Siproheptadin adalah suatu histamin yang mempunyai efek antagonis serotonin. Pada
binatang percobaan marmot, siproheptadin dapat melawan efek bronkokonstriksi serotonin.
Efek antiserotonin siproheptadin ini hampir sama kuatnya dengan LSD, yaitu dapat
menghambat efek serotonin pada otot polos bronkus dan uterus, serta dapat menghambat efek
udema oleh serotonin. Efek lain ialah efek depresi SSP ringan, dan juga memiliki efek
antikolinergik (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
Siprohepatadin, selain mempunyai efek utama menghambat reseptor histamin (antihistamin)
juga mempunyai efek samping sebagai antiserotonin. Siproheptadin sebenarnya adalah obat
alergi, digunakan untuk pilek karena alergi atau gatal-gatal karena alergi. Efek sampingnya,
selain merangsang nafsu makan, juga menimbulkan kantuk, lelah, kadang pingsan dan sesak
napas, dll (Paisal, 2007).
Salah satu cara terapi untuk alergi adalah terapi desensitasi yaitu terapi yang membuat tubuh
semakin kurang sensitif terhadap alergen dengan cara mengeksposnya terhadap alergen
dengan dosis yang semakin lama semakin besar sampai penderita kebal terhadap alergen
tersebut. Berdasarkan efek stimulasinya terhadap pertumbuhan jaringan normal, dahulu obat
ini banyak digunakan untuk pasien yang kurus dan buruk nafsu makannya. Lama kerjanya 46 jam, daya antikolinergisnya ringan. Efek sampingnya umum; rasa kantuk biasanya lewat
sesudah seminggu. Namun, obat ini sekarang hanya dianjurkan hanya untuk digunakan
sebagai antihistaminikum. Dosis: oral 3 dd 4 mg (klorida) (Irawan, 2009).
Indikasi klinis
1. Penyakit alergi karena memiliki efek antihistamin dan efek antiserotonin.
2. Pengobatan dumping syndrome pascagastrektomi dan hipermotilitas usus pada karsinoid,
berdasar efek antiserotoninnya (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
Efek samping
Efek samping yang paling menonjol ialah sedasi. Gejala antikolinergik yang jarang timbul,
antara lain mulut kering, anoreksia, mual, dan pusing. Pada dosis tinggi dapat terjadi ataksia.
Berat badan dapat bertambah. Hal ini mungkin akibat aktivitas tubuh yang menurun karena
mengantuk (efek sedasi). Obat ini juga dikatakan dapat merangsang nafsu makan, terutama
pada anak (Departemen Farmakologi FKUI, 2007).
DEKSAMETASON (Dexamethasone)
Ak-Dex,Dalalone, Decadrol, Decadron, Dexsacen, Dexson, Dexon, Hexadrol, Mymethason,
Solurex, Lanadexon.
Klasifikasi:
Glukokortikoi/kortikosteroid
kuat,
sintesis
(aksi
lama),
agen
Anti-
Inflamasi,
Farmakokinetik
Deksametason dapaat diberikan secara oral, intramuskular (suntikan yang dalam),
intravena, topikal, intranasal, dan
ruang sinovial, dan otot. Presentase yang terikat protein tidak diketahui; waktu
paruhnya 2-5 jam. Deksametason dimetabolisasi oleh hepar, dan sebagian kecil
dieksresikan melalui urin.
Vd = 0.8 L/Kg, ketersediaan biologik = 20%, waktu paruh = 3 jam, ikatan protein
plasma = 70% (pada dosis yang lebih tinggi lebih kecil), terikat pada transcortin dan
pada albumin, eliminasi sekitar 3% terjadi di renal tanpa di ubah sisanya dimetabolisme
di dalam hati.
II.
Absorpsi
Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dengan IM. Penggunaan kronis
dosis tinggi topikal juga inhalasi dapat menimbulkan absorpsi sistemik. Garam asetat
IM mempunyai aksi yang sama. Biasanya absorpsi terjadi pada 2 jam pertama.
III.
Distribusi
Didistribusi secara luas, dengan menembus plasenta dan
memungkinkan
memasuki ASI.
IV.
diekskresi dalam bentuk yang tidak berubah oleh ginjal. Metabolit inaktif/berpotensi
rendah setelah penyuntikan IV, sebagian besar dalam waktu 72 jam disekresi dalam
urin, di feses dan empedu hampir tidak ada.
V.
Waktu Paruh
110-210 menit, Supresi adrenal berlangsung 2,75 hari.
VI.
Farmakodinamik
Kerja utama deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut. Awitan
kerja dari obat ini belum ditentukan; tetapi, bentuk obat yang diberikan secara oral dan
intramuskular memiliki lama kerja yang panjang (beberapa hari).
VII.
hipokalema, hipertensi.
Musculoskeletal: kelemahan otot, miopati steroid, hilangnya masa otot, fraktura,
penekanan reaksi terhadap tes kulit, alergi kulit, urtikaris edema engioneurotik.
Endokrinologi:
ketidakteraturan
menstruasi,
cushingoid,
hambatan
pertumbuhan, tidak responsifnya adreno-kortikal dan pituitary, hipoglikemik
oral.
Saluran pencernaan: tukak lambung, perforasi, pancreatitis, distensi abdominal,
eksophthalamus.
Metabolik: penambahan berat badan, keseimbangan nitrogen yang negative.
Lain-lain: reaksi anafilaktoid atau hipersen-sitivitas-trombo-embolisme-malaise.
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari glukokortikoid karena dosis tinggi
atau pemakaian yang lama mencankup peningkatan gula darah, deposit lemak yang
abnormal diwajah dan tubuh (moon face, muka rembulan, dan buffalo hump
penimbunan lemak di daerah pengecilan ukuran ekstremitas, musele waasting, edema,
retensi natium dan air, hipertensi, euforia atau psikosis, kulit tipis dengan pura pura,
meningkatkan tekanan okular (glaukoma), tukak petik dan reterdasi pertumbuhan,
insomnia, osteoporosis, retensi cairan tubuh. Pemakaian glukokortikoid jangka panjang
dapat menyebabkan adrofi adrenal (hilangnya fungsi kelenjar adrenal). jika terpi
dihentikan, mak dosis harus diturunkan perlahan lahan untguk memberikan
kesempatan bagi korteks adrenal untuk memproduksikan kortisol dan kortikosteroid
lain. penghentian obat memndadak dapat menyebabkan insufisiensi adrenokortikal
berat.
SSP
KV
: Hipertensi
VIII.
GI
Derm
Interaksi Obat
Glukokortikoid meningkatkan potensi obat, yang dipakai secara bersama-sama.
termasuk aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid (meningkatkan pendarahan dan
tukak gastrointestinal); diuretik tidak hemat kalium. peningkatan pelepasan kalium
menyebabkan hipokelamia). glukokortikoid dapat menurunkan efek antikoagulan oral.
Deksametason banyak berinteraksi dengan banyak obat.
fenitoin, teofilin,
Indikasi
Digunakan secara sistemik dan lokal untuk berbagai macam gangguan seperti :
hipersensitif, edema.
Penyakit mata: konjungtivitis alergika, keratitis, tukak corneal marginal alergik, herpes
zoster, opthalmikus, iritis, dan iridoskilitis, khoriorentinitis, inflamasi segmen anterior,
uveitis posterior difusa dan khoroiditis, neuritis optic, ophtalmia simpatetik.
Pemberian jangka pendek untuk ibu beresiko tinggi untuk persalinan untuk mencegah
terjadinya sindrom distres pernafasan pada bayi baru lahir.
Kontra Indikasi dan Perhatian
X.
Sensitivitas deksametason.
Suntikan ke dalam sendi yg terinfeksi atau tidak stabil.
Infeksi fungal sistemik,
Infeksi Aktif yang tidak diobati (kecuali untuk meningitis)
Hindari Penggunaan kronik selama menyusui
Hipersensitif terhadap bisulfit, faraben atau alkohol - alkohol
Gunakan secara hati hati pada:
XI.
mensupresi fungsi adrenal pada dosis kronis 0.75 mg/hari. Secara praktis mempunyai
aktivitas mineralkortikoid (retensi natrium).
Efek Terapeutik :
Kerempeng Mana Keren" mungkin kalian pernah dengar slogan ini, dan tentu ini
akan menyakitkan bagi yang merasa dirinya kerempeng. Bahkan kata-kata ini
juga dapat mempengaruhi psikologis dari si kurus, ditambah dengan faktor
lingkungan sekitar seperti ejekan atau ceemohan, WOW, pasti akan membuat si
kurus pengen segera gemuk. Gara-gara hal ini si kurus jadi pengen lebih cepat
gemuk dan menghalalkan segala cara termasuk cara instan.
Salah satu cara instan nya adalah mengkonsumsi obat gemuk yang juga telah
banyak dipasarkan entah itu obat herbal, jamu bahkan obat sintetik pun
digunakan. Obat sintetik yang biasa digunakan adalah siproheptadin dan
deksametason. Padahal kedua obat ini bukanlah obat gemuk melainkan obat
antihistamin (antialergi) dan antiinflamasi (antiradang).
Mungkin yang akan menjadi pertanyaan kalian "kenapa kedua obat ini bisa
berefek menggemukkan padahal itu kan obat antialergi dan antiradang?". Nah,
di artikel ini bakalan saya bahas hingga teman-teman dapat mengerti.
Deksametason (dexamethasone) adalah obat golongan hormon kortikosteroid
yang diindikasikan sebagai anti radang, rematik dan alergi. Obat ini
menyebabkan tertimbunnya cairan di dalam tubuh, terutama di wajah dan
pundak. Pipi akan terlihat lebih tembem dan agak bulat (bahasa medisnya, moon
face). Timbunan cairan yang cukup banyak ini tentunya berperan menaikkan
berat badan anda.
Siproheptadin merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi
seperti pilek alergi dan gatal-gatal. Obat ini selain berefek sebagai anti alergi,
obat ini juga berefek sebagai antiserotonin. Efek ini menyebabkan meningkatnya
nafsu makan. Makan yang banyak tanpa diimbangi dengan pembakaran
(olahraga) akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit termasuk di
bawah kulit perut. Seperti halnya cairan, lemak yang tertimbun juga berperan
menaikkan berat badan.
Nah sekarang apa yang membuat obat ini berbahaya jika dikonsumsi jangka
panjang?
EFEK BURUK PENGGUNAAN JANGKA PANJANG DEKSAMETASON
Sebenarnya tubuh dalam keadaan normal memproduksi kortikosteroid alami
dalam jumlah yang cukup. Fungsinya, untuk membantu metabolisme tubuh dan
melawan stress. Konsumsi obat kortikosteroid dari luar tubuh dalam waktu yang
lama akan direspon oleh tubuh dengan menghentikan produksi kortikosteroid
alami. Jika sewaktu-waktu konsumsi obat kortikosteroid dihentikan, tubuh akan
segera kekurangan kortikosteroid (tubuh kita perlu waktu untuk memproduksi
kortikosteroid alami). Akibatnya, metabolisme tubuh akan kacau balau (rebound
phenomenon). Bahkan pada beberapa kasus dapat berakhir dengan kematian.
Jalan keluarnya, menghentikan penggunaan obat ini secara berangsur-angsur
(tappering off).
Kortikosteroid juga mengakibatkan osteoporosis, peningkatan tekanan darah
(Hipertensi), peningkatan gula darah (Diabetes), penurunan daya tahan tubuh
(jadi mudah tertular penyakit). Pada anak yang sedang tumbuh, kortikosteroid
dapat mengakibatkan terhentinya pertumbuhan tulang.
EFEK BURUK PENGGUNAAN JANGKA PANJANG SIPROHEPTADIN
Siproheptadin memiliki efek samping yaitu mengantuk, mudah lelah, bahkan
paling buruk bisa pingsan. Hal penting untuk diketahui bahwa siproheptadin
mempunyai cara kerja yang mirip dengan atropin sehingga hati-hati jika
diberikan pada penderita asma bronkial, hipertiroid (gondok), penyakit jantung
dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Nah bagaimana cara yang baik untuk menghentikan konsumsi obat ini jika sudah
terlanjur menggunakannya dalam jangka panjang?
Daftar Pustaka
Kedokteran
Joycee, L. Kee dan Evelyen. R. Hayes. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Penerbit:Buku Kedokteran
http://ffarmasi.unand.ac.id/berita/abam/955-obat-penambah-nafsu-makan-yangberbahaya
http://ojaypharmacist.blogspot.com/2010/03/antiserotonin.html
DAFTAR PUSTAKA
Biworo, A. 2008.
Antiserotonin.http://farmakologi.files.wordpress.com/2008/05/antiserotonin2008.ppt [diakses tanggal 23 Desember 2009]
Irawan, H. 2009. Mengenal Obat-obat Anti
Alergi.http://heryirawan.blogspot. com/2009_03_01_archive.html[diakses tanggal
23 Desember 2009]
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit EGC.
Jose, S. 2009. Antiserotonin.http://www.anaspec.com/pdfs/53842.pdf [diakses 23
Desember 2009]
Paisal. 2007. Berat Badan Ideal, Cara Instan yang Tak
Sehat.http://www.wartamedika.com/2007/02/berat-badan-ideal-cara-instan-yangtak.html [diakses tanggal 23 Desember 2009]
Rani. 2009. Antihistamin dan
Antiserotonin.http://www.scribd.com/doc/ 4825545/antihistamin-danantiserotonin?autodown=ppt [diakses tanggal 23 Desember 2009]
Soemargo. 2005.
Migrain.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/04Migraine005.pdf/04Migraine 005.h
tml [diakses tanggal 23 Desember 2009]
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokeran UniversitasSriwijaya.
2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta. Penerbit EGC.
Tjay, T. H. & Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.