Tahun 1951
Tahun 1972
i.
j.
l.
DIREKTUR
Dr. Andang Ilato MM
KELOMPOK
KOMITE
WADIR PELAYANAN
KEUANGAN
Zamroni Agus, SE
BIDANG
BIDANG KEUANGAN
KEPERAWATAN
KEPEGAWAIAN
MEDREC
Marwan Mursidi,
S.Sos
Janita Bulamei,
BIDANG PELAYANAN
SUBBID PENYUSUNAN
PELAY.KEPERAWATAN
S.Kep, Ns
SMP
Burhanudin Dai
Dian Nadjamudin,
S.Kep, NS
INSTALASI
UPF
N
BAYAR
KASIR
POLIKLINIK
LOKET
ASKES
TINDAKAN
KELENGKAPAN
ADMINISTRASI
APOTEK
PULANG
GAKIN
Pasien
KELENGKAPAN
ADMINISTRASI
datang
UMUM
RAWAT INAP
KELENGKAPAN
BAYAR KASIR
ADMINISTRASI
ASKES
IRD
PPATRS
TINDAKAN
TINDAKAN
GAKIN
KONSUL DOKTER
UMUM/AHLI
b. Tujuan
1. Terwujudnya kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.
2. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etika farmasi dan mempertimbangkan aspek ekonomi
farmasi.
3. Tersedianya informasi mutakhir mengenai obat dan pengobatan.
4. Terwujudnya system pengawasan penggunaan obat, termasuk pencegahan
obat yang salah dan penyalahgunaan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku.
5. Berperan serta dalam pendidikan berkelanjutan profesi Farmasi.
6. Memfasilitasi pertukaran informasi diantara profesi tenaga kesehatan dan
masyarakat.
4.1.2.2 Visi Misi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
a. Visi
Pelayanan kefarmasian yang profesional, efektif dan efisien serta
berorientasi kepada pasien.
b. Misi
1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang optimal bagi pasien
2. Bertanggung jawab pada pengelolaan perbekalan farmasi yang berdaya guna
dan berhasil guna
3. Berperan serta dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
4. Mengembangkan SDM dan sistem management rumah sakit
4.1.2.3 Struktur Organisasi IFRS Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Kepala Instalasi
AHMAD HUSAIN PALLLI, S.Si,
M.Kes, Apt
Kasub Instalasi
Pengelolaan Perbekalan
Farmasi
IRNAWATY DAUDA,
Unit Pengaduan
Pj. Gudang Obat
ELIDA TANAIO
RUKMIN ARBIE
Pj. Apotek Rawat Jalan
YULAN YASIN, S.Si, Apt
No
Nama
1.
2.
3.
4.
Jabatan
IFRS
KA. IFRS
Fungsional
Apt. Madya
KASUBFIRS
KASUBFIRS
KASUBFIRS
Apt. Pertama
Apt. Pertama
Apt. Pertama
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
PJ UNIT/APT
PJ UNIT/APT
PJ UNIT/APT
PJ UNIT/APT
STAF
PJ ADMIN
STAF
STAF
Apt. Pertama
Apt. Muda
Apt.
Apt. Muda
Apt. Muda
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/TNG
TEKNIS
PJ UNIT/APT
AA/TNG
TEKNIS
PJ UNIT
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
Juru Resep
Juru Resep
Juru Resep
Administrasi
Juru Resep
Administrasi
Juru Resep
Administrasi
Administrasi
Juru Resep
Adminstrasi
Juru Resep
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
AA/Tng Teknis
Administrasi
Adminstrasi
sakit yang menunjang pelayanan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
keputusan Menteri Kesehatan nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa Pelayanan Rumah Sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu
Pemeriksaan
Pasien
Dokter
Resep
PNS
Resep pasien
Jamkesmas
Pasien
Pemeriksaan kelengkapan
Obat-obatan
Alkes
Umum
administrasi meliputi:
-kartu keabsahan
Apt.Motilango
jamkesmas
Apotik RS
8. Harga jual obat disusun oleh IFRS dan bidang pelayanan, ditetapkan dengan
SK direktur, direview secara periodik sesuai keperluan.
9. Modul layanan resep, meliputi data : no resep, tanggal resep, jenis pasien
(umum, askes, jamkesmas minus dokumen, jamkesmas plus dokumen, mitra,
RSAS), asal resep, nam dokter, nama dan umur pasien, kode obat, satuan,
harga, jumlah, total, kategori obat (jamkesmas/non jamkesmas).
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Farmasi klinik adalah pelayanan yang diberikan secara langsung sebagai
bagian dari pelayanan penderita atau memerlukan interaksi langsung dengan
penderita atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam perawatan
penderita khususnya di rumah sakit.
Adapun kegiatan yang dilakukan di RS Aloei Saboe adalah Pelayanan
Informasi Obat, Visite Mandiri, Konseling, Monitoring Efek Samping Obat,
Pemantauan Terapi Obat dan dispensing sitostatika.
Produksi steril hanya melakukan Admixture IV
inap, resep dan obatnya dibawa oleh perawat depo farmasi lalu sehari sebelum di
gunakan. Setelah selesai direkonstitusi, petugas farmasi akan membawa obat
tersebut ke depo farmasi/ruangan tempat pasien tersebut di rawat. Kegiatan
pencampuran obat kanker di lakukan dalam ruangan tersendiri yang telah di
lengkapi dengan alat Laminar Air Flow (LAF) vertical yang khusus untuk tujuan
pencampuran obat kanker.
4.2
Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti memiliki batasan penelitian, yaitu evaluasi
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya (Anonim, 2012).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, APD
yang tersedia di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah sarung tangan steril,
masker, pelindung mata, kap dan gaun penutup. APD tersebut digunakan untuk
melindungi petugas dari paparan obat sitostatika. APD yang tersedia masih kurang
yakni alas kaki khusus, namun APD ini bukan suatu kewajiban, karena APD ini
digunakan untuk melindungi kaki dai benda tajam atau berat atau dari cairan yang
kebetulan jatuh atau menetes pada kaki dan dapat menggunakan alas kaki pribadi
yang tahan terhadap benda tajam dan tidak tembus cairan sitotoksik.
4.2.3 SDM (Sumber Daya Manusia)
Sumber daya manusia merupakan suatu potensi yang ada dalam diri
seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan
sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki (Anonim, 2011).
Sumber daya manusia farmasi rumah sakit meliputi personalia pelayanan
farmasi rumah sakit yakni sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit
dengan persyaratan :
1. Terdaftar di Departeman Kesehatan
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi
3. Mempunyai izin kerja.
4. Mempunyai SK penempatan
yang
berwewenang
berdasarkan
undang-undang,
memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas
dengan
jaminan
kepastian
adanya
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi
rumah sakit.
Dari hasil wawancara kepada petugas, sumber daya manusia yang
melakukan dispensing sitostatika di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah hanya
oleh tenaga kefarmasian yakni terdiri dari seorang apoteker dan dibantu oleh
asisten apoteker. Tenaga kefarmasian tersebut dalam memaksimalkan fungsinya
dalam melakukan pelayanan kefarmasian sering mengikuti berbagai pelatihan
tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit namun selama ini, pelatihan yang
diikuti belum ada pelatihan khusus tentang dispensing sitostatika. Sehingga guna
menerapkan perkembangan ilmu kefarmasian tentang dispensing khususnya
dispensing sitostatika dilakukan melalui buku-buku, jurnal dan penelitian terkini.
4.2.4 SOP (Satndar Operasi Prosedur)
4.2.4.1 Pengertian SOP
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
petugas/pegawai
menjaga
konsistensi
dan
tingkat
kinerja
3. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan, SOP digunakan
untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak
dan Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja
yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja (Anonim, 2008).
4.2.4.5 SOP Dispensing Sitostatika di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Dalam menjalankan operasional di rumah sakit, peran pegawai memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan khususnya dalam melakukan
pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi
prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya
manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi
rumah sakit.
Tabel 2. SOP Kemoterapi di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
FARMASI KLINIK
RSUD ALOEI
SABOE
Nomor Dokumen : ..
Revisi ke II
Jumlah Halaman :
1/3
PROSEDUR
TETAP
PELAYANAN
INSTALASI
FARMASI
Tanggal Terbit :
Pengesahan
Direktur RSUD
Prof.Dr.H.Aloei Saboe
Januari 2011
PENGERTIAN
Dr.Andang Ilato,MM.
Nip.1964 0430 199803 1 002
Tata cara persiapan dan pencampuran obat kemoterapi
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
d. Persiapan administrasi
a. Persiapan pasien
Identifikasi pasien dan riwayat terapi
Informed consent
b. Persiapan alat dan obat
1. Cek : diagnosis, tujuan terapi, detil regimen,
peralatan
2. Identifikasi obat kemoterapi (nama, dosis, ED, dsb)
3. Perhitungan dosis (LPB, BB)
4. Pelarutan : perhatikan jenis pelarut (stabilitas) dan
volume (efektifitas dan efek samping).
c. Pelarutan obat
1. Dilakukan di isolator khusus
2. Teknik aseptik
3. Perhatikan obat kemoterapi yang tidak boleh
dikocok
d. Cara pengambilan obat sitotoksik
1. Ampul
Gunakan jarum berfilter jika ampul berbahan
gelas
Patahkan leher ampul menjauhi operator dan
menggunakan kain steril
2. Vial
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,
dan tanggal kadaluarsa campuran.
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket.
9) Melengkapi dokumen pencampuran (Protokol Kemoterapi)
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
b. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1) Memakai APD
2) Mencuci tangan
3) Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC
5) Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6) Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8) Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9) Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja
BSC.
10) Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13) Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan
khusus.
14) Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.
15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui
pass box.
16) Menanggalkan APD
Obat yang sudah siap digunakan diserahkan ke perawat ruangan yang
selanjutnya akan dialkukan pemberian kepada pasien.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan dispensing
sitostatika telah sesuai dengan SOP dan SOP yang tersedia dilakukan revisi jika
ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja serta
dievaluasi setiap tahunnya.