan wajib merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh
seluruh Puskesmas di Indonesa. Upaya ini memberikan daya ungkit paling
besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan
indeks pembangunan manusia (IPM), serta merupakan kesepakatan global
maupun nasional. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan

upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan


Puskesmas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah
pemberdayaan

masyarakat

keterpaduan

dan

rujukan

(Departemen

Kesehatan, 1999).
Di era desentralisasi dan otonomi daerah, Puskesmas harus dikelola
secara lebih profesional. SDM Puskesmas perlu ditingkatkan kemampuan
dalam

menerapkan

manajeman

Puskesmas

tersebut

(Departemen

Kesehatan, 2002). Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal,


maka Puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen
Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik
untuk menghasilkan iuran Puskesmas secara efektif dan efesien. Manajemen
Puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Seluruh kegiatan diatas
merupakan satu keseatuan yang paling terkait dan berkesinambungan.
(Departemen Kesehatan, 2002)
Mengetahui dan memahami manajemen Puskesmas sangat penting
bagi mahasiswa kedokteran sebagai generasi penerus dan nantinya akan
berperan langsung dalam manajemen Puskesmas, maka dari itu kami dari
kelompok TPP VIII blok XXII akan meninjau Manajemen Puskesmas
(Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya Mini, dan Penilaian Kinerja)
1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen di Puskesmas (perencanaan tingkat Puskesmas,
lokakarya mini, penilaian kinerja)?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan Tugas Pengenalan Profesi ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami manajemen Puskesmas (perencanaan
tingkat Puskesmas, lokakarya mini, penilaian kinerja).

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan Tugas Pengenalan Profesi ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1.
2.
3.
4.
1.4

Memahami manajemen perencanaan tingkat Puskesmas


Memahami pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas
Memahami cara penilaian kinerja Puskesmas
Mengetahui tujuan penilaian kinerja Puskesmas.

Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pembanding antara teori
yang didapat selama kuliah dan praktek di lapangan tentang manajemen
Puskesmas.
2. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai manajemen Puskesmas.
3. Bagi Institusi
Hasil laporan obeservasi mahasiswa dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi terhadap manajemen Puskesmas pada Puskesmas terkait.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Puskesmas
Sarana pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh pemerintah
di Indonesia adalah Puskesmas, sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama serta Rumah Sakit dengan berbagai jenjangnya, sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat kedua dan ketiga. Pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok (Azwar,
2010).
Puskesmas

adalah

kesatuan

organisasi

fungsional

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,


merata,dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna,dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
dan masyarakat luas guna mencapai derjat kesehatan yang optimal,tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Departemen Kesehatan
RI, 2004).
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan sebagai unit
pelaksana teknis dinas, aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan
masyarakat

yang

merupakan

unit

pelaksana

pelayanan

kesehatan

masyarakat tingkat 1 yang dibina oleh Dinas Kesehatan, bertanggung jawab


untuk melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan
lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu
pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia dan provider, serta
menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah (Departemen Kesehatan
RI, 2004).
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai


derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
( Permenkes RI, 2014).
Puskesmas dalam pelaksanaannya mempunyai dua upaya, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta
wajib diselenggarakan Puskesmas di wilayah Indonesia.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
2.1.1. Peran Puskesmas
Dalam peranannya, Puskesmas mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas

berperan

menggerakkan

dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh


masyarakat dan dunia usaha di wilayahkerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping
itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan upaya yang 7
dilakukan

Puskesmas

kesehatan

dan

adalah

pencegahan

mengutamakan
penyakit

tanpa

pemeliharaan
mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.


2. Sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam


memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta

ikut

menetapkan,

pelaksanaan
keluarga

program
dan

menyelenggarakan

kesehatan.

masyarakat

ini

dan

Pemberdayaan

memantau
perorangan,

diselenggarakan

dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya


masyarakat setempat.
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas

bertanggungjawab

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan


berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi pelayanan perorangan
antara lain, rawat jalan dan rawat inap serta, pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2.1.2. Pembiayaan Puskesmas
Pembiayaan Puskesmas Demi terselenggaranya berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas, pembiayaan Puskesmas didukung oleh
berbagai sumber yakni:
1. DAU (Dana Alokasi Umum)
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiyaan
pemerintah datang dari APBD kabupaten/kota. Selain itu
Puskesmas juga menerima pendanaan dari alokasi APBD provinsi
dan APBN (semisal, Biaya Operasional Kesehatan/BOK). Dana
yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam,
yakni:
a. Dana

anggaran

pembangunan

yang

mencakup

dana

pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan


obat;

b. Dana

anggaran

rutin

yang

mencakup

gaji

karyawan,

pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis


pakai serta biaya operasional.
Anggaran

tersebut

disusun

oleh

dinas

kesehatan

kabupaten/kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan (DUK)


Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas
bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan
mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui
dinas kesehatan kabupaten/Kota. Anggaran yang telah disetujui
tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara bertahap ke
Puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. Untuk
beberapa mata anggaran tertentu, misalkan pengadaan obat dan
pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut
dikelola langsung oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau oleh
Puskesmas jika anggaran tersebut merupakan program dan kegiatan
di masyarakat.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima
Puskesmas adalah kepala Puskesmas sedangkan administrasi
keuangan dilakukan oleh 9 pemegang keuangan Puskesmas yakni
staf yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atas
usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan
kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang belaku.
2. PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Sesuai dengan kebijakan pemeritah, masyarakat dikenakan
kewajiban

membiayai

upaya

kesehatan

perorangan

yang

dimanfaatkannya, dan besar biaya (retribusi) ditentukan oleh


masing-masing pemerintah daerah. Seluruh pendapatan Puskesmas
disetor secara berkala ke kas negara melalui dinas kesehatan
kabupaten/kota. Total dana retribusi dari Puskesmas ini kemudian
menjadi bagian dari sejumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Selain dari retribusi yang dipungut dari kantong pasien sebagai


pemanfaat layanan, Puskesmas juga menerima dana dari berbagai
sumber antara lain, seperti: PT Askes, Jampersal, Jamkesmas,
Jamsostek, dll.
Dengan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) pada tahun 2014, diharapkan akan terjadi perubahan pada
sistem pembiayaan Puskesmas. Melalui SJSN pemerintah hanya
akan bertanggungjawab untuk pemenuhan pembiayaan upaya
kesehatan

masyarakat

(UKM)

sementara

upaya

kesehatan

perorangan (UKP) dibiayai oleh SJSN sebagai trust fund. Dalam


konteks tersebut maka pembiayaan Puskesmas untuk UKP akan
didukung oleh dana kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS-K). Artinya, Puskesmas harus siap dan
mampu mengelola dana kapitasi tersebut demi pemenuhan SJSN
sekaligus sebagai masukan manfaat bagi Puskesmas.
2.2

Manajemen Puskesmas
Secara harfiah, manajemen didefinisikan sebagai penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran. (Alwi, 2007)
Manajemen Puskesmas didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematis untuk menghasilkan Puskesmas yang efektif dan
efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan Puskesmas
membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada 3 (tiga) fungsi manajemen
Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian,
serta Pengawasan dan Pertangungjawaban. Semua fungsi manajemen
tersebut

harus

dilaksanakan

secara

terkait

dan

berkesinambungan

(Departemen Kesehatan, 2004).


Dari uraian beberapa pengertian manajemen tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa manajemen Puskesmas diselenggarakan sebagai:
1. Proses pencapaian tujuan Puskesmas;
2. Proses menselaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai Puskesmas
(management by objectives atau MBO) menurut Drucker;

3. Proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka


efisiensi dan efektivitas Puskesmas;
4. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;
5. Proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan Puskesmas;
6. Proses mengelola lingkungan. (Departemen Kesehatan, 2004)
2.2.1. Model Manajemen Puskesmas
Untuk dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan Puskesmas
diperlukan model manajemen yang cocok dan efektif untuk
Puskesmas. Menurut Sulaeman (2009) Beberapa model manajemen
Puskesmas antara lain model manajemen ARRIF (analisis, rumusan,
rencana, implementasi dan forum komunikasi), ARRIME (analisis,
rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi), POAC
(planning, organizing, actuating, controling) dan P1 P2 P3
(perencanaan,

pergerakan-pelaksanaan,

pengawasan-pengendalian-

penilaian).
Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan
dalam manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3.
Manajemen Puskemas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan
dan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan,Pengendalian dan Penilaian).
A. P1 (Perencanaan) Puskesmas: Microplanning Puskesmas
Microplanning adalah penyusunan rencana 5 (lima) tahunan
dengan tahapan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk
mengembangkan dan membina Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Keluarga Berencana- Kesehatan diwilayah kerjanya, berdasarkan
masalah yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam
rangka meningkatkan fungsi Puskesmas. (Departemen Kesehatan,
1989).
Tujuan

microplanning

adalah

meningkatkan

cakupan

pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar


terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas
dalam wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan
fungsi Puskesmas.
Ruang Lingkup microplanning adalah kegiatan pokok
Puskesmas, meliputi 18 kegiatan pokok. Namun demikian,

mengingat dalam Pelita IV prioritas diberikan pada penurunan


angka kematian bayi dan anak balita serta angka fertilitas, maka
perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada 5 (lima) program
terpadu KB-Kesehatan, yaitu program Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare.
Kelima program tersebut mempunyai daya ungkit terbesar terhadap
upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka
fertilitas.
B. P2 (Penggarakan dan Pelaksanaan) Puskesmas
Tujuan Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) Puskesmas adalah
meningkatkan fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan
tenaga Puskesmas untuk bekerja sama dalam Tim dan membina
kerja sama lintas program dan lintas sektoral. Komponen
Penggerakan Pelaksanaan (P2) Puskesmas dilakukan melalui
Lokakarya Mini Puskesmas yang terdiri dari 4 (empat) komponen
meliputi:
1. Penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan
setahun sekali di Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kerja
sama antar petugas Puskesmas untuk meningkatkan fungsi
Puskesmas, melalui suatu proses dinamika kelompok yang
diikuti dengan analisis beban kerja masing-masing tenaga yang
dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja
Puskesmas menurut hasil stratifikasi Puskesmas
2. Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka
meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektorsektor terkait melalui suatu pertemuan lintas sektoral setahun
sekali. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana
kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk keterpaduan KBKesehatan
3. Rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral, sebagai tindak lanjut
pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektoral, dilakukan
pertemuan lintas sektoral setiap 3 (tiga) bulan sekali untuk

10

mengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3


(tiga) bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi,
kemudian disusun rencana kerja sama lintas sektoral bulan
selanjutnya
4. Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu pertemuan antar tenaga
Puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi
pelaksanaan rencana kerja bulan yang lalu dan membuat rencana
bulan yang akan datang.
Adapun tujuan Lokakarya Bulanan Puskesmas adalah sebagai
berikut (Departemen Kesehatan, 1989).
1. Disampaikan hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan dan
lain sebagainya
2. Diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan lalu
3. Diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan bulan lalu
4. Dirumuskannya cara pemecahan masalah
5. Disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang
akan datang
6. Disusunnya POA Puskesmas, baik POA tahunan maupun
bulanan
7. Diberikannya tambahan pengetahuan baru
8. Diketahuinya masalah di Puskesmas

berdasarkan

hasil

Stratifikasi Puskesmas.

C. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian): Stratifikasi


Puskesmas
Stratifikasi Puskesmas adalah upaya untuk melakukan
penilaian prestasi kerja Puskesmas dengan mengelompokkan
Puskesmas dalam 3 strata yaitu Strata Puskesmas dengan prestasi
kerja baik (Strata I), Strata Puskesmas dengan prestasi kerja cukup
(Strata II) dan Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang
(Strata III). Pengelompokkan ketiga strata tersebut digunakan
dalam rangka pemantauan terhadap tingkat perkembangan fungsi
Puskesmas, sehingga pembinaan dalam rangka peningkatan fungsi
Puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah. Hal ini diharapkan

11

agar dapat menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan


kreatifitas kerja yang dinamis melalui pengembangan falsafah
mawas diri. Adapun tujuan umum stratifikasi Puskesmas adalah
mendapatkan gambaran tentang tingkat perkembangan fungsi
Puskesmas

secara

berkala

dalam

rangka

pembinaan

dan

pengembangannya.
Tujuan khusus dilakukannya stratifikasi Puskesmas adalah
sebagai berikut.
1. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan
Puskesmas dalam rangka mawas diri
2. Mendapatkan masukan untuk perencanaan Puskesmas di masa
mendatang
3. Mendapatkan

informasi

tentang

masalah

dan

hambatan

pelaksanaan Puskesmas sebagai masukan untuk pembinaannya.


Aspek yang dinilai dalam Stratifikasi Puskesmas meliputi
hasil kegiatan pokok Puskesmas, proses manajemen, termasuk
berbagai komponen penunjang baik fisik maupun non fisik dan
keadaan lingkungan wilayah kerja Puskesmas yang dapat
berpengaruh terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dengan
Stratifikasi Puskesmas ada 3 (tiga) area yang perlu dibina yaitu : (a)
Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas fisik,
pelaksanaan

manajemen,

dan

kemampuan

pegawai,

(b)

pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun program


lintas sektoral yang secara langsung maupun tidak langsung
menjadi tanggung jawab Puskesmas dalam pelaksanaannya
maupun sarana penunjangnya dan (c) peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan produktif
(Departemen Kesehatan, 1990).
2.2.2 Perencanaan Tingkat Puskesmas
A. Pengertian Perencanaan Tingkat Puskesmas
Perencanaan tingkat Puskesmas akan memberikan pandangan
menyeluruh terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan
12

dijalankan. Perencanaan Puskesmas dapat didefinisikan sebagai


berikut (Sulaeman, 2009).
a. Perencanaan Puskesmas adalah penyusunan kegiatan Puskesmas
yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai
tujuan Puskesmas;
b. Perencanaan Puskesmas
pemahaman

system

didasarkan

Puskesmas

pada
secara

analisis

dan

komprehensif

(menyeluruh);
c. Perencanaan Puskesmas akan menjadi efektif jika perumusan
masalah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan data;
d. Perencanaan Puskesmas merupakan proses pemilihan alternatif
tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan Puskesmas;
e. Perencanaan Puskesmas adalah proses pengambilan keputusan
atas sejumlah alternatif (pilihan) tujuan dan cara yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan
yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaian atas hasil
pelaksanaan,

yang

dilakukan

secara

sistematis

dan

berkesimbungan;
f. Perencanaan Puskesmas secara implisit mengemban misi
Puskesmas untuk mencapai visi Puskesmas.
B. Aspek-Aspek Perencanaan Tingkat Puskesmas
Dalam perencanaan Puskesmas terdapat 3 (tiga) aspek pokok
yang harus diperhatikan. Ketiga aspek tersebut adalah hasil dari
pekerjaan

perencanaan

perangkat

organisasi

melakukan
Puskesmas,

pekerjaan
serta

(outcome

of

Puskesmas

yang

perencanaan

proses

atau

planning)

Puskesmas,

dipergunakan

(mechanic

of

langkah-langkah

untuk

planning)
melakukan

pekerjaan perencanaan (process of planning) Puskesmas.


1. Hasil dari pekerjaan perencanaan Puskesmas
Hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of planning) disebut
sebagai rencana (plan), yang dapat berbeda antara satu
pekerjaan perencanaan dengan pekerjaan perencanaan lainnya.

13

Hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas


adalah rencana Puskesmas.
2. Perangkat perencanaan Puskesmas
Perangkat perencanaan (mechanic planning) adalah satuan
organisasi yang ditugaskan dan atau yang bertanggung jawab
menyelenggarakan

pekerjaan

perencanaan.

Pada

suatu

organisasi yang kecil dan sederhana seperti Puskesmas, tidak


ada

perangkat

khusus

yang

membidangi

perencanaan.

Perencanaan Puskesmas dilakukan oleh para penanggung jawab


program Puskesmas dengan mengikutsertakan seluruh pegawai
dibawah koordinasi kepala Tata Usaha dengan bimbingan dan
pengarahan kepala Puskesmas.
3. Proses perencanaan
Proses perencanaan (process of planning) adalah langkahlangkah yang harus dilaksanakan pada pekerjaan perencanaan.
Berbeda dengan hasil dan perangkat, proses perencanaan ini
pada

dasarnya

adalah

sama

untuk

berbagai

pekerjaan

perencanaan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana yang


baik, sebaiknya langkah-langkah yang ditempuh adalah sama.
Dari ketiga aspek perencanaan tersebut, yang terpenting
bukanlah hasil atau perangkat perencanaan, melainkan proses
perencanaan. Untuk keberhasilan pekerjaan perencanaan, sangat
dianjurkan

untuk

memahami

proses

perencanaan.

Proses

perencanaan Puskesmas harus mengikutsertakan seluruh pegawai


Puskesmas secara partisipatif, sebaiknya dengan menggunakan
metode MBO (management by objectives) atau Manajemen
Berdasarkan Tujuan (Sulaeman, 2009).
C. Ciri-Ciri Perencanaan Tingkat Puskesmas
Ciri-ciri perencanaan tingkat puskesmas adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus
diperhatikan seperti sebagai berikut (Sulaeman, 2009):
2. Perencanaan Puskesmas bagian dari manajemen Puskesmas

14

3. Perencanaan Puskesmas dilaksanakan secara terus menerus dan


4.
5.
6.
7.

berkesinambungan
Perencanaan Puskesmas berorientasi pada masa depan
Perencanaan Puskesmas mampu menyelesaikan masalah
Perencanaan Puskesmas mempunyai tujuan
Perencanaan Puskesmas bersifat mampu kelola.

D. Tipe-Tipe Perencanaan dan Rencana Tingkat Puskesmas


Ada 2 (dua) tipe utama rencana Puskesmas, yaitu Rencana
Strategik Puskesmas, dan Rencana Operasional Puskesmas.
1. Rencana Strategik Puskesmas
a. Pengertian Rencana Strategik Puskesmas
Rencana Strategik Puskesmas adalah dokumen rencana
jangka menengah atau jangka panjang Puskesmas yang
menggambarkan arah yang harus dituju serta langkah yang
harus

dilaksanakan.

Rencana

Strategik

Puskesmas

memusatkan perhatian untuk melakukan pekerjaan yang


benar dan efektif dan bertujuan agar Puskesmas berfungsi
dengan baik serta tanggap dan antisipatif terhadap lingkungan
Puskesmas. Rencana Strategik Puskesmas bersifat jangka
menengah atau jangka panjang sehingga menjadi payung bagi
Rencana Operasional (RO) Puskesmas tahunan dalam
periode tersebut. (Sulaeman, 2009)
b. Manfaat atau Keuntungan Rencana Strategik Puskesmas
Adapun manfaat atau keuntungan dari Rencana
Strategik Puskesmas, yaitu:
1) Memberi arah kumulatif jangka panjang yang akan dituju,
sehingga secara keseluruhan RO tahunan Puskesmas
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun menuju suatu tujuan
Puskesmas yang lebih jelas. Hal ini akan membuat RO
tahunan Puskesmas lebih bersifat proaktif (antisipatif) dan
bukannya reaktif;
2) Menjamin terjadinya suatu perubahan (change) ke arah
yang lebih baik. Sebaliknya tanpa Rencana Strategik
Puskesmas kita senantiasa menghadapi masalah-masalah
yang sama dari waktu ke waktu, seolah olah kita berjalan
15

di tempat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan


Puskesmas;
3) Membuat organisasi Puskesmas lebih efektif;
4) Mengidentifikasi keunggulan kompetitif

organisasi

Puskesmas dalam lingkungan yang semakin berisiko dan


kompetitif;
5) Pembuatan

Rencana

Strategik

Puskesmas

akan

mempertinggi kemampuan Puskesmas untuk mencegah


munculnya masalah di masa yang akan datang;
6) Keikutsertaan pegawai Puskesmas dalam pembuatan
Rencana Strategik akan lebih memotivasi mereka dalam
tahap pelaksanaan;
7) Aktivitas Puskesmas yang tumpang tindih akan dikurangi;
8) Keengganan untuk berubah dari pegawai Puskesmas lama
dan senior dapat dikurangi. (Sulaeman, 2009)
c. Tahapan-Tahapan Penyusunan Rencana Strategik Puskesmas
Tahapan-tahapan penyusunan Rencana Strategik menurut
para teoritisi Manajemen Strategik masih bervariasi dan
belum terdapat kesepakatan umum. Sulaeman (2009)
berpendapat

bahwa

tahapan-tahapan

dalam

proses

penyusunan Rencana Strategik Puskesmas adalah sebagai


berikut.
1) Perumusan Visi Puskesmas
2) Perumusan Misi Puskesmas
3) Perumusan Tujuan Puskesmas
4) Perumusan Strategi Puskesmas
5) Perumusan Kebijakan Puskesmas
6) Penetapan Program dan Kegiatan Puskesmas.
2. Rencana Operasional Puskesmas
a. Pengertian Rencana Operasional Puskesmas
Rencana Operasional (RO) Puskesmas adalah suatu
dokumen rincian rencana pelaksanaan program Puskesmas
yang

disusun

berdasarkan

kegiatan-kegiatan

dengan

memperhitungkan hal-hal yang telah ditetapkan dalam


Rencana Strategik Puskesmas serta semua potensi dan

16

sumber daya yang tersedia (Departemen Kesehatan, 2002).


RO Puskesmas mempunyai 2 (dua) tipe yaitu rencana sekali
pakai (single use plan) dan rencana tetap (standing plan).
Rencana sekali pakai dikembangkan untuk mencapai tujuan
tertentu dan tidak digunakan kembali bila tujuan telah
tercapai seperti rencana Pekan Imunisasi Nasional (PIN),
rencana Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Sedangkan
rencana tetap (standing plan) merupakan pendekatan standar
untuk penanganan situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan
terjadi berulang-ulang. RO Puskesmas merupakan penjabaran
secara

terinci

tentang

kegiatan-kegiatan

yang

akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan Pukesmas. Dengan


demikian RO Puskesmas harus disusun secara seksama
mengikuti kaidah yang sudah ditentukan. (Sulaeman, 2009)
Pada hakekatnya RO Puskesmas mengandung rincian
dari kegiatan-kegiatan operasional, sehingga dokumen RO
Puskesmas merupakan hasil akhir dari seluruh proses
perencanaan. Oleh sebab itu RO Puskesmas tidak dapat
disusun untuk suatu jangka waktu yang panjang. Lazimnya
RO Puskesmas dibuat untuk kurun waktu satu bulan atau
paling lama satu tahun. (Sulaeman, 2009)
Penyusunan RO Puskesmas sudah merupakan kegiatan
rutin, untuk itu sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membuat formulir-formulir isian perencanaan yang seragam
tentang RO Puskesmas, sehingga memudahkan Puskesmas,
yakni dengan mengisi kolom-kolom yang tersedia, dan
memudahkan untuk direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupetan/Kota. (Sulaeman, 2009)
Pendekatan

umum

untuk

mempersiapkan

Puskesmas suatu program Puskesmas meliputi:

17

RO

1) Alasan utama disusunnya RO Puskesmas (mengapa


kegiatan dan program Puskesmas dilaksanakan? =
why?);
2) Identifikasi dan perumusan yang jelas dari semua
kegiatan

dan

program

Puskesmas

dilaksanakan (apa? = what?);


3) Menetapkan
pendekatan-pendekatan

yang

akan

yang

akan

digunakan dan bagaimana cara melaksanakan setiap


kegiatan dan program Puskesmas (bagaimana? = how?);
4) Membuat daftar berbagai macam sumber daya yang akan
dipergunakan, termasuk besaran jumlahnya, lokasinya
dimana (where will be done?) dan lain-lain, untuk
melaksanakan setiap kegiatan Puskesmas (input sumber
daya);
5) Mendefinisikan tanggung jawab fungsional pada setiap
kegiatan dan program bagi setiap pegawai Puskesmas
(siapa mengerjakan apa? = who does what?);
6) Memperkirakan waktu yang dipergunakan untuk setiap
kegiatan Puskesmas (when will be done?);
7) Mengadakan hubungan timbal balik (hubungan waktu
dan fungsi) antara kegiatan yang berbeda-beda serta
membuat jadwal kegiatan dan program (kapan? =
when?).
Pertanyaan-pertanyaan

tersebut

merupakan

basic

questions for planning dan umumnya ditulis dengan akronim


5 W + 1 H atau Terry menyebutnya sebagai Five Ws and
How questions. (Sulaeman, 2009)
b. Ruang Lingkup Rencana Operasional Puskesmas
Ruang lingkup atau substansi RO Puskesmas meliputi
(Sulaeman, 2009):
1) Tujuan Puskesmas, meliputi tujuan umum dan khusus;
2) Penentuan sasaran dan target Puskesmas;
3) Uraian terinci dari masing-masing kegiatan Puskesmas
yang akan dilakukan;

18

4) Pembiayaan meliputi jumlah dan sumber dana yang


diperlukan untuk masing-masing kegiatan Puskesmas;
5) Sarana dan fasilitas yang diperlukan;
6) Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan
Puskesmas;
7) Lokasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas;
8) Pengorganisasian sumber daya manusia;
9) Hambatan yang mungkin saja terjadi selama kegitan
Puskesmas dilaksanakan;
10) Rencana penilaian dari

suatu

keberhasilan

RO

Puskesmas bila kelak sudah dilaksanakan.


c. Langkah Penyusunan Rencana Operasional Puskesmas
Penyusunan RO Puskesmas sebagai suatu proses mempunyai
beberapa langkah seperti sebagai berikut (Sulaeman, 2009).
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Analisis situasi Puskesmas;


Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya;
Menetapkan tujuan dan sasaran RO Puskesmas;
Merencanakan ketenagaan untuk RO Puskesmas;
Mengkaji hambatan dan kelemahan RO Puskesmas;
Memantau dan menilai RO Puskesmas;
Menyusun jadwal/waktu;
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

E. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas


Adapun tahapan dalam penyusunan perencanaan tingkat
Puskesmas adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapaan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan
dengan cara:
a. Kepala Puskesmas Membentuk Tim Penyusun Perencanaan
Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf
Puskesmas
b. Kepala
Puskesmas

menjelaskan

tentang

pedoman

Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat

19

memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan


Perencanaan Tingkat Puskesmas
c. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah

ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota, Dinas


Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.
2. Tahap Analisis Situasi
Analisis situasi
penyusunan

(rencana

merupakan

langkah

operasional)

RO

awal

Puskesmas

proses
yang

bertujuan untuk identifikasi masalah. Secara konsepsual, analisis


situasi Puskesmas adalah proses berikut kecenderungannya dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut, serta
potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk
melakukan intervensi. Analisis situasi akan menghasilkan
rumusan masalah dan berbagai faktor yang berkaitan dengan
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta
potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk
melakukan

intervensi.

Langkah

ini

dilakukan

dengan

mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta yang berkaitan


dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
Analisis ini meliputi data umum dan data khusus. Data
umum ini berupa peta wilayah dan data sumber daya
(ketenagaan, obat & bahan habis pakai, peralatan, sumber
pembiayaan, sarana prasarana, data peran serta masyarakat, data
penduduk & sasaran program, data sekolah, data kesling.

3. Rencana Usulan Kegiatan


Terdapat 2 tahap dalam penyusunan rencana usulan
kegiatan (RUK), yaitu analisis masalah dan penyusunan RUK.
a. Analisis masalah, meliputi:
1) Identifikasi masalah
Setiap hasil kegiatan dalam pelaksanaan tahun yang lalu
ada beberapa yang kurang / tidak berhasil mencapai target.

20

Identifikasi masalah diutamakan untuk kegiatan-kegiatan


dengan

15

hasil

kesenjangan

yang

lebih

besar,

permasalahan dapat dicari dari hasil Penilaian Kinerja


Puskesmas, hasil laporan SPM (Standar Pelayanan
Minimal) atau dari Laporan Tahunan Puskesmas.
Tabel 2.1. Contoh Tabel Identifikasi Masalah
No
I.

Program
Program wajib

Target

Pencapaian Masalah

Promosi Kesehatan
1. Rumah tangga sehat
2. Kesehatan lingkungan
3.
4.
Dst

40

20

-20

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006.

2) Prioritas masalah
Prioritas masalah dapat dilakukan dengan cara penilaian
scoring dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth).
Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh
terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau
tidak, dan sebagainya.
Growth (berkembangnya
masalah

tersebut

masalah), yaitu

berkembang

sedemikian

apakah
rupa

sehingga sulit dicegah.


Dengan menggunakan score 1-5 skala linkert, masingmasing anggota dapat menilai besar kecilnya kriteria
tersebut.
Tabel 2.2. Contoh Tabel USG
Masalah Masalah Masalah

Masalah

Masalah

Kriteria

21

Tingkat Urgensi(U)

Tingkat Keseriusan(S)

Tingkat

Perkembangan(G)
UxSxG

60

12

30

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006.

3) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah dengan memakai pertanyaan apa,
bagaimana, berapa, dimana dan kapan masalah tersebut
ada.
4) Penyebab masalah
Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan metode:
1. diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga
diagram tulang ikan karena digambarkan membentuk
tulang ikan),
2. pohon masalah (problem trees)
Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :
1. Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat,
tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan
dana.
2. Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan
pelayanan medis dan non medis.
3. Lingkungan.
Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah :
a. man, money, material, methode
b. apa, bagaimana, mengapa, dimana
Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan sumber data
primer (survey) dan data sekunder yaitu SP2TP (kartu
pasien, buku register, LPLPO, dsb) ataupun data lainnya.
Contoh :
1. Mencari penyebab masalah dengan menggunakan
diagram sebab akibat dari Ishikawa ( fishbone).

22

Gambar 2.1. Diagram Sebab Akibat Dari Ishikawa (Fishbone)


Sumber: Departemen Kesehatan RI 2006

Masalah:
Cakupan persalinan tenaga kesehatan rendah.
Langkah-langkah:
1. Tuliskan masalah pada bagian kepala ikan.
2. Buat

garis

horizontal

dengan

anak

panah

menunjuk ke arah kepala ikan.


3. Tetapkan kategori utama dari penyebab.
4. Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis
horizontal.
5. Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan
fokuskan pada masing-masing kategori.
6. Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama
lakukan untuk kategori utama yang lain.
7. Untuk masing-masing kemungkinan penyebab,
coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan
pada cabang yang lebih kecil.
8. Setelah semua ide/ pendapat dicatat, lakukan
klarifikasi (data) untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah, dll.

23

Yang perlu diperhatikan:


1. Fishbone diagram hanya menggambarkan tentang
kemungkinan suatu penyebab, bukan fakta/
penyebab

yang

diperlukan

sesungguhnya,

pengumpulan

untuk

data

itu
untuk

memastikannya.
2. Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami
dengan jelas sehingga tidak terjadi kerancuan
dalam mencari kemungkinan penyebabnya.
3. Alat

ini

merupakan

cara

terbaik

untuk

mengidentifikasi kemungkinan penyebab secara


terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan
terlewatnya

penyebab

yang

penting

yang

mungkin terjadi.
4. Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat
secara penuh dalam proses penyusunan fishbone
diagram tersebut.
2. Mencari penyebab masalah dengan menggunakan
pohon masalah (problem trees)

Gambar 2.2. Pohon Masalah (Problem Trees)


Sumber: Departemen Kesehatan RI 2006

Langkah-langkah :

24

1. Tuliskan masalah pada kotak di puncak pohon


masalah.
2. Buat garis panah vertikal menuju kotak tersebut.
3. Tetapkan kategori utama dari penyebab dan
tuliskan pada kotak di bawahnya dengan arah
panah menuju ke kotak masalah.
4. Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan
fokuskan pada masing-masing kategori.
5. Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama
lakukan untuk ketegori utama yang lain.
6. Untuk masing-masing kemungkinan penyebab,
coba membuat daftar sub penyebab dan letakkan
pada kotak yang ada di bawahnya .
7. Setelah

semua

pendapat

tercatat,

lakukan

klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi,


tidak sesuai dengan masalah, dll.

5) Pemecahan masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila
tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks.
Untuk itu harus dicari alternative pemecahan masalahnya.
Tabel 2.3. Tabel Pemecahan Masalah

25

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006.

b. Penyusunan RUK
Pada dasarnya menyusun RUK harus memperhatikan
berbagai kebijakan yang berlaku secara global, nasional
maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan informasi
yang

tersedia

di

Puskesmas.

Puskesmas

haruslah

mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui Konsil


Kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas. Rencana
usulan kegiatan harus dilengkapi pula dengan usulan
pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana, dan
operasional

Puskesmas.

RUK

yang

disusun

tersebut

merupakan RUK untuk tahun mendatang (H+1). Penyusunan


RUK tersebut disusun pada bulan januari tahun berjalan (H)
berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan pada tahun
sebelumnya (H-1). Dalam hal ini diharapkan penyusunan
RUK telah selesai dilaksanakan di Puskesmas pada akhir
bulan januari tahun berjalan (H).
Setelah menyusun, kemudian RUK tersebut dibahas di
Dinas kabupaten/kota, kemudian diajukan ke Pemerintah
Daerah

kabupaten/kota

melalui

Dinas

kesehatan

kabupaten/kota. RUK yang terangkum dalam usulan Dinas


kesehatan kabupaten/kota akan diajukan ke DPRD untuk
memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan politis.
Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya diserahkan
ke Puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.

26

Berdasarkan alokasi biaya yang disetujui tersebut Puskesmas


menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.

Tabel 2.4. Contoh Tabel RUK

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006.

4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Setelah RUK disetujui, dengan alokasi biaya yang
ditentukan, Puskesmas membuat rencana pelaksanaan kegiatan.
Sumber pembiayaan Puskesmas selain dari anggaran daerah
(DAU), adalah dari pusat dan pinjaman/bantuan luar negeri yang
dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
RPK disusun dengan melakukan penyesuaian dan tetap
mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini
dilakukan, karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas
RUK tahun lalu (H-1), alokasi yang diterima tidak selalu sesuai
dengan yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan,
tambahan anggaran (selain dari DAU), dan lain-lainnya.
Penyusunan RPK dilaksanakan pada bulan Januari tahun
berjalan, dalam forum lokakarya mini yang pertama.
Tabel 2.5. Contoh Tabel RPK

27

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006.

F. Kebijakan Perencanaan Tingkat Puskesmas


Perencanaan tingkat Puskesmas adalah proses penyusunan
rencana tahunan Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan
atas 2 (dua) macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan
wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan
(Sulaeman, 2009).
1. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap
Puskesmas

yakni

program

Basic

six.

Langkah-langkah

perencanaan yang harus dilakukan Puskesmas adalah sebagai


berikut (Sulaeman, 2009).
a. Menyusun Usulan Kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh Puskesmas adalah
menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai
dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi
yang

tersedia

di

Puskesmas

yaitu

sistem

informasi

manajemen Puskesmas (SIMPUS). Rencana ini disusun


melalui pertemuan tahunan Puskesmas yang dilaksanakan
sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan

28

mengikut sertakan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) serta


dikoordinasikan dengan camat.
b. Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan
mengajukan

usulan

kegiatan

ke

Puskesmas
Dinas

adalah

Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk persetujuan pembiayaannya. Usulan


kegiatan meliputi usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana

serta

operasional

Puskesmas

beserta

pembiayaannya.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah
menyusun rencana pelaksnaan kegiatan yang telah disetujui
oleh Dinas kesehatan kabupaten/ kota (Rencana Kerja
Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt chart)
yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
2. Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada atau upaya inovasi
yang dikembangkan sendiri. Langkah-langkah perencanaan
upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas
mencakup hal-hal sebagai berikut (Departemen Kesehatan,
2004).
a. Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi
upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan
oleh Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada
tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan upaya
kesehatan pengembangan tersebut. Apabila Puskesmas
memiliki

kemampuan,

identifikasi

masalah

dilakukan

bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara


langsung di lapangan (Survei Mawas Diri). Tetapi apabila
kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut
tidak dimiliki oleh Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui

29

kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas


Puskesmas dengan mengikutsertakan BPP. Disamping itu
identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula
memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum
dalam daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada,
melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan
kebutuhan masyarakat serta kemampuan Puskesmas.
b. Menyusun Usulan Kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas adalah
menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan,
tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi
serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan
rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk
matriks (Gantt chart) penyusunan rencana pada tahap awal
pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang
dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
kesehatan

kabupaten/kota

dalam

bentuk

musyawarah

mufakat.
c. Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah
mengajukan

usulan

kegiatan

ke

Dinas

kesehatan

kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan


tersebut dapat pula diajukan ke BPP atau pihak penyandang
dana.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Langkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas adalah
menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui
oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atau penyandang dana
lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk
matriks (Gantt chart) yang dilengkapi dengan pemetaan
wilayah (mapping).
G. Pelaksanaan Perencanaan Tingkat Puskesmas

30

Pelaksanaan perencanaan tingkat Puskesmas yang terdiri atas


upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan
dilaksankan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menyusun Usulan Kegiatan Tahunan untuk Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan
Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan
tahunan Puskesmas yang dilakukan sesuai dengan siklus
perencanaan kabupaten/kota, dengan tanpa mengikutsertakan
BPP (Pada beberapa Puskesmas, BPP masih belum terbentuk
dan

masih

membantu

kontroversial
dan

keberadaannya.

memfasilitasi

program

Apakah

akan

Puskesmas

atau

sebaliknya), serta dikoordinasikan dengan camat Rencana


tahunan

ini

diusulkan

pada

Musyawarah

Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan yang disusun


dalam bentuk matrik (Gantt chart) yang berisi rincian:
a. Prioritas pembangunan daerah, sesuai isu strategis yang
dihadapi;
b. Fokus yang akan ditangani, terkait dengan prioritas
c.
d.
e.
f.

pembangunan;
Program dan kegiatan, terkait dengan fokusnya;
Sasaran kegiatan, rencana output dan outcome;
Lokasi kegiatan, rencana tempat pelaksanaan kegitan;
Pagu anggaran indikatif, baik bersumber dari APBD

kabupaten/kota, APBD provinsi maupun APBN;


g. Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD) pelaksana
program dan kegiatan.
Usulan

kegiatan

tahunan

pada

Musrenbang

lebih

berorientasi pada pembangunan fisik dan kurang berorientasi


pada pembangunan sumber daya manusia, serta usulan kegiatan
bersifat umum seluruh aspek pembangunan.
2. Menyusun Usulan Kegiatan Tahunan untuk Dinas kesehatan
Kabupaten/ Kota
Setiap tahun Puskesmas diminta untuk menyusun rencana
kegiatan tahunan Puskesmas. Rencana ini disusun melalui
pertemuan perencanaan tahunan Puskesmas yang dilaksanakan

31

pada bulan Januari. Penyusunan rencana dilakukan secara


partisipatif dengan menghimpun usulan dari para penanggung
jawab program. Sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan
MBO.
3. Mengusulkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action)
Bulanan
Usulan rencana pelaksanaan kegiatan diajukan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk matriks (Gantt chart)
dengan menu kegiatan dan besaran anggaran telah disusun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Anggaran saat ini hanya
bersumber dari Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PKPS-BBM Bidkes)
sekarang menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).
4. Menyusun Rencana Sekali Pakai
Rencana sekali pakai yaitu suatu rencana yang digunakan
hanya sekali. Rencana ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan
tertentu dan setelah dilaksanakan, rencana tersebut tidak dipakai
lagi. Seperti rencana Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),
rencana pendidikan dan pelatihan kader Posyandu/Desa Siaga,
rencana pendidikan dan pelatihan dokter kecil, rencana Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dan lain-lain. (Sulaeman, 2009)
2.2.3 Lokakarya Mini (Lokmin)
Sesuai Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Depkes RI,
2006), Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan
pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan
manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan
yang dikenal dengan Lokakarya Mini. Mini lokakarya Puskesmas
merupakan salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan berbagai kegiatan melalui pertemuan.

32

Dalam kerangka manajemen Puskesmas yang terdiri atas P1


(Perencanaan),

P2

(Penggerakan

dan

Pelaksanaan)

dan

P3

(Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian), maka Lokakarya Mini


Puskesmas merupakan P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) atau
Aktuasi tingkat Puskesmas yang terdiri atas Lokakarya Mini Bulanan
dan Lokarya Mini Tribulanan. (Departemen Kesehatan, 2004).
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja
sama tim baik lintas program maupun lintas sektor serta
terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
2. Tujuan Khusus
a. Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun
lintas sektor.
b. Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan
perencanaan.
c. Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan Puskesmas.
d. Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya
pemecahan masalah.
e. Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.

B. Ruang Lingkup
Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal
pokok yaitu:
1. Lintas Program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas ber-dasarkan
perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta
tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas,
termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.

33

b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan


sesuai dengan perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat
melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah
disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan menyusun
upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.
2. Lintas Sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan
dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Pertemuan dilaksanakan untuk:
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam
membina dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerja sama, memecahkan masalah
yang terjadi serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk
rencana kerja sama.
C. Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya Mini Bulanan

yaitu

pertemuan

yang

diselenggarakan setiap bulan di Puskesmas yang dihadiri oleh


seluruh staf di Puskesmas Puskesmas Pembantu, dan bidan di desa,
serta dipimpin oleh kepala Puskesmas.Tahap Pelaksanaan:
1. Lokarya Mini Bulanan Pertama
a. Masukan
1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok
tentang peran tanggung jawab staf dan kewenangan
Puskesmas;
2) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru;
3) Informasi tentang tatacara penyusunan POA (Plan of
Action) Puskesmas.
b. Proses

34

1) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan


lapangan/daerah binaan;
2) Analisis beban kerja tiap petugas;
3) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung
jawab daerah binaan;
4) Penyusunan POA Puskesmas tahunan.
c. Keluaran
1) POA Puskesmas tahunan;
2) Kesepakan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu).
2. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
a. Masukan
1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu;
2) Informasi tentang hasil rapat dinas kabupaten/kota;
3) Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan;
4) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru.
b. Proses
1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat);
2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan
dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan;
3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
c. Keluaran
Rencana kerja bulan yang baru.
D. Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya Mini Tribulanan

yaitu

pertemuan

yang

diselenggarakan setiap 3 (tiga) bulan sekali di Puskesmas yang


dihadiri oleh instansi lintas sektoral tingkat kecamatan, Badan
Penyantun Puskesmas (BPP), staf Puskesmas dan jaringannya,
serta dipimpin oleh camat. Adapun tahap pelaksanaan lokakarya
mini tribulanan adalah sebagai berikut.
1. Lokakarya Mini Tribulanan Pertama
a. Masukan
1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika
kelompok;
2) Informasi tentang program lintas sektoral;
3) Informasi tentang program kesehatan;
4) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru.

35

b. Proses
1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor;
2) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor;
3) Pembagian peran masing-masing sektor.
c. Keluaran
Kesepakan tertulis sektor terkait dalam mendukung program
kesehatan termasuk program pemberdayaan masyarakat.
2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin
a. Masukan
1) Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
dukungan sektor terkait;
2) Inventarisasi masalah/hambatan

dari

masing-masing

sektor dalam pelaksanaan program kesehatan;


3) Pemberian informasi baru.
b. Proses
1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program
kesehatan;
2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masingmasing sektor;
3) Merumuskan cara penyelesaian masalah.
c. Keluaran
1) Rencana kerja tribulan yang baru;
2) Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang
perlu).

2.2.4 Penilaian Kinerja Puskesmas


Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk
melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Pelaksanaan
penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas
diri karena setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerjanya sendiri,
kemudian dinas kesehatan kabupaten/ kota melakukan verifikasi
hasilnya. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten/kota
bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas ke dalam kelompok
(I, II, III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya. Kelompok I yakni
kelompok Puskesmas dengan tingkat kinerja baik, Kelompok II yakni
kelompok Puskesmas dengan tingkat kinerja cukup, dan Kelompok III

36

yakni kelompok Puskesmas dengan tingkat kinerja kurang. Penilaian


kinerja Puskesmas ditetapkan angka-angka ambang, yakni: (1)
cakupan pelayanan, dibagi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok I:
tingkat pencapaian hasil 91 %, kelompok II: tingkat pencapaian
hasil 81 90 %, kelompok III: tingkat pencapaian hasil 80 %, (2)
manajemen dan mutu pelayanan kesehatan dibagi 3 (tiga) kelompok,
yaitu kelompok I: nilai rata-rata 8,5, kelompok II: nilai rata-rata 5,5,
- 8,4, kelompok III: nilai rata-rata < 5,5 (Departemen Kesehatan,
1990).
A. Tujuan Penillaian Kinerja Puskesmas
Tujuan penilaian kinerja Puskesmas meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tercapainya tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara
optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan kabupaten/kota.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan
dan mutu kegiatan serta manajemen Puskesmas pada akhir
tahun kegiatan;
b. Mengetahui tingkat kinerja Puskesmas pada akhir tahun
berdasarkan urutan peringkat kategori kelompok Puskesmas;
c. Mendapatkan informasi analisis kinerja Puskesmas dan bahan
masukan dalam penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun mendatang.
B. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas
Manfaat penilaian kinerja Puskesmas adalah sebagai berikut.
1. Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan
dibandingkan dengan target yang harus dicapainya;
2. Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah,
mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah
kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan
pencapaian kinerja Puskesmas (output dan outcome);

37

3. Puskesmas

dan

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dapat

menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan


segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya;
4. Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan
mendukung kebutuhan sumber daya Puskesmas dan urgensi
pembinaan Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1990).
C. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Puskesmas
Pelaksanaan

penilaian

kinerja

Puskesmas

meliputi

serangkaian kegiatan yang dimulai sejak awal tahun anggaran pada


saat penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang dipantau dan
dibahas melalui forum Lokakarya Mini baik bulanan dengan lintas
program di dalam Puskesmas maupun Lokakarya Mini tribulanan
yang melibatkan lintas sektor di kecamatan.
Penilaian kinerja Puskesmas meliputi Puskesmas dan
jaringannya yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu, bidan di desa
serta UKBM dan upaya pemberdayaan masyarakat lainnya.
1. Penetapan Target Puskesmas
Target Puskesmas yaitu tolok ukur dalam bentuk angka
nominal atau persentase yang akan dicapai Puskesmas pada
akhir tahun. Penetapan besar target setiap kegiatan yang akan
dicapai masing-masing Puskesmas bersifat spesifik dan berlaku
untuk Puskesmas yang bersangkutan berdasarkan pembahasan
bersama

antara

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dengan

Puskesmas pada saat penyusunan rencana kegiatan Puskesmas.


Target nasional perlu dijabarkan ke dalam target provinsi,
kabupaten/kota dan Puskesmas secara tepat. Penetapan target
Puskesmas dengan mempertimbangkan:
a. Besarnya masalah yang dihadapi oleh masing-masing
Puskesmas;
b. Besarnya masalah yang dihadapi kabupaten/kota;
c. Keberhasilan tahun lalu dalam menangani masalah;
d. Kendala-kendala maupun masalah dalam penangannya;

38

e. Ketersediaan sumber daya termasuk kemampuan sumber


daya manusia tahun yang akan datang;
f. Lingkungan fisik (faktor kesulitan

geografis,

iklim,

transportasi, dan ainlain) dan non fisik (sosial budaya, tingkat


pendapatan ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, dan
lain-lain);
g. Target sasaran Puskesmas yang sebenarnya, Puskesmas tidak
dibebani untuk menjangkau masyarakat di daerah yang bukan
target sasarannya, kelompok masyarakat yang tidak mungkin
dijangkau karena kendala geografi, transportasi, dan lain-lain.
2. Pengumpulan Data Hasil Kegiatan
Sebaiknya Puskesmas membuat buku bantu penilaian
kinerja Puskesmas yang diisi setiap bulan dengan format yang
sama

dengan

format

penilaian

kinerja

Puskesmas,

dipresentasikan dan dievaluasi setiap bulan pada Lokakarya


Mini Bulanan dan rapat koordinasi tingkat Kecamatan.
Kemudian direkapitulasi pada akhir tahun. Adapun cara
pengumpulam

data,

antara

lain

melalui:

data

SP3,

pemeriksaan/pengecekan catatan/notulen, pengumpulan data


melalui survei sederhana seperti survei mawas diri (SMD).
Ketentuan pengumpulan data hasil kegiatan adalah sebagai
berikut.
a. Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah periode waktu
tertentu

yang

disesuaikan/disinkronkan

dengan

waktu

perencanaan. Biasanya periode waktu penilaian adalah bulan


Januari sampai bulan Desember tahun yang lalu;
b. Hasil kegiatan Puskesmas meliputi Puskesmas
jaringannya

yaitu

Puskesmas,

Puskesmas

dan

Pembantu,

Puskesmas keliling, dan bidan di desa serta hasil pembinaan


dan pemberdayaan masyarakat;
c. Sumber data diperoleh dari SP3-SIMPUS dan catatan hasil
kegiatan program inovatif maupun hasil pengumpulan data
lainnya;

39

d. Pengumpulan data dilakukan oleh penanggungjawab masingmasing program/kegiatan Puskesmas dibantu oleh staf yang
lain dengan tetap memegang prinsip kerjasama tim;
e. Untuk kepentingan verifikasi oleh tingkat kabupaten/kota
digunakan laporan hasil perhitungan Puskesmas untuk kinerja
Puskesmas, laporan SP3, laporan lain yang berkaitan dan
supervisi langsung ke Puskesmas.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses kegiatan merubah data
menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan dan keputusan. Kegiatan pengolahan
data meliputi:
a. Kegiatan untuk meneliti kelengkapan dan kebenaran data
yang di kumpulkan (cleaning and editing);
b. Kegiatan perhitungan khususnya untuk mendapatkan nilai
keadaan

dan

pencapaian

hasil

kegiatan

Puskesmas

(calculating); Kegiatan memasukan data dalam suatu tabulasi


yang akan menjadi suatu informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan (tabulating).
Cakupan hasil (output) dan hasil mutu dari kegiatan yang
telah ditetapkan untuk dilaksanakan Puskesmas, dihitung dengan
membandingkan hasil yang telah dicapai terhadap target standar
yang telah ditetapkan. Untuk menghitung pencapain kinerja
Puskesmas, ada 2 kelompok penilaian beserta kegiatan utama
dan variabel-variabel yang perlu diolah, yaitu :
a. Komponen hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan Puskesmas;
b. Komponen manajemen dan mutu pelayanan Puskesmas.
4. Penyajian, Analisis Hasil dan Langkah Pemecahan
5. Pelaksanaan Penilaian
Dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangkan mawas diri
mengukur keberhasilan kinerjanya;
Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk
melakukan kompilasi hasil pencapaian (output dan outcome);

40

Masing-masing

penanggungjawab

kegiatan

melakukan

pengumpulan data pencapaian, dengan memperhitungkan


cakupan hasil (output) kegiatan dan mutu bila hal tersebut
memungkinkan;
Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggungjawab
kegiatan

melakukan

analisis

masalah,

identifikasi

kendala/hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya,


mengenali faktor-faktor pendukung dan penghambat;
Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana
pemecahannya dengan mempertimbangkan kecenderungan
tumbulnya masalah (ancaman) ataupun kecenderungan untuk
perbaikan (peluang) dengan metode analisis sederhana
maupun analisis kecenderungan dengan menggunakan data
yang ada;
Hasil perhitungan, analisis data dan usulan rencana
pemecahannnya

dilaporkan

ke

dinas

kesehatan

kabupaten/kota.
Disamping model penilaian kinerja Puskesmas, juga terdapat
pengawasan dan pertanggung jawaban yaitu proses memperoleh
kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan
Puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan
serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggarannya
pengawasan dan pertanggung jawaban dilakukan:
1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas 2 (dua) macam yakni pengawasan
internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara
melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan
oleh masyartakat, dinas kesehatan kabupaten/ kota serta
berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup
aspek administrasi, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila
pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan, baik
terhadap neraca, standar pelayanan, peraturan perundang-

41

undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu


dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas harus
membuat laporan pertanggung jawaban tahunan yang mencakup
pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai
sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak-pihak terkait
lannya, termasuk masyarakat melalui BPP. Apabila terjadi
penggantian Kepala Puskesmas, maka Kepala Puskesmas yang
lama diwajibkan membuat laporan pertanggung jawaban masa
jabatannya (Depertemen Kesehatan, 2004).

42

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Lokasi Pelaksanaan
Puskesmas Ariodillah No. 2102 Kecamatan Ilir Timur I.
3.2. Waktu Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Kamis, 03 November 2016
Jam
: 08.00 10.00 WIB
3.3. Alat dan Perlengkapan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Tugas Pengenalan Profesi antara
lain:
1. Alat tulis ( Buku, pena, dll)
2. Kamera.
3.4. Subjek Tugas Mandiri
Meninjau pelaksanaan manajemen Puskesmas (perencanaan tingkat
Puskesmas, lokakarya mini, penilaian kinerja) Nakes di Puskesmas.
3.5. Langkah Kerja
1. Menyiapkan proposal Tugas Pengenalan Profesi
2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing Tugas Pengenalan Profesi
3. Meminta izin kepada petugas Puskesmas
4. Meninjau pelaksanaan manajemen Puskesmas (perencanaan tingkat
Puskesmas, lokakarya mini, penilaian kinerja)
5. Membuat laporan hasil Tugas Pengenalan Profesi dari data yang sudah
didapatkan.
3.6. Pengumpulan Data
Meninjau manajemen

Puskesmas

Ariodillah

(Perencanaan

tingkat

puskesmas, lokakarya mini, penilaian kinerja puskesmas)


3.7. Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan
1
2
3
4
5

Minggu
I

Penyusunan proposal
Observasi
Pembahasan
Penyusunan Laporan
Pleno

43

April-Mei
Minggu
Minggu
II
III

Minggu
IV

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Pedoman Lokakarya Mini Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Pedoman Stratifikasi Puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
128/Menkes/SK/II/2004.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.
Jakarta
Departemen

Kesehatan

dan

Kesejahteraan

Sosial.

2001.

Pedoman

penatalaksanaan: Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Depkes dan


Kesos.
Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai. 1989.
Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Microplanning). Jakarta.
Mubarak dan Wahid, I. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Sulaeman dan Endang, S. 2009. Manajemen kesehatan : teori dan praktik di
Puskesmas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta,
Indonesia.

44

Anda mungkin juga menyukai